Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENGANTAR ILMU HUKUM

Tujuan Pembelajaran Umum:


Mahasiswa dapat memahami konsep hukum yang berlaku di Indonesia

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Melalui pemaparan dan pendekatan dialogis, pada akhir pembahasan para mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan:
1. Menjelaskan pengertian hukum menurut doktrin, tujuan serta fungsi hukum
2. Menguraikan pengertian-pengertian dasar dalam ilmu hukum
3. Membedakan sumber, pembidangan dan sistem hukum yang berlaku
4. Menyebutkan dasar hukum dan jenis-jenis penemuan hukum yang dapat dilakukan
oleh hakim
5. Menguraikan susunan dan kekuasaan peradilan di Indonesia.

1.1 Pengertian Hukum


Pada permulaan mempelajari Ilmu Hukum, pertanyaan yang dianggap sukar
adalah, ”Apakah yang dinamakan hukum?”. Sejak zaman dahulu, para ahli hukum
mencari suatu definisi tentang hukum, namun belum pernah mendapatkan suatu definisi
yang memuaskan. Hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
berlainan isinya. Hal ini menandakan bahwa hukum itu bersifat abstrak dan luas
cakrawalanya sehingga tidak mungkin orang menyatukannya dalam satu rumus yang
memuaskan. Oleh karena itu, tepatlah apa yang dikatakan Immanuel Kant sebagai
berikut:
“Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht”.
Masih juga para sarjana hukum mencari-cari suatu definisi tentang
hukum.

Sesungguhnya ucapan Kant ini hingga kini masih berlaku sebab telah banyak
ahli hukum mencari suatu batasan tentang apa yang disebut hukum namun setiap
pembatasan tentang hukum yang diperoleh belum pernah memberikan kepuasan sesuai

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 1
dengan kenyataannya. Bahkan Prof. Claude du Pasquier dalam bukunya yang berjudul
“Introduction a La Theorie Generale et a La Philosophie du Droit” menyebutkan 17
buah definisi hukum yang masing-masing definisi menonjolkan segi tertentu dari
hukum.
Alasan mengapa hukum itu sulit diberikan definisi yang tepat menurut Dr.
W.L.G. Lemaire dalam bukunya “Het Recht in Indonesia” adalah:
“….De veelzijdigheid en veelomvattendheid van het recht bregen niet
alleen met zich, dat het onmogelijk is in een enkele definitie aan te geven
wat recht is”.
Karena hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang sangat banyak,
sehingga tak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum itu di
dalam sebuah definisi.

Istilah hukum identik dengan istilah law dalam bahasa Inggris, droit dalam
bahasa Perancis, recht dalam bahasa Belanda. Hukum dalam arti luas dapat disamakan
dengan aturan, kaidah, norma, atau ugeran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam
kehidupan bermasyarakat dan apabila dilanggar akan dikenakan sanksi. Menurut
Ensiklopedi Indonesia, pengertian hukum adalah sebagai berikut;
“Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan,
baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang menentukan atau mengatur
hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat”.

Drs. E. Utrecht, S.H. dalam bukunya “Pengantar dalam Hukum Indonesia”


menyebutkan bahwa sekalipun tidak mungkin mengadakan batasan yang lengkap
tentang apa yang dinamakan “hukum” sesungguhnya batasan tentang hal itu tetap harus
ada sebagai pegangan bagi orang yang sedang mempelajari ilmu hukum.
Hukum menurut Utrecht adalah:
“Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (berisi perintah-perintah
dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”

Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., M.H., LL.M.:


“Hukum tidak saja meliputi keseluruhan kaidah dan norma-norma yang
mengatur pergaulan hidup manusia tetapi juga meliputi proses-proses
dan lembaga-lembaga yang berupaya mewujudkannya dalam
kenyataan”.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 2
Dari beberapa rumusan tentang hukum, dapat disimpulkan bahwa hukum itu
meliputi beberapa unsur, yaitu:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
c. Peraturan itu berisi perintah dan larangan;
d. Peraturan itu bersifat memaksa;
e. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas;
Ciri-ciri hukum adalah:
a. Adanya perintah dan/atau larangan;
b. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang;
Selain mempunyai sifat yang “mengatur”, hukum juga memiliki sifat yang
“memaksa”. Hukum yang bersifat mengatur dapat saja diingkari oleh individu karena
resiko atau akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran hukum yang mengatur akan lebih
dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan namun tidak untuk hukum yang
bersifat memaksa.
Pelanggaran terhadap kaidah hukum yang memaksa diancam dengan sanksi
(hukuman). Selain pengenaan sanksi denda, hukuman (pidana) itu bermacam-maam
jenisnya. Menurut Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah:
a. Pidana pokok, yang terdiri dari:
1. Pidana mati;
2. Pidana penjara:
a) Seumur hidup
b) Sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya satu tahun)
atau pidana penjara selama waktu tertentu.
3. Pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya satu
tahun;
4. Pidana denda (sebagai pengganti hukuman kurungan);
5. Pidana tutupan;
b. Pidana tambahan, yang terdiri atas:
1. Pencabutan hak tertentu;
2. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;
3. Pengumuman keputusan hakim (penetapan pengadilan).

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 3
1.2 Tujuan dan Fungsi Hukum
Dari sekian banyak teori yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan
beberapa tujuan pembentukan hukum, yaitu:
a. Menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat;
Norma/kaidah hukum yang dibentuk haruslah dapat menjaga setiap kepentingan
manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.
b. Mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri
(eigenrichting is verboden) atau tidak mengadili dan menjatuhkan hukuman
terhadap setiap pelanggaran hukum terhadap dirinya. Setiap perkara haruslah
diselesaikan melalui proses pengadilan, dengan perantaraan hakim berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku.
c. Menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga masyarakat;
Hukum hendaknya memberikan kebahagiaan bagi warga masyarakat serta
pelaksanaan hukum hendaknya tetap mengacu pada manfaat atau kegunaannya
bagi warga masyarakat.
Agar tujuan hukum dapat tercapai, tentunya hukum memiliki beberapa fungsi
tertentu. Berikut ini beberapa konsep fungsi hukum yang dikenal dalam kepustakaan
ilmu hukum, yaitu:
a. Fungsi hukum sebagai sarana kontrol sosial
Penggunaan hukum sebagai sarana kontrol sosial dapat berarti hukum mengontrol
tingkah laku masyarakat. Maksudnya, hukum berfungsi memberikan suatu batasan
tingkah laku warga masyarakat yang dianggap menyimpang dari aturan hukum, serta
akibat (sanksi) dari penyimpangan itu.
b. Fungsi hukum sebagai a tool of social engineering
Fungsi hukum sebagai sarana perekayasa sosial/mengubah masyarakat (a tool of
social engineering) adalah untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam
masyarakat menuju kemajuan yang terencana. Artinya, untuk menata kembali
kehidupan masyarakat secara terencana sesuai tujuan pembangunan bangsa.
c. Fungsi hukum sebagai simbol
Fungsi ini dimaksudkan untuk menyederhanakan rangkaian tindakan atau peristiwa
tertentu sehingga mudah diperoleh pengertian yang bersifat umum. Penyimbolan

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 4
dilakukan untuk memudahkan aparat penegak hukum maupun masyarakat untuk
memahami makna suatu peristiwa yang terjadi dalam interaksi warga masyarakat.
d. Fungsi hukum sebagai alat politik
Fungsi hukum sebagai sarana politik adalah untuk memperkokoh kekuasaan politik
atau mengefektifkan pelaksanaan kekuasaan negara.
e. Fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa
Hukum bertujuan untuk menyelesaikan setiap konflik atau sengketa yang terjadi
dalam masyarakat sehingga tercipta keteraturan dan ketentraman hidup warga
masyarakat.
f. Fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial
Hukum dimaksudkan untuk mengendalikan masyarakat secara terencana agar
kehidupan sosial masyarakat dapat terkendali sesuai peraturan hukum yang berlaku.
g. Fungsi hukum sebagai sarana pengintegrasian sosial
Fungsi hukum ini adalah untuk mengurangi konflik yang terjadi dan memperlancar
proses interaksi pergaulan sosial. Artinya, hukum menjadi sarana untuk menciptakan
keserasian berbagai kepentingan masyarakat sehingga proses pergaulan hidup
berlangsung dengan tertib dan lancar.

1.3 Pengertian-pengertian Dasar dalam Ilmu Hukum


Untuk memahami konsep hukum secara keseluruhan, ada beberapa pengertian
dasar dalam ilmu hukum yang harus dipahami terlebih dahulu.

1.3.1 Subjek Hukum


Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Dengan demikian, subjek hukum
memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara yang ditentukan atau
dibenarkan menurut hukum.
Subjek hukum terdiri dari:
a. manusia (natuurlijke persoon)
b. badan hukum (rechts persoon)
Setiap manusia baik warga negara atau pun orang asing dengan tidak
memandang agama atau kebudayaan adalah subyek hukum, sebagai pembawa hak dan

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 5
kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum. Sebagai subyek hukum, manusia
dapat mengadakan persetujuan-persetujuan, menikah, membuat wasiat, dan sebagainya.
Berlakunya manusia sebagai pembawa hak, mulai dari saat dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meninggal dunia, bahkan seorang yang masih dalam kandungan
ibunya dapat dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya
memerlukannya (untuk menjadi ahli waris).
Dalam hal tertentu bahkan apabila seorang “pencipta” meninggal dunia maka
perlindungan atas hak cipta yang dimilikinya berlaku sampai dengan waktu 50 tahun
sejak yang bersangkutan meninggal dunia.
Walaupun menurut hukum, setiap orang tiada terkecuali dapat memiliki hak-hak,
akan tetapi terdapat beberapa golongan orang yang oleh hukum dinyatakan “tidak
cakap” atau “kurang cakap” untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-
perbuatan hukum. Golongan orang-orang seperti ini disebut oleh hukum dengan istilah
“handelings-onbekwaamheid atau onbevoegheid”, yaitu:
1. Orang yang masih di bawah umur;
Belum dewasa, menurut KUH Perdata adalah orang yang belum berusia 21 tahun,
namun menurut banyak peraturan perundang-undangan nasional terakhir saat ini
dinyatakan bahwa seseorang belum dewasa adalah mereka yang belum genap
berusia 18 tahun, semisal UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, atau Pasal 47
UU No. 1 Tahun 1974, lihat juga Pasal 330 KUHPerdata;
2. Orang-orang yang berada di bawah pengampuan/perwalian (curatele);
Seperti : orang yang tak sehat pikirannya, pemabuk atau pun pemboros (Pasal 330
KUHPerdata jo Pasal 433 KUHPerdata).
3. Orang-orang yang dilarang undang-undang untuk melakukan perbuatan-perbuatan
hukum tertentu;
Misalnya orang yang dinyatakan pailit menurut UU Kepailitan, atau menurut Pasal
330 KUHPerdata termasuk pula dalam golongan ini adalah orang-orang perempuan
dalam pernikahan.
Dewasa ini ketentuan KUHPerdata yang menyatakan wanita dalam pernikahan
dimasukkan ke dalam pengertian onbekwaamheid atau onbevoegheid dinyatakan
tidak berlaku berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1963 yang
dikeluarkan pada tanggal 5 September 1963.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 6
Di samping manusia pribadi sebagai pembawa hak, terdapat pula badan-badan
(kumpulan manusia) yang oleh hukum diberi status “persoon” yang mempunyai hak
dan kewajiban seperti manusia yang disebut “Badan Hukum (Legal Entity)”.
Terjadinya (terbentuknya) badan hukum dapat dilihat melalui dua cara, yaitu :
1. Yaitu dikarenakan undang-undang dengan tegas menyatakan suatu badan adalah
badan hukum , seperti : Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
(PERTAMINA) sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 8 Tahun 1971, Koperasi
sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 25 Tahun 1992, dan Perseroan Terbatas
yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007.
2. Yaitu dengan melihat karakteristik yang diberikan oleh ketentuan undang-undang
atas suatu badan.
Karakteristik tersebut adalah :
a. Adanya pemisahan harta kekayaan yang tegas antara harta pribadi
pemiliknya/pengurusnya dengan harta pribadi pemilik /pengurusnya.
b. Mempunyai tujuan tertentu yaitu kepentingan bersama yang bersifat stabil.
c. Adanya organisasi yang teratur, seperti dalam perseroan terbatas dengan adanya
organ-organ PT.
Badan hukum terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Badan hukum privat, seperti Perseroan Terbatas (PT), Firma, CV, badan
Koperasi, Yayasan.
2. Badan hukum publik, seperti negara (mulai dari pemerintah pusat sampai
pemerintah desa), dan instansi pemerintah.

1.3.2 Objek Hukum


Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum, dan
dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Biasanya obyek hukum itu disebut
benda atau barang (zaak). Terhadap benda sebagai objek hukum akan muncul hak
kebendaan (zakelijk recht), yaitu suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas
suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.
Menurut pasal 503 KUHPerdata, benda dapat dibagi dalam:
1. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca indera.
Contohnya rumah, buku, meja, kuda, dan sebagainya

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 7
2. Benda yang tak berwujud (benda immaterial), yaitu segala macam benda yang
tidak berwujud berupa segala macam hak yang melekat pada suatu benda.
Contoh, hak cipta, hak merk perdagangan, hak atas tanah dan sebagainya.
Selanjutnya, menurut pasal 504 KUHPerdata, benda dapat juga dibagi dalam:
1. Benda yang tak bergerak (benda tetap), contoh: tanah, bangunan.
2. benda yang bergerak, contoh: cek, wesel, motor.
Urgensi pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak adalah dalam
kaitannya dengan pengalihan hak, yaitu terhadap benda bergerak, cukup dilakukan
dengan penyerahan langsung saja sedangkan benda tidak bergerak, penyerahannya
dilakukan dengan surat atau akta balik nama.

1.3.3 Hak dan Kewajiban


Tidak ada seorang pun manusia yang tidak memiliki hak (Pasal 13
KUHPerdata), tetapi konsekuensinya bahwa orang lain pun memiliki hak yang sama
dengannya. Jadi, hak pada pihak satu berakibat timbulnya kewajiban pada pihak lain
untuk menghormati hak tersebut. Seseorang tidak boleh menggunakan haknya secara
bebas sehingga menimbulkan kerugian atau rasa tidak enak pada orang lain.
a. Hak
Menurut Satjipto Raharjo (1983:94) hak adalah kekuasaan yang diberikan oleh
hukum kepada seseorang dengan maksud untuk melindungi kepentingan seseorang
tersebut.
Timbulnya suatu hak didasarkan oleh suatu peristiwa hukum. Misalnya terjadi
jual beli, perjanjian sewa menyewa rumah, merupakan peristiwa hukum yang dapat
menimbulkan hak dan kewajiban antara para pihak.
Dengan demikian, hak dapat timbul pada seseorang (subjek hukum) disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Adanya subjek hukum baru, baik orang maupun badan hukum;
2) Terjadinya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang melakukan
perjanjian;
3) Terjadinya kerugian yang diderita oleh seseorang akibat kesalahan atau kelalaian
orang lain;
4) Telah dilakukannya kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh hak;

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 8
5) Terjadinya daluarsa ( acquisitief verjaring).
Lenyapnya atau hapusnya suatu hak menurut hukum dapat disebabkan oleh
empat hal berikut:
1) Apabila pemegang hak meninggal dunia dan tidak ada pengganti atau ahli waris
yang ditunjuk;
2) Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi. Misalnya,
kontrak rumah yang telah habis waktu kontraknya;
3) Telah diterimanya suatu benda yang menjadi objek hak. Misalnya, seseorang
mempunyai hak menagih utang, kemudian utang tersebut telah dilunasi;
4) Karena daluarsa (verjaring).
Dalam ilmu hukum dikenal pula istilah penyalahgunaan hak (misbruik van
recht) yaitu apabila seseorang menggunakan haknya bertentangan dengan tujuan
diberikannya hak itu, atau bertentangan dengan tujuan kemasyarakatan.
b. Kewajiban
Kewajiban sesungguhnya merupakan beban yang diberikan oleh hukum kepada
orang atau badan hukum (subjek hukum), misalnya kewajiban untuk membayar pajak
yang lahirnya karena ketentuan undang-undang.
Lahir atau timbulnya suatu kewajiban juga disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
1) Diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi suatu kewajiban;
2) Berdasarkan perjanjian yang telah disepakati;
3) Adanya kesalahan atau kelalaian seseorang yang menimbulkan kerugian bagi
orang lain, sehingga ia wajib membayar ganti rugi;
4) Telah dinikmati hak tertentu yang harus diimbangi dengan kewajiban tertentu
pula;
5) Daluarsa yang telah ditentukan oleh hukum atau perjanjian tertentu, bahwa
daluarsa dapat menimbulkan kewajiban baru.
Hapusnya atau berakhirnya kewajiban, disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) Meninggalnya orang yang mempunyai kewajiban, tanpa ada penggantinya;
2) Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang;
3) Kewajiban telah terpenuhi oleh yang bersangkutan;
4) Hak yang melahirkan kewajiban telah dihapus;

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 9
5) Daluarsa extinctief;
6) Ketentuan undang-undang;
7) Kewajiban telah beralih atau dialihkan;
8) Terjadi suatu sebab di luar kekuasaan manusia sehingga tidak dapat memenuhi
kewajiban itu.
c. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah “segala peristiwa atau fakta yang terjadi dalam
masyarakat yang memiliki implikasi (akibat) hukum (rechtsfeit)”. Misalnya peristiwa
perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita, yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi kedua mempelai.
Namun, tidak semua fakta dalam masyarakat merupakan peristiwa hukum.
Misalnya, si A mengambil sepeda motor yang diparkir di kampus, sepeda motor
tersebut miliknya sendiri. Ini adalah suatu fakta, tetapi bukan peristiwa hukum. Berbeda
jika motor yang diambil itu milik si B tanpa izin, kejadian ini adalah peristiwa hukum
karena mempunyai akibat hukum dan dirumuskan sebagai pencurian dalam Pasal 362
KUHPidana.
Peristiwa hukum dibedakan atas dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum, misalnya: peristiwa
pembuatan surat wasiat.
2) Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum, misalnya kelahiran
seorang bayi, kematian seseorang, dan daluarsa.
Daluarsa terdiri atas dua jenis, yaitu:
a) Daluarsa aquisitief, yaitu daluarsa yang menimbulkan hak. Misalnya;
sewa menyewa rumah yang telah habis masa sewanya.
b) Daluarsa extinctief, yaitu daluarsa yang melenyapkan kewajiban.
Misalnya; A seorang satpam, tugasnya selama waktu tertentu telah
digantikan oleh B satpam lainnya, maka selesailah kewajibannya untuk
menjaga keamanan.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 10
d. Perbuatan Hukum
Perbuatan hukum adalah “segala perbuatan manusia (subjek hukum) yang secara
sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan akibat hukum/hak dan
kewajiban”.
Perbuatan hukum terdiri dari:
1. Perbuatan hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak
saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, misalnya:
pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah (hibah);
2. Perbuatan hukum dua pihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal
balik / tegen-prestatie), misalnya: membuat persetujuan jual-beli, sewa menyewa.
Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum jika perbuatan itu oleh hukum
diberi akibat (mempunyai implikasi hukum) dan akibat itu dikehendaki oleh yang
bertindak. Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang melakukannya
atau salah satu dari yang melakukannya, perbuatan itu bukanlah suatu perbuatan hukum.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya kehendak dari yang melakukan
perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan hukum.

e. Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad)


Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum meskipun akibat itu
memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut, menurut hukum
(Pasal 1365 KUHPerdata) menimbulkan suatu perikatan untuk mengganti kerugian
yang diderita oleh pihak yang dirugikan.
Pasal 1365 KUHPerdata menegaskan bahwa:
“Tiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum (melanggar hukum),
yang merugikan orang lain, mewajibkan pihak yang melakukan itu
mengganti kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan”.
Dalam sejarah hukum, “onrechtmatige daad” telah diperluas pengertiannya menjadi :
“membuat sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan sesuatu) yang:
1) melanggar hak orang lain;
2) bertentangan dengan kewajiban hukum dari pihak yang melakukan perbuatan
itu;

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 11
3) bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan kemasyarakatan
mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain”.
Secara skematis, hubungan antara peristiwa hukum, perbuatan hukum dan perbuatan
melawan hukum dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1
Hubungan antara Peristiwa Hukum, Perbuatan Hukum
dan Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan Hukum
Bersegi satu
Perbuatan
Hukum Perbuatan Hukum
Bersegi Dua

Perbuatan Hukum
Perbuatan Bersegi Banyak
Subyek Hukum

Peristiwa
Hukum Perbuatan Zaakwaarneming
Yang bukan (1354 KUHPdt)
Perbuatan
Hukum Onrechtmatigedaad
(1365 KUHPdt)
Bukan Perbuatan Kelahiran
Subyek Hukum
Kematian Aquisitief

Kadaluarsa
Extinctief

1.4 Sumber, Asas, Pembidangan dan Sistem Hukum


1.4.1 Sumber-sumber Hukum
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa saja yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni
aturan-aturan yang bila dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum terdiri atas :
1. Sumber hukum material, dapat ditinjau dari pelbagai sudut, misalnya sudut
ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat and sebagainya.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 12
Contoh:
a. seorang ahli ekonomi akan mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan
ekonomi dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya hukum;
b. seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan mengatakan bahwa yang
menjadi sumber adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
2. Sumber hukum formal, yaitu:
a. Undang-undang
Syarat-syarat berlakunya suatu undang-undang:
“syarat mutlak untuk berlakunya suatu undang-undang adalah
diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh Menteri / Sekretaris
Negara”.
Tanggal mulai berlakunya suatu undang-undang adalah menurut tanggal
yang ditentukan dalam undang-undang itu sendiri. Jika tanggal berlakunya
itu tidak disebutkan dalam undang-undang, untuk Pulau Jawa dan Madura,
undang-undang itu mulai berlaku 30 hari sesudah diundangkan dalam LN,
sedangkan untuk daerah-daerah lainnya mulai berlaku 100 hari setelah
pengundangan dalam LN.
Sesudah syarat tersebut dipenuhi, maka berlakulah suatu fictie (teori fiksi)
dalam hukum. Maksudnya, setiap orang dianggap telah mengetahui adanya
suatu undang-undang. Hal ini berarti bahwa jika ada seseorang yang
melanggar UU tersebut, ia tidak diperkenankan membela atau membebaskan
diri dengan alasan tidak mengetahui adanya UU tersebut.
Suatu UU dikatakan tidak berlaku lagi jika:
1) Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh UU itu sudah lampau;
2) Keadaan atau hal yang diatur UU tersebut sudah tidak ada lagi;
3) UU tersebut dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat/ instansi
yang lebih tinggi;
4) Telah diadakan UU yang baru yang isinya bertentangan dengan UU yang
dulu berlaku;
b. Kebiasaan

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 13
Yaitu perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
yang sama sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu
dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum.
Namun perlu diingat bahwa kebiasaan tidaklah serta merta menimbulkan
hukum, hanya kalau undang-undang menunjuk pada kebiasaan untuk
diperlakukan.
c. Keputusan hakim (Yurisprudensi)
Yaitu keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar
keputusan oleh hakim kemudian mengenai perkara yang sama.
d. Traktat (Covenant)
Yaitu perjanjian yang dibuat antara 2 negara (bilateral) atau lebih
(multilateral).
e. Pendapat Ahli Hukum (Doktrin)
Ternyata masih banyak materi yang belum diatur oleh undang-undang dan
peraturan lainnya sehingga untuk menyelesaikan perkara-perkara yang
belum ada pengaturannya diperlukan pendapat para ahli mengenai perkara
tersebut sehingga doktrin dianggap juga sebagai sumber hukum.

1.4.2 Asas-asas dalam Ilmu Hukum


Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan
pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Peraturan
konkret (seperti undang-undang) tidak boleh bertentangan dengan asas hukum,
demikian pula dalam putusan hakim, pelaksanaan hukum, dan sistem hukum.
Apabila dalam sistem hukum terjadi pertentangan, asas hukum akan tampil
untuk mengatasi pertentangan tersebut. Misalnya, terjadi pertentangan antara satu
undang-undang dengan undang-undang lainnya, maka harus kembali melihat asas
hukum sebagai prinsip dasar yang mendasari suatu peraturan hukum berlaku secara
universal.
Berikut ini dikemukakan beberapa asas hukum yang sering digunakan dalam
teori hukum, sebagai berikut:
1. Nullum delictum noella poena sine praevia lege poenali (asas legalitas);

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 14
Artinya tidak ada suatu perbuatan yang dapat dihukum, sebelum didahului oleh
suatu peraturan.
2. Lex superior derogate lex inferiori;
Hukum yang tinggi lebih diutamakan pelaksanaannya daripada hukum yang
rendah. Misalnya, undang-undang lebih diutamakan daripada peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (Perpu) atau peraturan pemerintah (PP).
3. Lex specialist derogate lex general;
Hukum yang khusus lebih diutamakan daripada hukum yang umum. Artinya,
suatu ketentuan yang bersifat mengatur secara umum dapat dikesampingkan
oleh ketentuan yang lebih khusus mengatur hal yang sama.
4. Lex posteriori derogate lex priori;
Peraturan yang baru didahulukan daripada peraturan yang lama. Artinya,
undang-undang baru diutamakan pelaksanaannya daripada undang-undang lama
yang mengatur hal yang sama, apabila dalam undang-undang baru tersebut tidak
mengatur pencabutan undang-undang lama.
5. Ius curia novit;
Hakim dianggap mengetahui hukum. Artinya, hakim tidak boleh menolak
mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan tidak
ada hukumnya karena ia dianggap mengetahui hukum.
6. Presumption of innosense;
Seseorang tidak boleh disebut bersalah sebelum dibuktikan kesalahannya
melalui putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
7. Unus testis nullus testis;
Satu saksi bukanlah saksi. Artinya, keterangan saksi yang hanya satu orang
terhadap suatu kasus, tidak dapat dinilai sebagai saksi.
8. Audit et atteram partem;
Hakim haruslah mendengarkan para pihak secara seimbang sebelum
menjatuhkan putusan.
9. In dubio pro reo;
Apabila hakim ragu mengenai kesalahan terdakwa, hakim harus menjatuhkan
putusan yang menguntungkan bagi terdakwa.
10. The binding force of precedent atau staro decises et quieta nonmovere;

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 15
Putusan pengadilan (hakim) terdahulu, mengikat hakim-hakim lain pada
peristiwa yang sama (asas ini dianut pada negara-negara yang menganut sistem
hukum anglo sakson, seperti Amerika Serikat dan Inggris).

1.4.3 Pembidangan Hukum


Kepustakaan ilmu hukum menetapkan pembidangan atau pengklasifikasian
hukum, sebagai berikut:
1. Menurut sumbernya, hukum terbagi dalam:
a. Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan;
b. Hukum Kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terdapat dalam peraturan-peraturan
kebiasaan masyarakat (adat);
c. Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu
perjanjian antara negara, baik bilateral maupun multilateral;
d. Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim;
2. Menurut bentuknya, hukum terbagi dalam:
a. Hukum Tertulis, hukum semacam ini dapat pula merupakan:
1) Hukum tertulis yang dikodifikasikan
2) Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan
b. Hukum Tak Tertulis (hukum kebiasaan)
3. Menurut tempat berlakunya, hukum terbagi dalam:
a. Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam
dunia internasional
c. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain
d. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh Gereja
untuk para angota-anggotanya
4. Menurut waktu berlakunya, hukum terbagi dalam:
a. Ius Constitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu
b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 16
c. Hukum Asasi (Hukum Alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam
segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia . Hukum ini tak mengenal batas
waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapa pun di
seluruh tempat
5. Menurut cara mempertahankannya, hukum terbagi dalam:
a. Hukum Material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur
kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-
perintah dan larangan-larangan.
Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.
b. Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara), yaitu hukum yang memuat
peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material atau peraturan-peraturan yang mengatur
bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan
bagaimana cara-caranya hakim memberi putusan.
Contoh : Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata.
6. Menurut sifatnya, hukum terbagi dalam:
a. Hukum Yang Memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun harus
dan mempunyai paksaan mutlak
b. Hukum Yang Mengatur (Hukum Pelengkap), yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam suatu perjanjian
7. Menurut isinya, hukum terbagi dalam:
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan
antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada
kepentingan perseorangan (individu)
Contoh : Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.
b. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara Negara dengan
perseorangan (warga negara)
Contoh: Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana,
Hukum Internasional (Perdata Internasional dan Publik Internasional)

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 17
Tabel 2
Perbedaan Hukum Perdata dengan Hukum Pidana

PERBEDAAN HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA


a. Isi a. Mengatur hubungan hukum a. Mengatur hubungan hukum
antar individu dengan titik antara warga negara dengan
berat adanya kepentingan negara dengan titik berat adanya
individu kepentingan umum

b. Pelaksanaan b. Penegakkan hukumnya ter- b. Penegakkan hukum dilakukan


gantung kepada individu oleh Negara

c. Penafsiran c. Membolehkan untuk me- c. Hukum Pidana hanya mengenal


ngadakan berbagai inter- penafsiran otentik, yaitu dengan
pretasi terhadap undang- menafsirkan menurut arti kata
undang Hukum Perdata dalam undang-undang Pidana itu
sendiri

d. Pengadilan d. Hukum acara perdata d. Hukum acara pidana mengatur


mengatur cara-cara mengadili cara-cara mengadili perkara
perkara-perkara di muka pidana di muka pengadilan
pengadilan perdata oleh pidana oleh hakim-hakim pidana
hakim-hakim perdata

e. Pelaksanaan hukum e. Pada acara perdata inisiatif e. Pada acara pidana inisiatif
acara datang dari pihak yang datang dari penuntut umum
berkepentingan yang dirugi- (jaksa)
kan
f. Penuntutan f. Pada acara perdata, yang f. Dalam acara pidana, jaksa
menuntut si tergugat adalah menjadi penuntut terhadap si
pihak yang dirugikan. Peng- terdakwa. Jaksa mewakili negara
gugat berhadapan dengan berhadapan dengan si terdakwa
tergugat

g. Pembuktian g. Pada acara perdata sumpah g. Pada acara pidana hanya dikenal
merupakan alat pembuktian 4 alat bukti (kecuali sumpah)
(terdapat 5 alat bukti, yaitu:
tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan dan sumpah)

h. Penarikan kembali h. Pada acara perdata, sebelum h. Pada acara pidana, tidak dapat
perkara ada putusan hakim, pihak- ditarik kembali kecuali untuk
pihak yang bersangkutan delik tertentu (delik aduan)
boleh menarik kembali
perkaranya

i. Penetapan kedudukan i. Pada acara perdata, para i. Pada acara pidana, jaksa
para pihak pihak mempunyai kedudukan memiliki kedudukan lebih tinggi
yang sama, hakim hanya dari terdakwa, hakim pun
bertindak sebagai wasit dan bersifat aktif
bersifat pasif (menunggu)

j. Penetapan dasar putusan j. Pada acara perdata, putusan j. Pada acara pidana, putusan
hakim hakim itu cukup mendasarkan hakim harus mencari kebe-naran
diri pada kebenaran formal materiil (menurut keyakinan,
saja (akta tertulis, dll.) perasaan keadilan hakim sendiri)

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 18
k. Macam hukuman k. Pada acara perdata, tergugat k. Pada acara pidana, terdakwa
yang terbukti kesalahannya di yang terbukti kesalahannya dapat
hukum denda atau hukuman di pidana mati, penjara,
kurungan sebagai pengganti kurungan atau denda, dan
denda mungkin ditambah dengan
pidana tamabahan seperti:
dicabut hak-hak tertentu, dll.

l. Pengajuan pemeriksaan l. Bandingan perkara perdata l. Bandingan perkara pidana


tingkat banding dari PN ke PT disebut Appel disebut dengan Revisi

Untuk mempermudah penegakan hukum, dalam hukum positif Indonesia dikenal


juga istilah kodifikasi, yaitu:
“pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis
dan lengkap”.
Tujuan diadakannya kodifikasi adalah:
a. kepastian hukum;
b. penyederhanaan hukum;
c. kesatuan hukum.

1.4.4 Sistem Hukum


Sistem hukum menurut Sudikno Mertokusumo (2003:122) adalah kesatuan utuh
dari tatanan-tatanan atas bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling
berhubungan dan saling mengait secara erat. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan
hukum dalam satu kesatuan, diperlukan kesatuan sinergi antara unsur-unsur yang
terkandung di dalam sistem hukum, seperti peraturan, peradilan, pelaksanaan hukum,
dan partisipasi warga masyarakat. Sistem hukum bukan sekadar kumpulan peraturan
hukum, melainkan setiap peraturan itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, serta
tidak boleh terjadi konflik atau kontradiksi di dalamnya.
Untuk mengukuhkan pelaksanaan sistem hukum, maka harus ditunjang oleh
unsur-unsur yang mendukungnya. Laurance M. Friedman (dalam Marwan Mas,
2004:105) membagi unsur-unsur sistem hukum dalam tiga jenis, sebagai berikut:
a. Substansi hukum, yaitu hakikat dari isi yang dikandung dalam peraturan
perundang-undangan.
b. Struktur hukum, yaitu tingkatan atau susunan hukum, pelaksanaan hukum,
peradilan, lembaga-lembaga (pranata-pranata) hukum, dan pembuat hukum.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 19
c. Kultur hukum, merupakangambaran dari sikap dan perilaku terhadap hukum,
serta keseluruhan faktor-faktor yang menentukan bagaimana sistem hukum
memperoleh tempat yang sesuai dan dapat diterima oleh warga masyarakat
dalam kerangka budaya masyarakat.
Sistem hukum yang dianut oleh suatu negara senantiasa diikuti oleh sistem
peradilannya. Secara umum sistem hukum (termasuk sistem peradilan) yang ada di
dunia, terbagi atas dua jenis sebagai berikut:
a. Sistem hukum Common Law (Common LawSystem) yang dianut oleh negara-
negara Anglo Sakson, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, sebagian besar
negara-negara persemakmuran.
b. Sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law System) yang dianut oleh negara-
negara Eropa Daratan, seperti Belanda, Perancis, termasuk Indonesia.
Kedua sistem hukum tersebut memiliki persamaan dan perbedaan sebagai
berikut:
a. Persamaan
Kedua sistem hukum tersebut tetap mengenal adanya pemisahan kekuasaan dari
lembaga-lembaga negara, sebagaimana dimaksud dalam teori pemisahan kekuasaan.
Pemisahaan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan tersendiri di luar kekuasaan
eksekutif dan kekuasaan legislatif.
b. Perbedaan
1. Pada sistem peraturannya
a) Pada sistem hukum Common Law didominasi oleh hukum tidak tertulis (asas
stare decisis) atau hukum kebiasaan melalui putusan hakim, sedangkan pada
sistem hukum Civil Law didominasi oleh hukum tertulis (kodifikasi).
b) Pada Common Law tidak ada pemisahan yang tegas dan jelas antara hukum
publik dengan hukum privat, sedangkan pada Civil Law ada pemisahan secara
tegas dan jelas antara hukum publik dan hukum privat.
2. Pada sistem peradilannya
a) Pada sistem peradilan Common Law menggunakan juri yang memeriksa fakta
kasusnya kemudian menetapkan kesalahan dan hakim hanya menerapkan
hukum dan menjatuhkan putusan, sedangkan pada sistem Civil Law tidak
menggunakan juri sehingga tanggung jawab hakim adalah memeriksa fakta

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 20
kasus, menentukan kesalahan, serta menerapkan hukumnya sekaligus
menjatuhkan putusan.
b) Pada sistem Common Law hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya
dalam perkara sejenis melalui asas the binding force of precedent, sedangkan
pada sistem peradilan Civil Law hakim tidak terikat atau tidak wajib
mengikuti putusan hakim sebelumnya dalam perkara sejenis.
c) Pada sistem peradilan Common Law menganut pula asas adversary system,
yaitu pandangan bahwa di dalam pemeriksaan peradilan selalu ada pihak
yang saling bertentangan, baik dalam perkara perdata maupun perkara pidana,
sedangkan pada sistem peradilan Civil Law hanya dalam perkara perdata yang
melihat adanya dua pihak yang bertentangan (penggugat dan tergugat) dan
pada perkara pidana keberadaan terdakwa bukan sebagai pihak penentang.

1.5 Penemuan Hukum


Penemuan hukum merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan oleh
hakim untuk mengisi kekosongan hukum, atau menafsirkan suatu kaidah peraturan
perundang-undangan yang tidak atau kurang jelas. Semakin dinamisnya kehidupan
masyarakat yang menyebabkan kaidah hukum selalu tertinggal, sehingga hakim dituntut
menghidupkannya seiring dengan perubahan dan rasa keadilan masyarakat.

1.5.1 Dasar Hukum Penemuan Hukum di Indonesia


Secara umum, dasar penemuan hukum di Indonesia selain karena adanya asas
universal, juga tersirat dalam perundang-undangan sebagai berikut:
1. Asas curia novit, yaitu hakim dianggap mengetahui hukum, sehingga hakim
tidak boleh menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan
peraturannya kurang jelas atau tidak ada peraturannnya.
2. Pasal 28 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
mengatur bahwa “hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali,
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat”.
3. Menghindari terjadinya vacuum of power, yaitu untuk mengisi kekosongan
hukum ketika peraturan perundang-undangan tidak atau belum mengatur.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 21
1.5.2 Latar Belakang Penemuan Hukum
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi latar
belakang dilakukannya penemuan (pembentukkan) hukum:
1. Peraturannya tidak ada, tetapi esensi perkara sama atau mirip dengan suatu
peraturan lain yang dapat diterapkan pada perkara tersebut
2. Peraturannya sudah (memang) ada, tetapi kurang jelas sehingga hakim perlu
menafsirkan peraturan tersebut untuk diterapkan pada perkara yang ditangani
3. Peraturannya sudah ada, tetapi peraturan itu sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi dan kebutuhan warga masyarakat, sehingga hakim wajib
menyesuaikannya dengan perkara yang sedang ditangani.
Metode penemuan hukum (rechtsvinding) oleh hakim dapat dilakukan dalam
dua bentuk sebagai berikut:
1. Interpretasi hukum (penafsiran hukum)
Yaitu penafsiran perkataan dalam undang-undang, tetapi tetap berpegang pada kata-
kata/bunyi peraturannya. Metode ini digunakan apabila suatu peristiwa konkret tidak
secara jelas dan tegas dianut dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Jenis-jenis penafsiran hukum adalah sebagai berikut:
a. Penafsiran tata bahasa (gramatikal), yaitu cara penafsiran berdasarkan pada
bunyi ketentuan UU, dengan berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam
hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh UU;
b. Penafsiran otentik, adalah cara penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu
sebagaimana yang diberikan oleh pembentuk UU;
c. Penafsiran historis, yaitu :
1) Sejarah hukumnya, yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah
terjadinya hukum tersebut.
2) Sejarah terjadinya hukum dapat diselidiki dari memori penjelasan,
laporan-laporan perdebatan dalam DPR dan surat menyurat antara
Menteri dengan Komisi DPR yang bersangkutan.
3) Sejarah UU-nya, yang diselidiki maksud pembentuk UU pada waktu
membuat UU itu.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 22
d. Penafsiran sistematis (dogmatis), adalah penafsiran dengan cara menilik susunan
yang berhubungan dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam UU itu maupun
dengan UU yang lain;
e. Penafsiran restriktif, adalah penafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti
kata-kata dalam peraturan itu;
2. Konstruksi hukum
Yaitu penalaran logis untuk mengembangkan suatu ketentuan dalam undang-undang
yang tidak lagi berpegang pada kata-katanya, tetapi tetap harus memperhatikan
hukum sebagai suatu sistem.
Jenis-jenis konstruksi hukum adalah sebagai berikut:
a. Analogi, yaitu penemuan hukum yang mencari esensi dari suatu peristiwa
khusus ke peraturan yang bersifat umum. Inti dari penemuan hukum ini adalah
mempersamakan dengan cara memperluas makna atau eksistensi suatu ketentuan
undang-undang yang khusus menjadi ketentuan umum, dan tidak lagi berpegang
pada bunyi ketentuannya, tetapi tetap menyatu dalam sistem hukum.
b. Argumentum a’Contrario, yaitu penalaran terhadap suatu ketentuan undang-
undang pada peristiwa hukum tertentu, sehingga secara a’contrario ketentuan
tersebut tidak boleh diberlakukan pada hal-hal lain atau kebalikannya.

1.6 Susunan dan Kekuasaan Peradilan di Indonesia


Pada umumnya teknik penyelesaian sengketa yang terjadi di masyarakat dapat
diselesaikan melalui dua cara, yaitu:
1. Penyelesaian secara litigasi; dilakukan melalui pengadilan
2. Penyelesaian secara non-litigasi; dilakukan di luar pengadilan.

1.6.1 Penyelesaian Sengketa secara Litigasi


Penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan artinya masyarakat (para
pihak) harus mengikuti prosedur (hukum acara) yang berlaku bagi masing-masing
lembaga peradilan menurut jenis permasalahnnya. Lembaga peradilan yang ada di
Indonesia, menurut ketentuan Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman terdiri dari:

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 23
a. Peradilan Umum
b. Peradilan Agama
c. Peradilan Militer
d. Peradilan Tata Usaha Negara
Untuk mempermudah mempelajari lembaga peradilan yang ada di Indonesia, dapat pula
dilihat pada skema berikut ini:

Bagan 3
Susunan Lembaga Peradilan di Indonesia

LEMBAGA PERADILAN

PERADILAN SIPIL PERADILAN MILITER

PERADILAN UMUM PERADILAN KHUSUS • PENGADILAN TENTARA

• PENGADILAN TINGGI TENTARA


• PENGADILAN NEGERI • PENGADILAN AGAMA
• MAHKAMAH AGUNG TENTARA
• PENGADILAN TINGGI • PENGADILAN ADAT

• MAHKAMAH AGUNG • PENGADILAN TATA USAHA


NEGARA

• PENGADILAN NIAGA

• PENGADILAN TIPIKOR

• PENGADILAN HAM, DLL.

1) Pengadilan Negeri (PN)


Adalah suatu pengadilan (yang umum) sehari-hari yang memeriksa dan memutuskan
perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan perkara pidana sipil
untuk semua golongan penduduk (warga negara dan orang asing).
Pemeriksaan pada PN meliputi pemeriksaan tentang pokok perkara secara detail.
2) Pengadilan Tinggi (PT)

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 24
Adalah pengadilan banding yang mengadili lagi pada tingkat kedua (tingkat banding)
sesuatu perkara perdata/pidana, yang telah diadili atau diputuskan oleh Pengadilan
Negeri pada tingkat pertama.
Pemeriksaan yang dilakukan PT hanya atas dasar pemeriksaan berkas perkara saja
kecuali bila PT merasa perlu untuk mendengarkan langsung para pihak yang
berperkara.
Tidak semua perkara yang telah diputuskan oleh PN dapat diminta banding, semisal:
perkara-perkara pajak, atau putusan PN tentang keberatan yang diajukan oleh pelaku
usaha akibat adanya penetapan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan
sebagainya.
Adapun kekuasaan PT adalah:
a) Memutuskan dalam tingkat pertama dan terakhir sengketa wewenang mengadili
antara Pengadilan Negeri yang berada di dalam wilayah hukumnya;
b) Memberi bimbingan kepada Pengadilan-pengadilan Negeri yang berada di
dalam wilayah hukumnya;
c) Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan yang berada di dalam
wilayah hukumnya dan menjaga supaya peradilan itu diselenggarakan dengan
seksama dan sewjarnya;
d) Mengawasi dengan teliti perbuatan hakim PN yang berada di dalam wilayah
hukumnya;
e) Untuk kepentingan negara dan keadilan, PT dapat memberi peringatan, teguran
dan petunujuk yang dipandang perlu kepada PN yang berada di dalam wilayah
hukumnya;
f) Berwenang untuk memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara dan surat-
surat untuk dan memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan para hakim.
3) Mahkamah Agung (MA)
Yaitu badan pengadilan yang tertinggi di Indonesia, yang berkedudukan di ibu kota
RI, atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Presiden.
Daerah hukumnya meliputi seluruh Indonesia dan kewajibannya terutama adalah
melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-tindakan segala pengadilan lainnya di
seluruh Indonesia, dan menjaga (menjamin) agar hukum dilaksanakan dengan
sepatutnya.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 25
MA terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, beberapa orang Ketua, dan
beberapa Hakim Anggota, dibantu oleh seorang panitera dan beberapa orang panitera
pengganti.

Hakim MA diangkat oleh Presiden atas usul DPR melalui Ketua MA dan Menteri
Kehakiman. Hakim MA hanya ditangkap, ditahan, dituntut, digeledah, dan disita
barangnya atas perintah Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan dari Presiden.
MA walaupun mempunyai sejumlah Hakim Agung (7 orang) tetapi mengadili dan
mengambil keputusan dengan hanya 3 orang hakim saja.

Adapun tugas MA adalah:


a) Memutuskan dalam pemeriksaan pertama dan tingkat tertinggi perselisihan-
perselisihan yurisdiksi antara:
(1) Pengadilan-pengadilan Negeri yang tidak terletak dalam daerah hukum PT
yang sama;
(2) Pengadilan-pengadilan Tinggi sesamanya;
(3) PT dan PN yang terlatak di daerah hukumnya;
(4) Pengadilan Sipil dan Pengadilan Militer (perselisihan yurisdiksi antara MA
dan PT diputuskan oleh Presiden).
b) Mengkasasikan (memberi kasasi/membatalkan) atas keputusan hakim yang lebih
rendah.
Meminta kasasi dapat diajukan:
(1) Apabila peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada
pelaksanaannya;
(2) Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan peradilan yang harus diturut
menurut undang-undang;
c) Memberi keputusan dalam tingkat banding atau keputusan-keputusan wasit;
(Pengadilan Wasit (Arbiter) adalah peradilan swasta yang terdapat dalam dunia
perdagangan dan yang diakui oleh pemerintah).
d) Mengadakan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan;
e) Mengadakan pengawasan tertinggi atas para pengacara dan para notaris;

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 26
f) MA memberi keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang soal-soal yang
berhubungan dengan hukum, apabila hal itu diminta oleh Pemerintah.
4) Pengadilan Militer
Adapun tugas Pengadilan Militer adalah mengadili, hanya dalam lapangan pidana,
mereka yang pada saat melakukan tindak pidana itu adalah:
a) Anggota ABRI;
b) Seorang yang pada waktu itu adalah orang yang dengan UU atau dengan
peraturan pemerintah ditetapkan sama dengan anggota ABRI;
c) Seorang yang pada waktu itu adalah anggota suatu golongan atau jawatan yang
dipersamakan atau dianggap sebagai anggota ABRI atas dasar UU;
d) Tidak termasuk dalam kategori 1 s.d 3, tetapi menurut Keputusan Menteri
Hankam yang ditetapkan dengan persetujuan Menteri Kehakiman diadili oleh
Pengadilan Militer;

1.6.2 Penyelesaian Sengketa secara Nonlitigasi


Penyelesaian sengketa di luar lembaga peradilan banyak diminati oleh
masyarakat pencari keadilan dengan alasan prosedurnya sederhana, cepat dan berbiaya
murah. Apalagi setelah diundangkannya UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, penyelesaian sengketa secara nonlitigasi menjadi
alternatif penyelesaian sengketa yang banyak dipilih oleh masyarakat terutama
masyarakat kalangan bisnis.
Beberapa model alternatif penyelesaian sengketa tersebut adalah:
a. Arbitrase;
Merupakan cara penyelesaian sengketa perdata swasta di luar pengadilan umum yang
didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa, dimana pihak penyelesai sengketa tersebut dipilih oleh para pihak yang
bersangkutan, yang terdiri dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan
perkara yang bersangkutan, orang-orang yang mana akan memeriksa dan memberi
putusan terhadap sengketa tersebut.
b. Mediasi;
Merupakan suatu proses penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan
masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak (mediator) yang akan

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 27
bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam
menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak.
c. Konsiliasi;
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yaitu merupakan suatu proses penyelesaian
sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang
netral dan tidak memihak (konsiliator) yang akan bekerja dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa
tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Karena antara mediasi dengan
konsiliasi banyak memiliki persamaan, dalam praktik kedua istilah tersebut sering
dicampuradukkan.

Sebenarnya yang membedakan antara mediasi dengan konsiliasi adalah adanya


kewenangan dari mediasi untuk juga mengusulkan penyelesaian sengketa, yang tidak
dimiliki oleh seorang konsiliator.

Namun demikian, sama seperti mediasi, dalam proses konsiliasi juga tidak dimiliki
kewenangan memberikan putusan terhadap sengketa yang dihadapi. Hal inilah yang
membedakannya dengan arbitrase, yang sebaliknya memiliki kewenangan
memberikan putusan terhadap sebuah sengketa yang mengikat kedua belah pihak
yang bersengketa.
d. Negosiasi;
Adalah suatu proses tawar-menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu
kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi di antara para pihak.
Negosiasi dilakukan jika:
1. Telah ada sengketa antara para pihak
2. Belum ada sengketa karena masalahnya belum pernah dibicarakan.
e. Mini Trial;
Merupakan sistem pengadilan swasta untuk menyelesaikan, memeriksa dan
memutuskan terhadap kasus-kasus perusahaan, yang dilakukan oleh orang yang
disebut “manajer” yang diberi wewenang untuk menegosiasikan suatu settlement di
antara para pihak yang bersengketa.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 28
f. Pencari Fakta (Fact Finding);
Merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seorang atau tim pencari fakta, baik
merupakan pihak yang independent atau hanya sepihak, untuk melakukan proses
pencarian fakta terhadap sesuatu masalah, yang akan menghasilkan suatu
rekomendasi yang tidak mengikat.

Tugas dari pihak pencari fakta adalah sebagai berikut:


1. Mengumpulkan fakta,
2. Memverifikasi fakta,
3. Menginterpretasi fakta,
4. Melakukan wawancara,
5. Melakukan dengar pendapat (hearing)
6. Menarik kesimpulan tertentu,
7. Memberikan rekomendasi,
8. Mempublikasi (bila diperlukan)
g. Ombudsman;
Merupakan seorang pejabat publik yang independent yang diangkat (biasanya oleh
parlemen) untuk melakukan kritik, investigasi, dan publikasi terhadap kegiatan
administrasi pemerintah, tetapi bukan untuk membatalkan atau menyatakan batal
terhadap kegiatan tersebut.
h. Penilaian Ahli
Terhadap kasus-kasus yang rumit dan memerlukan tenaga ahli untuk menelaahnya,
maka dapat saja para pihak menunjuk seorang atau lebih ahli yang ilmunya relevan
dengan bidang yang dipersengketakan, dan kewenangan dari ahli tersebut hanya
sampai batas memberikan pendapat saja.

1.7 Rangkuman
1. Pengertian hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah hukum tidak saja
meliputi keseluruhan kaidah dan norma-norma yang mengatur pergaulan hidup
manusia tetapi juga meliputi proses-proses dan lembaga-lembaga yang berupaya
mewujudkannya dalam kenyataan.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 29
2. Tujuan pembentukan hukum adalah menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat, mencegah orang untuk tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, dan
menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga masyarakat.
3. Untuk memahami konsep hukum secara keseluruhan, ada beberapa pengertian dasar
dalam ilmu hukum yang harus dipahami yaitu; subjek hukum, objek hukum, hak
dan kewajiban, peristiwa hukum, perbuatan hukum, perbuatan melawan hukum.
4. Sumber hukum terbagi dalam sumber hukum material dan sumber hukum formal.
Sumber hukum formal terdiri dari undang-undang, kebiasaan, yurisprudensi, traktat,
dan doktrin.
5. Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada
umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Peraturan
konkret (seperti undang-undang) tidak boleh bertentangan dengan asas hukum,
demikian pula dalam putusan hakim, pelaksanaan hukum, dan sistem hukum.
6. Kepustakaan ilmu hukum menetapkan pembidangan atau pengklasifikasian hukum,
menjadi; menurut sumbernya, bentuknya, tempat berlakunya, waktu berlakunya,
cara mempertahankannya, sifatnya, isinya.
7. Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan atas bagian-bagian atau
unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mengait secara erat.
Sistem hukum terbagi atas dua jenis yaitu; sistem hukum Common Law dan sistem
hukum EropaKontinental.
8. Penemuan hukum merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan oleh hakim
untuk mengisi kekosongan hukum, atau menafsirkan suatu kaidah peraturan
perundang-undangan yang tidak jelas. Metode penemuan hukum oleh hakim dapat
dilakukan dalam bentuk; penafsiran hukum dan konstruksi hukum.
9. Teknik penyelesaian sengketa yang terjadi di masyarakat dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu; secara litigasi dan non-litigasi.
10. Lembaga peradilan yang ada di Indonesia, menurut ketentuan Pasal 10 UU No. 4
Tahun 2004 terdiri dari; peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,
peradilan tata usaha negara.

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 30
1.8 Latihan/Soal
1. Jelaskan pengertian hukum menurut yang Anda pahami!
2. Jelaskan tujuan adanya hukum!
3. Jelaskan pengertian-pengertian dasar seperti subjek hukum, objek hukum dan
peristiwa hukum!
4. Jelaskan perbedaan sistem hukum common law dan civil law!
5. Sebutkan perbedaan hukum perdata dan hukum pidana!
6. Sebutkan beberapa asas hukum yang berlaku pada hukum positif di Indonesia!
7. Jelaskan latar belakang adanya penemuan hukum dan sebutkan bentuk-bentuk
penemuan hukum yang dapat dilakukan oleh hakim!
8. Jelaskan susunan lembaga peradilan di Indonesia!

Hukum Bisnis
Untuk Administrasi Bisnis 31

Anda mungkin juga menyukai