Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1. Latar belakang ........................................................................................... 2
2. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
3. Manfaat ....................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
A. Pengertian Negara Hukum ....................................................................... 4
B. Negara Hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon ............................ 5
Eropa Kontinental .......................................................................................... 5
Anglo Saxon .................................................................................................... 6
C. Prinsip-prinsip Negara Hukum ................................................................ 8
D. Negara Hukum Indonesia ......................................................................... 9
E. Penegakan Hukum ................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
B. Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

1
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Hukum telah mencakup segala aspek kehidupan manusia. Manusia sebagai


makhluk sosial kini tidak luput dari banyaknya aturan yang memang wajib ditaati.
Tujuannya agar manusia dapat hidup tertib, nyaman, aman, dan tenteram.Selain
itu, adanya aturan atau hukum juga dapat dijadikan batasan dari berbagai perilaku
manusia. Tentunya apabila dalam suatu kehidupan tidak ada hukum yang berlaku,
kehidupan tersebut akan menjadi kacau karena manusia akan berbuat semuanya
sesuai dengan kehendak pribadi. Namun sebagai kaidah dalam kehidupan
berbangsa dan bernergara, masih banyak terdapat praktik-praktik pelanggaran
hukum yang tak jarang justru dilakukan oleh para aparat yang dianggap penegak
hukum.

Adalah sifat alami makhluk hidup (termasuk manusia) di mana yang kuat atau
mayoritas cendrung melanggar hak pihak yang lemah atau minoritas. Kalimat
“siapa yang kuat, dia yang menang dan berkuasa” bukan hanya diterapkan oleh
binatang di rimba belantara namun sudah sejak dahulu manusia pun menganut
prinsip yang sama. Golongan mayoritas seringkali menyalahgunakan
kekuasaannya, melakukan berbagai hal yang lepas dari koridor aturan.

Pelanggaran dan ketidakadilan tidak boleh dibiarkan terus berlasung. Maka,


antara lain untuk memberikan perlindungan kepada pihak yang lemah inilah,
akhirnya memunculkan konsep rule of law yang dimaksudkan untukmembatasi
kekuasaan penguasa negara agar tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk
menindas kaum tak berdaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu negara
hukum, semua orang harus tunduk kepada hukum secara sama, yakni tunduk
kepada hukum yang adil. Untuk lebih dapat memahaminya bisa di baca di
makalah ini.

2
2. Rumusan Masalah
 Apa pengertian Negara Hukum?
 Bagaimana perbedaan negara hukum eropa kontimental dan anglo
saxon?
 Bagaimana prinsip-prinsip Negara Hukum?
 Bagaimana Penegakan Hukum di negara hukum?

3. Manfaat
 Mengetahui pengertian Negara Hukum
 Memahami tentang perbedaan hukum eropa kontimental dan anglo
soxon
 Mengetahui prinsip prinsip negara hukum
 Memahami penegakan hukum di negara hukum

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara Hukum

Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang


penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam
negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan
hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum
(Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi Winarno, 2006).

Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas


hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada
konstitusi yang berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut
sebagai negara hukum. Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum,
yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum,
hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.

Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi tetapi


menolak gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan
sebagai negara hukum dalam arti sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi
Winarno, 2006) menyatakan bahwa negara hukum adalah unik, sebab negara
hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum. Dikatakan sebagai konsep yang
unik karena tidak ada konsep lain. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat
satu kesatuan sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang
dasar.

Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan
warga negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil
berkembang menjadi negara hukum materiil yang berarti negara yang
pemerintahannya memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan
warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun
kesejahteraan rakyat.

4
B. Negara Hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon

Eropa Kontinental

Sistem hukum eropa kontinental banyak dianut dan dikembangkan di


negara-negara eropa. Sistem hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah
“Civil Law” atau yang disebut juga sebagai “Hukum Romawi”. Sistem hukum ini
disebut sebagai hukum romawi karena sistem hukum eropa kontinental memang
bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan pada masa kekaisaran
romawi tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus yang memerintah
romawi pada sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M.

Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah
bahwa hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang
berbentuk undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam
kodifikasi. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum
dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan tertulis, misalnya UU. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu
adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum selain undang-undang”. Dengan kata
lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang.

Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri
adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara
sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya.
Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum
ini.Sistemhukum yang juga dikenal dengan nama Civil Law ini berasal dari
Romawi Kuno. Sistem hukum ini muncul pada abad ke 13 di Jerman dan sejak saat
itu senantiasa mengalami perkembangan, perubahan, atau menjalani suatu evolusi.
Sistem hukum ini mula-mula berlaku di daratan eropa barat yaitu di Jerman
kemudian ke Prancis dan selanjutnya ke Belanda kemudian di negara-negara
sekitarnya. Belanda yang pernah menjajah bangsa Indonesia membawa sistem
hukum ini dan memberlakukannya di seluruh wilayah jajahannya. Sistem hukum

5
ini memiliki segi positif dan negatif. Segi positifnya adalah hampir semua aspek
kehidupan masyarakat serta sengketa-sengketa yang terjadi telah tersedia
undang-undang/hukum tertulis, sehingga kasus-kasus yang timbul dapat
diselesaikan dengan mudah, disamping itu dengan telah tersedianya berbagai jenis
hukum tertulis akan lebih menjamin adanya kepastian hukum dalam proses
penyelesaiannya. Sedang segi negatifnya, banyak kasus yang timbul sebagai akibat
dari kemajuan zaman dan peradaban manusia, tidak tersedia undang-undangnya.
Sehingga kasus ini tidak dapat diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada
suatu saat akan ketinggalan zaman karena sifat statisnya. Oleh karena itu, sistem
hukum ini tidak menjadi dinamis dan penerapannya cenderung kaku karena tugas
hakim hanya sekedar sebagai alat undang-undang. Hakim tak ubahnya sebagai abdi
undang-undang yang tidak memiliki kewenangan melakukan penafsiran guna
mendapatkan nilai keadilan yang sesungguhnya.

Anglo Saxon

Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada


yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian
menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di
Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali
Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa
Kontinental Napoleon).

Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan


sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang
menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga
memberlakukan hukum adat dan hukum agama. Sistem hukum anglo saxon,
sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada masyarakat pada
negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat
para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam
memutus perkara.

6
Awalnya diterapkan dan mulai berkembang pada abad 16 di Inggris, kemudian
menyebar di negara jajahannya. Dalam sistem ini tidak ada sumber hukum, sumber
hukum hanya kebiasaan masyarakat yang dikembangkan di pengadilan/keputusan
pengadilan. Sering disebut sebagai Common Law.Hukum Inggris karena keadaan
geografis dan perkembangan politik serta sosial yang terus menerus, dengan pesat
berkembang menurut garisnya sendiri, dan pada waktunya menjadi dasar
perkembangan hukum Amerika. Berkembang diluar Inggris, di Kanada, USA, dan
bekas koloni Inggris (negara persemakmuran/ common wealth) spt, Australia,
Malaysia, Singapore, India, dll.

1. Sistem hukum anglo saxon pada hakikatnya bersumber pada :


a. Custom

Merupakan sumber hukum tertua, oleh karena ia lahir dari dan berasal dari
sebagian hukum Romawi, custom ini tumbuh dan berkembang dari kebiasaan
suku anglo saxon yang hidup pada abad pertengahan. Pada abad ke 14 custom law
akan melahirkan common law dan kemudian digantikan dengan precedent.

b. Legislation

Berarti undang-undang yang dibentuk melalui parlemen. undang-undang


yang demikian tersebut disebut dengan statutes. Sebelum abad ke 15, legislation
bukanlah merupakan salah satu sumber hukum di Inggris, klarena pada waktu itu
undang-undang dikeluarkan oleh raja dan Grand Council (terdiri dari kaum
bangsawan terkemuka dan penguasa kota, dan pada sekitar abad ke 14 dilakukan
perombakan yang kemudian dikenal dengan parlemen.

c. Case-Law

Sebagai salah satu sumber hukum, khsusnya dinegara Inggris merupakan


ciri karakteristik yang paling utama. Seluruh hukum kebiasaan yang berkembang

7
dalam masyarakat tidak melalui parlemen, akan tetapi dilakukan oleh hakim,
sehingga dikenal dengan judge made law, setiap putusan hakim merupakan
precedent bagi hakim yang akan datang sehingga lahirlah doktrin precedent
sampai sekarang.

C. Prinsip-prinsip Negara Hukum

Negara hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip


sebagai berikut:

a) Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai dasar dan


adanya hierarki jenjang norma hukum.

b) Sistem konstitusional, yaitu UUD 1945 dan peraturan


perundang-undangan di bawahnya membentuk kesatuan sistem hukum.

c) Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi. Hal ini tampak pada


Pembukaan UUD 1945: “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan” dan pasal 1A ayat
2 UUD 1945: “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undang-undang dasar.”

d) Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal


27A ayat (1) UUD 1945).

e) Adanya organ pembentuk undang-undang (DPR dan Presiden).

f) Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.


g) Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).

h) Hukukm bertujuan melindungi untuk melindungi segenap bangsa dan


seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

8
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

i) Adanya jaminan akan hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia
(pasal 28A—28J UUD 1945).

D. Negara Hukum Indonesia

Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3)
UUD 1945 setelah diamandemen ketiga disahkan 10 Nopember 2001. Penegasan
ketentuan konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam
kemasyarakatan, kenegaraan dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas
hukum.

Untuk mewujudkan negara hukum salah satunya diperlukan perangkat hukum


yang digunakan untuk mengatur keseimbangan dan keadilan di segala bidang
kehidupan dan penghidupan rakyat melalui peraturan perundang-undangan
dengan tidak mengesampingkan fungsi yurisprudensi. Hal ini memperlihatkan
bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai peranan yang penting dalam
negara hukum Indonesia.

Menurut A.Hamid S. Attamimi, peraturan perundang-undangan adalah semua


aturan hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk tertentu,
dengan prosedur tertentu, biasanya disertai sanksi dan berlaku umum serta
mengikat rakyat.

Kemudian Bagir Manan memberikan definisi bahwa peraturan


perundang-undangan adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau
mengikat umum. Bersifat dan berlaku secara umum maksudnya tidak
mengidentifikasi individu tertentu sehingga berlaku bagi setiap subyek hukum

9
yang memenuhi unsur yang terkandung dalam ketentuan mengenai pola tingkah
laku tersebut.

Terakhir setelah mendapat persetujuan bersama antara lembaga legislatif dan


eksekutif, maka disahkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mendefinisikan bahwa
peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh
lembaga Negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

Dengan pertimbangan tersebut lembaga Negara atau pejabat yang berwenang


dalam membentuk atau menyusun peraturan perundang-undangan baik di tingkat
pusat maupun daerah wajib mengikuti pedoman atau bimbingan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.

E. Penegakan Hukum

Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum


sebagai landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat.

Penegak hukum adalah aparat yang melaksanakan proses upaya untuk


tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum
itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk
menggunakan daya paksa.

Komitmen Indonesia sebagai negara hukum pun selalu dan hanya dinyatakan
secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen. Dimanapun juga,
sebuah Negara menginginkan Negaranya memiliki penegak- penegak hukum dan
hukum yang adil dan tegas dan bukan tebang pilih. Tidak ada sebuah sabotase,
diskriminasi dan pengistimewaan dalam menangani setiap kasus hukum baik
PIDANA maupun PERDATA.

Seperti istilah di atas, 'Runcing Kebawah Tumpul Keatas' itulah istilah yang tepat
untuk menggambarkan kondisi penegakkan hokum di Indonesia.

10
ada banyak aparat penegak hukum di Indonesia, diantaranya adalah:

1. Mahkamah Konstitusi
Bukti bahwa MK merupakan penegak hukum tertulis dalam pasal 2 UU no.
24 tahun 2003

2. Kepolisian Negara Republik Indonesia


Tertulis dalam pasal 2 UU no. 2 tahun 2002

Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum dalam arti yang luas.
Upaya-upaya penegakan hukum harus mampu mengarahkan dan menampung
kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat yang
berkembang kearah modernisasi menurut tingkat kemajuan pembangunan
disegala bidang sehingga tercapai ketertiban dan kepastian hukum sebagai
prasarana yang harus ditujukan ke arah peningkatan pembinaan kesatuan bangsa,
sekaligus berfungsi sebagai sarana penunjang modernisasi dan pembangunan yang
menyeluruh.
Dengan demikian, upaya penegakan hukum di Indonesia dilakukan dengan jalan:

a. Peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional, antara lain


dengan mengadakan pembaharuan, kodifikasi, serta unifikasi hukum di
bidang-bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum
masyarakat.

b. Menertibkan dengan fungsi lembaga-lembaga hukum menurut proporsinya


masing-masing.

c. Peniggkatan kemampuan dan kewibawaan penegak hukum.

Hal-hal yang dinyatakan di atas diidendifikasi sebagai pembangunan dengan cara


struktural maupun spiritual.
Secara struktural terutama ditujukan pada peningkatan dan penyempurnaan
pembinaan hukum, serta tertibnya fungsi-fungsi lembaga-lembaga hukum

11
menurut proporsinya, secara spiritual terutama ditujukan pada peningkatan
kemampuan serta kewibawaan penegak hukum.

Dalam kerangka upaya-upaya penegakan hukum Indonesia paling sedikit perlu


diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Hukum tidak merupakan aturan-aturan yang bersifat ad hoc, akan tetapi


merupakan aturan-aturan umum dan tetap.

2. Hukum tadi harus diketahui dan jelas bagi para warga masyarakat yang
kepentingan-kepentingannya diatur oleh hukum tersebut.

3. Dihindarinya penerapan peraturan-peraturan yang bersifat retroaktif (berlaku


surut).

4. Hukum tersebut harus dimengerti oleh umum.

5. Tidak ada peraturan-peraturan yang saling bertentangan, baik mengenai bidang


kehidupan tertentu maupun untuk berbagai bidang kehidupan.

6. Pembentukan hukum harus memperhatikan kemampuan warga masyarakat


untuk mematuhi hukum tersebut.

7. Perlu dihindari terlalu banyak dan seringnya perubahan hukum yang dapat
menyebabkan warga masyarakat kehilangan ukuran dan pedoman bagi
kegiatan-kegiatanya.

8. Adanya korelasi antara hukum dengan pelaksanaan dan penerapan hukum


tersebut.

9. Hukum mempunyai landasan yuridis, filosofis, maupun sosiologis.

10. Perlu diusahakan agar hukum tersebut diberi bentuk tertulis.

11. Tertibnya fungsi lembaga-lembaga hukum menurut proporsinya, sangat


bergantung pada pebentukan lembaga baru sambil menghapuskan lembaga yang
lama dan pemberian fungsi yang baru pada lembaga-lembaga tersebut, dan hal-hal
tersebut sangat ditentukan oleh paling sedikit syarat-syarat sebagi berikut:

12
1. Lembaga-lembaga pembentuk, pelaksana dan penegak hukum adalah
lembaga-lembaga kenegaraan karena negaralah yang mempunyai monopoli
kekuasaan.

2. Adanya hierarki peradilan yang tegas sifatnya, rasional dan didukung oleh tata
cara yang tegas pula.

3. Dengan berkembangnya spesialisasi dalam masyarakat, harus ada penghubung


antara bagian-bagian yang ada sebagai akibat adanya pengotakan yang merupakan
bagian dan suatu sistem.

Peningkatan kemampuan serta kewibawaan penegak hukum, bahwa mereka


terdiri dari orang-orang yang terlatih yang merasa dirinya terikat pada hukum
yang diterapkannya serta membuktikannya dalam pola-pola perikelakuannya
sehingga akan dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan terhadap hukum.
Penyuluhan dan pendidikan hukum kepada warga masyarakat banyak menyangkut
faktor pelembagaan dan pengendapan hukum di dalam masyarakat. Artinya,
dalam hal ini usaha-usaha terutama diarahkan pada efektivikasi hukum dan
evaluasi terhadap efektivitas dari hukum tersebut.

Kerangka tersebut merupakan suatu penjabaran di dalam melaksanakan


penegakan hukum. Kerangka tersebut bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri
karena berkaitan dengan bidang-bidang kehidupan lainnya di dalam masyarakat.
Bahkan, ada bidang-bidang kehidupan tertentu yang mempunyai pengaruh yang
menentukan kerangka minimal tersebut. Dalam melaksanakan kerangka tersebut
akan dijumpai kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat yang dapat
mencakup beberapa golongan, yang secara bekerjasama membimbing masyarakat.
Salah satu di antaranya adalah kalangan hukum (law society), yang diharapkan
akan dapat menjalankan peranan yang menentukan di dalam penegakan hukum
Indonesia.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan penjelasan di atas kita mengetahui bahwa negara hukum adalah


negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.
Kemudian kita juga dapat memahami tentang perbedaan negara hukum eropa
kontimental dan anglo saxon,perbedaan tersebut adalah negara hukum eropa
kontimental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai
ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Sedangkan Negara
hukum anglo saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian
menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Kemudian kita juga mengetahui
tentang prinsip-prinsip negara hukum dan juga penegakan hukum.

B. Saran

Oleh karena itu adanya hukum di suatu negara merupakan hal yang sangat
penting untuk mengatur ketertiban dan keamanan di dalam negara dengan ini kita
dapat mengetahui hal tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/yogifajarpebrian13.wordpress.com/2011/04/12/pe
ngertian-negara-hukum/

https://www.kompasiana.com/tedaypramudia/5c775788aeebe15c304fe44c/bagaim
ana-kondisi-hukum-dan-penegakan-hukum-di-indonesia

http://agus93winasis.blogspot.com/2013/11/hukum-eropa-kontinental-dengan-huk
um.html?m=1%3Cbr%3E

http://rizalwirahadi.blogspot.com/2013/02/sistem-hukum-anglo-saxon-dan-sistem.
html

http://purnama-bgp.blogspot.com/2013/05/prinsip-negara-hukum-indonesia.htm

https://www.padamu.net/pengertian-negara-indonesia-adalah-negara-hukum%3Cb
r%3

15

Anda mungkin juga menyukai