Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENGERTIAN HUKUM

A. KEBERADAAN HUKUM DALAM MASYARAKAT

S ejak Istilah “Hukum” itu ada dalam kehidupan bermasyarakat dan ada sejak jaman
dulu kala, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan hukum terdapat dalam
pergaulan hidup masyarakat yang secara keseluruhan bersumber dari norma agama,
norma sosial, norma susila serta norma-norma yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Hubungan yang diatur oleh norma hukum dinamakan hubungan hukum atau peristiwa hukum,
dengan terciptanya hubungan hukum itu terwujudlah ketertiban dalam kehidupan masyarakat
sehingga terciptalah ketertiban hukum. Hukum diwujudkan dengan peraturan hukum dikatan
bahwa ia betindak menurut hukum atau bertindak secara “juridis” dimana peraturan hukum
mewajibka orang supaya bertidak jurisdis. Hukum diarahkan sepenuhnya sebagai sarana untuk
mendukung pembagunan. Padahal yang seharusnya adalah pembanguna hanyalah sarana untuk
meningkatkan martabat kemanusiaan. Jadi jelaslah bahwa dengan hukum kita akan
menciptakan atau menjadikan kesejahteraan bagi masyarakat. Roscou Pound mengemukakan
bahwa tujuan hukum untuk melindungi kepentingan manusia (Law as tool of social
engineering). Kepentingan manusia adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan di penuhi
manusia dalam bidang hukum. Roscou Pound membagi kepentingan manusia yang dilindungi
hukum menjadi tiga macam, yaitu:
1. Public Interest (Kepentingan umum)
2. Social Interest (Kepentingan masyarakat)
3. Privat Interest (Kepentingan individual)
Kepentingan umum (publik interest) yang utama, meliputi:
a. Kepentingan dari negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan kepribadian dan
substansinya; dan
b. Kepentingan–kepentingan dari negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.

1
Ada 6 (enam) kepentingan masyarakat (social interest) yang dilindungi oleh hukum, yang
meliputi:
1. Kepentingan masyarakat bagi keselamatan umum, seperti keamanan, kesehatan, jaminan
bag transaksi–transaksi dan pendapatan;
2. Bagi lembaga–lembaga sosial, yang meliputi perlindungan dalam perkawinan, politik
seperti kebebasa berbicara dan ekonomi;
3. Masyarakat terhadap kerusakan moral, seperti korupsi, perjudian, pengumpatam terhadap
Tuhan, tidak sahnya transaksi–transaksi yang bertentangan dengan moral yang baik, atau
peraturan yang membatasi tindakan–tindakan anggota;
4. Kepentingan masyarakat dalam pemeliharaan sumber sosial, seperti menolak perlindungan
hukum bagi penyalahgunaan hak (abuse of right). Ekstensi hukum akan menjadi rambu–
rambu yang menggariskan aturan main (ruler of game) bagi setiap masyarakat tanpa
terkecuali, agar perilaku dan kontruksi sosial, politik, ekonomi, keagamaan, budaya dan
aspek–aspek kehidupan lainnya berjalan dijalur yang benar.
Aturan hukum harus ditegakkan supaya masing-masing pihak dalam kehidupan damai, aman
dan tertib, tidak saling mengganggu dan merugikan di antara satu dengan lainnya.
1. Pertumbuhan peraturan hokum
Hukum yang sedang berlaku disebut hukum positif atau “Ius Constitutum”. Ius
Constitutum dilahirkan dari Ius Constituendum ini timbulnya dari adat kebiasaan yang
berlaku di masyarakat.
2. Hukum tertulis dan Hukum Tidak tertulis
Hukum ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis, tertulis dapat disebut hukum
perundang undangan atau masyarakat hukum sering menyebutkan sebagai hukum positif
dan keberadaan hukum dalam hukum positif akan terus berkembang dan sangat dinamis
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk kepentingan dan keperluan hukum dalam suatu kegiatan bisnis maka hukum tertulislah
yang dapat dipergunakan, terutama dalam hal pembuktian di pengadilan apabila terjadi
sengketa atau permasalahan hukum

2
B. DEFINISI HUKUM
Beberapa Definisi hukum

S esungguhnya apabila kita meneliti benar–benar akan sukarlah bagi kita untuk memberi
definisi tentang hukum, seperti telah dijelaskan, para sarjana hukum sendiri belum
dapat merumuskan satu definisi hukum yang memuaskan semua pihak. Dapat
dikatakan hukum didefinisikan dari sudut pandang dimana jika kita memandang akan hukum
itu. Akan tetap walaupun demikian dapatlah diberi suatu batasan yang lengkap tentang definisi
hukum itu, namun Utrech; dalam bukunya yang berjudul “Pegantar Dalam Hukum Indonesia”
Telah mencoba membuat suatu batasan, yang maksudnya dapat sebagai pegangan bagi orang
yang sedang mempelajari ilmu hukum, bahwa definisi diberikan oleh Utrech itu merupakan
pegangan semata yang maksudnya menjadi suatu pedoman bagi setiap masyarakat hukum.
Utrech mengatakan; Hukum itu adalah himpunan peraturan–peraturan (perintah–perintah
dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh kerena itu harus ditaati
oleh masyarakat.
Selain Utrech juga beberapa Sarjana Hukum Indonesia lainnya telah berusaha rusaha
merumuskan tentang apakah hukum itu, yang diantaranya ialah:
1. C.M. Amin, Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum” Hukum
dirumuskan sebagai; Kumpulan–kumpulan, peraturan–peraturan hukum yang terdiri dari
norma dan sanksi. Sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan
ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban dapat dipelihara.
2. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto Dalam buku “Pelajaran Hukum
Perniagaan “ telah diberikan definisi hukum seperti berikut; Hukum itu ialah peraturan –
peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan–badan yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan–peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan tindakan, yaitu dengan
hukum tertentu.
3. M.H Trtaatmidjaja Dalam buku “Pokok–Pokok Hukum Perniagaan “ditegaskan bahwa
hukum ialah; semua aturan (norma) yang harus diturut dala tingkah laku tindakan–
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman musti mengganti kerugian jika
melanggar aturan–aturan itu, akan membahayakan diri sendiri atau harta terutama orang
akan kerhilangan kemerdekaannya, di denda dam sebagainya”.

3
Utrech; Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah–perintah dan larangan)
yang pengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
Sehingga dapat dikatakan yang dimaksud dengan hukum bisnis adalah keseluruhan dari
peraturan–peraturan hukum, baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang megatur hak dan
kewajiban yang timbul dari perjanjian–perjanjian maupun perikatan–perikatan serta
kesepakatan–kesepakatan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang terjadi dalam praktek
bisnis.
C. CIRI DAN SIFAT HUKUM
1. Adanya perintah atau larangan
2. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi & ditaati setiap orang.
Setiap orang waib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat tertib dalam masyarakat itu
tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya, oleh karena itulah hukum meliputi berbagai peraturan
yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan yang lainnya, yakni
peraturan–peraturan hidup bermasyarakat yang dinamakan kaedah hukum. Hukum bersifat
mengatur dan memaksa, agar masyarakat tertib dalam kehidupan bermasyarakat dimana ia
tinggal dan berada. Sehingga timbul pertanyaan?
Kenapa hukum harus ditegakkan dimana kita tinggal dan berada, karena:
1. Dalam pergaulan masyarakat terhadap aneka hubungan antar anggota masyarakat, yakni
hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan–kepetingan anggota masyarakat.
2. Dengan banyak dan beraneka ragamnya hubungan itu para anggota masyarakat
memerlukan aturan–aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar dalam hubungan–
hubungan itu tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat.
D. SISTEMATIKA HUKUM
Hukum (berdasarkan isinya) diklasifikasi menjadi:
1. Hukum Sipil/ Privat
2. Hukum Publik
Hukum Sipil: yang mengatur hubungan hukum antara orang satu dengan yang lainnya dengan
menitikberatkan pada kepentingan pribadi, dibedakan dalam arti luas (Hukum Perdata dan
Hukum Dagang) Serta dalam arti sempit (Hukum Perdata)
Hukum Publik: yang mengatur hubungan antar orang masyarakat umum/negara dengan
menitikberatkan pada kepentingan umum, meliputi: Hukum Tata Negara Tata Usaha
(Administrasi) Negara, Hukum Publik Internasional dan Hukum Pidana.

4
1. Hukum Perdata; hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan
yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan;
2. Hukum Pidana; hukum yang mengatur perbuatan–perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara–cara
mengajukan perkara ke muka pengadilan;
3. Hukum Tata Negara; Hukum bentuk dan susunan pemerintahan suatu negara serta
hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapan negar (pusat dan negara);
4. Hukum Administrasi Negara; Hukum yang mengatur cara–cara menjalankan (hak dan
kewajiban) dari kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.

BAB II
SUBYEK DAN OBYEK HUKUM

A. SUBJEK DAN OBJEK HUKUM


Subjek Hukum
Dalam dunia hukum perkataan orang (Person) berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang
mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum.
Subjek Hukum terdiri dari:
1. Manusia (Natuurlijke person)
2. Badan Hukum (Rechtpersoon)
Ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah dinyatakan” Tidak cakap” atau “ Kurang
cakap” untuk bertindak sendri dalam melakukan perbuatan–perbuatan hukum.
Untuk itu mereka harus mewakili dalam melakukan perbuatan–perbuatan hukum, orang yang
tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum diantaranya:
1. Orang yang masih dibawah umur
2. Orang yang tidak sehat pikirannya
3. Orang yang dibawah pengampuan (curatele)
4. Orang perempuan dalam pernikahan (Wanita Kawin)
Objek Hukum

5
Yang dimaksud objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat
menjadi objek suatu perhubungan hukum. Biasanya Objek yang dimaksud adalah “benda”
Menurut KUH perdata Benda adala; segala barang dan hak–hak yang dapat dimiliki orang.
Menurut KUHP Perdata benda dibagi dalam;
1. Benda berwujud (segala sesuatu dapta diraba oleh pancaindera seperti; rumah, buku dan
lain-lain);
2. Benda tidak berwujud (segala macam hak, seperti hak cipta, hak merek dan lain
sebagainya);
Benda Bergerak,
Di bedakan menjadi:
1. Benda bergerak karena sifatnya (Pasal 509 KUH Perdata) artinya benda yang dapat
dipindahkan atau pindah dengan sendirinya. Contoh: meja, kursi, mobil, dan lainnya
2. Benda bergerak karena Undang–undang (Pasal 511 KUH Perdata) atrinya hak–hak atas
benda bergerak. Contoh: Hak memungut hasil atas benda bergerak, dan hak pemakaian,
dan lain-lain.
Benda tidak bergerak,
Di bedakan menjadi;
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya. Contohnya: Tanah dan yang melekat diatasnya
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya. Contohnya: mesin alat–alat yang dipakai oleh
pabrik.
Yang dimaksud dengan kebendaan (Kitab undang–undang uku perdata) adalah segala sesuatu
yang dapat dikuasai dengan hak milik tanpa memperdulikan jenis wujudnya.
B. SUMBER DAN SISTEM HUKUM
Sumber hukum segala apa yang menimbulkan aturan–aturan hukum mempunyai kekuatan
memaksa dan kalau dilanggar mengakibatkan sanksi (hukuman) yang tegas dan nyata.
Macam–macam Sumber Hukum:
1. Sumber hukum dalam arti luas (materil) ditinjau dari aspek sejarah, filsafat dan ekonomi.
2. Sumber Hukum dalam arti sempit (formil) Undang–Undang, kebiasaan (custom), Traktat,
Jurisprudensi, dan doktrin.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem hukum adalah seperangkat aturan hukum mengatur
segala pranata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, membentuk suatu
ketentuan yang utuh sehingga tidak terjadi kontradiksi antar ketentuan hukum.

6
Macam–macam sistem hukum:
1. Common Law Legal System
Sistem hukum ini memberi peran kepada kebasaan/adat istiadat yang berlaku umum dan
agar selalu dapat menyesuaikan diri pada perkembangan berlaku umum dan agar selalu
dapat menyesuaikan disi pada perkembangan dan kemajuan zaman, tidak memerlukan
aturan hukum tertulis yang lengkap, sempurna dan dikodefikasi.
2. Socialist Law Legal Sytem
Dalam sistem ini, hukum dibentuk dan ditegakkan peerintah negara selaku pemegang
kekuasaan politik dan absolut dan otoriter untuk melaksanakan kehendak para penguasa
negara, dimana badan peradilan bersidang berdasarkan tuntutan jaksa atas dalih melanggar
kepentingan negara (rakya banyak).
3. Islamic Law (Qonun) Legal System
Dalam sistem ini, hukum mengatur hubungan manusia dengan Allat SWT (ibadah) dan
hubungan antar manusia (muamallah) yang wajib. Makruh, sunnah untuk dilaksanakan
serta sanksi bagi perbuatan yang haram bukan hanya untuk perbuatan yang haram bukan
hanya untuk pembalasan atau memperbaiki moral perilakunya tapi demi kesempurnaan
hidup didunia.
4. Civil Law Legal System
Dalam sistem ini, yang lebih diutamakan adalah aturan hukum tertulis yang lengkap,
sempurna, dan dikodefikasi (dibukukannya satu jenis hukum secara sistematis dan lengkap
dalam satu kitab undang–undang demi kepastian, kesederhanaan dan kesatuan hukum).
C. PEMBIDANGAN HUKUM
1. Azas Hukum dan Perundang–undangan
a. Setiap peraturan hukum harus senantiasa dapat dikembalikan kepada dasar filosofinya
b. Peraturan yang dibuat penguasa yang kedudukannya lebih tinggi mempunyai
kedudukan hukum yang lebih tinggi pula.
c. Lex specialis derogat lex generalis (suatu peraturan perundang–undangan bersifat
khusus menegsampingkan perundang–undangan yang bersifat umum).
d. Lex posteriore derogat lex priori (peraturan perundang–undangan yang kemudian
menyisihka peraturan perundang–undangan yang terdahulu)
e. Tribuere suum siuque (memberikan hak kepada orang lain apa yang menjadi hak
sendiri)

7
f. Presumption of innocense (azas praduga tak bersalah)
g. In dubio pro reo (dalam keadaan yang meraukan, hakim harus mengambil keputusan
yang menguntungkan terdakwa)
h. Asa perundang–undangan tidak boleh diganggu gugat (hak uji hanya ada pada MA dan
MK)
i. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege peonali (legalitas)
j. Ne bis idem (suatu perkara yang sama, yang sudah putus tidak boleh diperiksa dan
diputus lagi untuk kedua kalinya)
2. Masa Berlaku suatu Undang–undang:
Undang–undang berlaku sejak dimuat/diundangkan dalam lembaran negara (LN),
sedangkan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara (TLN) dan Peraturan Daerah
(LD) sedangkan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Daerah (TLD)
3. Suatu Undang-undang tidak berlaku lagi:
a. Karena sudah lewat waktu berlaku yang ditetapkan undang–undang itu,
b. Sudah tidak ada lagi keadaan untuk mana undang–undang dibuat
c. Dinyatakan tegas tidak berlaku oleh lembaga pembentuk undang – undang / mahkamah
konstitusi
d. Karena telah dibentuk undang–undag baru yang isinya berbeda
D. MAZHAB–MAZHAB DALAM HUKUM
1. Mazhab Hukum Alam:
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karea merupakan pernyataan pikiran (akal) manusia
mengenai perbuatan sesuai kodrat manusia
2. Mazhab Sejarah;
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena tumbuh ditengah masyarakat sebagai
penjelmaan dan kehendak, jiwa, rohani rakyat (Volkgeist) dan akan lenyap jika bangsa itu
hilang kepribadiannya.
3. Teori Teokrasi;
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena berasal dari kehendak (perintah dan larangan)
Tuhan YME
4. Teori Kedaulatan Rakyat:
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena merupakan kehendak seluruh rakyat
berdasarkan perjanjian rakyat (social, dan contract)

8
5. Teori kedaulatan Negara
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena dikehendaki oleh negara yang kekuasaannya
tidak terbatas.
6. Teori Keseimbangan
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena selain memenuhi rasa keadilan orang
terbanyak, mampu, berfungsi nyata, juga menjadi dasar menetapkan san mengatur apakah
seseorang akan mendapat keuntungan/ kerugian, karena setiap warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan wajib menjunjung hukum dengan tidak ada kecualinya.
E. HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI
Mencari keuntungan merupakan usaha yang sah–sah saja, tetapi yang terpenting dalam
menjalankan usaha tersebut tidak mengesampingkan hukum, melanggar hukum atau sering
disebut dengan istilah Legal or illegal. Aspek hukum yang menjadi dasar dari penyelenggaran
berbagai sistem bidag kegiatan ekonomi nasional, pada hakikatnya berlandaskan dasar hukum
pasal 33 UUD 1945. Konsekuensinya adalah menjadi Hak Negara untuk mengatur
perekonomian nasional, dan hak tersebut bersumber dar hukum dasar (UUD 1945).
Tujuan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera juga dinyatakan secara tersurat
dalam pasal 33 ayat (1), (2), dan (3) Undang–Undang Dasar Tahun1945 bahwa:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asa kekeluargaan
2. Cabang–cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar–besarnya bagi kemakmuran rakyat
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atsa demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan, lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang –undang.
Pasal 27 ayat (2) berbunyi: “Tiap–tiap warga negara berhak ata pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemakmuran”. Hukum dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang, ubi
societas ibi ius (dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Keduanya tidak bisa dipisahkan,
karena ekstensi antara keduanya sangat berkaitan. Hukum yang dikenal dan tidak sesuai
dengan konteks sosialnya serta tidak komunikasi yang efektif tentang tuntutan dari
pembaharuannya bagi warga Negara tidak akan bekerja secara efektif. Hukum ekonomi adalah

9
hukum yang berkaitan dengan berbagai aktivitas ekonomi, dalam berbagai bidangnya ada yang
diatur oleh hukum, ada pula yang tidak atau belu diatur oleh hukum Jadi ekonomi mempunyai
ruang lingkup pengertian luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara
hukum dan kegiatan–kegiatan ekonomi.
Hukum ekonomi di Indonesia dibedakan kedalam 2 macam, yaitu:
1. Hukum ekonomi pembangunan: seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara–
cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misalnya: hukum perusahaan
dan hukum penawaran modal).
2. Hukum ekonomi sosial: seluruh pengaturan dan peikiran hukum mengenai cara-cara
pembagan hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata sesuai dengan hak azasi
manusia (misalnya: hokum pemburuhan dan hukum perumahan).
Pembangunan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang harus berbeda dari wujud
perekonomian Indonesia sebelum terjadinya krisis dan untuk mewujudkan telah ditetapkan
tujuh (7) hal pokok mengenai perekonomian Indonesia masa depan yaitu:
1. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan untuk
mencapai kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan berkeadilan
2. Pembangunan ekonomi berlandaskan pengembangan ekonomi daerah dan peran serta aktif
masyarakat secara nyata dan konsisten.
3. Pembangunan ekonomi harus menerapkan prinsip efisiensi yang didukung oleh
peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperkuat landasan
pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan daya saing nasional.
4. Pembangunan ekonomi berorientasi pada perkembangan globalisasi ekonomi internasional
dengan tetap mengutamakan kepentingan ekonomi nasional.
5. Pembangunan ekonomi makro harus dikelola secara hati–hati disiplin, dan bertanggung
jawab dalam menghadapi ketidakpastian yang meningkat akibat proses globalisasi
6. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berlandaskan kebijakan disusun secara transparam
dan bertanggung jawab, baik dalam pegelolaan publik, pemerintah, maupun masyarakat.
7. Pembangunan ekonomi harus berlandaskan keberlanjutan sistem daya alam, lingkungan
hidup dan sistem kemasyarakatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Hukum ekonomi dan bisnis yang memadai akan menunjang pembangunan ekonomi, karena
melalui hukum ekonomi dan bisnis masyarakat dibentuk atau diarahkan untuk mencapai tujuan
pembangunan ekonomi (law as tool of social engineering). Sebaliknya hukum ekonomi dan

10
bisnis yang tidak memadaik akan menciptakan hambatan bagi pembangunan ekonomi.
Hubungan hukum pada peristiwa hukum dibidang nisnis pada masyarakat yang makin modern
pada umumnya didasarkan pada kesepakatan–kesepakatan dan tidak lagi kebiasaan–kebiasaan
yang mengandalkan kepercayaan, tetapi harus dengan perangkat hukum yang tertulis.

11

Anda mungkin juga menyukai