Anda di halaman 1dari 3

Sistem Hukum

1. Pengertian Sistem Hukum


Sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas
bagian-bagian yang terkait satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola untuk
mencapai suatu tujuan. Hukum merupakan suatu sistem, artinya hukum itu adalah aturan-aturan
dalam hidup bermasyarakat yang merupakan suatu susunan yang terdiri dari bagian-bagian yang
terkait satu dengan yang lainnya. Sebagai suatu sistem, bagian-bagian yang merupakan
komponen yang saling berhubungan mengalami ketergantungan dalam keutuhan organisasi yang
teratur serta terintegrasi.
Dengan demikian, sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang
mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut.
Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum,
asas hukum, dan pengertian hukum.

2. Macam-Macam Sistem Hukum


Ada sekurang-kurangnya lima sistem hukum yang hidup dan berkembang di nagara-negara saat
ini. Adapun sistem-sistem tersebut, yaitu :
a. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)
b. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)
c. Sistem Hukum Adat
d. Sistem Hukum Islam
e. Sistem Hukum Sosialis/Komunis.

a. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)


Sistem ini berkembang di negara-negara Eropa Daratan seperti Jerman, Perancis, Italia, Belanda,
termasuk Indonesia juga terkena pengaruh sistem ini. Sebagai negara bekas jajahan Belanda,
sistem hukum Indonesia cenderung mengikuti sistem hukum ini. Sistem hukum Eropa
Kontinental ini bersumber pada hukum Romawi (Corpus Juris Civilis) yang selanjutnya
dijadikan dasar dalam kodifikasi hukum di Eropa. Prinsip utama dari sistem hukum ini adalah
“Hukum memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”. Tujuan
utama dari sistem ini adalah adanya “Kepastian Hukum” dan kepastian hukum ini akan terwujud
hanya melalui pengaturan kehidupan manusia melalui peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
Hukum Eropa Kontinental memiliki tiga karaktersitik, yaitu:
1. Memiliki Kodifikasi Dasar
Sistem dari hukum ini adalah memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan dalam
peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistemastik di
dalam kodifikasi. Kepastian hukum hanya bisa diwujudkan jika tindakan hukum manusia
dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan hukum tertulis. Hakim tidak dapat leluasa
menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi
menetapkan dan menafsirkan peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan
seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.

2. Hakim Tidak Terikat Pada Presiden


Pada karakteristik ini, hukum Eropa Kontinental tidak dapat dipisahkan dari ajaran
pemisahan kekuasan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Penganut sistem
Eropa Kontinental memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutuskan
perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Hakim menggunakan
aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang sebagai pegangan.

3. Sistem Peradilan Bersifat Inkuisitorial


Di dalam sistem ini, hakim memiliki peranan yang besar dalam mengarahkan dan
memutuskan perkara. Hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai
alat bukti. Hakim di dalam sistem hukum Eropa Kontinental berusaha untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapi sejak awal. Sistem ini
mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim. Negara-negara pengaut Hukum
Eropa Kontinental menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan
perundang-undangan. Semua negara yang menganut sistem tersebut memiliki konstitusi
tertulis.

Berdasarkan sistem hukum ini, maka hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang
mempunyai kekuatan yang mengikat umum. Hakim hanya berfungsi “Menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya saja”. Putusan hakin hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja. Dalam sistem Hukum Eropa Kontinental, sumber
hukum yang utama adalah undang-undang dan hukum yang dalam bentuk undang-undang dibuat
oleh pemegang kekuasaan legislatif. Sumber hukum yang lain adalah peraturan-peraturan yang
dibuat oleh lembaga eksekutIf berdasarkan wewenang yang diberikan undang-undang. Juga
dapat digunakan sebagai sumber hukum “kebiasaan-kebiasaan” yang hidup dalam masyarakat
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum, yaitu:
 Hukum Privat mencakup peraturan hukum yang mengatur hubungan antara
individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. (Hukum
Perdata)
 Hukum Publik mencakup peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan
wewenang penguasa atau negara serta hubungan antara masyarakat dan negara.
(Hukum Pidana dan HTN).

Sistem hukum ini memiliki sisi positif dan negatif, yaitu:


 Segi Positif
Hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa yang terjadi telah diatur dalam
undang-undang atau hukum tertulis. Sehingga kasus yang terjadi dapat diselesaikan
dengan mudah. Selain itu, adanya berbagai jenis hukum tertulis akan lebih menjamin
adanya kepastian hukum dalam proses penyelesainnya.
 Segi Negatif
Tidak adanyanya undang-undang yang mengatur kasus-kasus yang timbul sebagai akibat
dari kemajuan zaman dan peradaban manusia. Sehingga kasus tersebut tidak dapat
diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada suatu saat akan ketinggalam zama karena
sifat statisnya. Sistem ini cenderung kaku karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat
undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai