Oleh :
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
Penegakan Hukum
Indonesia adalah negara hukum, artinya roda pemerintahan serta keberlangsungan negara ini
didasarkan oleh hukum (rechtstaat), bukan oleh kekuasaan (nachtwachterstaat). Hampir setiap aspek
kehidupan diatur oleh hukum seperti pendidikan, ekonomi, politik, juga budaya. Hal inilah yang
diinginkan para pendiri bangsa, yakni Indonesia harus dikelola berdasarkan hukum.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Pengertian ini bisa dengan mudah dipahami karena secara etimologi, “penegakan hukum”
berasal dari kata “penegakan” dan “hukum”, sementara kata “penegakan” berawal dari kata dasar
“tegak”. Maka, jelaslah bahwa maksud dari penegakan hukum adalah agar “hukum itu tegak”
sebagaimana mestinya.
Dalam bahasa Inggris, penegakan hukum disebut dengan “rule of law”. Rule dapat diartikan
sebagai peraturan, kebiasaan, kekuasaan, atau kaidah. Maka jika diartikan secara gamblang, rule of law
berarti aturan tentang hukum atau kaidah tentang hukum.
Definisi lain menyatakan bahwa penegakan hukum merupakan suatu legalisme sehingga
mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur
yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Penegakan hukum atau rule of law
adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal. Dalam hubungan ini, pengertian penegakan hukum
berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan parturan perundang-undangan yang berlaku
dalam suatu negara.
1. Keadilan (Gerechtigkeit)
Keadilan adalah harapan yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum. Dalam
penegakan hukum, para aparat penegak hukum harus bersikap adil. Pelaksanaan hukum yang
tidak adil akan mengakibatkan keresahan masyarakat, sehingga wibawa hukum dan aparatnya
akan luntur di mata masyarakat. Apabila masyarakat tidak peduli terhadap hukum, maka
ketertiban dan ketenteraman masyarakat akan terancam yang pada akhirnya akan mengganggu
stabilitas nasional. Berdasarkan karakteristiknya, keadilan bersifat subjektif, individualis, dan
tidak manyamaratakan.
2. Kepastian Hukum (Rechtssicherheit)
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-
wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam
keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya
kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib dan sesuai dengan harapan. Misalnya, seseorang
yang melanggar hukum akan dituntut pertanggungjawabannya atas perbuatannya melalui proses
pengadilan dan apabila terbukti bersalah akan dihukum.
Kepastian hukum identik dengan pehaman positivisme hukum. Positivisme hukum
berpendapat bahwa satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang.
3. Kemanfaatan (Zweckmaigkeit)
Kemanfaatan di sini berarti keberhasilan dari penegakan hukum. Maka dari itu,
kemanfaatan tidak bisa dipisahkan dari penegakan hukum. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa hukum harus memiliki manfaat, misalnya secara umum hukum bermanfaat untuk
memberikan ketenteraman dan keamanan masyarakat dan menjaga stabilitas nasional.
Kemanfaatan di sini juga diartikan sebagai kebahagiaan. Hukum yang baik adalah hukum yang
memberikan kebahagiaan bagi banyak orang.
Hal menarik yang perlu dicermati adalah apabila terdapat dua unsur yang saling tarik menarik
antara keadilan dan kepastian hukum, maka akan terjadi ketidaksejalanan. Seperti yang dikemukakan
oleh Roeslan Saleh, “Keadilan dan kepastian hukum merupakan dua tujuan hukum yang kerap kali
tidak sejalan satu sama lain dan sulit dihindarkan dalam praktik hukum. Suatu peraturan hukum yang
lebih banyak memenuhi tuntutan kepastian hukum, maka semakin besar pada kemungkinannya aspek
keadilan yang terdesak. Ketidaksempurnaan peraturan hukum ini dalam praktik dapat diatasi dengan
jalan memberi penafsiran atas peraturan hukum tersebut dalam penerapannya pada kejadian konkret.
Apabila dalam penerapannya dalam kejadian konkrit, keadilan dan kepastian hukum saling mendesak,
maka hakim sejauh mungkin harus mengutamakan keadilan di atas kepastian hukum.”
Ada beberapa langkah dan usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan penegakan hukum, di
antaranya :
Sudah menjadi rahasia umum bahwa penegakan hukum di Indonesia itu “tajam di bawah,
runcing di atas.” Hukum seolah-olah hanya berlaku untuk masyakarat yang kecil dan lemah, sementara
tidak berlaku untuk pejabat. Pada bagian ini, akan dibahas beberapa kasus penegakan hukum yang
pernah terjadi di Indonesia.
Seorang nenek berusia 63 tahun bernama Asyani dilaporkan oleh sejumlah polisi hutan ke
Polsek Jatibanteng pada 4 Juli 2014. Nenek Asyani yang berprofesi sebagai tukang pijat ini diseret ke
Pengadilan Negeri Situbondo, Jawa Timur dengan tuduah mencuri 38 papan kayu jati di lahan
perusahaan bernama Perhutani di Desa Jatibanteng, Situbondo, Jawa Timur. Nenek Asyani dituntut
dengan ancaman hukuman penjara lima tahun dengan dakwaan tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan. Berbeda jauh dengan nasib Gayus Tambunan yang dihukum tujuh tahun penjara
namun masih bisa keluar masuk penjara dengan bebas bahkan bisa berlibur ke Bali. Padahal, Gayus
Tambunan telah merugikan jutaan rakyat, bukan hanya seorang dua orang. Ada pula kasus kecelakaan
maut yang pernah menimpa putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa. Rasyid pada 1 Januari 2013 silam,
mengemudikan mobil BMW dengan kecepatan tinggi lalu menabrak mobil Luxio di Tol Jagorawi.
Rasyid diancam hukuman 6 tahun penjara, berbeda satu tahun dengan ancaman yang diberikan kepada
Nenek Asyani.
Daftar Pustaka
Dekiawati, Erla Sari. 2017. Rule of Law (Penegakan Hukum) dan Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia. (Online,
http://www.academia.edu/32522284/RULE_OF_LAW_PENEGAKAN_HUKUM_DAN_PER
ATURAN_PERUNDANG-UNDANGAN_DI_INDONESIA_Disusun_oleh, diakses 31
Agustus 2018).
Rahmat, Aulia, dkk. 2012. Penegakan Aturan Hukum (Rule of Law). (Online,
https://id.scribd.com/doc/92465751/makalah-penegakan-aturan-hukum, diakses 30 Agustus
2018).
Santoso, Sukoco Jati, dkk. 2017. Makalah Pendidikan Kewarganegaraan “Penegakan Hukum
Berkeadilan di Indonesia”. (Online, http://tahta10.blogspot.com/2017/06/makalah-pkn-tentang-
penegakan-hukum.html, diakses 31 Agustus 2018).
Saputra, Riki Eka. 2013. Sistem Hukum Indonesia Makalah Penegakan Hukum. (Online,
https://id.scribd.com/document/208844004/Makalah-Penegakan-Hukum, diakses 30 Agustus
2018).