Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Sistem Hukum......................................................................................2
2.2 Macam-macam Sistem Hukum............................................................2
A. Sistem Hukum Eropa Kontinental.................................................2
B. Sistem Hukum Anglo Saxon..........................................................4
C. Sistem Hukum Adat.......................................................................6
D. Sistem Hukum Islam .....................................................................9
BAB III.............................................................................................................12
PENUTUP........................................................................................................12
3.1 Simpulan............................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah didalam sistem pergaulan hidup, secara prinsip manusia itu
diciptakan bebas dan sederajat. Akan tetapi dengan kebebasan tersebut manusia
tidak bisa berbuat sekehendak hatinya terhadap manusia lainnya, karena ada
batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar yang berkaitan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Pada dasarnya masing-masing anggota masyarakat sudah
tentu mempunyai kepentingan yang kadang sama dan sering pula berbeda.
Perbedaan kepentingan ini selanjutnya dapat menimbulkan kekacauan dalam
masyarakat apabila tidak ada aturan yang dapat menyeimbangkannya. Demi tertib
dan teraturnya kelompok masyarakat diperlukan adanya aturan. Indonesia yang
juga merupakan negara hukum sudah sepantas nya memiliki sebuah sistem
hukum yang mampu mengakomodir setiap hak-hak maupun setiap keperluan
warga negaranya sesuai kemampuan maka perlu ada sebuah sistem hukum yang
tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum?
2. Apa tujuan dari sistem hukum?
3. Apa saja macam-macam sistem hukum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem hukum
2. Mengetahui apa tujuan dari sistem hukum
3. Mengetahui apa saja macam-macam sistem hukum yg berlaku dinegara

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Hukum


2.1.1 Pengertian Sistem Hukum
Sistem Hukum adalah tata aturan dan peraturan yang dibuat pemerintah
untuk menegakkan keadian serta kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan
bernegara yang adil dan tertib serta mampu ditaati masyarakat untuk kepentingan
bersama.
Pengertian Sistem hukum lainnya adalah suatu sistem yang mengatur tata
cara hidup masyarakat dalam suatu negara.
Hukum pada dasarnya dibuat untuk menciptakan keadilan, ketertiban dan
kedamaian di dalam masyarakat, serta mengantisipasi kekacauan di lingkungan.
Hukum juga berfungsi untuk mengatur dan mengarahkan perilaku manusia atau
masyarakat ke arah yang baik. Oleh karena itu hukum harus dapat ditegakkan dan
berjalan sesuai kaidah-kaidah hukum yang berlaku.
Hukum tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima bagi
pelanggar undang-undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan
sanksi pidana yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut.

2.2 Macam-Macam Sistem Hukum


A. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan yang sering
disebut sebagai "Civil Law". Sebenarnya semula berasal dari kodifikasi hukum
yang berlaku di Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus
abad VI Sebelum Masehi. Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan
dari kaidah hukum yang ada sebelum masa Justinianus yang kemudian disebut
"Corpus Juris Civilis". Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang
terdapat pada Corpus, Juris Civilis itu dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi
hukum di negara-negara Eropa daratan, seperti Jerman, Belanda, Perancis dan

2
Italia, juga Amerika Latin dan Asia termasuk hidonesia pada masa penjajahan
pemerintah Belanda.1
Sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil Law adalah suatu sistem hukum
dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan hukum yang dikodifikasi secara
sistematis dan akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya.
Sistem hukum ini berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan, dan putusan
pengadilan
Beberapa karakteristik dari sistem hukum Eropa Kontinental adalah sebagai
berikut:
1. Hukum memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis dalam
kodifikasi
2. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menjatuhkan putusan berdasarkan
hukum yang ada, bukan menciptakan hukum baru
3. Sistem peradilan bersifat inkuisitorial, di mana hakim memiliki peran aktif
dalam mengumpulkan bukti dan menyelidiki kasus

Sistem hukum Eropa Kontinental mengenal sistem peradilan administrasi,


sedangkan sistem hukum Anglo-Saxon hanya mengenal satu peradilan untuk
semua jenis perkara Indonesia menganut sistem hukum campuran dengan sistem
hukum utama yaitu sistem hukum Eropa Kontinental, serta sistem hukum adat dan
sistem hukum agama, khususnya hukum Islam
Sumber hukum di dalam sistem hukum Eropa Kontinental adalah undang-
undang. Sistem hukum Eropa Kontinental penggolongannya ada dua yaitu
penggolongan ke dalam bidang "hukum publik" dan "hukum privat". Hukum
publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan
wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan
negara. Termasuk dalam hukum publik ini ialah:
1. Hukum Tata Negara.

1
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
66-67
3
2. Hukum Administrasi Negara.
3. Hukum Pidana
Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang meng- atur
tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup
demi hidupnya. Termasuk dalam hukum privat ialah:

1. Hukum Sipil
2. Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, maka batas-


batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit
ditentukan, karena:
1.Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin
banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat yang, walaupun pada dasarnya
memperlihatkan adanya unsur "kepentingan umum/masyarakat" yang perlu
dilindungi dan dijamin. Misalnya bidang Hukum Perburuhan dan Hukum Agraria.
2. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang
sebelumnya hanya menyangkut hubungan per- orangan. Misalnya bidang
perdagangan, bidang perjanjian dan sebagainya.2

B. Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)


Sistem Hukum Anglo Saxon adalah suatu sistem hukum yang berkembang
sejak abad ke-16 di Inggris. Sistem hukum ini didasarkan pada yurispudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan
Beberapa negara yang menganut sistem hukum Anglo Saxon antara lain
Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru
Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Amerika ialah "putusan-putusan
hakim/pengadilan" (Judicial decisions). Melalui putusan-putusan hakim yang
mewujudkan kepastian hukum, maka prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum

2
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
67-68
4
dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat umum. Di samping putusan hakim,
maka kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan
peraturan administrasi negara diakui, walaupun banyak landasan bagi
terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-putusan di
dalam pengadilan. Sumber-sumber hukum itu (putusan hakim, kebiasaan dan
peraturan administrasi negara) tidak tersusun secara sistematik dalam hirarki
tertentu seperti pada sistem hukum Eropa Kontinental. Selain itu juga di dalam
sistem hukum Anglo Amerika adanya "Peranan" yang diberikan kepada seorang
hakim berbeda dengan sistem hukum Eropa Kontinental. Hakim berfungsi tidak
hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-
peraturan hukum saja, melainkan peranannya sangat besar yaitu membentuk
seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat
luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-
prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk
memutuskan perkara yang sejenis.
Sistem hukum Anglo Amerika menganut suatu doktrin yang dikenal dengan
nama "the doctrine of precedent/Stare Decisis" yang pada hakikatnya menyatakan
bahwa dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan
putusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain
dari perkara sejenis sebelumnya (preseden). Dalam hal tidak ada putusan hakim
lain dari perkara atau putusan hakim yang telah ada sebelumnya kalau dianggap
tidak sesuai lagi dengan perkembang- an zaman, maka hakim dapat menetapkan
putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat (common
sense) yang dimilikinya. Melihat kenyataan bahwa banyak prinsip-prinsip hukum
yang timbul dan berkembang dari putusan-putusan hakim untuk suatu perkara
atau kasus yang dihadapi, maka sistem hukum Anglo Amerika,- secara berlebihan
-, sering disebut sebagai Case Law.3
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula
pembagian "Hukum Publik dan Hukum Privat" Pengertian yang diberikan kepada

3
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
69-70
5
hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum
Eropa Kontinental. Sedangkan bagi hukum privat pengertian yang dibe- rikan
oleh sistem hukum Anglo Amerika agak berbeda dengan pengertian yang
diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Kalau di dalam sistem hukum
Eropa Kontinental "hukum privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah
hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua
hukum itu", maka bagi sistem hukum Anglo Amerika pengertian "hukum privat
lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of property),
hukum tentang orang (law of persons). hukum perjanjian (law of contract) dan
hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of torts) yang tersebar di dalam
peraturan- peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum kebiasaan.4
Beberapa negara lain yang menerapkan sistem hukum Anglo Saxon bersama
dengan hukum adat dan hukum agama adalah Pakistan, India, Singapura, dan
Malaysia.

C. Sistem Hukum Adat


Sistem hukum adat adalah sistem hukum yang berlaku di Indonesia dan
bersumber dari nilai dan norma yang ada di tengah masyarakat. Hukum adat
diakui oleh negara sebagai hukum yang sah dan memiliki tujuan untuk mengatur
tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat
Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial di
Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, India, Jepang dan negara
lain. Istilahnya berasal dari bahasa Belanda "Adatrecht" yang untuk pertama kali
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje. Pengertian hukum Adat yang digunakan
oleh Mr. C. van Vollenhoven (1928) mengandung makna bahwa hukum Indonesia
dan kesusilaan masyarakat merupakan hukum Adat dan Adat yang tidak dapat
dipisahkan dan hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Kata
"hukum" dalam pengertian Hukum Adat lebih luas artinya dari istilah hukum di
Eropa, karena terdapat peraturan-peraturan yang selalu dipertahankan

4
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
70
6
keutuhannya oleh pelbagai golongan tertentu dalam lingkungan kehidupan
sosialnya, seperti masalah pakaran, pangkat pertunangan dan sebagainya.
Sedangkan istilah "Indonesia" digunakan untuk membedakan dengan hukum Adat
lainnya di kawasan Asia. Dan kata Indonesia itu untuk pertama kali dipakai pada
tahun 1850 oleh James Richardson Logan dari salah satu karangannya di Penang
yang dimuat dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, untuk
menunjukkan adanya nama bangsa-bangsa yang hidup di Asia Tenggara.5
Sistem hukum Adat bersumber kepada peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis yang tumbuh berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Dan hukum Adat itu mempunyai tipe yang bersifat tradisional
dengan berpangkal kepada kehendak nenek moyang. Untuk ketertiban hukumnya
selalu diberikan penghormatan yang sangat besar bagi kehendak suci nenek
moyang itu. Karenanya keinginan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
selalu dikembalikan kepada pangkalnya - kehendak suci nenek moyang - sebagai
tolok ukur terhadap keinginan yang akan dilakukan. Peraturan-peraturan hukum
Adat juga dapat berubah tergantung dari pengaruh kejadian-kejadian dan keadaan
hidup yang silih berganti. Perubahannya sering tidak diketahui bahkan kadang-
kadang tanpa disadari masyarakat, karena terjadi pada situasi sosial tertentu di
dalam kehidupan sehari-hari. Dari sumber hukum yang tidak tertulis itu, maka
hukum Adat dapat memperlihatkan kesanggupannya untuk menyesuaikan diri dan
elastik. Misalnya, kalau seorang dari Minangkabau datang ke daerah Sunda
dengan membawa ikatan-ikatan tradisinya, maka secara cepat ia dapat
menyesuaikan dengan tradisi daerah yang didatangi. Keadaan ini berbeda dengan
hukum yang peraturan- peraturannya ditulis dan dikodifikasikan dalam sebuah
kitab Undang-undang atau peraturan perundangan lainnya yang sulit dapat diubah
secara cepat untuk penyesuaian dalam situasi sosial tertentu, karena dalam
perubahannya masih diperlukan alat peng- ubah melalui seperangkat alat-alat
perlengkapan negara yang berwenang untuk itu dengan membuat perundangan
baru.

5
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
70-71
7
Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum Adat itu, maka dari 19 daerah
lingkungan hukum di Indonesia sistem hukum Adat dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu:
1.Hukum Adat mengenai Tatanegara (tata susunan rakyat), mengatur tentang
susunan dari dan ketertiban dalam perseku tuan persekutuan hukum serta susunan
dan lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan- jabatan dan penjabatnya.
2.Hukum Adat mengenai Warga (hukum warga) terdiri dari:
a. Hukum pertalian sanak (perkawinan, waris).
b. Hukum tanah (hak ulayat tanah, transaksi-transaksi tanah).
c. Hukum perhutangan (hak-hak atasan, transaksi-transaksi tentang benda
selain tanah dan jasa).

3. Hukum Adat mengenai delik (hukum pidana), memuat peraturan-peraturan


tentang pelbagai delik dan reaksi masyara- kat terhadap pelanggaran hukum
pidana itu.

Yang berperanan dalam melaksanakan sistem hukum Adat ini ialah


Pengemuka Adat sebagai pemimpin yang sangat disegani, besar pengaruhnya
dalam lingkungan masyarakat Adat untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera.
Pengemuka Adat itu dianggap sebagai orang yang paling mampu menjalankan
dan memelihara peraturan serta selalu ditaati oleh anggota masyarakatnya
berdasarkan kepercayaan kepada nenek moyang. Peranan inilah yang sebenarnya
dapat mengubah hukum Adat sesuai kebutuhan ma- syarakat tanpa menghapus
kepercayaan dan kehendak suci nenek moyang.
Hukum Adat yang merupakan pencerminan kehidupan masyarakat
Indonesia, sedangkan masyarakat itu sendiri selalu berkembang, dengan tipe yang
mudah berubah dan elastik, maka sejak penjajahan Belanda banyak mengalami
perubahan sebagai akibat dari politik hukum yang ditanamkan oleh pemerintah
penjajah itu. Perubahan secara formal terjadi dalam penghapusan berlakunya
hukum Adat mengenai delik (hukum pidana) dan diberlakukan peraturan-
peraturan hukum pidana tertulis yang dikodifikasikan di samping perundangan
8
tertulis lainnya bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keadaan ini berlangsung
sampai Indonesia merdeka dan masih diberlakukan untuk mengisi kekosongan
dalam bidang hukum pidana selama belum ada undang-undang hukum pidana
nasional. Selain hukum pidana Adat dihapus, juga diperkenalkan adanya
peraturan-peraturan hukum dalam hukum perdata bidang perikatan yang secara
lambat laun menghapuskan dengan sendirinya sebagian besar hukum perhutangan
Adat. Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya untuk hukum tanah
ditanamkan kesadaran hukum tentang kegunaan tanah seperti yang dituangkan
dalam Undang-undang Pokok Agraria dan mengenai hukum pertalian sanak
dalam segi tertentu dikembangkan melalui yurisprudensi.6
Contoh sistem hukum adat seperti
-Potong jari, Papua
-Hukum berjenjang, Aceh
-Hukum warisan, Bali
-Menghitung kalender oleh masyarakat Jawa
-Hukum adat Dayak Kalis

D. Sistem Hukum Islam


Sistem hukum ini semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari
timbulnya dan penyebaran agama Islam. Kemudian berkembang ke negara-negara
lain di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika secara individual atau kelompok.
Sedangkan untuk beberapa negara di Afrika dan Asia perkembangannya sesuai
dengan pembentukan negara itu yang berasaskan ajaran Islam. Bagi negara
Indonesia walaupun mayoritas warga negaranya beragama Islam, pengaruh agama
itu tidak besar dalam bernegara, karena asas pembentukan negara bukanlah
menganut ajaran Islam.
Sistem hukum Islam adalah seperangkat norma Ilahi yang mengatur tata
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya

6
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
71-73
9
dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan
hidupnya
Sistem hukum Islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada
wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang
yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan dijalankan oleh umat
Islam.

Sistem hukum Islam bersumber hukum kepada:


1. Al-Qur'an, yaitu kitab suci dari kaum muslimin yang diwahyukan oleh Allah
kepada Nabi Rasul Allah Muhammad dengan perantaraar Malaikat Jibril.
2. Sunnah Nabi, ialah cara hidup dari Nabi Muhammad atau cerita-cerita (hadis)
mengenai Nabi Muhammad.
3. Ijma, ialah kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara bekerja
(berorganisasi).
4. Qiyas, ialah analogi dalam mencari sebanyak mungkin persa- maan antara dua
kejadian. Cara ini dapat dijelmakan melalui metode ilmu hukum berdasarkan
deduksi dengan mencipta- Akan atau menarik suatu garis hukum baru dari garis
hukum lama dengan maksud memberlakukan yang baru itu kepada suatu keadaan
karena persamaan yang ada didalamnya.

Agama Islam dengan sengaja diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad dengan maksud me nyusun ketertiban dan keamanan
serta keselamatan umat manusia.. Karena itu dasar-dasar hukumnya mengatur
mengenai segi-segi pembangunan, politik, sosial ekonomi dan budaya di samping
hukum-hukum pokok tentang kepercayaan dan kebaktian atau ibadat kepada
Allah. Karena itu berdasarkan sumber-sumber hukumnya, sistem hukum Islam
dalam "Hukum Fikh" terdiri dari dua hukum pokok, ialah:
1. Hukum Rohaniah, lazim disebut "Ibadat", yaitu cara-cara menjalankan upacara
tentang kebaktian terhadap Allah, seperti sholat, puasa, zakat dan menjalankan
haji. Kelima kegiatan menjalankan upacara kebaktian kepada Allah itu lazim
disebut "Al-Arkanul Islam al-hamzah".
10
2. Hukum Duniawi, terdiri dari:
a. Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan
antar manusia dalam bidang jual-beli, sewa- menyewa, perburuhan, hukum
tanah, hukum perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan ekonomi
pada umumnya.
b. Nikah, yaitu perkawinan dalam arti membentuk sebuah keluarga yang
terdiri dari syarat-syarat dan rukun-rukun- nya, hak dan kewajiban, dasar-
dasar perkawinan monoga- mi dan akibat-akibat hukum perkawinan.
c. Jinayat, yaitu hukum pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap
hukum Allah dan tindak pidana kejahatan.7

Dalam perkembangan hukum Islam lahir lapangan hukum lainnya, yaitu:


1. Aqdiyah, ialah peraturan hukum pengadilan, meliputi kesopanan hakim, saksi,
beberapa hak peradilan, dan cara-cara memer- dekakan budak belian (kalau masih
ada).
2. Al-Khilafah, ialah mengatur mengenai kehidupan bernegara, meliputi bentuk
negara dan dasar-dasar permerintahan, hak dan kewajiban warga negara,
kepemimpinan, dan pandangan Islam terhadap pemeluk agama lain.

Sistem hukum Islam ini menganut suatu keyakinan dari ajaran agama Islam
dengan keimanan lahir batin secara individual. Bagi negara-negara yang
menganut asas hukum Islam dalam bernegara melaksanakan peraturan-peraturan
hukumnya secara taat sesuai yang dianggap adil berdasarkan peraturan
perundangan negara yang dibuat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.8
Sistem hukum Islam juga diterapkan di Indonesia, terutama dalam
pengadilan berbasis agama. Contoh hukum Islam yang diterapkan di Indonesia
antara lain qanun Aceh dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

7
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
73-74
8
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993) hal.
74-75
11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Hukum adalah tata aturan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah
untuk menegakkan keadilan serta kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan
bernegara yang adil dan tertib serta mampu ditaati masyarakat untuk kepentingan
bersama.
Sistem hukum yang diterapkan di Indonesia sangat beragam, tidak hanya
sistem hukum eropa kontinental, namun juga terdapat sistem hukum lain seperti
sistem hukum anglo saxon, sistem hukum adat, dan agama.
Hukum pada dasarnya dibuat untuk menciptakan keadilan, ketertiban dan
kedamaian di dalam masyarakat, serta mengantisipasi kekacauan di lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu hukum harus dapat ditegakkan dan berjalan sesuai
kaidah-kaidah hukum yang berlaku.

3.2 Saran
Saran dari penulis yaitu keberanian hakim Indonesia untuk membuat sebuah
penemuan hukum baru harus lebih ditonjolkan seperti halnya hakim-hakim di
negara-negara dengan sistem hukum yang lebih maju.
Sistem hukum harus kuat dalam melindungi hak asasi manusia, termasuk
kebebasan berpendapat, kebebasan dari penyiksaan, dan perlindungan hak
minoritas.

12
DAFTAR PUSTAKA

R. Abdoel djamali, S.H. Pengantar Ilmu Hukum, Kelapa Gading Permai, Jakarta,
1984.
Abdul Kadir Adys, Sistem Hukum dan Negara Hukum, Suluh Media, Yogyakarta,
2019.
R. van Dijk, Prof. Dr. Pengantar Hukum Adat Indonesia, Cetakan keempat.
(Sumur Bandung, 1960).
Soedjono Dirdjosisworo, S.H., Dr., Pengantar Ilmu Hukum (Rajawali, Jakarta,
1983).

13

Anda mungkin juga menyukai