Anda di halaman 1dari 55

BAHAN AJAR PERKULIAHAN

MATA KULIAH

SISTEM HUKUM INDONESIA

(2 SKS)

OLEH

MARTINI,SH.,MH

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

1
DAFTAR ISI

1. Sistem, Hukum dan Sistem Hukum


2. Sistem Hukum di Dunia
3. Sistem hukum di Indonesia
4. Hukum dan Masyarkat
5. Hukum dan kekuasaan
6. Fungsi, Tujuan dan sumber Hukum
7. Klasifikasi Hukum
8. Asas-Asas Hukum
9. Penegakan Hukum
10. HKI dalam Sistem Hukum Indonesia

Bab 1
2
Sistem, Hukum dan Sistem Hukum

Pengertian

Sistem:

Secara sederhana sistem adalah sebagai jenis satuan yang dibangun dengan
komponen-komponen sistemnya yang berhubungan secara mekanik fungsional satu
dengan lainnya untuk mencapai tujuan sistem

Pengertian hukum

Banyak defenisi yang dimunculkan oleh tokoh- tokoh hukum tentang apakah
hukum

Pengertian hukum menurut pendapat para ahli

1. Menurut Sudikno Mertokusumo

Hukum: adalah keseluruhan kumpulan peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu


kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam
hidup bersama yang dapat dipaksakannya pelaksanaannya dengan suatu sanksi

2. Utrecht

Hukum: Adalah sebagai himpunan peraturan-peraturan (perintah atau larangan) yang


mengurus tata tertib dalam masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut.

3. JCT. Simorangkir dan Woerjono

Hukum: sebagai peraturan-peraturan yang memaksa yang menentukan tingkah laku


manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwenang, pelanggaran terhadap peraturan berakibat diambilnya tindakan yaitu
suatu hukuman tertentu

4. Jimly Asshidiqqie

Hukum dalam arti luas meliputi keseluruhan aturan normatif yang mengatur dan
menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan
didukung oleh sistem sanksi tertentu terhadap setiap penyimpangan terhadap hukum

Dari beberapa definisi tentang hukum dapat dirumuskan ciri dan unsur hukum:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia
2. Peraturan dibuat oleh badan berwenang
3. Peraturan bersifat memaksa

3
4. Disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan langsung oleh ybs

Dari definisi-definisi diatas dapat kita simpulkan tujuan hukum adalah untuk
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan sehingga diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Menurut
Soebekti hukum mengabdi pada tujuan negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan
kebahagian pada rakyatnya dengan menyelenggarkan keadilan dan ketertiban.
Secara umum hukum berisikan hal hal tentang:
1. perintah,
2. larangan
3. dan perkenan

Pengertian sistem hukum


Hukum itu sendiri bukanlah sekedar kumpulan atau sejumlah atau penjumlahan
peraturan-peraturan yang masing-masing berdiri sendiri. Arti pentingnya suatu
peraturan hukum ialah karena hubungannya yang sistematis dengan peraturan-
peraturan hukum lain
Hukum sebagai sebuah sistem berarti bahwa hukum itu merupakan tatanan,
dimana hukum itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian bagian
atau unsur-unsur yang berkaitan erat satu sama lain. Dengan perkataan lain sistem
hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi
satu sama lain dan bekerjasama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kesatuan
tersebut diterapkan dalam kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas
hukum dan pengertian hukum
Dalam sistem hukum yang baik tidak boleh ada pertentangan atau tumpang
tindih antara bagian yang ada. Jika terjadi pertentangan sistem itu sendiri yang
menyelesaikan.
Mahfud MD mengatakan dalam sistem hukum itu meliputi:
1. Materi hukum
2. Penegakan hukum
3. budaya hukum
Pengertian lain sistem hukum dalam konteks Indonesia yang dinyatakan oleh
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), sistem hukum mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut :

a. Materi Hukum (tatanan hukum), yang di dalamnya meliputi:


1. perencanaan hukum;
2. pembentukan hukum;
3. penelitian hukum;
4. pengembangan hukum.
5. untuk membentuk materi hukum harus diperhatikan politik hukum yang telah
ditetapkan, yang dapat berbeda dari waktu ke waktu karena adanya kepentingan
dan kebutuhan.

b. Aparatur hukum, yaitu mereka yang mempunyai tugas dan fungsi penyuluhan
hukum, penerapan hukum, penegakan hukum dan pelayanan hukum.

4
c. Sarana dan prasarana hukum, yang meliputi hal-hal yang bersifat fisik.
d. Budaya hukum yang dianut oleh warga masyarakat, termasuk para pejabatnya.
e. Pendidikan hukum.

Sistem terdapat dalam berbagai tingkat


Keseluruhan tata hukum nasional disebut sistem hukum nasional
Dalam sistem hukum masih dikenal sistem hukum perdata, sistem hukum pidana dll.
dapat disebut sebagai sub sistem dalam hukum
Sistem hukum merupakan sistem terbuka (mempunyai hubungan timbal balik
dengan lingkungannya). Sistem hukum merupakan sistem terbuka , dimana kesatuan
dari unsur-unsur (peraturan , penetapan) dipengaruhi oleh oleh faktor kebudayaan,
sosial. Ekonomi, sejarah dsb. Sebaliknya sistem hukum mempengaruhi faktor-faktor
diluar sistem hukum tersebut
Peraturan-peraturan hukum terbuka untuk penafsiran yang berbeda dan luas.
Meskipun sistem hukum sifatnya terbuka, namun dalam sistem hukum itu ada
bagian-bagian yang bersifat tertutup, seperti hukum benda dan hukum keluarga,
sebaliknya hukum perikatan bersifat terbuka
Sistem hukum sifatnya lengkap, ketidaklengkapan atau kekurangan dalam
sistem itu akan dilengkapi oleh sistem itu sendiri dengan penafsiran.

5
BAB 2
SISTEM HUKUM DI DUNIA

Pengantar
Pada dasarnya sistem hukum di dunia ini sangat beragam. Dan setiap sistem
hukum memiliki karakter khas dan penganut nya. Sistem hukum itu adalah:
1. Sistem hukum common law/sistem anglo saxon
2. Sistem hukum civil law/sistem Eropa Kontinental
3. Sistem hukum adat
4. Sistem hukum agama

1. Sistem Hukum common law/ Anglo-Saxon


Sistem Hukum Anglo-Saxon (Anglo-Amerika) mula-mula berkembang di
negara Inggris dan dikenal dengan istilah Common Law atau Unwritten Law
( hukum tidak tertulis). Sistem hukum yang dianut oleh suku Anglika dan Saksa
yang mendiami sebagian besar wilayah Inggris. Sistem Hukum ini dianut di
negara-negara anggota persemakmuran Inggris, Amerika Utara, Kanada,
Amerika Serikat.
Sistem Hukum Anglo-Saxon bersumber pada putusan-putusan
Hakim/Putusan Pengadilan atau yurisprudensi. Kebiasaan-kebiasaan dan
peraturan hukum tertulis yang be rupa undang-undang dan peraturan
administrasi negara diakui juga, karena pada dasarnya terbentuknya kebiasaan
dan peraturan tertulis tersebut bersumber dari putusan pengadilan. Dalam
pembagian hukum membagi hukum menjadi dua golongan, yaitu hukum publik
dan hukum privat.
Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan,
hukum yang berjalan dinamis sejalan de ngan dinamika masyarakat. Pembentukan
hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi dianggap lebih baik agar
hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang dirasakan oleh
masyarakat secara nyata.
Sistem common law mempunyai 3 karakterristik:
1. Yurisprudensi dipandang sebagai sumber hukum utama
2. Dianut system stare decisis dikenal dg istilah preseden yaitu hakim terikat
dengan putusan hakim terdahulu untuk kasus yang sama
3. Adanya adversary sistem dalam sistem ini yang aktif adalah lawyer para
pihak yang bersengketa, hakim pasif bertindak seperti wasit. Dikenal juga
sistem jury, putusan kalah menang atau bersalah atau tidak bersalah
diputuskan oleh jury, dan putusan itu harus diterima oleh hakim
Sumber hukum dalam sistem common law hanya yurisprudensi yang di
Inggris disebut Judge made law atau di AS disebut Case law dan perundang-
undangan (statute law). Di Inggris sebelum dituangkan dalam common law
hukum yang berlaku esensial merupakan hukum kebiasaan, akan tetapi hukum
Inggris bukanlah hukum kebiasaan. Ha l itu disebabkan proses pembentukan
common law melalui Judge made law berdasarkan atas nalar. Tetapi di AS

6
kebiasaan sama sekali bukan sumber hukum dan UU sama pentingnya dengan
yurisprudensi

2. Sistem hukum Eropa Kontinental/civil law


Adalah sistem hukum yang semula berkembang di daratan Eropa sering disebut
juga sebagai civil law. Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum ini ialah hukum
memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang
berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis di dalam koodifikasi atau
kompilasi tertentu. Jadi titik tekan pada sistem hukum ini adalah, penggunaan aturan-
aturan hukum yang sifatnya tertulis, dari berbagai ketentuan-ketentuan hukum
dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim
dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut
sistem hukum ini.

Sistem civil law mempunyai 3 karakteristik

1. Adanya kodifikasi/hukum tertulis


2. Hakim tidak terikat pada preseden/yurisprudensi sehingga UU menjadi sumber
hukum utama
3. Sistem pengadilan bersifat inkuisitorial. Hakim aktif dan mempunyai peranan
besar dalam mengarahkan dan memutus perkara

Sistem Hukum Eropah Kontinental lebih mengedepankan hukum tertulis,


peraturan perundang-undangan menduduki tempat penting. Peraturan perundang-
undangan yang baik, selain menjamin adanya kepastian hukum, yang merupakan
syarat mutlak bagi terwujudnya ketertiban, juga dapat diharapkan dapat
mengakomodasi nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan. Lembaga peradilan harus
mengacu pada undang-undang. Dalam sistem ini hakim tidak dapat leluasa untuk
menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya
berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-pearturan dalam batas-batas
wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para
pihak yang berperkara.
Yang menjadi sumber hukum dalam sistem ini adalah undang-undang yang
dibuat oleh lembaga legislatif/parlemen, peraturan yang dibuat oleh eksekutif juga
diakui berdasar wewenang yang ditetapkan UU dan kebiasaan yang hidup dan dan
diterima oleh masyarakat sebagai hukum
Sifat undang-undang tertulis yang statis diharapkan dapat lebih fleksibel dengan
sistem bertingkat dari norma dasar sampai norma yang bersifat teknis, serta dengan
menyediakan adanya mekanisme perubahan undang-undang. Penggolongan hukum
dalam sistem ini adalah membagi hukum menjadi hukum publik dan hukum privat.

7
3. Sistem Hukum Adat
Sistem Hukum Adat umumnya bersumber dari peraturan-peraturan hukum
tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan
kesadaran hukum masyarakatnya. Sistem Hukum Adat terdapat dan
berkembang di lingkungan kehidupan sosial di Indonesia, Cina, India, Jepang
dan negara lain. Di Indonesia asal mula istilah Hukum Adat adalah dari istilah
*Adatrecht* Yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronye.
Sifat Hukum Adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak
nenek moyang. Tolak ukur keinginan yang akan dilakukan oleh manusia adalah
kehendak suci dari nenek moyang.
Hukum Adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial
yang silih berganti. Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah
menyesuaikan dengan perkembangan situasi social, hukum adat elastis
sifatnya. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan mudah
menyesuaikan diri.
Sistem Hukum Adat di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Hukum Adat mengenai tata negara, yaitu tatanan yang mengatur susunan


dan ketertiban dalam persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan
lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan dan pejabatnya.
b. Hukum Adat mengenai warga (Hukum Warga) terdiri dari ;1.Hukum
Pertalian Sanak (kekerabatan) 2.Hukum Tanah 3.Hukum Perutangan
c. Hukum Adat mengenai delik (hukum pidana)
Yang berperan dalam menjalankan Sistem Hukum Adat adalah pemuka
adat( pemangku adat), karena ia adalah pemimpin yang disegani oleh
masyarakat.

4. Sistem Hukum Islam


Sistem Hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negara-
negara lain seperti di Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun
secara kelompok. Sistem Hukum Islam bersumber pada :

1. Al-Quran, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah
SWTkepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
2. Sunnah Nabi, yaitu cara hidup dari Nabi Muhammad atau cerita tentang
NabiMuhammad.
3. Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam
carahidup.
4. Qiyas, ialah analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara
dua kejadian.

8
Sistem Hukum Islam dalam “ Hukum Fikh” terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :

1. Hukum Rohaniah (ibadah), ialah cara-cara menjalankan upacara tentang


kebaktian terhadap Allah SWT ( sholat, puasa, zakat, menunaikan ibadah
haji ).

2. Hukum Duniawi terdiri dari :


a. Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan antara
manusia dalam bidang jual-beli, sewa-menyewa, perburuhan, hukum tanah,
perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan ekonomi pada umunya.

b. Nikah, yaitu perkawinan dalam arti membentuk sebuah keluarha yangterdiri


dari syarat-syarat dan rukun-rukunnya, hak dan kewajiban,dasar-dasar
perkawinan monogami dan akibat-akibat hukum perkawinan.

c. Jinayat, yaitu hukum pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum
Allah SWT dan tindak pidana kejahatan.

Sistem Hukum Islam menganut suatu keyakinan dari ajaran Islam dengan
keimanan lahir bathin secara individual. Negara-negara yang menganut sistem
hukum islam dalam bernegara melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya
dengan taat sesuai dengan rasa keadilan berdasarkan peraturan perundangan
yang bersumber dari Al-Quran.

9
SISTEM HUKUM di INDONESIA

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum


Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek
sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia
Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak
terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.

Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam
perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-
aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.

Kompleksitas sistem hukum Indones ia dibentuk oleh perjalanan sejarah Bangsa


Indonesia. Pertama kali kebudayaan yang muncul adalah kebudayaan Indonesia asli.
Sebagai produk kebudayaan asli ini adalah hukum adat. Kebudayaan ini berlangsung
sebelum kedatangan kebudayaan India (Hindu). Selanjutnya Indonesia memasuki masa
pengaruh kebudayaan Hindu. Pada abad ke-13 sampai ke-14 masuk pengaruh Islam,
dan hukum Islam berkembang dan memperkaya sistem hukum yang ada di Indonesia.
Baru pada abad ke-17 masuk kebudayaan Eropa-Amerika.

Jika hukum adat yang ada di Indonesia, dihubungkan dengan corak dasar kedua
sistem hukum yang paling berpengaruh (Eropah Kontionental dan Anglo Saxon),
cenderung lebih dekat dengan sistem Ango Saxon. Hukum adat terbangun dari
kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu, yang
kemudian oleh masyarakat ditempatkan lebih dari sekadar norma kesopanan atau
kesusilaan menjadi norma hukum (opinio juris sive necessitatis).

Masyarakat tradisional Indonesia yang bercorak patriarkhis, menempatkan tetua-


tetua/ pemuka-pemuka adat sebagai tokoh penting yang menentukan hukum jika
masyarakat menghadapi suatu persoalan. Meskipun tidak ketat mengikat, apa yang
diputuskan akan diikuti jika terjadi lagi hal serupa. Jadi Mirip dengan sistem preseden.
Peran tetua/ tokoh/ ketua suku menjadi sangat penting dalam membentuk hukum,
sehingga dapat dipahami jika yang dipilih seharusnya yang paling berpengetahuan dan
bijak.

Pada masa kolonial Belanda, dengan penerapan asas konkordansi, maka hukum
yang berlaku di Hindia Belanda sejalan dengan hukum yang berlaku di Belanda.
Belanda merupakan salah satu pendukung terkemuka sistem hukum Eropah
Kontinental. Dengan demikian, secara mutatis mutandis sistem Eropah Kontinental
dilaksanakan di Indonesia. Walaupun demikian pada dasarnya Belanda menganut
politik hukum adat (adatrechtpolitiek) yang membiarkan hukum adat itu berlaku bagi
golongan masyarakat Indonesia asli dan hukum Eropa berlaku bagi kalangan golongan
Eropa yang bertempat tinggal di Indonesia (Hindia Belanda).
Dengan demikian pada masa Hindia Belanda berlaku pluralisme hukum.
Dengan adanya lembaga penundukan diri secara sukarela, banyak penduduk Indonesia
10
saat itu menundukan diri untuk terikat pada Hukum Barat, terutama yang berusaha di
bidang perdagangan. Dalam perkembangan hukum di Indonesia selanjutnya, tampak
kuatnya pengaruh hukum kolonial dan cenderung meninggalkan hukum adat (Daniel S.
Lev, 1990 : 438-473).

Setelah kemerdekaan, pengaruh Sistem Eropah Kontinental tampak dalam


semangat untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi. Meskipun Hukum Adat tetap diakui,
tetapi pandangan yang lebih mengemuka adalah dalam pembangunan hukum maupun
optimalisasi fungsi hukum sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial dilakukan
melalui peraturan perundang-undangan.

Ajaran yang sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat beberapa


waktu sebelumnya, yaitu Mazhab Sejarah yang dipelopori oleh Von Savigny dan teori
keputusan yang dikemukakan oleh Ter Haar, dianggap tidak relevan. Mazhab sejarah
menyatakan bahwa hukum itu hinkt achter de feiten aan, hukum itu tidak dibuat tetapi
tumbuh secara historis atas dasar peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi. Teori
keputusan menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang diakui oleh penguasalah
yang merupakan hukum. Kedua mazhab ini menyatakan bahwa hukum hanya
menyangkut kejadian yang sudah sering terjadi. Kedua paham ini dianggap tidak
sejalan dengan pembangunan yang identik dengan perubahan, dengan kemungkinan
terjadinya hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Dari sudut pandang ini inilah
kedua mazhab ini dianggap tidak relevan (lihat antara lain Sunarjati Hartono, 1982).

Dalam perkembangannya kemudian, sebagai dampak pergaulan Indonesia


dalam kancah internasional, munculah bidang-bidang hukum baru seperti corporative
law, computer law, cyber law, dan sebagainya. Kebijakan dalam bidang-bidang ini dan
kebijakan-kebijakan global lainnya, legitimasinya banyak mengacu pada Sistem
Common law.

Pemberian wewenang yang lebih luas kepada Pengadilan Agama, tidak hanya
sekadar menangani nikah, talak, rujuk, juga membuat pengaruh Hukum Islam bagi
warga Negara Indonesia yang beragama Islam semakin luas, setelah sebelumnya
membe rikan warna bagi Hukum Adat di beberapa tempat di Indonesia.

Sistem hukum di Indonesia dewasa ini adalah sistem hukum yang unik, sistem
hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan
kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Sistem hukum Indonesia tidak hanya
mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga mengakomodasi prinsip-prinsip umum yang
dianut oleh masyarakat internasional.

Tidak hanya unik, sistem hukum Indonesia adalah sistem yang masih penuh
dengan dinamika, untuk mencari format di mana ketertiban dan keteraturan hukum sipil
mendapat tempat, dengan tidak mengesampingkan keluwesan hukum Anglo Saxon,
serta tidak menghilangkan suasana kebatinan masyarakat Indonesia.
Pencermatan terhadap kondisi nyata sistem Hukum Indonesia dan Sistem
Hukum yang dicita-citakan seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam

11
pembangunan hukum, termasuk dalam pembangunan pendidikan hukum. Legislator
yang handal dan Juris yang berkemampuan sama-sama diperlukan. Tetapi, ahli mana
yang jumlahnya lebih banyak dibutuhkan, keahlian apa yang lebih banyak diperlukan
tentu berbeda.

Komitmen untuk menegakkan supremasi hukum selalu didengungkan, tetapi


keberadaan hukum maupun sistem hukum bukanlah merupakan ciri mendasar dari
supremasi hukum. Supremasi hukum ditandai dengan penegakan rule of law yang
sesuai dengan, dan yang membawa keadilan sosial bagi masyarakat. Jadi yang
terutama dan diutamakan adalah hukum dan sistem hukum yang membawa keadilan
bagi masyarakat.

Tabel perbandingan sistem hukum

Sistem hukum Common law Common law Civil law Hukum Islam
Criteria
Penganut Inggris dan Negara Amerika Eropa kontinental Jazirah Arab ,
jajahannya Serikat Afrika timur
dan Asia
tenggra
Karakteristik 1.Yurisprudensi Idem 1.Adanya kodifikasi 1. tidak dapat
sebagai sumber 2. Hakim tidak diubah
hukum utama terikat pada 2. fleksibel
2. dianutnya doktrin preseden dan sesuai dg
stare decisis 3.Sistem peradilan perkembngan
3. adversary sistem bersifat inkuisitorial jaman
dalam proses
peradilan

Sumber hukum Yurisprudensi Yurisprudensi 1. Peraturan Per Alquran


Judge made law Case law dan UU an Sunnah
perundang- 2. Kebiasaan Ijma
undangan 3. yurisprudensi qiyas
(statute law)

12
BAB 3

Hukum Dan Masyarakat

Norma Dalam Hidup bermasyarakat


Manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan (berinteraksi) dan
hidup bersama dalam masyarakat. Dalam konteks hidup bersama itulah manusia
memerlukan perlindungan atas kepentingan-kepentingan mereka serta perlu ada
keteraturan sehingga setiap manusia dapat berhubungan secara harmonis.
Untuk terciptanya perlindungan kepentingan dan keteraturan diperlukan
pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia harus bertingkah
laku dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Pedoman ini
yang disebut dengan norma atau kaidah sosial.
Manusia/Individu ---- Makhluk sosial ----memiliki kepentingan---- Hidup
bermasyarakat – norma/kaidah
Norma-norma dalam hidup bermasyarakat:

 Norma agama: peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan
yang berasal dari Tuhan
 Norma kesusilaan peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati nurani
dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat
 Norma sopan santun atau adat: peraturan atau kaidah yang yang bersumber
dari pergaulan hidup antar manusia
 Norma hukum: peraturan yang diciptakan oleh kekuasaan resmi negara yang
sifatnya mengikat

Empat macam norma ini dapat diklasifikasi sebagai berikut:

Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan pribadi yaitu:


a. Norma agama
b. Norma kesusilaan
Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan antar pribadi yaitu:
a. Norma sopan santun/adat
b. Norma hukum

Manusia – masyarakat – hukum merupakan pengertian yang tidak dapat


dipisahkan, dimana masyarakat di sana ada hukum (Ubi societas ibi ius). Hukum
merupakan bagian dari norma yang mengatur hidup bermasyarakat. Norma hukum
sebagai bagian dari norma sosial lainnya tidak berarti meniadakan norma-norma
lainnya, tetapi saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lainnya, meskipun
adakalanya dijumpai ada norma hukum tidak sesuai/serasi dengan norma lainnya.

13
Yang membedakan norma hukum dengan norma lainnya adalah kekuatan pemaksa
dan sanksi bagi sipelanggar hukum.
Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan dan sopan santun. Isi
ketiga norma tersebut dpat diangkat sebagai norma hukum. Di samping itu norma
hukum dapat menciptakan sendiri isi norma tersebut seperti norma hukum berlalu lintas
yang tidak ada aturannya di 3 norma lainnya.
Dan hukum itu sungguh-sungguh merupakan hukum apabila benar-benar
dikehendaki dan diterima oleh masyarakat. Hukum merupakan pencerminan dari nilai
nilai yang berlaku dalam masyarakat. (Dahlan Taib, 2001:3). HUkum yang baik itu
adalah hukum yang hidup dalam masyarakat (the living law)
Hukum menuntut legalitas artinya yang dituntut adalah pelaksanaan atau
pentaatan norma semata, sedangkan kesusilaan menuntut moralitas. Hukum
merupakan norma yang paling kuat daya berlakunya, karena hukum dibuat oleh
kekuasaan yang sah.
Yang dapat memberikan sanksi hukum adalah penguasa. Penguasa mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan sanksi. Hakikat kekuasaan adalah adalah kemampuan
sesorang untuk memaksakan kehendak pada orang lain. Hukum ada karena kekuasaan
yang sah, hukum bersumber pada kekuasaan yang sah. Hukum pada hakekatnya
adalah kekuasaan yaitu kekuasaan yang mengusahakan ketertiban dalam masyarakat

Tabel persamaan dan perbedaan norma sosial

Kaidah/norma Agama Kesusilaan Sopan santun Hukum


Tujuan Umat manusia Pribadi yang kongkrit
Penyempurnaan manusia Tertib masyarakat
mencegah manusia menjadi Menghindari jatuhnya korban
jahat
Sasaran Aturan yang ditujukan kepada Aturan yang ditujukan kepada
sikap batin perbuatan lahiriah (kongkrit)
Asal usul Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa
(heteronom)
Sanksi Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar Dari masyarakat
yang memaksa secara resmi
Isi/daya kerja Memberi kewajiban saja Memberi hak dan
kewajiban

Kedudukan manusia sebagai subyek hukum dalam masyarakat

Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan
kewajiban dari hukum. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dalam hukum

14
hanyalah manusia atau orang dalam hukum perkataan orang (persoon) berarti
pembawa hak atau subyek dalam hukum. Kedudukan sebagai subyek hukum sejak
manusia dilahirkan sampai meninggal, kalau perlu untuk kepentingan tertentu bisa
ketika masih dalam kandungan asal dilahirkan hidup. Dalam sejarah dikenal adanya
manusia (budak belian) yang tidak mempunyai hak dan kewajiban bukan subyek hukum
dipersamakan dengan benda.
Selain orang atau manusia dikenal ju ga subyek hukum bukan orang yaitu badan
hukum. Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai
tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Seperti Negara, PT,
Yayasan, Koperasi dll. Badan hukum dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam lalu
lintas hukum seperti orang. Hukum menciptakan badan hukum sebagai subyek hukum
karena diperlukan dan bermanfaat bagi lalu lintas hukum.

Kewenangan hukum dan kecakapan bertindak.

Kewenangan untuk dapat menyandang/memiliki hak dan kewajiban disebut


kewenangan hukum. Pada umumnya setiap manusia mempunyai kewenangan
hukum, tetapi tidak semua orang mempunyai kewenangan hukum penuh. Seperti tidak
semua orang bisa ikut pemilu ada persyaratan batas umur tertentu, untuk bekerja atau
untuk menikah. Begitu juga tidak semua orang cakap atau mampu melaksanakan
sendiri hak dan kewajibannya, golongan ini yang disebut tidak cakap hukum/ tidak
cakap bertindak disebut juga personae miserabile.

Golongan yang tidak termasuk cakap hukum menurut BW adalah :

1. Mereka yang belum cukup umur/belum dewasa (dewasa menurut BW umur 21


tahun dan belum kawin)
2. Mereka yang berada dibawah pengampuan./pengawasan harus diawakili oleh
orang tua atau wali. misalnya orang sakit ingatan dan orang yang pemboros dan
pemabuk
3. Istri yang tunduk pada BW (dalam praktek ini sudah tidak ada lagi).

Setiap orang menurut hukum juga harus mempunyai tempat tinggal yang dapat
dicari (domicili). Begitu juga badan hukum harus mempunyai kedudukan tertentu. Ini
diperlukan untuk menetapkan beberapa hal; seperti dimana seseorang harus menikah,
dimana seseorang harus dipanggil atau ditarik dimuka peradilan.
Ada subyek hukum akan diikuti oleh obyek hukum.

Yang menjadi obyek hukum adalah benda:

Pengertian benda (zaak) secara luas atau umum adalah segala sesuatu yang
dapat dihaki oleh orang. Disini benda berarti obyek sebagai lawan dari subyek atau
oarng dalam hukum. jadi yang menjadi obyek hukum dalam hukum adalah benda.
15
Benda dalam arti sempit yaitu sebagai barang yang dapat dilihat saja. Benda juga
dipakai dalam arti harta kekayaan seseorang berati meliputi juga barang-barang yang
tidak dapat terlihat yaitu hak-hak seperti hak piutang atau penagihan. Seperti halnya
barang terlihat seseorang juga dapat menjual dan menggadaikan hak-haknya

Undang-undang membagi benda dalam beberapa macam

1. Benda yang dapat diganti dan yang tak dapat diganti


2. Benda yang dapat diperdagangkan dan yang tidak dapat diperdagangkan
3. Benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi
4. Benda bergerak dan tidak bergerak

Peristiwa Hukum dan Perbuatan Hukum

Peristiwa hukum: adalah peristiwa yang relevan bagi hukum, peristiwa yang oleh hukum
dihubungkan dengan akibat hukum

Peristiwa hukum pada hakekatnya adalah kejadian, keadaan atau perbuatan orang
yang oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum.

Kejadian seperti kelahiran dan kematian

Keadaan misanya umur kaitannya dengan kedewasaan

Perbuatan Hukum adalah perbuatan yang menimbulkan akibat hukum

Bisa perbuatan hukum sepihak bisa juga ganda/perjanjian

Perjanjian dalam sistem hukum Indonesia

1. Pengertian dan hubungan perjanjian dan perikatan

16
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
dimana satu pihak berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain dan pihak lainnya
berkewajiban untuk memenuhi tuntuntan itu. Hubungan dua pihak ini adalah
hubungan hukum artinya hak si kreditur dijamin oleh hukum dan undang-undang,
apabila tidak dipenuhi bisa dituntut dimuka pengadilan. Pihak yang berhak
menuntut disebut kreditur atau si berpiutang. Pihak yang berkewajiban memenuhi
tuntutan disebut debitur atau si berhutang. Sesuatu yang dapat dituntut dinamakan
prestasi, yang menurut undang-undang dapat berupa:

1. Menyerahkan suatu barang


2. melakukan suatu perbuatan
3. tidak melakukan suatu perbuatan

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal.

Dari peristiwa inilah timbul suatu suatu hubungan antara dua orang yang disebut
perikatan. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang
membuatnya.

Jadi hubungan perikatan dengan perjanjian adalah:

- Perjanjian menerbitkan perikatan

- Perjanjian sumber perikatan disamping sumber lain

Perbedaannya:

Perikatan adalah suatu pengertian yang abstrak

Perjanjian adalah suatu hal yang kongkrit atau suatu peristiwa

Perikatan lahir dari Perjanjian dan dari undang-undang

Perikatan yang lahir dari undang-undang terbagi dua:

1.Perikatan yang lahir dari undang-undang saja

17
Contoh: UU meletakan kewajiban kepada orang tua dan anak saling memberi
nafkah,

2.Perikatan yang lahir dari UU karena perbuatan manusia

a. menurut hukum (zaakwarneming) contoh seorang dengan sukarela


mengurusi kebun tetangga yang ditinggal pergi

b. melanggar hukum (onrechtmatigedaad) karena adanya perbuatan melanggar


hukum maka timbulah perikatan hukum yang meletakan kewajiban kepada orang
yang melanggar untuk mengganti kerugian kepada pihak yang dirugikan akibat
perbuatan melanggar hukum seperti:

2. Macam macam Perikatan

Bentuk perikatan paling sederhana dimana masing-masing pihak hanya satu orang
dan yang dituntut hanya satu hak dan dapat dilakukan seketika disebut perikatan
murni

Disamping itu hukum perdata mengenal berbagai macam perikatan yaitu:

a. Perikatan bersyarat
b. perikatan dengan ketetapan waktu
c. perikatan mana suka (alternatif)
d. Perikatan tanggung menanggung
e. Perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi
f. Perikatan dengan penetapan hukuman

3. Syarat sahnya Perjanjian

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: (Pasal 1320 KUH Perdata)

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri/kemauan yang bebas


b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian disebut syarat subyektif karena
mengenai subyek atau orang yang mengadakan perjanjian
c. Mengenai suatu hal tertentu
d. Suatu sebab/causa yang halal
disebut syarat obyektif karena merupakan obyek dari perbuatan hukum yang
dilakukan

Jika syarat obyektif (poin c dan d) tidak dipenuhi perjanjian batal demi
hukum jika syarat subyektif a dan b) tidak terpenuhi salah satu pihak

18
dapat meminta supaya perjanjian dibatalkan pihak yang meminta adalah
pihak yang tidak cakap. Perjanjian tetap mengikat selama tidak dibatalkan
oleh hakim atas permintaan pihak tadi.

Batal dan Pembatalan perjanjian

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa suatu perjanjian dianggap batal atau batal
demi hukum bila syarat obyektif tidak terpenuhi dan dapat dimintakan pembatalan
apabila syarat subyektif tidak terpenuhi.

Sepakat atau kemauan yang bebas sebagai syarat pertama untuk suatu perjanjian
yang sah, dianggap tidak ada perjanjian jika terjadi karena 3 hal.

1. paksaan (dwang)

2. kekhilafan

3. penipuan

4. Wanprestasi

Apabila debitur tidak melakukan apa yang diperjanjikan maka dikatakan ia melakukan
wanprestasi atau lalai atau ingkar janji.

Kelalaian atau wanprestasi seoarang debitur dapat berbentuk:

a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan


b. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
c. melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

Hukuman atau akibat bagi debitur yang lalai atau wanprestasi ada empat:

a. membayar kerugian yang diderita oleh kreditur dengan ganti rugi


b. pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian

19
c. peralihan risiko
d. membayar biaya perkara kalau sampai ke pengadilan

5. Pembelaan debitur yang dituduh lalai

Debitur yang lalai dia dapat membela diri dengan mengajukan beberapa macam alasan

untuk membebaskan diri dari hukuman. Pembelaan tersebut ada ada 3 cara:

1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmacht)


2. Mengajukan tuntutan bahwa si berpiutang juga telah lalai
3. mengajukan tuntutan bahwa si kreditur telah melepaskan haknya untuk menutut
ganti rugi

1. Risiko

Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian
diluar kesalahan salah satu pihak

Persoalan risiko adalah buntut dari keadaan memaksa (overmaacht)

Perihal risiko ini hanya ditemukan dalam satu pasal di KUH Perdata yaitu Pasal 1237
berbunyi”dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu maka
barang itu semenjak perikatan dilahirkan adalah tanggung jawab si berpiutang

2. Hapusnya perikatan

Undang menyebutkan ada 10 macam cara hapusnya perikatan

1. Karena pembayaran
2. penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan barang yang hendak
dibayarkan itu disuatu tempat
3. pembaharuan hutang
4. kompensasi atau perhitungan hutang timbal balik
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian
8. Pembatalan perjanjian
9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan
10. lewat waktu

20
Sistem terbuka dan asas konsensualisme dalam perjanjian

Pasal-pasal perjanjian bersifat terbuka artinya: memberikan kebebasan kepada


masyarakat untuk menetukan isi perjanjian seluas-luasnya asal tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Pasal-pasal dalam hukum perjanjian hanya bersifat pelengkap artinya pasal-pasal dari
hukum perjanjian itu melengkapi perjanjian perjanjian yang dibuat secara tidak lengkap
oleh para pihak’.

Asas konsensualisme maksudnya adalah perikatan dan perjanjian timbul/lahir sejak


tercapainya kesepakatan. Dengan kata lain perjanjian sudah sah apabila sudah sepakat
mengenai hal-hal yang pokok tidak diperlukan suatu formalitas

21
Penyusunan perjanjian/Anatomi kontrak

Kontrak/Contract drafting adalah merancang atau membuat suatu konsep kontrak

Contract menurut Black’s law Dictionary diartikan sebagai perjanjian antara dua orang
atau lebih yang menciptakan hak dan kewajiban untukberbuat atau tidak berbuat.

Jadi contract = perjanjian

Kontrak juga menunjuk pengertian yang lebih sempit karena ditujukan kepada
perjanjian yang bersifat tertulis.

Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat oleh seseorang
atau para pihak dengan maksud dapat digunakan sbg alat bukti dalam proses hukum

Macam-macam akta

#Akta otentik (Pasal 1868 BW)

1. dibuat dan dibentuk sesuai dengan UU


2. harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang
3. mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna terutama mengenai
waktu, tgl pembuatan ttd, tempat pembuatan dan dasr hukumnya
4. kalau kebenarannya disangkal maka si penyangkal harus harus
membuktikan ketidakbenarannya

22
Akta dibawah tangan

1. tidak terikat bentuk formal bebas,


2. dapat dibuat bebas oleh setiap subyek hukum yang berkepentingan
3. apabila diakui oleh penandatangan. Tidak disangkal akta tersebut mempunyai
kekuatan hukum yang sempurna seperti halnya akta otentik
4. jika kebenarannya tidak diakui maka pihak yang yang mengajukan bukti yang
harus membuktikan kebenarannya melalui bukti2 atau saksi2

Anatomi Kontrak

1. Judul
2. Pembukaan, hari tanggal, dll
3. Komparasi para pihak - identitas para pihak
4. Dasar hukum/pertimbangan (Premise)
5. Isi perjanjian, ketentuan, persyaratan
6. Klausula
7. Penutup
8. Ttd para pihak, saksi2
9. Lampiran jika ada

23
24
BAB 4

Hukum dan Kekuasaan

Pengantar

Hukum ada karena kekuasaan yang sah. Ketentuan-ketentuan yang tidak


berdasarkan kekuasaan yang sah pada dasarnya bukanlah hukum. Jadi hukum
bersumber pada kekuasaan yang sah. Sebaliknya hukum itu pada hakikatnya adalah
kekuasaan. Hukum itu mengatur, membatasi ruang gerak dan memaksa. Hukum
adalah kekuasaan, yaitu kekuasaan yang mengusahakan ketertiban.
Mengapa hukum (penegakan hukum maupun perlindungan hukum) dipengaruhi
oleh kekuasaan. Mengapa hukum bisa menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan
bagi pemegang kekuasaan yang jahat ? Sedangkan di sisi lain berpikir bahwa hukum
harus dijunjung setinggi-tingginya meskipun langit runtuh

Hubungan Hukum dan Kekuasaan

Hubungan hukum dengan kekuasaan dapat dirumuskan secara singkat dalam


slogan sebagai berikut:
“Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah
kelaliman”.
Hukum dalam penerapannya memerlukan suatu kekuasaan untuk
mendukungnya. Inilah yang membedakan antara hukum di suatu pihak dengan norma-
norma sosial lainnya dan norma agama.
Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling
mempengaruhi satu sama lain. Hukum adalah suatu kumpulan aturan-aturan tentang
perilaku manusia. Sehingga hukum tidak merujuk pada satu aturan tunggal, tapi bisa
disebut sebagai kesatuan aturan yang membentuk sebuah sistem . Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi
perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan pelaku.
Kekuasaan itu diperlukan oleh karena hukum bersifat memaksa. Tanpa adanya
kekuasaan, pelaksanaan hukum di masyarakat akan mengalami hambatan-hambatan.
Semakin tertib dan teratur suatu masyarakat, makin berkurang diperlukan dukungan
kekuasaan. Hukum itu sendiri sebenarnya juga adalah kekuasaan.
25
Hukum merupakan salah satu sumber kekuasaan. Selain itu hukum pun
merupakan pembatas bagi kekuasaan, oleh karena kekuasaan itu mempunyai sifat
yang buruk, yaitu selalu merangsang pemegangnya untuk ingin memiliki kekuasaan
yang melebihi apa yang dimilikinya.
Contoh yang popular misalnya sepak terjang para raja absolut dan diktator. Atau
bukan hanya raja bahkan presiden pun jika tidak dibatasi dengan baik bisa berbuat
semena-mena dengan kekuasaannya.
Kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat juga merupakan pembatas yang
ampuh bagi pemegang kekuasaan. Sebagaimana tak jarang pemimpin-pemimpin yang
dianggap rakyat semena-mena menggunakan kekuasaannya harus tunduk pada protes
rakyat. Seperti yang terjadi di beberapa Negara. Pada hubungan hukum dan kekuasaan
ada dua macam. Pertama hukum adalah kekuasaan itu sendiri.
Menurut Lessalle dalam pidatonya yang termashur Uber Verassungswessen,
“konstitusi sesuatu bukanlah undang-undang dasar tertulis yang hanya merupakan
“secarik kertas”, melainkan hubungan-hubungan kekuasaan yang nyata dalam suatu
negara” Pendapat Lessale ini memandang konstitusi dari sudut kekuasaan.
Dari sudut kekuasaan, aturan-aturan hukum yang tertuang dalam konstitusi
suatu Negara merupakan deskripsi struktur kekuasaan yang terdapat dalam negara dan
hubungan-hubungan kekuasaan di antara lembaga-lembaga tersebut. Dengan
demikian aturan-aturan hukum yang termuat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
merupakan deskripsi struktur kekuasaan ketatanegaraan Indonesia dan hubungan-
hubungan antara lembaga-lembaga negara.
Hakekat hukum dalam konteks kekuasaan menurut Karl Olivercona antara lain
daripada”kekuatan yang terorganisasi”, di mana hukum adalah “seperangkat aturan
mengenai penggunaan kekuatan”.
Walaupun kekuasaan itu adalah hukum, namun kekuasaan tidak identik dengan
hukum. Mengenai hal ini Van Apeldorn mengemukakan bahwa hukum adalah
kekuasaan, akan tetapi kekuasaan tidak selamanya hukum. “Might is not right” , pencuri
berkuasa atas barang yang dicurinya, akan tetapi tidak berarti bahwa ia berhak atas
barang itu, karena barang yang didapat si pencuri tersebut didapatkan dengan cara
melawan hukum.
Kekuasaan dalam konteks hukum yaitu kekuasaan untuk mengatur dan
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang meliputi bidang

26
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dengan demikian, kekuasaan merupakan sarana
untuk menjalankan fungsi-fungsi pokok kenegaraan guna mencapai tujuan negara
Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa proporsi dari kekuasaan dalam
mempengaruhi hukum lebih berperan atau menyentuh ke ranah substansial dalam
artian hukum dijadikan “kendaraan” untuk melegalkan kebijakan-kebijakan dari yang
berkuasa. Sedangkan hukum dalam mempengaruhi kekuasaan hanya menyentuh ke
ranah-ranah formil yang berarti hanya mengatur bagaimana cara membagai dan
menyelenggarakan kekuasaan seperti yang ada dalam konstitusi.
Dalam perkembangannya tentu saja tidak dapat dihindari bahwa setiap rezim
penguasa memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari
karakteristik hukum yang menjadi produk politiknya. Karakteristik hukum ternyata
berjalan linier dengan karaktersitik rezim kekuasaan yang melatarbelakangi hukum.
Apabila kekuasaannya demokratis, maka produk hukumnya berkarakter responsive
sedangkan apabila kekuasaanya  otoriter, maka produk hukumnya berkarakter
konservatif atau ortodoks.

Kekuasaan dalam konteks hukum meliputi :


1. kedaulatan,
2. wewenang atau otoritas,
3. hak.
Ketiga bentuk kekuasaan itu memiliki esensi dan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain
dan bersifat hirarkis.
ad 1. Kekuasaan tertinggi adalah kedaulatan, yaitu kekuasaan yang secara mutlak
untuk memastikan aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, dan tidak ada pihak, baik
di dalam maupun di luar negeri, yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau
melakukan sesuatu. Kedaulatan adalah hak kekuasaan mutlak, tertinggi, tak terbatas,
tak tergantung, dan tak terkecuali.
Kedaulatan atau souvereignity adalah kekuasaan tertinggi atau atribut hukum dari -
negara.

ad 2. kekuasaan dalam konteks wewenang.


Adalah bahwa kekuasaannya memiliki wewenang. Maka kekuasaan dapat disebut
otoritas atau wewenang. Otoritas atau wewenang adalah “kekuasaan yang

27
dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang defakto menguasai, melainkan juga berhak
menguasai. Wewenang adalah kekuasaan yang berhak menuntut ketaatan, jadi berhak
memberikan perintah.

ad 3. Kekuasaan dalam konteks hak. Salmond merumuskan hak sebagai kepentingan


yang diakui dan dilindungi oleh hukum. Rumusan yang sama dikemukakan oleh Allend
yang menyatakan bahwa hak itu sebagai suatu kekuasaan berdasarkan hukum yang
dengannya seseorang dapat melaksanakan kepentingannya (The legally guaranteed
power to an interest) . Sedangkan menurut Holland hak itu sebagai kemampuan
seeorang untuk mempengaruhi perbuatan atau tindakan seseorang tanpa
menggunakan wewenang yang dimilikinya, tetapi didasarkan atas suatu paksaan
masyarakat yang terorganisasi.
Definisi hak menurut Holmes adalah “nothing but permission to exercise certain
natural powers and upon certain conditions to obtain protection, restitution, or
compensation by the aid of public force” . Hak dapat pula diartikan sebagai kekuasaan
yang dipunyai seseorang untuk menuntut pemenuhan kepentingannya yang dilindungi
oleh hukum dari orang lain, baik dengan sukarela maupun dengan paksaan.
Pengakuan hukum terhadap hak seseorang mengandung konsekuensi adanya
kewajiban pada pihak atau orang lain. Hal itu bisa terjadi karena hubungan hak dan
kewajiban bersifat resiprokal atau timbal balik. Hubungan hak dan kewajiban terjadi
dalam konsep hubungan hukum (konsep subjektif).
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh hukum dan kekuasaan adalah pengaruh
timbal balik yang saling mengontrol dan melengkapi. Karena kekuasaan yang tanpa
hukum akan terjadi potensi kuat terhadap kesewenang-wenangan sedangkan hukum
tanpa kekuasaan menjadi tidak memiliki kekuatan memaksa dalam menyelenggarakan
dan mewujudkan keamanan, ketertiban dan keteraturan dalam kehidupan
bermayarakat, berbangsa dan bernegara.
1. Hukum bersifat Imperatif, tetapi realitasnya tidak semua taat, sehingga membutuhkan
dukungan kekuasaan, besarnya kekuasaan tergantung pada tingkat kesadaran
hukum masyarakat.
2. Dalam praktek, kekuasaan sering bersifat absulot/otoriter, yaitu berbuat melampaui
batas-batas kekuasaan, sehingga hukum dibutuhkan sebagai pembatas kekuasaan
(selain kejujuran , dedikasi dan kesadaran hukum).
3. Betapa eratnya dan pentingnya relasi antara hukum dan kekuasaan, hukum tanpa
kekuasaan adalah angan-angan, tetapi kekuasaan tanpa hukum akan dzalim.

28
Dalam penerapannya, antara hukum dan kekuasaan haruslah seimbang, untuk
menjalankan kekuasaan haruslah ada hukum sebagai rambu-rambu dan batasan bagi
pelaksanaan kekuasaan tersebut, dan untuk melaksanakan hukum tersebut haruslah
ada kekuasaan bagi penegak hukumnya agar hukum itu dapat di taati oleh semua
masyarakat hukum.

BAB 5
Fungsi, Tujuan dan Sumber Hukum

Fungsi Hukum

Fungsi hukum adalah sebagai perlindungan berbagai kepentingan manusia


antara lain:

1)      Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg
petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan
larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat
dapat direalisir.

2)      Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg
bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya
(penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan
tercapai.

3)      Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai


daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk
mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.

4)      Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat
pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan
demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan
masyarakat pun akan merasakan keadilan.

29
5)      Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian. Contoh kasus
tanah.

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum


mempunyai tujuan yang hendak dicapai tujuan pokok hukum adalah menciptakan
tatanan masyarkat yang tertib. Menciptakan ketertiban dan keseimbangan sehingga
diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi

Ada beberapa teori tentang tujuan hukum

1. Teori etis (etische theorie)


Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan
oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang
menyatakan ”hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang
yang berhak menerimanya”.  Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis,
yaitu :
1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat
bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan
berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang
sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut
adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa
memperhitungkan jasa masing-masing. (ex. Pembagian BLT. Raskin. Bantuan untuk
pengungsi bencana alam dll) Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti
penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh bagian yg sama.

2.Teori utilitas (utiliteis theorie)


Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemanfaatan atau
kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini
adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and
legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa
yang berfaedah/manfaat bagi orang.
Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-
hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit
bagi kita untuk menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau
dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser  
nilai keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan
utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai
keadilan.

30
3Teori campuran
Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama
dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya
keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif,
Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum (John Austin
dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan kepastian hak
dan kewajiban. Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap
kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5.Teori Peace (damai sejahtera)


Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang
kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan
adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan
sejahtera bukan sekedar ketertiban

SUMBER HUKUM

Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan
dan menggali hukumnya. Kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa hal:

1. Sebagai asas hukum, sesuatu yang merupakan permulaan hukum misalnya,


kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa dsb
1. Menunjukan hukum terdahulu yg memberi bahan kepada hukum yang berlaku
sekarang seperti hukum romawi dan hukum perancis
2. Sebagai sumber berlakunya yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukumnya
3. Sebagai sumber darimana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, UU,
lontar atau batu bertulis

Sebagai sumber terjadinya hukum: sumber yang meninbulkan hukum

Algra membagi sumber hukum menjadi sumber hukum formil dan sumber hukum
materil

1. Sumber hukum materil merupakan tempat dimana materi hukum itu diambil.
Sumber hukum materil merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya hubungan sosial. Hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
tradisi( pandangan keagamaan, kesusilaan) hasil penelitian ilmiah (kriminologi,
lalu lintas) perkembangan internasional, keadaan geografis

31
2. Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber darimana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara
yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku

Sumber-hukum menurut Achmad Sanusi terbagi dua kelompok

1. Sumber hukum normal


a. Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan undang-undang,
yaitu:
- undang-undang
- perjanjian antar negara
- kebiasaan
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan undang-undang,
yaitu:
- perjanjian
- doktrin
- yurisprudensi

2. Sumber hukum abnormal (Dasar pembentukan Hukumnya)


a. Proklamasi
b. revolusi
c. kudeta

Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No 12 Thn 2011


(sumber hukum formil)
1. UUD 1945 (ditetapkan dan diubah oleh lembaga MPR)
2. Ketetapan MPR
3. UU/PERPU ( UU =produk dari persetujuan bersama DPR dg Presiden, Perpu
dibuat oleh presiden dalam keadaan mendesak )
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Secara spesifik dalam Pasal 2 UU No 12 /2011 menyebutkan Pancasila adalah


merupakan sumber segala sumber hukum maksudnya adalah:
- Menempatkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sesuai
dengan Pembukaan alinea ke 4
- Menempatkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar filosofis negara

32
BAB 6

KLASIFIKASI HUKUM

Klasifikasi Hukum
Pembagian sistem hukum menjadi bagian-bagian
merupakan ciri dari sistem hukum. Untuk mengklasifikasi hukum
harus ada kriterianya. Kriteria ini yang akan menjadi prinsip dasar
dari klasifikasi hukum
Secara umum hukum berisikan hal hal tentang:
1. perintah,
2. larangan
3. dan perkenan
Pembagian hukum secara klasik/isi terbagi dua yaitu
1. Hukum publik hukum yang mengatur kepentingan umum
dan mengatur hubungan penguasa dengan warga
negaranya
2. Hukum privat hukum yang mengatur antar perorangan
mengatur hak dan kewajiban perorangan terhadap satu
sama lainnya
Pembagian hukum menjadi hukum public dan hukum privat
merupakan pembagian hukum klasik yang sampai sekarang
masih digunakan. Pembagian hukum ini tidak terdapat dalam
setia p system hukum karena masih banyak yang
memperdebatkan pembagian hukum menjadi hukum public dan
privat.

33
Hukum publik lazimnya dirumuskan sebagai hukum yang
mengatur kepentingan umum dan mengatur hubungan penguasa
dengan warga negaranya. Hukum publik ini adalah keseluruhan
peraturan yang merupakan dasar negara dan mengatur pula
bagaimana cara negara melaksanakan tugasnya. Karena
memperhatikan kepentingan umum maka pelaksanaan peraturan
hukum publik dilakukan oleh penguasa. Termasuk hukum publik
adalah: Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara
Hukum Privat adalah hukum antar perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap
yang lain dalam hubungan keluarga dan didalam pergaulan
masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan pada masing-masing
pihak. Hukum Perdata masuk kedalam ranah hukum privat bahka
n hukum privat disebut juga hukum perdata.
Mengapa hukum perdata merupakan bagian dari hukum privat,
karena hukum perdata merupakan hukum yang mengatur
hubungan dalam keluarga dan hubungan pergaulan dalam
masyarakat. Hubungan dalam keluarga ini menimbulkan hukum
tentang orang dan hukum keluarga. Sedangkan hubungan
pergaulan dalam masyarakat menimbulkan hukum harta
kekayaan yang dibagi lebih lanjut menjadi hukum benda dan
hukum perikatan termasuk juga hukum waris.

Ada beberapa tolok ukur untuk membedakan antara hukum publik


dan hukum privat:
1. dilihat dari para pihak
Hukum publik salah satu pihaknya adalah penguasa
berhadapan dengan warga negara. Hukum privat kedua

34
belah pihak adalah perorangan, penguasa bisa menjadi
pihak ketiga.
2. dilihat dari sifatnya

Hukum publik bersifat memaksa hukum privat pada


umumnya bersifat pelengkap meskipun ada juga bersifat
pemaksa
3. dilihat dari tujuannya
Hukum publik untuk melindungi kepentingan umum. Hukum
privat untuk melindungi kepentingan perorangan atau
individu. Pada hakekatnya baik hukum publik maupun
hukum privat tujuannya adalah untuk kepentingan umum

Dari segi Sifatnya:


1.   Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam
keadaan bagaimanpun juga harus ditaati oleh setiap
orang secara mutlak
2.  Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan
telah membuat peraturan tersendiri dalam suatu
perjanjian.

Dari segi bentuknya:


1.    Tertulis yaitu aturan-aturan hukum yang ditulis dalam
suatu Undang- Undang dan berlaku sebagai hukum positif.
Dalam bentuk tertulis ada dua macam:
a.    Kodifikasi ialah disusunnya ketentuan-ketentuan
hukum dalam sebuah kitab secara sistematik dan
teratur.

35
b.   Tidak dikodifikasikan ialah sebagai undang-
undang saja.

2.    Tidak tertulis yaitu aturan-aturan hukum yang berlaku


sebagai hukum yang semula merupakan kebiasaan-
kebiasaan dan hukum kebiasaan.

Dalam penyelenggaraan kenegaraan dikenal hukum tidak


tertulis yang dikenal dengan istilah konvensi ( Hukum dasar
tidak tertulis yang kedudukannya sejajar dengan UUD)
Dari segi fungsinya:
1. hukum materil
hukum materil terdiri peraturan-peraturan yang memberi hak
dan membebani kewajiban- kewajiban
2. hukum formil ( KUHAP)
apabila hukum materil dilanggar maka hukum harus
ditegakkan atau dipertahankan, hukum untuk menegakkan
hukum materil ini yang disebut hukum formil yaitu untuk
menentukan bagaimana caranya melaksanakan hukum
materil (Hukum acara)

Dari segi saat berlaku:

1.      Ius Contitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yang berlaku


bagi seluruh warga negara dalam suatu waktu tertentu dan di
dalam suatu tempat tertentu.

2.       Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku


di masa yang akan datang.

36
3.      Hukum Asasi(Hukum), yaitu hukum yang berlaku di dalam
segala waktu dan tempat di dalam belahan dunia. Hukum
tersebut berlaku untuk masa yang tidak dapat ditentukan dan
tidak mengenal batas waktu terhadap siapapun juga di seluruh
dunia.

Ketiga macam hukum ini merupakan Hukum Duniawi.

Dari segi isi berlakunya:


1. lex generalis hukum yang berlaku umum dan merupakan
dasar
2. lex specialis hukum yang berlaku khusus
Menurut tempat berlakunya:
1. hukum nasional
2. hukum internasional

37
BAB 7

ASAS-ASAS HUKUM

Pengertian

Asas atau prinsip seringkali kata asas dimaknai juga sebagai prinsip dari kamus
bahasa Indonesia asas dan prinsip memiliki pengertian yang sama yaitu asas, dasar
basis etika, pokok, sendi fundamen dst.
Setiap perundang-undangan yang dibuat selalu didasari sejumlah asas atau
prinsip dasar. Kata asas ialah dasar atau alas , sedang kata prinsip merupakan
sinonimnya (Wojowasito, 1972:17 dan 227)
Asas hukum merupakan fondasi suatu perundang-undangan. Bila asas tersebut
dikesampingkan, maka bangunan undang-undang dan segenap peraturan
pelaksananya akan runtuh.
Dalam bahasa Inggris asas diterjemahkan sebagai principle, prinsip juga
diterjemahkan sebagai principle.
Kamus hukum memberikan pemaknaan asas sebagai suatu alam pikiran yang
dirumuskan secara luas dan mendasari adanya suatu norma hukum
Sedangkan prinsip dibagi menjadi dua:
1. Principia prima: norma-norma kehidupan yang berlaku secara fundamental,
universal dan mutlak serta kekal ( berlaku bagi segala bangsa dan masa)
2. Principia secundaria: norma-norma yang tidak fundamental, tidak universal, tidak
mutlak, melainkan relatif tergantung pada manusianya

Jadi asas dan prinsip memiliki makna yang sama keduanya dimaknai sebagai dasar
dari suatu hal tertentu, perbedaanya hanya pada penggunaan dan kata yang
mengikutinya.
Dalam literatur dan Per UU an di Indonesianya umumnya menggunakan kata asas.
Sedangkan di Barat menggunakan kata principle
Asas hukum

Satjipto Rahardjo (1986:87)menyatakan asas hukum, bukan peraturan hukum.


Namun, tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa menge-tahui asas-asas hukum
yang ada di dalamnya. Karena asas hukum ini memberi makna etis kepada peraturan-
peraturan hukum dan tata hukum.

38
Beliau, selanjutnya mengibaratkan asas hukum sebagai jantung peraturan hukum atas
dasar 2 (dua) alasan :

1. Asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya sebuah peraturan
hukum. Ini berarti penerapan peraturan-peraturan hukum itu bisa dikembalikan kepada
asas hukum.

2. Asas hukum karena mengandung tuntutan etis, maka asas hukum diibaratkan
sebagai jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan
pandangan etis masyarakatnya.

Sudikno Mertokusumo, menyatakan bahwa tak semua asas yang tertuang dalam
peraturan atau pasal yang kongkrit. Alasannya, adanya rujukan pada asas Nullum
delictum nulla poena sine praevia lege poenali ( Tiada suatu peristiwa dipidana, kecuali
atas dasar peraturan perundang-undangan pidana yang mendahulukannya ), dan asas
praduga tak bersalah (presumption of innocence).

Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa asas hukum tak hanya


mempengaruhi hukum positif, namun dalam banyak hal tak menutup kemungkinan asas
hukum itu dapat membentuk sistem checks and ba-lance. Dalam artian asas hukum itu
sering menunjukkan pada kaidah yang berlawan-an. Hal itu menunjukkan adanya sifat
saling mengendalikan dan membatasi, yang akan menciptakan keseimbangan.
Beberapa pengertian asas hukum menurut para ahli:

1. Bellefroid: asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif
dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih
umum. Asas hukum itu merupakan pengendapan hukum positif
2. Van eikema homes: asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma
hukum yang kongkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum
atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku.
3. The liang gie:asas adalah dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa
menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaan nya yang diterapkan
pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan
itu.

Dari berbagai definisi yg dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
asas atau prinsip hukum bukanlah peraturan kongkrit. Melainkan pikiran dasar yang
umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan kongkrit , asas hukum
bersifat umum dan abstrak dan nanti terjelma dalam peraturan Per uu an dan putusan

Ada beberapa perbedaan mendasar antara asas dan norma , yaitu :


1. Asas merupakan dasar pemikiran yang umum dan abstrak, sedangkan norma

39
merupakan peraturan yang riil.
2. Asas adalah suatu ide atau konsep, sedangkan norma adalah penjabaran dari ide
tersebut.
3. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma mempunyai sanksi.

Tentu saja keduanya berbeda, karena asas hukum adalah merupakan latar belakang
dari adanya suatu hukum konkrit, sedangkan norma adalah hukum konkrit itu sendiri.
Atau bisa juga dikatakan bahwa asas adalah asal mula dari adanya suatu norma.

Landasan asas hukum

1. Berakar dalam kenyataan masyarakat


2. Pada nilai-nilai yang dipilih sebagai pedoman oleh kehidupan bersama

Fungsi Asas Hukum


Dalam sistem hukum,asas hukum memiliki beberapa fungsi yaitu :

1. Menjaga ketaatan asas atau konsistensi. Contoh, dalam Hukum Acara


Perdata dianut " asas pasif bagi hakim ", artinya hakim hanya memeriksa pokok-
pokok sengketa yang ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan
oleh hakim. Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya keadilan. Dengan
demikian hakim menjadi pasif dan terjagalah ketaatan asas atau konsistensi
dalam Hukum Acara Perdata, karena para pihak dapat secara bebas mengakhiri
sendiri persengketaannya.
2. Menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam sistem hukum. Fungsi ini
diwujudkan dalam beberapa asas hukum di bawah ini:
Lex dura sed ita scripta : Undang- Undang adalah keras tetapi ia telah ditulis
demikian.
Lex niminem cogit ad impossibilia, undang- undang tidak memaksa seseorang
untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin,
Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior derogat legi anteriori, undang-
undang yang lebih baru mengenyampingkan undang- undang yang lama.
Lex specialist derogat legi generali, undang- undang yang khusus didahulukan
berlakunya daripada undang- undang yang umum.
Lex superior derogat legi inferiori, undang- undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang- undang yang lebih rendah tingkatannya.
3. Sebagai rekayasa sosial, baik dalam sistem hukum maupun dalam sistem
peradilan. Pada fungsi rekayasa sosial, kemungkinan difungsikannya suatu asas
hukum untuk melakukan rekayasa sosial di bidang peradilan, seperti asas
Hukum Acara Peradilan di Indonesia menganut asas tidak ada keharusan
mewakilkan kepada pengacara, diubah menjadi " asas keharusan untuk diwakili

40
". Asas yang masih dianut tersebut, sebetulnya sebagai bentuk diskriminasi
kolonial Belanda, sehingga sudah perlu dihapuskan. Dengan demikian, asas
hukum difungsikan sebagai a tool of social engineering bagi masyarakat.
Tapi sekarang ada dari sebagian masyarakat yang melakukan acara pengadilan
tanpa didampingi oleh seorang pengacara, apakah fungsi ini masih berlaku?.
Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum dalam hukum positif, sedangkan
asas hukum mempunyai dua fungsi yaitu, : fungsi dalam hukum dan fungsi
dalam ilmu hukum.
Asas dalam hukum mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk
undang-undang dan hakim ( ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan )
serta mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
Asas dalam ilmu hukum hanya bersifat mengatur dan eksplikatif atau
menjelaskan. Tujuannya adalah memberi ikhtisar, sifatnya tidak normatif dan
tidak termasuk hukum positif.

Asas hukum terbagi dua

Ditinjau dari ruang lingkupnya, asas hukum terbagi menjadi dua macam yaitu :
1. Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang
hukum., seperti asas restitution in integrum, asas bahwa apa yang lahirnya tampak
benar untuk sementara harus dianggap demikian sampai ada keputusan dari
pengadilan..
2. Asas hukum khusus, yaitu asas hukum yang berfungsi dalam bidang yang lebih
sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana, dan sebagainya, yang
merupakan penjabaran dari asas hukum umum.

Ada tiga bentuk asas- asas hukum yaitu :

1. Asas-asas hukum objektif yang bersifat moral. prinsip-prinsip itu telah ada pada para
pemikir zaman klasik dari abad pertengahan.
2. Asas-asas hukum objektif yang bersifat rasional, yaitu prinsip-prinsip yang termasuk
pengertian hukum dan aturan hidup bersama yang rasional. Prinsip ini juga telah
diterima sejak dahulu, tetapi baru diungkapkan secara nyata sejak mulainya zaman
modern, yakni sejak timbulnya negara-negara nasional dan hukum yang dibuat oleh
kaum yuris secara profesional.
3. Asas-asas hukum subjektif yang bersifat moral maupun rasional, yakni hak-hak yang
ada pada manusia dan menjadi titik tolak pembentukan hukum. Perkembangan hukum
paling nampak dalam bidang ini.

Dari penjelasan mengenai bentuk-bentuk asas hukum dapat diketahui bahwa


asas hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit melainkan merupakan latar belakang
peraturan yang konkrit dan bersifat umum dan abstrak Satjipto Rahardjo

41
mengemukakan bahwa asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas hukum
adalah jiwa dari norma hukum itu sendiri.
Asas hukum dikatakan sebagai jiwa dari norma hukum atau peraturan hukum
karena ia merupakan dasar lahir atau ratio legis dari peraturan hukum. Sebagai contoh
bahwa asas hukum merupakan jiwa dari peraturan atau norma hukum yaitu : asas
hukum yang menyatakan bahwa apabila seseorang melakukan perbuatan susila yang
merugikan orang lain maka ia harus mengganti kerugian, dan ini merupakan asas
hukum yang bersifat abstrak, dari asas hukum ini lahir suatu norma hukum yang
bersifat konkrit yaitu setiap perbuatan yang melawan hukum dan menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, wajib membayar ganti rugi. ( lihat Pasal 1365 BW ).
Karena sifat asas hukum yang abstrak inilah sehingga tidak bisa diterapkan
secara langsung dalam peristiwa hukum lain halnya dengan peraturan hukum yang
bersifat konkrit.

Contoh : Asas-asas hukum (principles of legality) menurut Fuller adalah sebagai


berikut :
1. Suatu sistem hukum harus mengandung per-aturan-peraturan yang dimaksud di
sini adalah bahwa ia tidak boleh mengandung sekedar ke-putusan- keputusan
yang bersifat ad hoc;
2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan;
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila yang
demikian itu tidak ditolak, maka peraturan itu tidak bisa dipakai untuk menjadi
pedoman tingkah laku; membolehkan pengaturan yang berlaku surut berarti
merusak integritas peraturan yang ditujukan untuk berla-ku bagi waktu yang
akan datang;
4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti;
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan
satu sama lain;
6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang
dapat dilakukan;
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan, sehingga
menyebabkan orang akan kehilangan orientasi;
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaan
sehari-hari.

42
BAB 8

PENEGAKAN HUKUM

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan apabila terjadi pelanggaran hukum.


Yang dapat memberikan sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah penguasa dalam
hal ini diberikan kewenangan kepada lembaga peradilan. Karena penegakan hukum
adalah monopoli pemegang kekuasaan, pada hakekatnya kekuasaan adalah
kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendaknya pada orang lain.
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu
1. kepastian hukum.
2. kemanfaatan
3. keadilan

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan


sewenang wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat /memperoleh sesuatu
yang diharapkan dalam keadaan tertentu.. Hukum bertugas menciptakan kepastian
hukum dengan tujuan untuk terciptanya ketertiban dalam masyarakat.
Pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat bagi
masyarakat, jamgan sampai terjadi karena hukumnya ditegakkan justru menimbulkan
keresahan dalam masyarakat.
Dalam penegakan hukum haruslah adil dalam penegakan hukum keadilan harus
diperhatikan,. Setiap orang diperlakukan sama di depan hukum, seperti setiap orang
yang mencuri harus dihukum tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri. Pejabat
yang korupsi harus dihukum karena korupsi sama dengan mencuri yaitu mencuri uang
milik Negara
Penegakan hukum adalah rangkaian terakhir dari suatu proses penyelenggaraan
hukum., karena disinilah norma-norma abstrak dalam ketentuan perundang-undangan
dikongkirtkan dalam kehidupan masyarakat.
Penegakan hukum dilihat dari refleksi putusannya berfungsi ganda:
1. penegakan hukum berfungsi untuk menyelesaikan ketegangan-ketegangan
kepentingan antara pihak-pihak yang berselisih
2. Penegakan hukum juga juga mengaktualisasikan keadilan abstrak pada dunia
secara nyata dan secara umum
Tujuan penegakan hukum diletakan pada 3 jenjang
1. Menyelesaikan sengketa para pihak yang bersengketa kepentingan (tujuan
jangka pendek)
2. Menciptakan tertib hukum dalam rangka kedamaian hidup masyarakat(tujuan
jangka menengah)
3. Menciptakan kesejahteraan sosial dalam konteks social policy (tujuan jangka
panjang)

43
Proses penegakan hukum di Indonesia dilakukan dilakukan oleh lembaga
penegak hukum yaitu:
1. Kepolisian
2. kejaksaan
3. kehakiman
4.Penasehat hukum
Sistem peradilan Indonesia menganut sistem bertingkat
1. pengadilan negri
2. Pengadilan tinggi
3. Mahkamah agung
lembaga peradilan
1. Peradilan umum
2. Peradilan agama
3. Peradilan militer
4. Peradilan tata usaha Negara
Setelah reformasi dibentuk lembaga baru yang terlibat dalam penegakan hukum
yaitu mahkamah konstitusi dan Komisi pemberantasan korupsi, peradilan HAM,
Peradilan tipikor, peradilan niaga
Penegakan hukum diluar pengadilan
Dalam system hukum dikenal juga penyelesaian sengketa di luar pengadilan
atau jalur non litigasi. Dasar hukum nya adalah UU no 30 tahun 1999 tentang Arbitrase
dan alternative penyelesaian sengketa.
Jalur ini tidak asing dalam kebiasaan yang berlaku pada bangsa Indonesia yang
menyelesaikan masalah secara musyawarah untuk mencapai permufakatan. Dimana
jika ada sengketa diantara mereka cenderung masayarkat tidak membawa
permaslahan tersebut kepengadilan, namun diselesaikan secara kekeluargaan
Kata “arbitrase” berasal dari bahasa asing yaitu “arbitrare”. yang berarti kekuasaan
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitrase di Indonesia dikenal dengan
“perwasitan”
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang no.30 tahun 1999” Arbitrase adalah
cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar pengadilan umum yang di dasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”.
Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam dua bentuk, yaitu :
1. Klausula Arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjiantertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa( factum de compromitendo ).

2. Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihaksetelah timbul


sengketa ( Akta Kompromis ).

3. Sengketa yang bisa dibawa ke Arbitrase/APS hanyalah sengketa di bidang


perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.

44
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan,
perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual.

Alternative penyelesaian sengketa terdiri dari beberapa jenis (UU No 30 1999)


1. Konsultasi
2. Negosiasi
3. Mediasi
4. Konsialiasi
5. Pendapat ahli

Kelebihan dan Kelemahan Arbitase.


 Kelebihan
1. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak
2. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena prosedural dan administratif
3. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah
yang disengketakan, jujur dan adil
4. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya
serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase
 Kelemahan
1. Masalah biaya, dianggap sangat mahal (expensive). Biaya yang harus
dikeluarkan penyelesaian arbitrase, hampir sama adengan biaya litigasi di
pengadilan. Terdapat beberapa komponen biaya yang harus dikeluarkan,
sehingga terkadang jauh lebih besar biaya dengan apa yang harus
dikeluarkan bila perkara diajukan ke pengadilan. Komponen biaya atrbitrase
terdiri dari: (a) Biaya administrasi (b) Honor arbitrator. (c) Biaya transportasi
dan akomodasi arbitrator (d) Biaya saksi dan ahli. Komponen biaya yang
seperti itu, tidak ada dalam mediasi atau minitrial. Jika pun ada biaya yang
harus dikeluarkan, jauh lebih kecil. Apalagi mediasi, boleh dikatakan tanpa
biaya atau nominal cost.
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

Badan Arbitrase Nasional Indonesia atau BANI adalah suatu badan yang
dibentuk oleh pemerintah Indonesia guna penegakan hukum di Indonesia dalam
penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang terjadi diberbagai sektor
perdagangan, industri dan keuangan, melalui arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif
penyelesaian sengketa lainnya antara lain di bidang-bidang korporasi, asuransi,
lembaga keuangan, pabrikasi,hak kekayaan intelektual, lisensi, waralaba, konstruksi,
pelayaran / maritim, lingkungan hidup, penginderaan jarak jauh, dan lain-lain dalam
lingkup peraturan perundang-undangan dan kebiasaan internasional. Badan ini
bertindak secara otonom dan independen dalam penegakan hukum dan keadilan.

45
Persamaan dan Perbedaan Arbitrase dengan Penyelesaian Sengketa Lainnya.

 Persamaan Secara Umum


1. Sederhana dan cepat (informal dan quick),
2. Prinsip konfidensial
3. Diselesaikan oleh pihak ketiga netral yang memiliki pengetahuan khusus
secara profesional.
 Perbedaan Arbitrase
perbedaan mediasi dengan arbitrase
Di dalam mediasi, para pihak masih yakin dapat menyelesaikan sengketa secara
damai, yang mereka butuhkan adalah kehadiran pihak ketiga yang netral yang akan
membimbing mereka ke arah perdamaian. Sedangkan di dalam arbitrase, para pihak
sudah tidak dapat lagi berdamai, yang mereka butuhkan adalah kehadiran pihak ketiga
yang netral yang akan memeriksa sengketa dan menjatuhkan keputusan yang final dan
mengikat kepada para pihak.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka ciri-ciri yang membedakan mediasi dengan
arbitrase adalah sebagai berikut:

 di dalam arbitrase, para pihak menyerahkan kewenangan kepada pihak


ketiga untuk memutuskan, sedangkan di dalam mediasi, pihak ketiga
hanya bertindak sebagai fasilitator;
 hasil dari mediator sangat ditentukan oleh kehendak para pihak,
sedangkan hasil dari arbitrase sangat ditentukan oleh benar-salah
menurut hukum;
 di dalam mediasi, para pihak harus meyakinkan pihak lain sehingga
bersedia berkompromi dan menerima, sedangkan di dalam arbitrase, para
pihak harus meyakinkan arbiter sehingga mengabulkan tuntutan;
 proses mediasi ditentukan sendiri oleh para pihak sehingga proses
beracaranya tidak formal, sedangkan proses arbitrase sering merujuk
kepada peraturan dari lembaga arbitrase yang dipilih dan undang-undang
mengenai arbitrase sehingga proses beracaranya lebih formal.

perbedaan arbitrase dengan pengadilan


Ada beberapa perbedaaan mendasar antara arbitrase dengan pengadilan:

1. persidangan pengadilan berlangsung terbuka untuk umum, sedangkan


persidangan arbitrase bersifat tertutup;
2. tuntutan perkara ke arbitrase hanya bisa dilangsungkan jika para pihak
yang bersengketa terikat dengan perjanjian arbitrase, sedangkan tuntutan
perkara ke pengadilan bisa diajukan oleh siapapun;
3. proses beracara di pengadilan sangat formal, sangat kaku, sedangkan
proses beracara di arbitrase tidak terlalu formal, tidak terlalu kaku;
4. arbiter dipilih berdasarkan keahliannya, sedangkan hakim pada umumnya
adalah generalis;
5. pada beberapa sistem hukum tertentu hakim menganut preseden atau
yurisprudensi, sedangkan arbiter tidak mengenal preseden;

46
6. putusan arbitrase adalah final dan mengikat, tidak dapat diajukan banding
atau upaya hokum apapun, sedangkan putusan pengadilan bisa diajukan
banding, kasasi dan bahkan peninjauan kembali.

BAB 9

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)

1. Pengertian HKI

HKI adalah: suatu hak eksklusif/monopoli yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang atau entitas yang memberi peluang kepadanya untuk menikmati
pengembalian investasi yang telah dikeluarkan dalam pembuatan karya intelektual
tersebut.

HKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide dan informasi
yang memiliki nilai komersial.

HKI adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan
bentuk-bentuk kekayaan lainnya seperti menjual dan melisensikan sesuatu. Banyak
hal yang dapat dilindungi oleh HKI; termasuk novel, karya seni fotografi, lembaran
musik. Rekaman suara film, piranti lunak dan piranti keras komputer, situs internet,
disain untuk barang-barang yang diproduksi secara masal, organisme hidup yang
direkayasa secara biologis, obat obatan baru, rahasia dagang, pengetahuan teknik,
karakter dan nama-nama merek yang ditemukan

2. Sistem HKI

47
Sistem HKI mencoba memberi wujud terhadap suatu yang tidak ada wujudnya
misalnya ide, ide adalah hal yang tidak kasat mata. Tujuan dari sistem HKI adalah
memberi wujud dari yang tidak kasat mata seperti ide/ kreasi dll kedalam bentuk
sertifikasi HKI. Sistem HKI itu ada karena dalam karya intelektual ada potensi
ekonomi, ada potensi pemanfaatan sehingga berpotensi untuk terjadi peniruan.
Secara faktual HKI merupakan satu sistem pemberian perlindungan hukum bagi
karya-karya intelektual yang mencakup jangkauan yang luas dari pengetahuan
tradisional misalnya pengolahan jamu sampai program komputer dan internet di era
ekonomi digital ini.

3. Manfaat Sistem HKI

Manfaat perlindungan terhadap karya intelektual dapat dilihat dari berbagai sudut
kepentingan:

a. bagi penghasil karya intelektual guna melindungi investasi dalam bentuk waktu,
tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan dalam menghasilkan karya intelektual
agar mereka dapat menikmati pendapatan ekonomis/keuntungan dari komersialisasi
hasil karya intelektualnya

b. bagi para pelaku usaha; dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk membangun daya
saing usaha melalui monopoli yang diperoleh melalui sistem HKI

c. bagi masyarakat; secara tidak langsung mendapatkan manfaat berupa tersedianya


berbagai inovasi produk yang lebih baik, lebih berkualitas dan kompetitif

d. bagi negara; secara tidak langsung perlindungan karya intelektual yang diberikan
sistem HKI dapat menstimulasi lahirnya alih penemuan, inovasi dan kreasi yang
mendukung pertumbuhan perekonomian nasional

Sistem HKI dan perlindungan terhadap karya intelektual menjadi sangat penting bagi
dunia riset dan dunia usaha untuk dua tujuan:

a. melindungi karya intelektual yang dihasilkan guna membangun daya kompetisi

b. menghindari kemungkinan melanggar hak kekayaan intelektual pihak lain

48
Mengapa HKI dilindungi

1. Hak hak alami hak moral dan hak ekonomi


2. Perlindungan reputasi
3. Dorongan dan imbalan dari inovasi dan penciptaan

4. Jenis Jenis HKI

Perlindungan dalam sistem HKI diberikan kepada:

a. Hak cipta berlaku untuk karya seni, musik, literatur, drama, film, tari photografi dan
program komputer

b. Paten dan paten sederhana, berlaku untuk karya penemuan (solusi teknis terhadap
suatu masalah)

c. Desain industri, berlaku untuk desain produksi industri

d. Merek dagang, berlaku untuk merek usaha

e. Perlindungan indikasi geografis berlaku untuk indikasi geografis

f. Perlindungan tata letak sirkuit terpadu berlaku untuk topografi sirkuit terpadu

g. Perlindungan varietas tanaman berlaku untuk varietas baru tanaman

h. Perlindungan rahasia dagang, berlaku untuk informasi rahasia bernilai komersial

1. Hak Cipta adalah hak eklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta)
Hak cipta dapat menjadi milik perusahaan jika karya cipta itu dilakukan sebagai
bagian dari pekerjaan sesorang atau jika seseorang direkrut untuk menciptakan
karya cipta, yang dikenal sebagai work for hire (karya cipta untuk disewakan).
Sebagai contoh, jika seseorang menulis lirik lagu, orang lain tidak bisa dengan
begitu saja menggunakan lirik lagu itu tanpa izin, dan jika mereka melakukannya,

49
mereka dapat digugat atas apa pun uang/penghasilan yang mereka peroleh dari
versi lagu mereka.

Berikut ini beberapa poin yang perlu dipertimbangkan dari sudut hukum ketika
menentukan apakah perkecualian pada perlindungan hak cipta ini diizinkan:

 Tujuan dan sifat penggunaan, mencakup apakah penggunaan itu


untuk komersial atau tujuan pendidikan nonprofit
 Sifat karya berhak cipta
 Jumlah dan instansi bagian yang digunakan dalam hubungannya
dengan karya berhak-cipta sebagai suatu keseluruhan
 Efek pengunaan terhadap pasar potensial atau nilai dari karya berhak-
cipta

Jika pengarang karya cetak ingin membuat penjelesan bahwa mereka


mempunyai hak cipta, mereka mencantumkan peringatan. Peringatan hak cipta
memasukkan lambang © atau kata Hak Cipta, dan nama pemilik hak cipta.
Sebagai contoh, © 2004 John Done. Karya yang diterbitkan sebelum 1 Januari
1978, yang tidak mempunyai peringatan hak cipta yang sah, dapat dianggap
sebagai pemilik publik. Hak cipta berakhir setelah 95 tahun.

Sedangkan Hak Kekayaan Industri meliputi:

 Paten
 Merek
 Desain Industri
 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
 Rahasia Dagang
 Varietas Tanaman

2. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada Inventor atas
hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten).

Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam pengertian di atas,
juga menurut undang-undang tersebut) adalah:

 Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan


pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa

50
produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk
atau proses. (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, ps. 1, ay. 2)
 Inventor adalah seseorang yang secara sendiri atau beberapa orang
yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke
dalam kegiatan yang menghasilakan Invensi. (Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2001, ps. 1, ay. 3)
Kata paten, berasal dari bahasa Inggris patent, yang awalnya berasal dari kata
patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal
dari istilah latters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang
memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari
definisi paten itu sendiri, konsep paten mendorong investor untuk membuka
pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor
mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten
tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem
paten tidak dianggap sebagai hak monopoli.

Subjek Yang Dapat Dipatenkan

Secara umum, ada tiga kategori besar mengenai subjek yang dapat dipatenkan:
proses, mesin, dan barang yang diproduksi dan digunakan. Proses mencakup
algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik
medis, teknik olahraga dan semacamnya. Mesin mencakup alat dan aparatus.
Barang yang diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan
komposisi materi seperti kimia, obat-obatan, DNA, RNA, dan sebagainya.

Kebenaran matematika, termasuk yang tidak dapat dipatenkan. Software yang


menerapkan algoritma juga tidak dapat dipatenkan kecuali terdapat aplikasi
praktis (di Amerika Serikat atau efek teknikalnya di Eropa).

Contoh hak paten: Pada bulan Juli 1998, pengadilan AS menyatakan bahwa
perangkat lunak yang terkait dengan metode bisnis dapat dipatenkan juga. Pada
tahun 1999, dalam gerakan yang sangat controversial. Amazone perusahaan
eceran buku online memberlakukan dan menerima hak paten atas metode bisnis
pemesanannya.

51
3. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. (Pasal
1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek).

Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang membuat iklan untuk membuat


merek dagang mereka dikenal baik oleh masyarakat. Contohnya seperti Coca-
Cola®. Jika seseorang mengklaim bahwa nama atau symbol adalah sebuah
merek dagang, merka mencantumkan singkatan TM. Jika merek dagang secara
remsi dikenali dan diregistrasi mempunyai simbol®.

1. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan
tangan. (Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain
Industri).

2. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang
di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari
elemen tersebut adalah lemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor
yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. (Pasal 1 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu).

3. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan
peletakkan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan
Sirkuit Terpadu. (Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu)

4. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomis karena berguna dalam

52
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
(Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang).

5. Penegakan Hukum Bagi perlindungan Karya intelektual dalam sistem HKI

Yang perlu diperhatikan:

a. Memenuhi kriteria perlindungan

1. apakah termasuk obyek yang dilindungi

2. apakah termasuk kriteria yang dikecualikan dalam perlindungan

3. apakah memenuhi persyaratan untuk dapat dilindungi

4. apakah terdaftar di negara tujuan dimana perlindungan diharapkan

b. hal hal penyebab perselisIhan

1. ketidakjelasan status kepemilikan

2. penggunaan HKI tanpa seijin pemilik

3. tidak dipenuhinya perjanjian lisensi

c. Pembelaan terhadap kemungkinan pelanggaran

1. memanfaatkan ketentuan dalam UU yang mengecualikan tindalan tindakan


tertentu dari pelanggaran
2. Melakukan gugatan pembatalan terhadap HKI yang dipersengketakan
3. bersikap sebagai Pelanggar yang tidak berdosa (innocent infringer) dengan
membuktikan bahwa yang bersangkutan tidak menyadari suatu karya intelektual
mengandung HKI
4. Melakukan ”inventing araound ” (mengakali agar tidak tampak menjiplak)
terhadap karya intelektual yang dipersengketakan
5. Menghentikan pelanggaran dan berupaya mendapatkan perjanjian lisensi
terhadap karya intelektual yang dipersengketakan

Tindakan Pemulihan Terhadap Kerugian Akibat Pelanggaran HKI

1. Penyitaan atau penghacuran barang tiruan


2. Pemberian penggantian atas kerugian
3. Pemberlakuan sangsi pidana untuk pelanggaran jenis tertentu
53
Studi Kasus Arjuna Mencari Cinta

Objek yang disengkatakan adalah judul lagu

Bentuk HKI yang terkait adalah hak cipta

Isu hukum apakah terjadi pelanggaran hak cipta

Langkah-langkah analisa

Apakah objek yang dipersengketakan termasuk dalam katagori objek perlindungan hak
cipta

Apakah objek tersebut dikecualikan dari perlindungan hak cipta

Apakah terjadi peniruan terhadap karya cipta

Kalau pertanyaan yang pertama tidak terpenuhi maka kasus tersebut tidak perlu
diteruskan

Daftar Pustaka

1. Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Bachsan Mustafa, Bandung, Citra Aditya


Bakti:2003
2. Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Sudikno Mertokusumo,Yogyakarta:2010
3. Pengantar Hukum Indonesia, Moh. Najihdan dan Soimin, Malang Setara
Press:2012
4. Hukum Penyelesaian Sengketa, Frans Hendra Winata, Jakarta, Sinar
Grafika:2011
5. Pokok-pokok filsafat Hukum, Darji darmodiharji dan Shidarta. Jakarta
Gramedia:1996

54
6. Pengantara Hukum ketengakerjaan Indonesia, Lalu Husni,Jakartra Pt
Rajagarfindo Indonesia 2003
7. Ilmu Hukum Satjipto Rahardjo, PT Citra Adtya Bakti, Bandung 2000
8. AusAID Indonesia – Australia, Hak-hak Kekayaan Intelektual: 2001
9. Dirjen HKI, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: 2006

55

Anda mungkin juga menyukai