Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PENGGOLONGAN HUKUM DAN SISTEM HUKUM

A. Capaian Pembelajaran
Pertemuan ke III dalam mata kuliah ini mempelajari tentang
penggolongan dan sistem hukum. Di akhir perkuliahan
mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang
penggolongan hukum dan sistem hukum yang berlaku di
Indonesia.
B. Materi
1. Pengertian Sistem Hukum
Indonesia menganut sistem hukum civil law
peninggalan dari Belanda, karena jaman dahulu bangsa
Indonesia lama dikuasai oleh Belanda, dengan sistem civil
law yang dianut ini, Indonesia merasa cocok karena sistem
inilah yang dianggap sesuai dengan budaya hukum kita.
Menurut Sudikno Mertokusumo, berpendapat bahwa: “ sistem
hukum merupakan satu kesatuan yang terdiri dari unsur-
unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut’’ (Sudikno
Mertokusumo, 1986:20).
Sistem hukum Indonesia merupakan sistem hukum
yang berasal dari daratan Eropa yakni Eropa Kontinental yang
juga disebut sebagai Civil Law. Indonesia menganut sistem
hukum Civil Law. Hal tersebut dilatar belakangi oleh
hagemoni kekuasaan Belanda di Indonesia, sehingga
Indonesia menganut sistem yang merupakan peninggalan
Belanda (Budiman Ginting, 2014:22).
Menurut Lawrence Meir Friedman ‘‘komponen sistem
hukum terdiri atas kultur hukum, substansi hukum, dan
struktur hukum, kultur hukum adalah budaya hukum
masyarakat, substansi hukum artinya materi hukum yang
termuat dalam perundang-undangan dan struktur hukum
berarti lembaga pelaksana hukum’’ (Lawrence Meir Freidmen
2001:43). Fuller meletakkan ukuran apakah kita suatu saat
dapat berbicara mengenai adanya suatu sistem hukum dalam
delapan asas yang dinamakannya principles of legality yaitu:
1) Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-
peraturan.
2) Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus
diumumkan.
3) Tidak boleh ada aturan yang berlaku surut, oleh karena
apabila yang demikian itu ditolak, maka peraturan itu tidak
bisa dipakai untuk menjadi pedoman tingkah laku.
4) Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang
bisa di mengerti.
5) Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-
peraturan yang bertentangan satu sama lain.
6) Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan
yang melebihi apa yang dapat dilakukan.
7) Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah
peraturan sehingga menyebabkan seorang akan
kehilangan orientasi.
8) Harus ada kecocokan antara peraturan yang di
Undangkan dengan pelaksanaanya sehari-hari.
(Lawrence Meir Freidmen 2001:45).
Sistem hukum sendiri menurut bahasa adalah satu
kesatuan hukum yang tersusun dari tiga unsur yakni:
1) Struktur adalah semua lembaga atau institusi penegak
hukum, beserta semua aparat yang meliputi, kepolisian
dengan para polisinya, kejaksaan dengan para jaksanya,
dan semua profesi dengan orangnya.
2) Subtansi adalah seluruh asas hukum, norma hukum, dan
aturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, termasuk yurisprudensi.
3) Kultur hukum adalah kebiasaan, opini, dari para penegak
hukum, dari warga masyarakat yang hidup dan tumbuh
menjadi suatu kebiasaan. (Ahmad Ali, 2004)
Dalam teori sistem hukum sendiri terdiri dari beberapa
bagian atau yang sering kita kenal dengan istilah komponen
komponen sistem hukum. Karena dalam pembentukan sistem
hukum memerlukan komponen-komponen sistem hukum.
Sistem hukum akan terbentuk jika memliki komponen-
komponen sebagai berikut:
1) Masyarakat hukum
Masyarakat hukum adalah himpunan yang terdiri dari
berbagai kesatuan yang tergabung menjadi satu dan
saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya, sehingga
membentuk suatu hubungan yang teratur. Ketika kita lihat
masyarakat seara umum bisa kita kelompokan menjadi
tiga kelompok yang utama yakni:
(1) Masyarakat sederhana;
(2) Masyarakat Negara; dan
(3) Kelompok masyarakat internasional (H. Juhaya S.
Praja, 2014:60).
2) Budaya Hukum
Budaya hukum adalah istilah yang di gunakan untuk
menunjukan sebuah tradisi hukum yang digunakan
sebagai alat untuk mengatur suatu masyarakat hukum.
Dalam sebuah lingkungan masyarakat yang sedehana
akan terlihat kental solidaritasnya dan kecendrungan
membentuk suatu keluarga yang besar, didalam
lingkungan masyarakat yang seperti ini biasanya akan
hidup hukum yang tidak tertulis atau biasa juga kita sebut
sebagai budaya hukum.
3) Filsafat Hukum
Filsafat hukum sering juga diartikan sebagai suatu hasil
pemikiran yang begitu mendalam oleh masyarakat hukum
dan sering juga dikaitkan sebagai nilai yang dianut oleh
masyarakat hukum. Filsafat hukum merupakan suatu
refleksi bagi tempat dimana filsafat hukum itu ditemukan,
dan merupakan suatu hasil renungan yang panjang
terhadap gejalah hukum yang berkembang disuatu
masyarakat hukum.
4) Ilmu Hukum
Ilmu hukum adalah Ilmu hukum yang ada dalam sistem
hukum dan merupakan pengembagan, penggujian teori-
teori hukum yang berasal dari komponen filsafat hukum.
Tujuan utama dari pengembagan dan pegujian komponen
filsafat hukum berkaitan erat dengan dimensi-dimensi
hukum yakni: dimensi ontology, dimensi epistimologi, dan
dimensi aksiologi. Dimensi aksiologi berkaitan dengan
ilmu hukum, karena Ilmu hukum dipandang sebagai satu
kesatuan dengan pendidikan hukum. Fungsi utamanya
adalah sebagai alat untuk menghubungkan antara dua
dunia yakni, dunia rasional dengan dunia empiris. Fungsi
ini diperankan oleh ilmu hukum dan pendidikan karena
kelebihan yang dimilikinya yakni mampu mengabungkan
ilmu filsafat dengan realitas yang terjadi ditengah
masyarakat atau kenyataan.
5) Konsep Hukum
Konsep hukum sering juga diartiakan sebagai garis dasar
kebijaksanaan hukum, yang dibentuk oleh kebijaksanaan
masyarakat atau masyarakat hukum. Garis dasar
kebijaksanan ini pada hakekatnya merupakan pernyataan
sikap suatu masyarakat hukum terhadap berbagai pilihan
tradisi dan budaya hukum, filsafat dan teori hukum, bentuk
hukum, dan desain hukum yang hendak dipilih.
Penetapan ini sebenarnya merupakam tahap awal yang
sangat penting bagi sebuah pembangunan hukum
didalam masyarakat, Yang berarti penting diletakan pada
potensi yang dimiliki pada konsep hukum yang
selanjutnya akan dijadikan dasar dalam penyelenggaraan
dan pembangunan hukum.
6) Pembentukan Hukum
Pembentukan hukum disuatu daerah sedikit banyaknya
dipengaruhi oleh sistem hukum yang dipilih oleh
masyarakat hukum. Pembentukan hukum di setiap
daerah berbeda-beda tergantung pilihan hukum
masyarakat hukumnya, seperti dalam masyarakat
sederhana biasanya berlangsung pembentukan
hukumnya melalui kebiasaan yang ada dan tumbuh
ditengah masyarakat. Dalam suatu Negara yang
menganut sistem hukum Eropa Kontinental pembentukan
hukumnya dilakukan oleh badan yang berwenang yakni,
legislatif, sedangkan dalam Negara hukum yang
menganut sistem kebiasan atau hukum kebiasan
pembentukan hukumnya dilakukan oleh hakim.
7) Bentuk Hukum
Bentuk hukum merupakan hasil dari peroses
pembentukan hukum. Secara umum bentuk ini
diklasifikasi atas dua golongan yakni: bentuk tertulis, dan
bentuk hukum tidak tertulis. Masyarakat hukum yang
masih sederhana, hukum cendrung berbentuk tidak
tertuis. Hukum tersebut merupakan suatu formulasi
kaidah yang ada, hidup, tumbuh, dan berkembang
didalam masyarakat. Bentuk hukum yang seperti ini
merupakan bentuk hukum yang diterima dan ditaati oleh
masyarakat karena memang hidup dan tumbuh ditengah
masyarakat. Dalam masyarakat Negara dan Internasional
sering ada perbedaan mengenai derajat suatu hukum. Hal
dikarenakan adanya perbedaan kepentingan dalam setiap
masyarakat.
8) Penerapan Hukum
Komponen sistem penerapan hukum meliputi 3 unsur
yang terpenting dalam penerapanya yakni:
(1) Komponen hukum yang akan diterapkan;
(2) Institusi yang akan menerapkan;
(3) Personel dari instasi yang menyelenggarakan.
Pada umumnya penyelenggaraan oleh instasi
administratif dan Lembaga yudisal seperti misalnya
kejaksaan, hakim dan lain sebagainya. Serta ada juga
lembaga administratif yang berfungsi menyelenggarakan
seperti jajaran eksekutif. Pada dasarnya penerapan suatu
hukum merupakan penyelenggaraan pengaturan
hubungan hukum setiap kesatuan hukum. Pengaturan
yang dimaksud meliputi, aspek pencegahan terjadinya
pelanggaran hukum, aspek penyelesaian sengketa
hukum, termasuk aspek pemulihan kondisi akibat suatu
kerugian yang timbul karena ada pelanggaran hukum.
9) Evaluasi Hukum
Komponen ini merupakan konsekuensi dari pandangan
ahli-ahli hukum utilitarianis yang menyatakan bahwa
kualitas hukum baru dapat diketahui setelah hukum itu
diterapkan. Dalam menlahirkan hukum akan berdampak
pada hukum itu sendiri, karena hukum yang buruk akan
berdampak buruk, sedangkan hukum yang baik akan
berdampak baikpula. Pada prakteknya, komponen ini
melibatkan hampir seluruh komponen sistem hukum
selain bentuk hukum. Karena merupakan komponen
utama yang melakukan evaluasi, antara komponen yang
satu dengan komponen yang lain dengan melihat reaksi
terhadap suatu penerapan hukum. (H. Juhaya S. Praja,
2014:61)
2. Penggolongan Hukum
Setiap masyarakat di dunia ini masing-masing
mempunyai bahasa dan hukumnya sendiri. Setiap bahasa
memiliki tata bahasanya sendiri, begitupun hukumnya yang
memiliki tata hukum sendiri. Tata hukum yang berlaku pada
waktu tertentu dalam suatu wilayah negara tertentu itulah
yang disebut hukum positif. Lebih rinci lagi hukum positif
adalah hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat
tertentu dalam suatu daerah tertentu (Samidjo, 1985:22).
1) Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam :
a) hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum
dalam peraturan perundangan;
b) hukum kebiasaan (adat), yaitu hukum yang terletak di
dalam peraturan-peraturan kebiasaan adat;
c) hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh
negaranegara di dalam suatu perjanjian antara
negara;
d) hukum jurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk
karena keputusan hakim.
2) Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :
a) hukum tertulis;
(a) hukum tertulis yang dikodifikasi;
(b) hukum tertulis yang tak dikodifikasi.
b) hukum tak tertulis.
3) Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam :
a) hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam
suatu negara;
b) hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum dalam dunia internasional;
c) hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara
lain;
d) hukum gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang
ditetapkan oleh gereja untuk para anggota-
anggotanya.
4) Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam :
a) ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang
berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu
dalam suatu daerah tertentu;
b) ius constituendum yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yang akan datang;
c) hukum alam yaitu hukum yang berlaku dimana-mana
dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di
dunia.
5) Menurut cara mempertahankan, hukum dapat dibagi
dalam :
a) hukum materil, yaitu hukum yang memuat peraturan
peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan
dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-
perintah dan larangan-larangan;
b) hukum formal, yaitu yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum materil
atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana
cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka
pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim
memberi putusan.
6) Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam :
a) hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam
keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai
paksaan mutlak;
b) hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
suatu perjanjian.
7) Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam :
a) hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang
berlaku umum dan tidak mengenal orang atau
golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut
peraturan hukum saja yang mengatur hubungan
hukum antara dua orang atau lebih;
b) hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum
obyektif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau
lebih. Hukum subyektif disebut juga hak.
8) Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam :
a) hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang
lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan;
b) hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau
hubungan antara negara dengan perseorangan.
Menurut E. Utrecht, yang dikutip oleh Sudarsono,
menyebutkan beberapa bidang hukum, yaitu:

1) hukum pidana,
2) hukum privat,
3) hukum acara,
4) hukum perburuhan,
5) hukum internasional,
6) hukum perselisihan,
7) hukum tata negara, dan
8) hukum administrasi negara (hukum tata usaha negara,
hukum pemerintahan) (C.S.T. Kansil. 1982:72).

Pembagian atau penggolongan hukum di atas diberikan


suatu definisi atau penjelasan, maka dapat dilihat sebagai
berikut:

1) Hukum undang-undang (wetten recht), adalah hukum


yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
Hukum undang undang merupakan hukum tertulis, baik
hukum nasional maupun hukum internasional.
2) Hukum kebiasaan dan hukum adat (gewoonte en
adatrecht), adalah hukum yang bersumber dalam suatu
ketentuan kebiasaan atau ketentuan adat istiadat yang
diyakini oleh warga masyarakat. Hukum kebiasaan dan
hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis.
Sebagian dari hukum adat bisa menjadi hukum tertulis
setelah adanya keputusan dari fungsionaris hukum yang
berwenang, yaitu hakim, kepala adat yang diturunkan baik
dalam sengketa maupun di luar sengketa (Ahmad
Sanoesi, 1977:75).
3) Hukum traktat (tractaten recht), yaitu hukum yang dibuat
oleh negara-negara berdasarkan suatu perjanjian antara
negara. Hukum traktat ini bisa juga disebut sebagai
hukum tertulis internasional.
4) Hukum yurisprudensi (yurisprudentie recht), adalah
hukum yang tercipta berdasarkan keputusan hakim.
5) Hukum ilmu (wetenschaps recht), adalah hukum yang
dikonsepsikan oleh kalangan ilmuwan hukum, atau
hukum yang bersumber dari pendapat para sarjana
terkemuka atau hukum yang berasal dari doktrin.
6) Hukum tertulis (statute law/written law), adalah hukum
yang tercantum/termaktub di dalam berbagai peraturan
perundang undangan dalam segala bentuknya. (J.B.
Daliyo (dkk),1994:98).

C. Latihan
1. Paparkan pengertian system hukum menurut anda?
2. Apakah yang dimaksud dengan asas principles of legality?
3. Sebutkan apa saja yang termasuk komponen sistem
hukum?
4. Sebutkan penggolongan hukum berdasarkan tempat
berlakunya?
5. Sebutkan penggolongan hukum berdasarkan sifatnya?
D. Referensi
Ahmad Ali, Reformasi Komitmen dan Akal Sehat dalam
Reformasi Hukum dan HAM di Indonesia, makalah seminar
Nasional Meluruskan Jalan Reformasi, UGM, Yogkyakarta,
25-27 September, 2004
Ahmad Sanoesi. 1977. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Indonesia. Bandung: Transito,
Budiman Ginting, ‘‘Perbandingan Sistem Hukum
Sebagai Alternatif Metode Pembaharuan Hukum Indonesia”,
2014
H. Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya,
Bandung, CV Pustaka Setia, Cetakan kedua, 2014,
J.B. Daliyo. (dkk). 1994. Pengantar Ilmu Hukum: Buku
Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lawrence Meir Freidmen, American Law an
Introduction/Pengantar Hukum Amerika (terjemahan Wisnhu
Basuki), 2001, Jakarta, Tata Nusa Jakarta,
Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia (Bandung: C.V
Armico, 1985),
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum,
Yogyakarta, Liberty,

Anda mungkin juga menyukai