Anda di halaman 1dari 6

https://owntalk.co.

id/2020/11/23/komponen-sistem-hukum-menurut-lawrence-m-friedman/

Komponen Sistem Hukum Menurut


Lawrence M. Friedman
Anwar Anas - Pendidikan

November 23, 2020

Jakarta, Owntalk.co.id – Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya
penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (struktur of law),
substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal culture).

Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat
perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut
dalam suatu masyarakat.

Dengan melihat pengertian dari teori M.friedmen kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya ketiga
unsur hukum itu harus berjalan bersama agar hokum yang di buat untuk menegakan keadilan itu
dapat berjalan efektif, dan keadilan yang di rasakan oleh masyarakat yang di atur oleh hukum itu
sendiri.

Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan hukum bergantung pada:
Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya Hukum. Pertama: Substansi Hukum:
Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem substansial yang menentukan
bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan.

Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang
mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang mereka susun.

1. Substansi Hukum (legal substance)

Subtansi hukum bisa dakatakan sebagai norma, aturan, dan perilaku nyata manusia yang berada
pada sestem itu, di dalam subtansi hukum ada istilah “ produk” yaitu suatu keputusan yang baru di
susun dan baru di buat yang mana di sini di tekankan pada suatu hukum akan di buat jika melalui
peristiwa terlebih dahulu.

Seperti tertulis pada KUHP pasal 1 di tentukan “tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat di
hukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”, system ini sangat mempengaruhi system hukum di
Indonesia. Peluang besar bagi seorang pelanggar hukum untuk lari dari sebuah sanksi dari tindakan
yang menyalahi hukum itu sendiri.

Sudah banyak kasus yang terjadi di Indonesia, yang di sebabkan lemahnya system yang sehingga
para pelanggar hukum itu seolah meremehkan hukum yang ada. Subtanci hukum juga mencakup
hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law
books).

Sebagai negara yang masih menganut sistem Civil Law Sistem atau sistem Eropa Kontinental (meski
sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah menganut Common Law).

1
Masalah yang di sebabkan subtansi karna Indonesia masih menggunakan hukum eropa continental
jadi hukum nya itu menganut sisitem yang belanda dan hukum itu pun di buat sejak dulu, contoh
seorang pencuri ayam di malang mencuri ayam di kota A, dan di kota B itu sudah berbeda sansi yang
di terima . nah itu lah salah satu kelemahan dari hukum yang kita anut di bangsa ini.

2. Struktur Hukum ( legal structure)

Struktur hukum , yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang menjaga proses
tetap berada di dalam batas-batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah serta ukuran pengadilan,
jurisdiksinya (jenis perkara yang diperiksa serta hukum acara yang digunakan), termasuk di dalam
struktur ini juga mengenai penataan badan legislative.

Teori Lawrence Meir Friedman yang Kedua : Struktur Hukum/Pranata Hukum: Dalam teori Lawrence
Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum
itu dilaksanakan dengan baik. Struktur hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas).

Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang. Sehingga dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-
pengaruh lain.

Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang kredibilitas,
kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-undangan bila tidak
didukung dengan aparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan.

Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan penegakkan hukum tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak
hukum diantaranya lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekruitmen yang tidak
transparan dan lain sebagainya.

Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam
memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah maka
akan ada masalah.

Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan
munculnya masalah masih terbuka.

Masalah yang ditimbulkan dari struktur hukum yaitu sekarang banyak kasus penyelewengan
kewenangan di ranah penegak hukum kepolisian yang banyak melakukan pelanggaran contohnya,
banyak polisi lalu lintas yang menyalahi aturan seperti melakukan Tilang tapi akhirnya minta uang,
dan melakukan pengoperasian tapi taka da surat izin dan lain sebagainnya.

Sebagai Penegak hukum seharunya bisa menjadi wadah penampung aspirasi masyarakat ini malah
menjadi musuh nyata bagi masyarakat, lihat saja sekarang masyarakat ak lagi mempercayai
eksintensi penegak hukum di negri ini.

3. Budaya Hukum (legal culture)

2
Budaya hukum ini pun dimaknai sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang
menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.

Selanjutnya Friedman merumuskan budaya hukum sebagai sikap-sikap dan nilai-nilai yang ada
hubungan dengan hukum dan sistem hukum, berikut sikap-sikap dan nilai-nilai yang memberikan
pengaruh baik positif maupun negatif kepada tingkah laku yang berkaitan dengan hukum.

Demikian juga kesenangan atau ketidak senangan untuk berperkara adalah bagian dari budaya
hukum. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan budaya hukum itu tidak lain dari keseluruhan
faktor yang menentukan bagaimana sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam
kerangka budaya milik masyarakat umum.

Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang disebut budaya hukum adalah keseluruhan sikap
dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada dalam masyarakat yang akan menentukan
bagaimana seharusnya hukum itu berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. ***

Komponen Sistem Hukum Menurut Lawrence M. Friedman

https://www.metrokaltara.com/8788-2/

Lawrence M. Friedman menjelaskan ada tiga unsur atau komponen dalam sistem hukum,
atau biasa disebut Three Elemens of Legal Sistem, merupakan faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum, yaitu komponen struktur, komponen substansi, dan komponen kultur
atau budaya hukum. Ketiga komponen tersebut membentuk satu kesatuan yang bulat dan
utuh, serta saling berhubungan, atau biasa disebut dengan sistem.
Hubungan di antara ketiga komponen tersebut secara singkat dapat digambarkan oleh
Ahmad Ali dengan cara menjelaskan ketiga unsur dalam sistem hukum tersebut, sebagai
berikut:
a. struktur diibaratkan sebagai mesin ;
b. substansi adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin itu;
c. kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan
dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan
Menurut Friedman, komponen struktur (structure) adalah: the structure of a system its
skeletal framework; it is the permanent shape, the institutional body of the system, the
tough, rigid bones that keep the process folowing within bounds. Struktur adalah bagian
dari sistem hukum yang bergerak di dalam suatu mekanisme, berkaitan dengan lembaga
pembuat undang-undang, pengadilan, penyidikan, dan berbagai badan yang diberi
wewenang untuk menerapkan dan menegakkan hukum. Struktur adalah kerangka atau
rangkanya sistem hukum, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam
bentuk dan batasan terhadap keseluruhan bangunan hukum. Struktur hukum
termanifestasikan dalam bentuk lembaga-lembaga atau individu petugas pelaksana
lembaga tersebut. Lawrence M. Friedman memberi contoh struktur sebagai Mahkamah
Agung Amerika Serikat dengan sembilan Hakim Agung di dalamnya. Struktur hukum ini
termasuk di dalamnya struktur institusi-institusi penegak hukum, Seperti Kepolisian,
Kejaksaan, dan Pengadilan.

3
Komponen struktural adalah bagian dari sistem hukum yang bergerak dalam suatu
mekanisme. Contohnya, lembaga pembuat undang-undang, pengadilan dan berbagai
badan yang diberi wewenang untuk menerapkan dan menegakkan hukum. Perubahan
struktur dari sistem hukum tersebut berjalan dengan kecepatan berbeda. Secara
kelembagaan, sistem hukum yang berlaku di Indonesia, terdiri atas beberapa struktur
hukum, meliputi Badan Peradilan, Kepolisian, Badan Penuntutan (Kejaksaan), Lembaga
Pemasyarakatan, Penasihat Hukum, Konsultan Hukum, serta badan-badan penyelesaian
sengketa hukum diluar pengadilan.

Komponen kedua adalah substansi, the substance is composed of substantive rules and
rules about how institution should be have. Substansi adalah aturan, norma, dan pola
perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem tersebut. Atau dapat dikatakan sebagai
suatu hasil nyata, produk yang dihasilkan, yang diterbitkan oleh sistem hukum tersebut.
Elemen substansi meliputi peraturan-peraturan sesungguhnya, norma dan pola perilaku
dari orang-orang di dalam sistem tersebut. Hasil nyata ini dapat berbentuk inconcreto, atau
norma hukum individu yang berkembang dalam masyarakat, hukum yang hidup dalam
masyarakat (living law), maupun hukum inabstracto, atau norma hukum umum yang
tertuang dalam kitab undang-undang (law in books).

Komponen ketiga adalah budaya hukum, the legal culture, system-their beliefs, values,
ideas, and expectation. Budaya hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem
hukum, kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur atau budaya hukum berupa
sikap tindak masyarakat beserta nilai-nilai yang dianutnya. Atau dapat juga dikatakan,
bahwa budaya hukum adalah keseluruhan jalinan nilai sosial yang berkaitan dengan hukum
beserta sikap tindak yang mempengaruhi hukum, seperti adanya rasa malu, rasa bersalah
apabila melanggar hukum dan sebagainya.

Budaya hukum juga merupakan unsur yang penting dalam sistem hukum, karena budaya
hukum memperlihatkan pemikiran dan kekuatan masyarakat yang menentukan bagaimana
hukum tersebut ditaati, dihindari, atau disalahgunakan. Lawrence M. Friedman menjelaskan
pentingnya budaya hukum dengan memberikan kiasan filosofis ikan dengan air, adalah
sebagai berikut: Hukum tanpa budaya hukum adalah seperti ikan mati dalam suatu ember,
bukan ikan yang hidup berenang di samudera wahananya. Budaya hukum adalah suasana
pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan,
dihindari, atau disalahgunakan. Tanpa budaya hukum, sistem hukium itu sendiri tidak
berdaya, seperti ikan mati yang terkapar di keranjang, bukan seperti ikan hidup yang
berenang di lautnya.

Permasalahan budaya hukum tidak hanya dapat ditangani dalam satu lembaga saja, tetapi
perlu penanganan secara simultan dan antardepartemen, serta diupayakan secara
bersama-sama dengan seluruh aparat penegak hukum, masyartakat, asosiasi profesi,
lembaga pendidikan hukum, dan warga masyarakat secara keseluruhan. Peranan tokoh

4
masyarakat, para ulama, pendidik, tokoh agama, sangat penting dalam memantapkan
budaya hukum.***

Sistem Hukum di Indonesia

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sistem Hukum di Indonesia", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/13/140000869/sistem-hukum-di-indonesia?
page=all.
Penulis : Ari Welianto
Editor : Ari Welianto

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Penulis Ari Welianto | Editor Ari Welianto KOMPAS.com - Setiap negara, termasuk Indonesia
memiliki sistem hukum untuk mengatur pemerintahannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), sistem adalah perangkat unsur secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
totalitas. Sementara hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Dalam buku Sistem Hukum Indonesia: Ketentuan-
ketentuan hukum Indonesia dan Hubungannya (2018) karya Handri Raharjo, sistem hukum adalah
sebuah tatanan hukum yang terdiri dari beberapa sub sistem hukum yang memiliki fungsi yang
berbeda-beda dengan lain. Di mana untuk mencapai sebuah tujuaan yang sama, yaitu terwujudkan
keamanan, ketertiban, dan keadilan. Baca juga: Sistem Hukum di Indonesia Sesuai UUD 1945 Sistem
Hukum di Indinesia Sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil
Law. Hal ini dapat dilihar dari sejarah dan politik hukum, sumber hukum maupun sistem penegakan
hukumnya. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Di mana sistem
tersebut banyak berkembang di negara-negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, Italia, Jerman.
Kemudian di Amerika Latin dan Asia. Di Asia, salah satunya Indonesia pada masa penjajahan
Belanda. Pada sistem hukum Eropa Kontinental memiliki karakteristik sebagai berikut: Berasal dari
kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus.
Corpus Juris Civilis (kumpulan berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus) dijadikan
prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa. Prinsip utamanya
bahwa hukum itu memperoleh kekuatan mengikat. Karena berupa peraturan yang berbentuk
undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Tujuan hukum adalah kepastian
hukum Adagium yang terkenal "tidak ada hukum selain undang-undang". Hakim tidak bebas dalam
menciptakan hukum baru. Karena hakim hanya menerapkan dan menafsirkan peraturan yang ada
berdasarkan wewenang yang ada padanya. Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya
mengikat para pihak yang berpekara saja. Sumber hukum utamanya adalah undang-undang yang

5
dibentuk oleh badan legislatif. Pada mulanya hukum hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum
publik (hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana) dan hukum privat (hukum
perdata dan hukum dagang). Baca juga: Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Tapi seiiring perkembangan zaman batas-batas antara hukum publik dan hukum privat semakin
kabur. Namun dalam pembentukannya peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia
dipengaruhi oleh sistem hukum adat dan sistem hukum Islam. Hal tersebut wajar, mengingat hukum
merupakan sebuah sistem yang tersusun atas sejumlah bagian yang masing-masing juga merupakan
sistem yang dinamakan subsistem. Dalam sistem hukum Indonesia terdapat subsistem hukum
perdata, hukum pidana, maupun hukum tata negara. Negar hukum menurut Eropa Continental
dipelopori oleh Imanuel Kant dengan paham Laissez faire laissez aller, artinya biarlah setiap anggota
masyarakat menyelenggarakan sendiri kemakmurannya, jangan negara yang ikut campur. Ada
elemen penting dalam konsep negara hukum menurut Eropa Continental, yakni: Adanya
perlindungan hak-hak asasi manusia Pembagian kekuasaan Pemerintah berdasarkan undang-undang
Adanya Peradilan Tata Usaha Negara Baca juga: Jaksa Agung Akui Penegakkan Hukum di Indonesia
Belum Penuhi Rasa Keadilan Indonesia negara hukum Indonesia merupakan negara hukum. Ini
tertuang dalam UUD 1945 pasal 1 ayat tiga yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.
Negara hukum yang dianut Indonesia adalah negara hukum yang senentiasa mempertimbangkan
segala tindakan pada dua landasan. Yakni, dari segi kegunaan atau tujuannya dan dari segi landasan
hukumnya. Dalam buku Pengantar Hukum Indonesia (2016) karya Hanafi Arief, sejarah hukum di
Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan dipengaruhi hukum adat dan kemudian diganti oleh
sistem hukum Civil Law yang disebabkan penjajahan Belanda. Sistem tata hukum yang digunakan
sebelum 17 Agustus 1945 antara lain sistem hukum Hindia Belanda berupa sistem hukum barat dan
sistem hukum asli (hukum adat). Sebelum Indonesia dijajah oleh Belanda, hukum yang digunakan
untuk menyelesaikan setiap sengketa yang terjadi di masyarakat mengggunakan hukum adat. Pada
masa itu hukum adat diperlakukan hampur seluruh masyarakat Indonesia. Setiap daerah mempunyai
hukum adat yang berbeda. Baca juga: Steffi Zamora: Hukum di Indonesia Makin Aneh Hukum adat
sangat ditaati masyarakat masa itu, karena mengandung nilai-nilai keagamaan, kesusilaan, tradisi
dan kebudayaan yang tinggi. Namun hukum adat kemudian berangsung tergeser disebabkan adanya
gagasan diberlakukannya kodifikasi hukum barat secara efektif sejak 1848. Pada 1848, kitab undang-
undang hukum perdata, kitab undang-undang hukum dagang, kitab undang-undang hukum acara
perdata dan acara pidana berlaku bagi penduduk Belanda di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai