Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM HUKUM CIVIL LAW

MATA KULIAH: PERBANDINGAN SISTEM HUKUM


DOSEN PENGAMPU: Husnul Khatimah, S.H.I., S.H., M.H.

Oleh:
Kelompok 1 Reguler Pagi 3A Banjarbaru

Muhammad Toni Laksono NPM. 2108010031


Muhammad Ridho Taufiq NPM. 2108010043
Putri Olga Adeliya NPM. 2108010120
Nia Safitri NPM. 2108010179
Nur Waffa Ahmad NPM. 2108010580

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini
disusun berdasarkan pengetahuan yang penyusun dapatkan dari beberapa sumber
referensi. Makalah tentang “Sistem Hukum Civil Law” ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Sistem Hukum, dan harapannya semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Dengan ini penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin agar dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Penyusun pun ingin berterima kasih kepada dosen pengampu kami,
yakni Ibu Husnul Khatimah, S.H.I., S.H., M.H. yang sudah memberikan
kesempatan kepada penyusun untuk menyusun makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Dan apabila ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan, kami selaku penyusun memohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Banjarbaru, 24 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Sistem Hukum Civil Law .............................................................................. 3

B. Karakteristik Sistem Hukum Civil Law......................................................... 4

C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Civil Law.................................. 7

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 10

Kesimpulan ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Civil law adalah suatu sistem hukum yang berbentuk formil yang di
dalamnya terdapat aturan/undang-undang, kebiasaan-kebiasaan, yurisprudensi
dan di dalam suatu negara yang menganut sistem civil law menempatkan
undang-undang sebagai konstitusi tertinggi dalam peraturan. Semua negara
yang penganut sistem civil law mempunyai konstitusi tertulis. Sistem hukum
ini berkembang di daratan Eropa dan sering disebut sebagai civil law. Semula
pemahaman tersebut berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi.
Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim
tidak terikat kepada presiden sehingga undang- undang menjadi sumber hukum
yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.
Di Indonesia sendiri undang-undang dasar negara republik Indonesia
1945 sebagai norma hukum tertinggi di Indonesia hal ini yang mendasari sistem
hukum civil law sebagai suatu sistem yang dianut dalam sistem hukum di
Indonesia karna undang-undang dasar sebagai hukum tertinggi
Tentu di dalam suatu sistem memiliki kelebihan dan kekurangan,
hukum civil law sendiri memiliki kelebihan yaitu sistem hukumnya sudah jelas
dan sudah di terangkan sesuai dengan peristiwa hukum yang terjadi dan
kekuatan hukum yang diterapkan memperoleh kekuatan hukum yang kuat karna
telah di tuangkan dalam peraturan namun dalam suatu sistem pasti memiliki
kelemahan hal ini tidak lepas dari hukum civil law, di mana dalam sistem ini
memiliki kelemahan yaitu sistem hukum yang di terapkan terlalu kaku di sini
dimaksudkan seharusnya suatu hukum harus mengikuti perkembangan zaman
dan bersifat adil di dalam masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dibuatlah


perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu sistem hukum Civil Law?
2. Bagaimana karakteristik dari sistem hukum Civil Law?
3. Apa kekurangan dan kelebihan dari sistem hukum Civil Law?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Hukum Civil Law

Civil law atau Eropa Kontinental ini tumbuh dan dikembangkan oleh
kalangan perguruan-perguruan tinggi di daratan Eropa. Pada masa kekuasaan
di Romawi Timur Kaisar Justinianus menyusun Corpus Iuris Civilis. Civil law
ini bermula bersumber kepada karya agung kaisar Justinianus yaitu Corpus Iuris
Civilis, yang naskahnya terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Caudex, berisi tentang aturan dan putusan-putusan yang dibuat
oleh kaisar sebelum Justinianus.
2. Novella, berisi tentang aturan-aturan hukum yang di undangkan
oleh kaisar Justinianus.
3. Institute, suatu buku yang dimaksudkan untuk pengantar bagi
orang-orang yang belajar hukum.
4. Digesta, sekumpulan besar pendapat para yuris romawi mengenai
proposisi hukum (hukum perdata).
Menurut Peter Mahmud Marzuki, dilihat dari isi keempat naskah
tersebut yang paling penting adalah Digesta (Pandectae). Karena civil law
sistem ini dianut oleh Negara Eropa Kontinental, maka sistem ini dikenal juga
sebagai sistem kontinental.
Civil law diresepsi pertama kali oleh Italia, kemudian Jerman,
Perancis, dan Belanda. Untuk memperingati jasa usaha-usaha bersama yang
dilakukan oleh kalangan universitas di negara-negara Latin dan Jerman dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan hukum dan hukum di daratan Eropa,
kemudian menurut Rene David sistem civil law disebut Romawi Jerman.
Civil law sistem adalah bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti
formal dalam sistem hukum civil law berupa peraturan perundang undangan,
kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi. Negara-negara penganut civil law

3
menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hierarki peraturan
perundang-undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai konstitusi
tertulis. 1

B. Karakteristik Sistem Hukum Civil Law

Karakteristik utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa


kontinental atau sistem civil law ialah hukum mempunyai kekuatan mengikat,
karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang
dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu.
Peraturan perundang-undangan mempunyai dua karakteristik, yaitu berlaku
umum dan isinya mengikat keluar. Sifat yang berlaku umum itulah yang
membedakan antara perundang-undangan dan penetapan.
Sistem hukum ini berkembang di negara- negara Eropa daratan dan
sering disebut sebagai “civil law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum
yang berlaku di kekaisaran romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus
abad VI sebelum masehi. Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada presiden sehingga undang-
undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat
inkuisitorial. Karakteristik utama yang menjadi dasar sistem hukum civil law
adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam
peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini dianut mengingat bahwa
nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian
hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum manusia dalam
pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum tertulis. Dengan
tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat
leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum.

1
Soerojo Wignjodipoero, (1983), Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta:
Gunung Agung, hlm. 27-31.

4
Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara
hanya mengikat para pihak yang berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata).2
Mengapa pada sistem Civil Law atau Eropa Kontinental menganut
paham kodifikasi? Bahkan merupakan karakter pertamanya. Jawaban atas
pertanyaan tersebut adalah antara lain karena demi kepentingan politik
Imperium Romawi, di samping kepentingan-kepentingan lainnya di luar itu.
Diketahui bahwa wilayah kekuasaan Imperium Romawi melintasi Eropa
Barat dan Timur, sehingga kodifikasi diperlukan untuk menciptakan
keseragaman hukum dalam dan di tengah-tengah keberagaman hukum
di wilayah Imperium Romawi. Perancis misalnya, sebelum meletusnya
revolusi ditemukan perbedaan hukum yang berlaku antara wilayah selatan
dan daerah wilayah utara. Hukum yang berlaku di daerah selatan disebut “Pays
de droit ecrit” sedangkan di daerah utara disebut “Pays de coutumes”. Pays
de droit ecrit adalah daerah wilayah selatan Perancis yang berlaku hukum
tertulis yang bersumber dari Hukum Romawi Kekaisaran Romawi Barat
pada Abad V. Sedangkan Pays de coutumes adalah daerah utara Perancis
yang berlaku hukum kebiasaan lokal yang beragam dan berbeda satu sama
lainnya (Paul Scholten, 1974: 170). Hukum kebiasaan yang pada mula-
mulanya hanya dicatat bagian-bagian yang diperlukan saja oleh warga
masyarakat yang berkepentingan sejak tahun 1453 diberi kekuatan secara
resmi dan menjadi peraturan Raja.
Karakteristik kedua pada sistem civil law tidak dapat dilepaskan dari
ajaran pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis.
Menurut Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-
organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembuatan
undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi adalah tidak
dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya.

2
Fajar Nurhardianto, (2015), “Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia”, Jurnal TAPIS,
Volume11 Nomer 1, hlm. 37-38.

5
Penganut sistem civil law memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu.
Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu
undang-undang.
Karakteristik ketiga pada sistem hukum civil law adalah apa yang oleh
Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam
peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta
dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di
dalam sistem hukum civil law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap
dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan
profesionalisme dan kejujuran hakim.
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum
civil law berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan- kebiasaan, dan
yurisprudensi. Dalam rangka menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-
lembaga yudisial maupun quasi-judicial merujuk kepada sumber-sumber
tersebut. Dari sumber-sumber itu, yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi
sistem hukum civil law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-negara
penganut civil law menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hierarki
peraturan perundang-undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai
konstitusi tertulis.
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian
hukum publik dan hukum privat. Hukum publik mencakup peraturan-peraturan
hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta
hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara (sama dengan hukum publik
di sistem hukum Anglo-Saxon). Hukum Privat mencakup peraturan-peraturan

6
hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam
memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya.3

C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Civil Law

Civil law merupakan undang-undang warisan kolonial bangsa Eropa,


dalam hal ini termasuk Perancis dan Belanda beserta negara jajahannya.
Berbasis pada hukum tertulis (Written Law) dan Menuangkan semaksimal
mungkin norma ke dalam aturan hukum. Yang menjadi sumber hukum adalah
undang-undang yang dibentuk oleh pemegang kekuasaan legislatif dan
kebiasaan yang hidup dimasyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan yang ada. Adapun kelebihan dan kekurangan yang ada, yaitu:
Kelebihan:
1. Sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi, sehingga ketentuan
yang berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk
menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian hukum
yang lebih ditonjolkan). Contoh tata hukum pidana yang sudah
dikodifikasikan (KUHP), jika terjadi pelanggaran terhadap hukum
pidana maka dapat dilihat dalam KUHP yang sudah
dikodifikasikan tersebut.
2. Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental
itu adalah “hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena
diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-
undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau
kompilasi tertentu.” Prinsip dasar ini dianut karena ingin mencapai
tujuan hukum yaitu ”kepastian hukum.” Sehingga kepastian hukum
di sistem hukum Eropa Kontinental ini sangat diperhatikan dan
dijamin.

3
Moh. Rif’an, Muhammad Akbar Nursasmita, Fazal Akmal Musyarri, Danang Wahyu
Setyo Adi dan Elsa Assari, (2020), “Law as General Rule or Law as Conglomeration of Legal
Decision”, Volume 8 Nomer 7, hlm. 49-50.

7
3. Sumber hukum yang digunakan adalah undang-undang. Undang-
undang ini dibentuk oleh kekuasaan legislatif yang disahkan
eksekutif. Sehingga, ada kerja sama yang baik antar pemegang
kekuasaan dalam pembentukan undang-undang.
4. Adanya penggolongan sistem hukum Eropa Kontinental dalam 2
bidang, yaitu hukum privat dan hukum publik. Sehingga lebih
mudah untuk menyelesaikan sebuah perkara. Jika perkara antara
masyarakat dan negara maka termasuk hukum publik. Dan jika
pertentangan antar individu di masyarakat, maka termasuk dalam
bidang hukum privat.
5. Adanya pembuatan undang-undang baru yang menyesuaikan
perkembangan masyarakat. Suatu contoh adalah undang-undang
tipikor (tindak pidana korupsi) di Indonesia. Dengan adanya
undang-undang yang baru akan lebih memudahkan penyelesaian
perkara yang bersangkutan.
6. Penyelesaian sebuah perkara akan selalu berpegang teguh pada
undang-undang. Sehingga putusan-putusan diharapkan bersifat
obyektif.

Kekurangannya:

1. Sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman


karena hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang
sudah berlaku (hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan
masyarakat hukum harus dinamis, menyesuaikan perkembangan
masyarakat.
2. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-
peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim
dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara
saja. Sehingga dalam penyelesaian perkara yang sama di lain

8
waktu, seorang hakim harus menetapkan dan menafsirkan
perundang-undangan kembali. 4

4
https://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/23/kelebihan-dan-kelemahan-
sistem-hukum-eropa-kontinental-civil-law-dan-sistem-hukum-anglo-saxon-common-law/
diakses pada tanggal 24 Oktober 2022 pukul 21.43 WITA.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum civil law adalah sistem hukum yang
berorientasi pada sumber hukum yang formil dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, yang karenanya memiliki karakteristik utama mempunyai kepastian
hukum yang mengikat . Sistem hukum ini awalnya berkembang di negara- negara
Eropa daratan yang mulanya berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
kekaisaran romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum
masehi. Sistem civil law ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu: adanya kodifikasi,
hakim tidak terikat kepada presiden sehingga undang- undang menjadi sumber
hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Sistem hukum ini
pun memiliki kelebihan dan kekurangan seperti apa yang sudah dijelaskan
sebelumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Soerojo Wignjodipoero, (1983), Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta:

Gunung Agung.

Jurnal

Fajar Nurhardianto, (2015), “Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia”, Jurnal

TAPIS, Volume11 Nomer 1.

Moh. Rif’an, Muhammad Akbar Nursasmita, Fazal Akmal Musyarri, Danang

Wahyu Setyo Adi dan Elsa Assari, (2020), “Law as General Rule or Law

as Conglomeration of Legal Decision”, Volume 8 Nomer 7.

Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V.

Website

https://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/23/kelebihan-dan-

kelemahan-sistem-hukum-eropa-kontinental-civil-law-dan-sistem-

hukum-anglo-saxon-common-law/ diakses pada tanggal 24 Oktober

2022 pukul 21.43 WITA

11

Anda mungkin juga menyukai