Oleh:
Kelompok 1 Reguler Pagi 3A Banjarbaru
Pertama-tama Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini
disusun berdasarkan pengetahuan yang penyusun dapatkan dari beberapa sumber
referensi. Makalah tentang “Sistem Hukum Civil Law” ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Sistem Hukum, dan harapannya semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Dengan ini penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin agar dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Penyusun pun ingin berterima kasih kepada dosen pengampu kami,
yakni Ibu Husnul Khatimah, S.H.I., S.H., M.H. yang sudah memberikan
kesempatan kepada penyusun untuk menyusun makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Dan apabila ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan, kami selaku penyusun memohon
maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
Kesimpulan ....................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Civil law adalah suatu sistem hukum yang berbentuk formil yang di
dalamnya terdapat aturan/undang-undang, kebiasaan-kebiasaan, yurisprudensi
dan di dalam suatu negara yang menganut sistem civil law menempatkan
undang-undang sebagai konstitusi tertinggi dalam peraturan. Semua negara
yang penganut sistem civil law mempunyai konstitusi tertulis. Sistem hukum
ini berkembang di daratan Eropa dan sering disebut sebagai civil law. Semula
pemahaman tersebut berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi.
Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim
tidak terikat kepada presiden sehingga undang- undang menjadi sumber hukum
yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.
Di Indonesia sendiri undang-undang dasar negara republik Indonesia
1945 sebagai norma hukum tertinggi di Indonesia hal ini yang mendasari sistem
hukum civil law sebagai suatu sistem yang dianut dalam sistem hukum di
Indonesia karna undang-undang dasar sebagai hukum tertinggi
Tentu di dalam suatu sistem memiliki kelebihan dan kekurangan,
hukum civil law sendiri memiliki kelebihan yaitu sistem hukumnya sudah jelas
dan sudah di terangkan sesuai dengan peristiwa hukum yang terjadi dan
kekuatan hukum yang diterapkan memperoleh kekuatan hukum yang kuat karna
telah di tuangkan dalam peraturan namun dalam suatu sistem pasti memiliki
kelemahan hal ini tidak lepas dari hukum civil law, di mana dalam sistem ini
memiliki kelemahan yaitu sistem hukum yang di terapkan terlalu kaku di sini
dimaksudkan seharusnya suatu hukum harus mengikuti perkembangan zaman
dan bersifat adil di dalam masyarakat.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Civil law atau Eropa Kontinental ini tumbuh dan dikembangkan oleh
kalangan perguruan-perguruan tinggi di daratan Eropa. Pada masa kekuasaan
di Romawi Timur Kaisar Justinianus menyusun Corpus Iuris Civilis. Civil law
ini bermula bersumber kepada karya agung kaisar Justinianus yaitu Corpus Iuris
Civilis, yang naskahnya terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Caudex, berisi tentang aturan dan putusan-putusan yang dibuat
oleh kaisar sebelum Justinianus.
2. Novella, berisi tentang aturan-aturan hukum yang di undangkan
oleh kaisar Justinianus.
3. Institute, suatu buku yang dimaksudkan untuk pengantar bagi
orang-orang yang belajar hukum.
4. Digesta, sekumpulan besar pendapat para yuris romawi mengenai
proposisi hukum (hukum perdata).
Menurut Peter Mahmud Marzuki, dilihat dari isi keempat naskah
tersebut yang paling penting adalah Digesta (Pandectae). Karena civil law
sistem ini dianut oleh Negara Eropa Kontinental, maka sistem ini dikenal juga
sebagai sistem kontinental.
Civil law diresepsi pertama kali oleh Italia, kemudian Jerman,
Perancis, dan Belanda. Untuk memperingati jasa usaha-usaha bersama yang
dilakukan oleh kalangan universitas di negara-negara Latin dan Jerman dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan hukum dan hukum di daratan Eropa,
kemudian menurut Rene David sistem civil law disebut Romawi Jerman.
Civil law sistem adalah bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti
formal dalam sistem hukum civil law berupa peraturan perundang undangan,
kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi. Negara-negara penganut civil law
3
menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hierarki peraturan
perundang-undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai konstitusi
tertulis. 1
1
Soerojo Wignjodipoero, (1983), Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta:
Gunung Agung, hlm. 27-31.
4
Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara
hanya mengikat para pihak yang berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata).2
Mengapa pada sistem Civil Law atau Eropa Kontinental menganut
paham kodifikasi? Bahkan merupakan karakter pertamanya. Jawaban atas
pertanyaan tersebut adalah antara lain karena demi kepentingan politik
Imperium Romawi, di samping kepentingan-kepentingan lainnya di luar itu.
Diketahui bahwa wilayah kekuasaan Imperium Romawi melintasi Eropa
Barat dan Timur, sehingga kodifikasi diperlukan untuk menciptakan
keseragaman hukum dalam dan di tengah-tengah keberagaman hukum
di wilayah Imperium Romawi. Perancis misalnya, sebelum meletusnya
revolusi ditemukan perbedaan hukum yang berlaku antara wilayah selatan
dan daerah wilayah utara. Hukum yang berlaku di daerah selatan disebut “Pays
de droit ecrit” sedangkan di daerah utara disebut “Pays de coutumes”. Pays
de droit ecrit adalah daerah wilayah selatan Perancis yang berlaku hukum
tertulis yang bersumber dari Hukum Romawi Kekaisaran Romawi Barat
pada Abad V. Sedangkan Pays de coutumes adalah daerah utara Perancis
yang berlaku hukum kebiasaan lokal yang beragam dan berbeda satu sama
lainnya (Paul Scholten, 1974: 170). Hukum kebiasaan yang pada mula-
mulanya hanya dicatat bagian-bagian yang diperlukan saja oleh warga
masyarakat yang berkepentingan sejak tahun 1453 diberi kekuatan secara
resmi dan menjadi peraturan Raja.
Karakteristik kedua pada sistem civil law tidak dapat dilepaskan dari
ajaran pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis.
Menurut Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-
organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembuatan
undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi adalah tidak
dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya.
2
Fajar Nurhardianto, (2015), “Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia”, Jurnal TAPIS,
Volume11 Nomer 1, hlm. 37-38.
5
Penganut sistem civil law memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu.
Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu
undang-undang.
Karakteristik ketiga pada sistem hukum civil law adalah apa yang oleh
Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam
peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta
dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di
dalam sistem hukum civil law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap
dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan
profesionalisme dan kejujuran hakim.
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum
civil law berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan- kebiasaan, dan
yurisprudensi. Dalam rangka menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-
lembaga yudisial maupun quasi-judicial merujuk kepada sumber-sumber
tersebut. Dari sumber-sumber itu, yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi
sistem hukum civil law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-negara
penganut civil law menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hierarki
peraturan perundang-undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai
konstitusi tertulis.
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian
hukum publik dan hukum privat. Hukum publik mencakup peraturan-peraturan
hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta
hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara (sama dengan hukum publik
di sistem hukum Anglo-Saxon). Hukum Privat mencakup peraturan-peraturan
6
hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam
memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya.3
3
Moh. Rif’an, Muhammad Akbar Nursasmita, Fazal Akmal Musyarri, Danang Wahyu
Setyo Adi dan Elsa Assari, (2020), “Law as General Rule or Law as Conglomeration of Legal
Decision”, Volume 8 Nomer 7, hlm. 49-50.
7
3. Sumber hukum yang digunakan adalah undang-undang. Undang-
undang ini dibentuk oleh kekuasaan legislatif yang disahkan
eksekutif. Sehingga, ada kerja sama yang baik antar pemegang
kekuasaan dalam pembentukan undang-undang.
4. Adanya penggolongan sistem hukum Eropa Kontinental dalam 2
bidang, yaitu hukum privat dan hukum publik. Sehingga lebih
mudah untuk menyelesaikan sebuah perkara. Jika perkara antara
masyarakat dan negara maka termasuk hukum publik. Dan jika
pertentangan antar individu di masyarakat, maka termasuk dalam
bidang hukum privat.
5. Adanya pembuatan undang-undang baru yang menyesuaikan
perkembangan masyarakat. Suatu contoh adalah undang-undang
tipikor (tindak pidana korupsi) di Indonesia. Dengan adanya
undang-undang yang baru akan lebih memudahkan penyelesaian
perkara yang bersangkutan.
6. Penyelesaian sebuah perkara akan selalu berpegang teguh pada
undang-undang. Sehingga putusan-putusan diharapkan bersifat
obyektif.
Kekurangannya:
8
waktu, seorang hakim harus menetapkan dan menafsirkan
perundang-undangan kembali. 4
4
https://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/23/kelebihan-dan-kelemahan-
sistem-hukum-eropa-kontinental-civil-law-dan-sistem-hukum-anglo-saxon-common-law/
diakses pada tanggal 24 Oktober 2022 pukul 21.43 WITA.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum civil law adalah sistem hukum yang
berorientasi pada sumber hukum yang formil dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, yang karenanya memiliki karakteristik utama mempunyai kepastian
hukum yang mengikat . Sistem hukum ini awalnya berkembang di negara- negara
Eropa daratan yang mulanya berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
kekaisaran romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum
masehi. Sistem civil law ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu: adanya kodifikasi,
hakim tidak terikat kepada presiden sehingga undang- undang menjadi sumber
hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Sistem hukum ini
pun memiliki kelebihan dan kekurangan seperti apa yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Gunung Agung.
Jurnal
Fajar Nurhardianto, (2015), “Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia”, Jurnal
Wahyu Setyo Adi dan Elsa Assari, (2020), “Law as General Rule or Law
Kamus
Website
https://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/23/kelebihan-dan-
kelemahan-sistem-hukum-eropa-kontinental-civil-law-dan-sistem-
11