Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1


ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah Negara hukum”. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
(machstaat), dan pemerintah berdasarkan sistem konsitusi (hukum dasar),
bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Dan perwujudan hukum
tersebut terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan perundangan di bawahnya.
Tetapi kenapa sistem hukum di negeri ini selalu menjadi topik yang tak
bosan-bosannya diperbincangkan dan selalu membuat masalah. Apakah
sistem yang berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia? Apakah
para pelaku hukum yang tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan
penyelewengan yang mereka lakukan? Atau apakah ganjaran dari sistem
hukum tersebut yang kurang tegas untuk mengatasi berbagai macam
permasalahan tindak pidana?

Dalam negara hukum, segala permasalahan diselesaikan sesuai hukum


yang berlaku. Akan tetapi, praktik perlindungan dan penegakan hukum
terkadang berbeda dengan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu,
perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia untuk menjamin keadilan
dan kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat harus segera dibenahi agar
tidak terjadi penyelewengan hukum yang dilakukan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab. Seorang yang melanggar hukum harus ditindak
sesuai aturan hukum yang berlaku. Perlindungan dan penegakan hukum harus
memenuhi rasa keadilan masyarakat.

1
Hukum Negara ialah aturan bagi Negara itu sendiri, bagaimana suatu
Negara menciptakan keadaan yang relevan, keadaan yang menentramkan
kehidupan sosial masyarakatnya, menghindarkan dari segala bentuk tindak
pidana maupun perdata. Namun tidak di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir ini, pemberitaan di media masa sungguh tragis. Bahkan dari Hasil
survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa
56,0 persen publik menyatakan tidak puas dengan penegakan hukum di
Indonesia, hanya 29,8 persen menyatakan puas, sedangkan sisanya 14,2
persen tidak menjawab. Sebuah fenomena yang menggambarkan betapa
rendahnya wibawa hukum di mata publik.

Dengan landasan pemikiran ini, penulis akan mencoba memaparkan


mengenai hukum, perlindungannya, penegakannya, aspek-aspek yang
menjadi subjek dan objeknya, serta penerapannya di tengah masyarakat yang
tidak puas dengan keadaan penegakan hukum di Indonesia sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat?
2. Bagaimana praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
masyarakat?
3. Menganalisis Pemberitaan yang berkaitan dengan lembaga penegak
hukum

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia.
2. Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam
masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian.

2
3. Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk
menjamin keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut.
1. Dapat mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum yang
berlaku di Indonesia.
2. Dapat mengetahui mengapa masyarakat tidak puas dengan penegakan
hukum di Indonesia.
3. Dapat mengetahui dan menilai bagaimana solusi dalam pemecahan
permasalahan hukum di Indonesia.
4. Khusus bagi pemerintahan, memberikan gambaran mengenai sistem
penegakan hukum yang berlaku dalam masyarakat, serta diharapkan
dapat menilai, menelaah dan membuat suatu keputusan dalam
pemecahan masalah penegakan hukum tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan


Bermasyarakat

Perlindungan hukum merupakan hak setiap warga negara Indonesia,


artinya seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan berdasarkan
golongan tertentu, berhak mendapatkan perlindungan hukum dari sesuatu
yang mengancam dirinya. Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk
mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial
menjadi kenyataan.

1. Makna Perlindungan Hukum


Indonesia sebagai negara hukum, segala sesuatunya harus
berdasarkan pada hukum (asas legalitas). Perlindungan hukum
diberlakukan bagi setiap orang sebagai bentuk perlindungan terhadap hak-
hak asasi manusia terhadap ketentuan hukum yang mungkin saja
melanggar hak-hak individu. Setiap orang memiliki hak dan diperlakukan
sama di hadapan hukum. Semua masyarakat Indonesia mendapat
perlindungan hukum karena negara hukum melindungi segenap warga
negara tanpa membeda-bedakannya.

Hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan


(perintah dan larangan) yang dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah
untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat
memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
Sedangkan perlindungan adalah suatu proses cara perbuatan untuk
melindungi seseorang. Jadi perlindungan hukum adalah jaminan

4
perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada warga negara dalam
melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebbagai upaya melindungi


secara hukum terhadap jiwa raga, harta benda seseorang, dan Hak Asasi
Manusia (HAM), yang terdiri atas hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak
beragama, dan sebagainya. Dengan demikian, pelanggaran hukum apapun
yang dilakukan terhadap hal-hal tersebut di atas akan dikenakan sanksi.

2. Makna Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukan upaya tegaknya atau


berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses


perwujudan ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide
kemanfaatan sosial) yang bersifat abstrak menjadi kenyataan. Unsur-unsur
yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum sebagai berikut.

a. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap
tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.
Masyarakat mengharap adanya kepastian hukum masyarakat akan
lebih tertib.
b. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak
hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan
sampai timbul keresahan di salam masyarakat karena pelaksanaan atau
penegak hukum.
c. Keadilan

5
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat
umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya
keadilan bersifat subjektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.

3. Aparat Penegak dan Lembaga Peradilan Hukum


Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari peran para aparat
penegak hukum. Aparatur penegak hukum mencakup pengertian
mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak
hukum. Menurut Pasal 1 Bab 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), yang dimaksud aparat penegak hukum oleh undang-
undang ini sebagai berikut.

a. Penyelidik ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau


pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan. (Pasal 6
KUHAP)
Wewenang (Pasal 7 ayat [1] KUHAP) :
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana;
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;

6
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.

b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang


untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap. (UU No 8 tahun
1981 tentang KUHP)
Tugas Jaksa:
1. Sebagai penuntut umum
2. Pelaksana putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap (eksekutor)

c. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-


undang untuk bertindak seagai penuntut umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap.

Berdasarkan Pasal 14 KUHAP Penuntut Umum mempunyai


wewenang :

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari


penyidik pembantu;
b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3)
dan (4), dengan memberikan petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan
atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan
setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang
ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai

7
surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi
untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
g. Melakukan penuntutan;
h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung
jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-
undang;
j. Melaksanakan penetapan hakim.

d. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh


undang-undang untuk mengadili.
Tugas dan wewenang hakim:
 Dalam Bidang Manajemen Peradilan
 Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program
kerja jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya
serta pengorganisasiannya.
 Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk
mengamati apakah pelaksanaan tugas, umpamanya
mengenai penyelenggaraan administrasi perkara perdata dan
pidana serta pelaksanaan eksekusi, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan melaporkannya kepada
Ketua Pengadilan.
 Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT)
terhadap pelaksanaan putusan pidana di Lembaga
pemasyarakatan dan melaporkannya kepada MA.
 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang
ditugaskan kepadanya serta rneneruskannya kepada
kepustakaan hukum.
 Dalam Bidang Perdata

8
 Menetapkan hari sidang.
 Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan
Pengadilan Negeri mengenai hukum yang dianggap penting.
 Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita
acara persidangan dan menandatanganinya sebelum hari
sidang berikutnya.
 Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan
tambahan untuk mendengar sendiri para pihak dan saksi,
maka Hakim bertanggungjawab atas pembuatan dan
kebenaran berita acara persidangan serta
menandatanganinya.
 Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
 Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk
dibacakan.
 Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam
persidangan.
 Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum
perdata yang ditugaskan kepadanya.
 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang
ditugaskan kepadanya.

 Dalam Bidang Pidana


 Menetapkan hari sidang untuk perkara dengan acara biasa.
 Menetapkan terdakwa ditahan, dikeluarkan dari tahanan atau
dirubah jenis penahanannya.
 Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita
acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang
berikutnya.
 Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.

9
 Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk
dibacakan.
 Hakim wajib menandatangani putusan yang sudah diucapkan
dalam persidangan.
 Menghubungi BAPAS agar menghadiri persidangan dalam
hal terdakwanya masih dibawah umur.
 Memproses permohonan grasi.
 Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap keadaan
dan perilaku narapidana yang berada di lembaga
pemasyarakatan serta melaporkannya kepada Mahkamah
Agung.
 Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk
mengamati apakah pelaksanaan tugas mengenai
penyelenggaraan administrasi perkara pidana/ bidang pidana
dan eksekusi serta melaporkannya kepada Pimpinan
Pengadilan.
 Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala kepustakaan
hukum yang diterima dari Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung.

e. Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang


ditentukan oleh undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya
dengan klien yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut,
sehingga akan terjadi keseimbangan dalam persidangan yang akan
berpengaruh pada keputusan Hakim yang adil.

Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang


bersangkutan dengan tugas atau perannya, yaitu terkait dengan kegiatan
pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

10
pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Aparat penegak hukum akan memutuskan perkara hukum di
peradilan hukum. Lembaga-lembaga peradilan hukum sebagai berikut.

a. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi
merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu
kota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah provinsi dan
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari
memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari segala
perkara perdata dan pidana untuk semua golongan yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dengan daerah hukum
meliputi wilayah kabupaten/kota.

b. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang-undang. Dalam
lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat
banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan Pengadilan
Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.

c. Peradilan Militer

11
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai
kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer.
Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri atas Pengadilan Militer
Utama, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer, dan
Pengadilan Militer Pertempuran.

d. Peradilan Tata Usaha Negara


Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di
bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata
Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha
Negara dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
dan Pengadilan Tata Usaha Negara.

4. Lembaga Perlindungan dan Penegakan Hukum

Lembaga perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia, antara


lain Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), Kepolisian
Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan, Komisi Yudisial, dan Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

1. Mahkamah Konstitusi (MK)


Dalam pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 dijelaskan bahwa
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku Kekuasaan
Kehakiman. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dan pula ditegaskan
bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang RI Nomor 24 tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa sejalan dengan

12
prinsip ketatanegaraan di atas, maka salah satu substansi penting
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
negara yang berfungsi menangani perkara tertentu di bidang
ketatanegaraan, dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan
secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita
demokrasi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk
menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil, dan juga
merupakan koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan di
masa lalu yang ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap konstitusi.
Berdasarkan pasal 24 C ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar
Negara R.I. tahun 1945, Mahkamah Konstitusi mempunyai
kewenangan untuk :
 Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara R.I tahun 1945.
 Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara R.I.
tahun 1945.
 Memutus pembubaran partai politik.
 Memutus perselisihan hasil pemilihan umum, dan
 Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara R.I.
tahun 1945.
Indepedensi Mahkamah Konstitusi disebutkan dalam pasal 2
Undang-Undang R.I. Nomor 24 tahun 2003 sebagai berikut :

13
“Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara
yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan“.

2. Mahkamah Agung (MA)

Dalam Pasal 1 UU RI Nomor 5 tahun 2004 yang kemudian telah


diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Selanjutnya dalam Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar


Negara R.I. disebutkan bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk :

 Mengadili pada tingkat kasasi,


 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang,
 Kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Selanjutnya dalam pasal 2 UU Nomor 14 tahun 1985


sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
Negara R.I. Nomor 5 tahun 2004 dan terakhir telah diubah dan
ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung telah diatur tentang independensi Mahkamah Agung yang
selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

“Mahkamah Agung adalah Lembaga Tinggi Negara dari semua


Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas
dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.”

14
3. Kejaksaan

Kejaksaan Republik Indonesia atau Kejaksaan adalah lembaga


pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 16
tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16


tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa “Kekuasaan Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara merdeka”.

Dalam penjelasan umum angka 1 UU RI Nomor 16 Tahun 2004


tersebut dijelaskan bahwa Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan
yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan
ditegaskan kekuasaan Negara tersebut dilaksanakan secara merdeka.
Oleh karena itu, Kejaksaan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan lainnya. Selanjutnya ditentukan Jaksa Agung bertanggung
jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara independen demi
keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. Dengan demikian Jaksa
Agung selaku pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnya merumuskan
dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk
keberhasilan penuntutan.

4. Kepolisian

Dalam Pasal 1 angka (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian
adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Sedangkan
dalam Pasal 8 ayat (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tersebut

15
disebutkan bahwa kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia
berada di bawah Presiden.

Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan
segera direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI.
Melalui Inpres Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah
kebijakan pemisahan Polri dari ABRI dan penempatannya untuk
sementara pada Dephankam, yang ditandai oleh suatu upacara
bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI Cilangkap.
Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan
dan operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.

Secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup


dua hal, yaitu pemeliharaan keamanan dan ketertiban (peace and order
maintenance) dan penegakan hukum (law enforcement).10 Dalam
perkembangannya, tanggung jawab “pemeliharaan” dipandang pasif,
sehingga tidak mampu menanggulangi kejahatan. Polisi kemudian
dituntut untuk secara proaktif melakukan “pembinaan”, sehingga tidak
hanya “menjaga” agar kamtib terpelihara, tetapi juga menumbuhkan
kesadaran masyarakat, menggugah dan mengajak peran serta
masyarakat dalam upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban, dan
bahkan ikut memecahkan masalah-masalah sosial yang menjadi
sumber kejahatan. Tugas-tugas ini dipersembahkan oleh polisi untuk
membantu (to support) masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
akan rasa aman, sehingga memungkinkan tercapainya kesejahteraan.

5. Komisi Yudisial

Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun


2004 yang kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI

16
Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa
Komisi Yudisial adalah lembaga Negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa
Negara Indonesia adalah negara hukum.

Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, salah satu


substansi penting perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 adalah adanya Komisi Yudisial. Komisi
Yudisial tersebut merupakan lembaga Negara yang bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Pasal 24 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


tahun 1945 memberikan landasan hukum yang kuat bagi reformasi
bidang hukum, yakni dengan memberikan kewenangan kepada
Komisi Yudisial untuk mewujudkan checks and balances, walaupun
Komisi Yudisial bukan pelaku kekuasaan kehakiman namun
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.

6. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM )

Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang


Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga
mandiri yang berkedudukan setingkat dalam negara lainnya yang
berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyaluran,
pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

17
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999
disebutkan bahwa Komnas HAM bertujuan :

 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak


asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia; dan
 Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya dalam berbagai bidang kehidupan.

B. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan


Masyarakat

Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam


kemasyarakatan hukum. Dalam masyarakat hukum itu harus pula bersendi
pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dalam masyarakat.

1. Perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan


kedamaian

Setiap warga negara berhak untuk mendapat perlindungan hukum.


Negara berkewajiban memberikan perlindungan hukum kepada warga
negaranya. Perlindungan hukum difungsikan untuk menghindari segala
bentuk perilaku sewenang wenang, penindasan, perampasan hak, dan lain-
lain yang dapat merugikan dan bahkan menyengsarakan seseorang atau
masyarakat. Perlindungan hukum juga didasari oleh faktor bahwa manusia
pada hakikatnya adalah sama, yaitu sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karena itu, siapapun yang bersalah ataupun melakukan pelanggaran
hukum harus mendapatkan sanksi huku. Sebaliknya , bagi siapa yang tidak
bersalah harus terhindar dari sanksi hukum. Semua orang harus
diperlakukan sama di dalam hukum.

18
Keadilan adalah sesuatu yang dirasakan seimbang, pantas sehingga
semua orang atau sebagian besar orang yang mengalami merasa pantas,
nyaman, dan adil. Salah satu ciri keadilan yang penting adakah adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Memperoleh keadilan adalah hak
asasi bagi setiap manusia. Tegaknya keadilan dan kebenaran dalam
masyarakat akan dapat mewujudkan masyarakat yang damai, sejahtera,
aman, tentram, dan saling percaya. Baik antara sesama masyarakat, maupun
terhadap pemerintah.

Kedamaian dapat diartikan bahwa di satu pihak terdapat ketertiban


antar pribadi yang bersifat ekstern dan di lain pihak terdapat ketentraman
pribadi intern. Demi tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka
hukum berfungsi untuk memberi jaminan bagi seseorang agar
kepentingannya diperhatikan oleh orang lain. Jika kepentingan itu
terganggu, maka hukum harus melindunginya, serta setiap ada pelanggaran
hukum. Oleh karenanya, hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan
tanpa membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara
diskriminatif.

2. Akibat Tidak Adanya Perlindungan dan Penegakan Hukum

Akibat-akibat yang ditimbulkan dari masalah penyelewengan


hukum sebagai berikut.

a. Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum


Masyarakat berpendapat hukum banyak merugikan mereka,
terlebih lagi soal materi sehingga mereka berusaha untuk
menghindarinya. Karena mereka percaya bahwa uanglah yang
berbicara, dan dapat meringankan hukuman mereka, fakta-fakta yang
ada diputarbalikkan dengan materi yang siap diberikan untuk penegak
hukum. Kasus-kasus korupsi di Indonesia tidak terselesaikan secara
tuntas karena para petinggi negara yang terlibat di dalamnya

19
mempermainkan hukum dengan menyuap sana sini agar kasus ini tidak
terungkap, akibatnya kepercayaan masyarakat pun pudar.
b. Penyelesaian konflik dengan kekerasan
Penyelesaian konflik dengan kekerasan contohnya ialah pencuri
ayam yang dipukuli warga, pencuri sandal yang dihakimi warga.
Konflik yang terjadi di sekelompok masyarakat di Indonesia banyak
yang diselesaikan dengan kekerasan, seperti kasus tawuran antarpelajar,
tawuran antarsuku yang memperebutkan wilayah, atau ada salah satu
suku yang tersakiti sehingga dibalas dengan kekerasan. Mereka tidak
mengindahkan peraturan-peraturan kepemerintahan, dengan masalah
secara geografis. Ini membuktikan masyarakat Indonesia yang tidak
tertib hukum, seharusnya masalah seperti maling sandal atau ayam
dapat ditangani oleh pihak yang berwajib, bukan dihakimi secara
seenaknya, bahkan dapat menghilangkan nyawa seseorang.

c. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan


pribadi
Melihat beberapa kasus di Indonesia, banyak warga negara
Indonesia yang memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum untuk
kepentingan pribadi. Contohnya: pengacara yang menyuap polisi
ataupun hakim untuk meringankan terdakwa, sedangkan polisi dan
hakim yang seharusnya bisa menjadi penengah bagi kedua belah pihak
yang sedang terlibat kasus hukum bisa jadi lebih condong pada
banyaknya masteri yang diberikan oleh salah satu pihak yang sedang
terlibat dalam kasus hukum tersebut.

d. Penggunaan tekanan asing dalam proses peradilan


Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh pengrusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh suatu perusahaan asing yang
membuka usahanya di Indonesia, mereka akan minta bantuan dari
negaranya untuk melakukan upaya pendekatan kepada Indonesia, agar

20
mereka tidak mendapatkan hukuman yang berat, atau dicabut izin
memproduksinya di Indonesia.

3. Upaya-Upaya Penegakan Hukum untuk Menjamin Keadilan dan Kedamaian

Penegakan hukum merupakan pondasi utama dalam kehidupan


Bernegara, guna terciptanya ketertiban dan ketentraman sehingga tidak
heran jika banyak Negara di dunia menjadikan penegakan hukum sebagai
prioritas kebijakan dan pembaharuan, termasuk Indonesia yang ditandai
dengan mulai berbenah dan dilengkapinya segala bentuk infrastruktur
lembaga-lembaga baik itu dalam lingkup kekuasaan eksekutif, yudikatif,
maupun lembaga-lemabaga pengawas independen yang bertugas melakukan
pengawalan terhadap terealisasinya jaminan penegak hukum.

Berbagai macam cara untuk mengatasi masalah penegakan hukum di


Indonesia sebagai berikut.

a. Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tetapi


menimbang serta melihat latar belakang peristiwa, alasan terjadinya
kejadian, unsur kemanusaian dan juga menimbang rasa keadilan dalam
memberikan keputusan.
b. Hukum seharusnya tidak di tegakan dalam bentuk yang paling kaku,
arogan, dan hitam putih. Tapi, harus berdasarkan rasa keadilan yang
tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks perundang-
undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakan yang
hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan
menghasilkan keputusan-keputusan yang kontroversial dan tidak
memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.

c. Hakim sebagai pemberi keputusan seharusnya tidak menjadi corong


undang-undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan
semata tanpa mempedulikan rasa keadailan. Hakim seharusnya
mengikuti perundang-undangan dengan mementingkan rasa keadilan

21
seadil-adilnya sehingga keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan
yang sebenarnya.

d. Memberikan Pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun


informal secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang
pentingnya penegakan hukum di Indonesia sehingga masyarakat sadar
hukum dan menaati peraturan yang berlaku.

e. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.


Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan semua
tingkat peradilan.

f. Pemberian saksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak
menjalankan tugas dengan semestinya.

C. Pemberitaan Yang Berkaitan Dengan Lembaga Penegak Hukum

1. Cara polisi tilang pemotor berteduh di kolong jalan

DKI Jakarta dan sekitarnya sudah memasuki waktu musim hujan.


Fenomena sering terjadi ketika hujan deras mengguyur jalanan di kota ini,
banyaknya pengguna sepeda motor berteduh di kolong jalan. Gusar dengan
kondisi itu, kepolisian bakal menerapkan sanksi tilang.
Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, AKBP Valentino
Tatareda menegaskan, sanksi itu tidak langsung diberikan. Pihak bakal
mengimbau terlebih dahulu. Bila tidak digubris maka langsung dilakukan
tilang bagi pengemudi berteduh di bawah fly over. Banyaknya pengendara
berteduh membuat arus lalu lintas tersendat. Sebab, jalur di bawah itu
dipenuhi kendaraan bermotor sehingga mempersempit jalan.
Sebelumnya pihak kepolisian mengancam warga yang berteduh di
bawah fly over akan ditilang ataupun denda sebesar 250.000. Sebenarnya
kebijakan ini sesuai dengan ketentuan undang-undang pasal 282 Undang-

22
Undang RI No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
(LLAJ).

2. MK : Perlu reformasi penegakan hukum sambut society 5.0

Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo


memandang perlu Indonesia melakukan reformasi penegakan hukum
untuk dapat mencapai supremasi hukum yang berkeadilan dalam
menghadapi tantangan Society 5.0.
"Bedanya dengan praktik penegakan hukum (konvensional, red.),
kini di era Society 5.0 ada dukungan internet of things (IOT) dalam
penegakan hukum," kata Suhartoyo ketika menyampaikan pidato kunci
dalam seminar nasional bertajuk "Refleksi Penegakan Hukum Indonesia
pada Era Society 5.0" yang disiarkan di kanal YouTube FKPH FH UII,
dan dipantau dari Jakarta, Minggu (31/10), seperti dikutip Antara. Dalam 2
tahun terakhir yang selaras dengan kemunculan pandemi Covid-19, kata
Suhartoyo, paradigma kehidupan yang mulanya dipengaruhi oleh Revolusi
Industri 4.0, kini telah bergeser ke paradigma Society 5.0.Paradigma
Society 5.0 mengombinasikan Revolusi Industri 4.0 dengan inisiatif untuk
menitikberatkan pembangunan yang berdasarkan pada nilai-nilai humanis.
"Society 5.0 merupakan suatu paradigma yang dikembangkan
untuk menjawab tantangan global, seperti makin tingginya kesenjangan
sosial dan ekonomi, sumber daya alam yang makin tipis, terorisme,
pandemi kehidupan, pandemi ketidakpastian, dan kompleksitas pada
hampir setiap tingkat kehidupan," kata Suhartoyo. Oleh karena itu, Society
5.0 akan mengembangkan masyarakat untuk menjadi lebih terpusat pada
kepentingan manusia, yakni menyeimbangkan laju ekonomi guna
menghapus kesenjangan, dan penyelesaian masalah sosial dengan
menggunakan sistem yang mengintegrasikan ruang siber dan ruang fisik.
Terkait dengan penegakan hukum yang lebih berorientasi pada
manusia, Suhartoyo memandang perlu untuk melakukan pembaruan

23
penegakan hukum dalam beberapa aspek, yakni reformasi pada
penggunaan hukum yang berkeadilan sebagai landasan pengambilan
keputusan yang baik oleh aparatur negara, serta mengharuskan lembaga
peradilan untuk mempertahankan prinsip independensi, imparsialitas, dan
kebebasan dalam memutus perkara.

3. Kasus Corona di Bogor Terus Naik, Bima Arya: Akibat Kurang


Edukasi dan Penegakan Hukum.

Sesuai pengakuan Wali Kota Bogor, Bima Arya, bahwa lonjakan


kasus positif covid-19 disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
Kurangnya edukasi dan lemahnya penegakan hukum. Seharusnya
pemerintah/lembaga negara lebih giat lagi memberikan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat agar tingkat kesadaran diri dalam
masyarakat meningkat, sehingga dapat meminimalisir adanya penambahan
kasus baru positif covid-19.
Selain itu, lemahnya penegak hukum juga menjadi salah satu faktor
penyebab bertambahnya kasus baru covid-19.Memang, sanksi tidak perlu
langsung diberikan kepada masyarakat yang melanggar protokol
kesehatan,tetapi perlu diberi himbauan/sosialisasi terlebih dahulu. Namun
jika masyarakat tetap melanggar protokol kesehatan setelah diberi edukasi,
maka lembaga negara perlu memberikan sanksi yang tegas seperti yang
dituangkan di Perwali Nomor 107/2020,agar masyarakat tidak lagi
menghiraukan atau melanggar protokol kesehatan.

4. Berantas pijol ilegal, Polri upayakan penegakan hukum dan beri


pemahaman pada masyarakat
TRIBUNNEWS.COM-Kabag Penum Mabes Polri Kombes Ahmad
Ramadhan mengatakan Polri akan melindungi masyarakat dari pinjaman
online (pinjol) ilegal yang semakin hari semakin banyak memakan korban.

24
Pasalnya pinjol ilegal ini sudah melanggar UU Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) tapi juga melanggar UU Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU). Selain itu kebanyakan korban juga mendapatkan
ancaman berupa pembullyan hingga pornografi.
"Terkait dengan kasus ini tentunya Polri juga melindungi
masyarakat, di dalam tindak pidana yang dilakukan pinjol ilegal ini ada
tindakan lain. Bukan saja tindak pidana terkait dengan UU ITE maupun
UU TPPU tapi juga ada ancaman pembullyan bahkan ada pornografinya.
Ini tentu sangat merugikan para nasabah," kata Ramadhan dalam tayangan
video di kanal YouTube Kompas TV, Minggu (24/10/2021). Lebih lanjut
Ramadhan menyebut Polri tidak hanya melakukan upaya penegakan
hukum pada penyedia jasa pinjol ilegal ini. Tapi juga mengupayakan
tindakan preventif, yakni dengan melakukan pemahaman kepada
masyarakat terkait cara peminjaman uang melalui pinjaman online.
Agar nantinya tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban dari
pinjol ilegal. Terkait dengan itu maka Polri tentu siap untuk melindungi
terhadap para korban. Upaya yang dilakukan bukan saja penegakan
hukum, tentu ada upaya-upaya preventif." "Dan ini yang paling penting,
memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak ada lagi korban
pinjol ilegal," terangnya.

5. TNI Bukan Tulang Punggung Penegakan Hukum Terorisme

Kritik terhadap rencana pemerintah melibatkan Tentara Nasional


Indonesia (TNI) dalam upaya pemberantasan terorisme semakin terdengar
kencang di masyarakat.
Posisi saat ini pemerintah telah merampungkan penyusunan Rancangan
Peraturan Presiden (Raperpres) tentang Tugas TNI dalam Mengatasi Aksi
Terorisme. Draf itu juga disebut telah diserahkan kepada DPR beberapa
waktu lalu untuk dapat dibahas secara bersama-sama.

Analisis Pemberitaan

25
Kasus Cara polisi tilang pemotor berteduh di kolong jalan
Sesuai pernyataan AKBP Valentino Tatareda (Wakil Direktur Lalu
Lintas Polda Metro Jaya) sanksi tidak perlu langsung diberikan kepada
pemotor, tetapi perlu diberi himbauan terlebih dahulu. Karena kita harus
memberikan kesempatan untuk pemotor, dan juga memerlukan
sosialisasi mengenai berteduh di kolong jalan (fly over). Perbuatan
mereka dapat membuat jalan mengecil dan tertutup, sehingga dapat
menggaggu pengguna jalan yang lain. Jika sudah dihimbau tetapi tidak
mau melakukan sesuai peraturan, maka pemotor harus diberi sanksi
sesuai hukum yang berlaku yaitu ditilang atau didenda 250 ribu.

Kasus Corona di Bogor Terus Naik, Bima Arya: Akibat Kurang


Edukasi dan Penegakan Hukum.
Sesuai pengakuan Wali Kota Bogor, Bima Arya, bahwa lonjakan
kasus positif covid-19 disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
Kurangnya edukasi dan lemahnya penegakan hukum. Seharusnya
pemerintah/lembaga negara lebih giat lagi memberikan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat agar tingkat kesadaran diri dalam
masyarakat meningkat, sehingga dapat meminimalisir adanya
penambahan kasus baru positif covid-19.
Selain itu, lemahnya penegak hukum juga menjadi salah satu faktor
penyebab bertambahnya kasus baru covid-19.Memang, sanksi tidak perlu
langsung diberikan kepada masyarakat yang melanggar protokol
kesehatan,tetapi perlu diberi himbauan/sosialisasi terlebih dahulu.
Namun jika masyarakat tetap melanggar protokol kesehatan setelah
diberi edukasi, maka lembaga negara perlu memberikan sanksi yang
tegas seperti yang dituangkan di Perwali Nomor 107/2020,agar
masyarakat tidak lagi menghiraukan atau melanggar protokol kesehatan

26
BAB III

PENUTUP

27
A. Kesimpulan

Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-


nilai atau budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat
menjadi mengerti tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi
politik diantaranya yaitu; metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan
motivasi (dorongan). Adapun sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik
kepada masyarakat yaitu melalui; keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,
tempat kerja, media massa dan kontak-kontak politik secara langsung.

B. Saran

Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat


mensosialisasikan politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar
dan tepat sehingga masyarakat dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu,
untuk politikus disarankan agar dapat menjalankan politik itu sesuai dengan
ketentuan Undang-undang yang berlaku dan tidak menjadikan politik untuk
kepentingan pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Tim redaksi. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

28
http://www.slideshare.net/fadhlisyar/makalah-pkn?related=1#

http://www.bimbingan.org/contoh-rumusan-masalah.htm

http://www.slideshare.net/iBeDaSilva/perlindungan-hukum

http://www.slideshare.net/ek0hidayat/penegakan-hukum-di-indonesia-21692948

http://sururudin.wordpress.com/2011/03/11/tugas-dan-wewenang-jaksa-dalam-
proses-perkara-pidana/

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-
penyelidik,-penyidikan,-dan-penyelidikan

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20140316110618AASEcZu

http://kakpanda.blogspot.com/2013/01/tugas-dan-wewenang-hakim.html

29

Anda mungkin juga menyukai