MAKALAH
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA
GURU PEMBINGBING:
Dra. Wiwi Pratiwi.
DISUSUN OLEH
Fadhlika Irsyad Maulana (XI IPS4)
SMAN 25 GARUT
Jln. H. Hasan arif No. 205 Kecamatan banyu resmi , kabupaten
garut,jawabarat 44191
2024/2025
DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan
1.Latar belakang
2.Perumusan masalah
3.Tujuan
4.Manfaat
Bab II : Pembahasan
1.Makna dan karakteristik hukum
2.Penggolongan hukum
3.Tujuan hukum
1.Latar belakang
Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan mengarahkan perilaku
manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini ditangkan dalam undang undang baik tertulis
maupun yang tidak tertulis. Hukum tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus
diterima bagi pelanggar undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan
sanksi pidana yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut.
Hukum yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa sumber yang sebelum merdeka sudah
berlaku, antara lain hukum yang bersumber dari agama, hukum yang bersumber dari adat atau
kebiasaan dan hukum yang bersumber dari negara lain yang menjajah Indonesia. Ketiga sumber
hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidk dapat dipisahkan satu dengan lain, karena
apabila hukum negara ditegakkan di wilayah yang sangat menjunjung tinggi hukum adat maka
keberadaan hukum itu sendiri akan berbenturan dengan masyarakat. Hal ini sangat berbanding
terbalik dengan tujuan hukum itu sendiri yaitu menciptakan mengatur dan mengarahkan
manusia untuk lebih baik.
Di dalam Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Bab 1 Pasal 1 ayat (3)
dijelaskan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum “, hal ini menunjukkan bahwa
segala sesuatu yang terjadi
Di Indonesia baik yang berhubungan dengan negara ataupun masyarakatnya diatur sesuai
peraturan hukum yang berlaku. Hal ini dirumuskan untuk membatasi hak dan kewajiban
masyarakat terhadap masyarakat dan masyarakat terhadap negara agar terjaminnya rasa
keadilan bagi masyarakat Indonesia.
Dalam hal penegakan hukum ada tujuan yang diharapkan dari adanya penegakan hukum,
menurut Gustav Radbruch hukum ditegakkan bertujuanan agar tercapainya kepastian hukum,
keadilan hukum dan kemanfaatan hukum terhadap para pihak. Hal ini sudah sesuai dengan
pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan juga Pancasila
pada sila ke dua yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab hal ini menunjukkan
bahwa penegakan hukum juga harus terpenuhinya rasa keadilan dan kemanusiaan bagi para
pihak yang sedang menjalankan proses penegakan hukum baik itu korban maupun pelaku.
Penegakan hukum yang efektif menurut Lawrance M. Friedman ada tiga elemen antara lain
substansi hukum, struktur hukum dan kultur atau budaya masyarakat. Substansi hukum berisi
tentang peraturan dan undang undang yang digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan.
Struktur hukum berisi lembaga lembaga yang berwenang untuk melaksanakan
2.PERUMUSAN MASALAH
3.TUJUAN
4.Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan, yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi
perkembangan Ilmu Pengetahuan Hukum
2. Bagi masyarakat, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampak
teknologi komputer dan internet terhadap perkembangan kejahatan di Indonesia.
3. Untuk dapat dijadikan bahan masukan, guna memperjelas suatu tindak pidana mayantara
yang saat ini banyak terjadi di zaman modern, zaman yang penuh dengan kebutuhan akan
teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Makna Hukum
Di sisi lain, hukum juga berupa keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim
dalam pengadilan atau vonis.
Dari sini, dapat disimpulkan makna hukum adalah aturan, tata tertib, dan kaidah hidup yang
berlaku di masyarakat atas ketetapan lembaga tertinggi di sebuah negara.
Unsur Hukum
2.Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
Hukum dapat memaksa seseorang untuk menaati tata tertib yang berlaku di masyarakat.
Contohnya, hukum tentang lalu lintas.
Dengan adanya hukum tersebut, seorang pengemudi kendaraan harus berhenti ketika lampu
merah menyala. Jika tidak, ia dianggap melanggar aturan lalu lintas.
Hukum atau peraturan tersebut dibuat karena faktor keselamatan pengemudi dan pengguna
jalan. Jika pengemudi tetap melajukan kendaraannya ketika lampu merah menyala, maka dapat
membahayakan pengemudi sekaligus penumpang di kendaraan lain yang berlawanan arah.
Begitu pula dengan pengguna jalan lain, seperti pejalan kaki hingga pedagang di sekitar jalan.
Selain itu, arus lalu lintas pun menjadi tertib.
Karakteristik hukum lainnya adalah hukum dapat memberi sanksi yang tegas kepada orang
yang tidak menaatinya.
Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan ‘main hakim sendiri’ dalam pergaulan masyarakat.
2.Pengolongan hukum
Hukum dapat dibedakan atas beberapa macam menurut cara membedakannya yaitu menurut
sumbernya, isinya, kekeuasaan mengikatnya, dasar pemeliharaannya, keadaannya, tempat
berlakunya, bentuknya, dan penerapannya.
b.Hukum kebiasaan dan hukum adat, ialah hukum yang terdapat dalam kebiasaan dan adat
istiadat dalam masyarakat;
c.Hukum traktat, ialah hukum yang mengadakan perjanjian bilateral ataupun multirateral;
d.Hukum yurisprudensi, ialah hukum yang terbentuk karena putusan pengadilan; dan
e.Hukum ilmu (doktrin), ialah hukum yang terdapat dalam pandangan ahli-ahli hukum yang
terkenal dan sangat berpengaruh.
b. Hukum prifat ialah hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang menyangkut
kepentingan pribadi.
3) Menurut kekuatan mengikatnya, hukum dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu:
a. Hukum pelengkap (hukum fakultatif, aanvullend recht) ialah peraturan hukum yang boleh
dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang yang berkepentingan.Peraturan hukum
mana hanya berlaku jika orang-orang yang berkepentingan tidak mengatur sendiri
kepentingannya.
b. Hukum memaksa (hukum imperative,dwingend recht) ialah peraturan hukum yang tidak
boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang yang berkepentingan.Peraturan
hukum mana mau tidak mau harus ditaati oleh orang-orang yang berkepentingan.
4) Menurut dasar pemeliharaannya, hukum dapat dibedakan atas (dua) macam, yaitu:
a. Hukum materiil, ialah hukum yang mengatur isi dari pada hubungan-hubungan hukum
(rechtsverhouding, rechtsbetrekking) dalam masyarakat. Hubungan-hubungan hukum dalam
lapangan perdata diatur oleh hukum perdata, dan hubungan-hubungan hukum dalam lapangan
hukum publiki diatur oleh hukum publik.
b. Hukum formil, ialah hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya memepertahankan
atau menegakkan hukum acara, yang terdiri atas hukum acara perdata, hukum acara pidana
dan hukum acara tata usaha Negara.
Hukum materiil sering juga disebut ”hukum substantife” sedangkan hukum formil sering juga
disebut “hukum ajektif”.
a. Hukum objektif ialah segala macam yang ada dalam suatu Negara yang berlaku umum.
Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur hubungan-hubungan hukum.
b. Hukum subjektif ialah peraturan hukum (hukum objektif) yang dihubungkan dengan
seseorang tertentu dan dengan demikian menimbulkan hak dan kewajiban. Hukum subjektif
timbul jika hukum objektif beraksi karena hubungan hukum. Hubungan hukum yang diatur
hukum objektif menimbulkan “hak” pada satu pihak dan “kewajiban” pada pihak lain. Namin
pada umumnya hukum subjektif ini hanya disebut “hak” saja tidak termasuk kewajiban,
sehingga hanya bersifat sepihak.
a. Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah satu Negara saja.
a. Ius constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku dalam suatu Negara pada
sekarang. Hukum yang berlaku sekarang ini di Indonesia di namakan ius constituendum atau
juga sering disebut “tata hukum” Indonesia.
b. Ius constituendum ialah hukum yang diharapkan atau dicita-citakan berlaku pada waktu
yang akan dating. Ius constituendum masih belum menjadi norma dalam bentuk formil
(undang-undang atau bentuk lainnya).
b. Hukum tertulis (ongaschreven recht) ialah hukum yang hidup dalam masyarakat, meskipun
tidak tertulis tetapi ditaati dalam pergaulan hukum di masyarakat. Mengenai hukum tak tertulis
ini, ada kemungkinan hukum hukum tersebut betul-betul tak tertulis, dan ada pula hukum tak
tertulis yang tercatat (artinya dan informal, atau oleh pemimpin-pemimpin formal dan informal,
atau oleh sarjana atas dasar penilitiannya).
a. Hukum in abstracto, ialah semua peraturan hukum yang berlaku pada suatu Negara yang
belum diterapkan terhadap sesuatu kasus oleh pengadilan.
b. Hukum in concreto, ialah peraturan hukum yang berlaku pada suatu Negara yang telah
diterapkan oleh pengadilan terhadap suatu kasus yang terjadi dalam masyarakat
3.TUJUAN HUKUM
Aksi para begal motor merupakan salah satu bentuk pelanggaran hukum yang sangat
meresahkan masyarakat. Kita patut mengapresiasi atau memberikan penghargaan kepada para
petugas kepolisian yang berhasil meringkus para pembegal motor tersebut sehingga
ketenteraman dan ketertiban di masyarakat betul-betul dapat terwujud.
Keberhasilan para petugas kepolisian tersebut merupakan perwujudan dari tujuan adanya
hukum. Apa sebenarnya yang menjadi tujuan hukum itu?
Tujuan ditetapkannya hukum bagi suatu negara adalah untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan, mencegah tindakan yang sewenang-wenang, melindungi hak asasi manusia, serta
menciptakan suasana yang tertib, tenteram aman, dan damai.
Tata hukum merupakan hukum positif atau hukum yang berlaku di suatu negara pada saat
sekarang. Tata hukum bertujuan untuk mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan
tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat dicapai ketertiban di negara
tersebut.
Pengadilan secara umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut hukum dengan
tidak membeda-bedakan orang.
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang. Pengadilan wajib memeriksa dan
mengadili setiap perkara peradilan yang masuk.
Adapun yang menjadi dasar hukum terbentuknya lembaga-lembaga peradilan nasional sebagai
berikut.
1. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
2.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IX Pasal 24 Ayat (2) dan
(3).
2.Pengadilan Tingkat Kedua (Pengadilan Tinggi) Pengadilan tingkat kedua wilayahnya berada di
level provinsi. Pengadilan tingkat kedua berfungsi menjadi pimpinan di wilayah hukumnya.
Fungsi lainnya, mengawasi, meneliti, menegur, memberi petunjuk, hingga memberi peringatan
terkait proses penanganan perkara di Pengadilan Negeri. Adapun kewenangan pengadilan
tingkat kedua (Pengadilan Tinggi) adalah mengadili putusan di Pengadilan Negeri, jika ada
pengajuan banding.
3.Mahkamah Agung (Kasasi) Puncak tertinggi dari tingkatan lembaga peradilan di Indonesia
ialah Mahkamah Agung (MA) yang wilayah otoritasnya mencakup level nasional. Dalam sidang
kasasi, MA berwenang untuk menguji putusan hakim Pengadilan Tinggi atas suatu perkara.
Hakim MA berwenang membatalkan putusan itu, membenarkan, atau malah menguatkan.
Majelis Hakim MA bisa mengubah putusan Pengadilan Tinggi jika: -Ada kesalahan atau
ketidaksesuaian dengan undang-undang. -Batas wewenang lembaga peradilan dilewati -
Adanya kesalahan dalam penerapan atau penafsiran ketentuan hukum yang berlaku
8.PERAN LEMBAGA PERADILAN
Sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan ialah menerima,
memeriksa dan memutuskan setiap perkara yang diajukan kepadanya, termasuk didalamnya
menyelesaikan perkara voluntair.
Peradilan Agama juga adalah salah satu diantara 3 Peradilan Khusus di Indonesia. Dikatakan
Peradilan Khusus karena Peradilan Agama mengadili perkara-perkara perdata tertentu dan
mengenai golongan rakyat tertentu. Dalam struktur organisasi Peradilan Agama, ada Pengadilan
Agama dan Pengadilan Tinggi Agama yang secara langsung bersentuhan dengan penyelesaian
perkara di tingkat pertama dan banding sebagai manifestasi dari fungsi kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama.
1. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam kepada instansi
Pemerintah didaerah hukumnya apabila diminta.
Dengan demikian, Pengadilan Agama bertugas dan berwenang untuk menyelesaikan semua
masalah dan sengketa yang termasuk di bidang perkawinan, kewarisan, perwakafan, hibah,
infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.
Fungsi:
1. Melakukan pembinaan terhadap pejabat strykturan dan fungsional dan pegawai lainnya baik
menyangkut administrasi, teknis, yustisial maupun administrasi umum.
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim dan pegawai lainnya
(pasal 53 ayat 1 dan 2, UU No.3 Tahun 2006)
Setiap anggota keluarga harus mengembangkan kesadaran diri dengan cara membiasakan sikap
atau berperilaku, di antaranya seperti:
BAB III
DAFTAR PUSTAK A
http://sharingaboutlawina.blogspot.co.id/2014/12/tujuan-hukum-menurut-gustav-
radbruch.html, diakses pada hari Minggu tanggal 21 Januari 2024, jam 09.00 wib
http://khoiruumah96.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html,
diakses pada hari Senin, tanggal 22 Januari 2024, jam 09.14 wib.