Anda di halaman 1dari 18

Nama: Amilia Rizqi Nur Rosyidah

NIM: 02040421022

Tugas UTS Legal Drafting

1. Berikan penjelasan kalian terkait pendefinisian hukum.


Menurut Plato, pengertian hukum adalah seperangkat peraturan-peraturan yang
tersusun dengan baik dan teratur dimana sifatnya mengikat, baik terhadap hakim maupun
masyarakat. Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, pengertian hukum adalah
semua kaidah dan asas yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dimana
tujuannya untuk memelihara ketertiban yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga dan
proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.
Menurut E. Utrecth hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu.1
Maka artinya, hukum merupakan sederetan aturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang sifatnya memaksa bagi semua orang yang bertujuan untuk menciptakan
kehidupan yang beraturan dan tertib yang di dalamnya juga terdapat sanksi bagi yang
tidak mematuhi aturan tersebut. Hukum sendiri hadir ditengah-tengah kehidupan sosial
masyarakat yang membutuhkan suatu norma supaya kehidupan bisa berjalan dengan
tertib dan teratur. Hukum juga biasanya disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang
hidup di wilayahnya tersendiri yang artinya tiap wilayah memiliki aturan yang berbeda-
beda.

2. Jabarkan secara singkat sejarah perkembangan pemikiran tentang pembentukan peraturan


Perundang-undangan.

Pada awal kemerdekaan undang-undang dibentuk lebih bertujukan supaya tidak


terjadi kekosongan hukum di dalam negara yang pada saat itu usianya masih sangat
muda. Namun seiring berjalannya waktu undang-undang tidak bisa kita anggap sebagai

1
Dr. Fence M. Wantu, Pengantar Ilmu Hukum
suatu hal untuk mengisi kekosongan hukum saja, melainkan kita juga perlu
memperhatikan sisi-sisi lain terhadap pengaruh dari ditetapkannya undang-undang dalam
sebuah negara karena undang-undang sendiri sifatnya memaksa, memaksa siapapun
untuk mematuhinya.

Menurut Burkhardt Krems, dalam ilmu pengetahuan perundang-undangan bukan


merupakan monodisipliner mengenai ilmu hukum semata, namun merupakan ilmu yang
bersifat interdisipliner yang artinya melibatkan cabang ilmu yang lain yaitu ilmu
sosiologi dan ilmu politik. Ilmu sosiologi menjadi hal yang penting tentunya terhadap
bagaimana suatu undang-undang yang akan dirancang tersebut harus sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat yang ada supaya dapat diterima dengan mudah. Selain
itu, ilmy politik juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya dalam perancangan suatu
undang-undang karena ilmu politik memberikan sumbangsih seperti aspirasi dan
kepentingan suatu kelompok yang berkenaan dengan materi yang akan diperjuangkan
dalam pembentukan undang-undang tersebut.2

3. Jelaskan apa itu seni Perundang-undangan.


Seni merupakan suatu hal yang melakukan kreasi dari berbagai macam hal dalam
perundang-undangan seperti dilakukannya kodifikasi dan modifikasi terhadap perundang-
undangan. Kodifikasi menjadikan peraturan-peraturan dalam suatu bidang tertentu yang
terhimpun dalam suatu kitab secara terstruktur sehingga mudah ditemukan yang mana
Bentuk hukumnya diperbaharui namun isinya diambilkan dari hukum yang sudah ada
atau yang masih berlaku. Kodifikasi ini berkembang terlebih dahulu di wilayah Eropa
Kontinental yang memang saat itu sedang berkembang teori hukum positif (legisme)
yang lebih mengutamakan hukum bentukan pemerintah. Negara yang menerapkan sistem
ini adalah Perancis, Jerman, dan Belanda. 3
Artinya kodifikasi bukanlah merubah suatu hukum namun mengembangkan
hukum yang sudah ada yang disusun secara sistematis dan kemudian juga bisa
dilakukannya modifikasi terhadap hukum karena yang seiring berjalannya waktu zaman
2
Muhammad Fadli, Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat
3
Sony Maulana Sikumbang, Fitriani Ahlan Sjarif, M. Yahdi Salampessy, Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang-
Undangan, Hlm 1.17
terus maju maka kehidupan sosial juga pasti akan maju dan tentunya hukum juga harus
bisa mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan kehidupan masyarakat sesuai
zamannya karena hukum tidak bisa jika hanya terpaku dalam satu waktu saja karena hal
tersebut menyebabkan ketidak selarasan antara kehidupan sosial dan hukumnya.
Menurut Pound, Modifikasi lebih fleksibel dan lebih visioner jika dibandingkan
dengan kodifikasi. Selain itu, modifikasi tidak membutuhkan waktu yang lama karena
tidak harus menunggu norma tersebut mengendap terlebih dahulu di dalam kesadaran
masyarakat. Oleh karenanya, modifikasi meletakkan hukum di depan masyarakat.
Situasi-situasi yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya yang bersifat darurat, lebih
banyak diselesaikan dengan norma hukum yang dibentuk secara modifikasi karena
memang tujuannya adalah menjadi respon.

4. Jelaskan ilmu Perundang-undangan dalam arti luas dan sempit.

Dalam arti sempit ilmu perundang-undangan merupakan ilmu interdisipliner yang


mempelajari tentang pembentukan peraturan negara. Sedangkan dalam arti luas Ilmu
Perundang-undangan adalah ilmu yang berkembang di negara-negara yang menganut
sistem hukum civil law, terutama di Jerman sebagai negara yang pertama kali
mengembangkan. Secara konsepsional Ilmu Perundang-undangan menurut Burkhardt
Krems adalah ilmu pengetahuan yang interdisipliner tentang pembentukan hukum negara
Lebih lanjut Burkhardt Krems membagi Ilmu Perundang-undangan dalam tiga wilayah:4

1. Proses Perundang-undangan;
2. Metode Perundang-undangan; dan
3. Teknik Perundang-undangan.

Adapun yang dimaksud dengan peraturan negara adalah peraturan-peraturan


tertulis yang diterbitkan oleh instansi resmi baik dalam pengertian lembaga atau Pejabat
tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan peraturan perundangan adalah peraturan
mengenai tata cara pembuatan peraturan negara. Menurut Bagir manan definisi
Perundang-undangan sebagai berikut:

4
Sony Maulana Sikumbang, Fitriani Ahlan Sjarif, M. Yahdi Salampessy, Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang-
Undangan, Hlm 1.1
1) Peraturan Perundang-undangan merupakan keputusan tertulis yang
dikeluarkan Pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang, berisi aturan
tingkah laku yang bersifat mengikat umum.
2) Merupakan aturan-aturan tingkah laku yang berisi ketentuan-ketentuan
mengenai hak, kewajiban, fungsi, status, atau suatu tatanan.
3) Merupakan peraturan yang mempunyai ciri-ciri umum-abstrak atau abstrak-
umum, artinya tidak mengatur atau tidak ditujukan pada objek, peristiwa atau
gejala konkret tertentu.

5. Jelaskan aspek politik Perundang-undangan.

Aspek politik perundang-undangan berangkat dr beberapa hal yang diantaranya


ialah ekonomi, sosial, lingkungan, budaya, dan kepentingan yang mana beberapa hal
tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.5

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Perundang-undangan sebagai sumber hukum serta
sebutkan dan jelaskan pula tata urutannya.

Perundang-undangan merupakan serangkaian aturan sebagai sumber hukum yang


pada umumnya digunakan dalam negara yang menganut sistem hukum Eropa kontinental
atau civil law. Perundang-undangan dijadikan sebagai sumber hukum utama dalam
sebuah negara yang menganut negara hukum dan berbentuk dalam dokumen tertulis yang
mana termasuk dalam menangani perkara. Undang-undang digunakan sebagai sumber
utama yang menjadi rujukan dalam menangani sebuah perkara, namun jika dirasa
undang-undang masih tidak memadai atau relevan barulah Hakim boleh memilih sumber
hukum lain seperti sumber hukum adat maupun yurisprudensi. Urutan perundang-
undangan di Indonesia menurut UU No. 12 Tahun 2011 mengatur bahwa jenis dan
hierarki peraturan perundang-undangan meliputi:6

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

5
Prof. Dr. Moh. Mahfud Md, Politik Hukum Di Indonesia, Hlm 4.
6
Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

7. Jelaskan apa yang dimaksud tentang konsep Norma Hukum.


Norma hukum merupakan suatu hal yang muncul karena kaidah eksternal berupa
norma kesopanan ternyata belum cukup untuk mengatur masyarakat. Hal ini disebabkan
karena norma kesopanan tidak memiliki kaidah yang tegas dan memaksa. Pelanggar
norma kesopanan hanya dikenai sanksi sosial seperti dicemooh dan dikucilkan dari
masyarakat. Menurut Jimmly Asshiddiqie, norma atau kaidah merupakan pelembagaan
nilai-nilai baik dan buruk dalam bentuk tata aturan yang berisi kebolehan, anjuran atau
perintah. Baik anjuran maupun perintah dapat berisi kaidah yang bersifat positif atau
negatif mencakup norma anjuran untuk mengerjakan atau anjuran untuk tidak
mengerjakan sesuatu, dan norma perintah untuk melakukan atau perintah untuk tidak
melakukan sesuatu.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa norma hukum
diperlukan karena:7
1) Tidak semua kepentingan atau tata tertib telah dilindungi atau diatur oleh
norma kesopanan serta norma internal berupa norma keagamaan dan norma
kesusilaan.
2) Sanksi-sanksi pelanggaran terhadap norma internal bersifat psikis, sangat
abstrak, sedangkan sanksi terhadap pelanggaran norma hukum bersifat fisik
dan nyata (konkret).
3) Sifat memaksanya sangat jelas dan dapat dipaksakan oleh alat negara
(pemerintah), sedangkan norma etika tidak dapat dipaksakan oleh pemerintah
karena penerapannya didasari atas dorongan dari dalam diri pribadi manusia.

Adanya norma hukum tentunya pasti menghasilkan sebuah perbedaan dari yang
mana sebelumnya normal hanya norma saja dan kemudian norma terbentuk menjadi
hukum karena pada dasarnya ketika norma hanya norma saja maka memang ia akan
7
Jimmly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Rajawali Pers, Jakarta 2011, Hlm 1.
terlaksana mungkin bisa secara turun-temurun jikalau hal tersebut kita perkenalkan pada
generasi generasi penerus kita namun konsekuensi dari hal tersebut ialah menjadikan
tidak semua orang akan mematuhi norma kesopanan tersebut bahkan bisa cenderung
hilang seiring berjalannya waktu karena tidak adanya kodifikasi terhadap suatu norma
dalam kehidupan sedangkan jika normal dikodifikasi ke dalam bentuk hukum maka akan
timbul konsekuensi yang bersifat memaksa karena hukum pada dasarnya bersifat
memaksa yang menghasilkan peluang ditaatinya lebih besar karena ketika normal
dibukukan menjadi hukum tertulis maka akan lebih ditaati oleh eh masyarakat karena
dalam hukum tertulis juga terdapat sanksi sedangkan dalam norma hanya ada norma saja
tanpa ada konsekuensi seperti sanksi dan lainnya.

8. Jelaskan dan sebutkan jenis dan sifat dari Norma Hukum.

Norma hukum terdiri dari dua yaitu norma hukum tertulis dan norma hukum tidak
tertulis. Norma hukum tertulis berupa perundang-undangan, yurisprudensi, dan aturan-
aturan yang kodifikasi dalam bentuk dokumen sedangkan norma hukum tidak tertulis
ialah berupa hukum rakyat, hukum adat, norma-norma lainnya yang hidup dalam
masyarakat seperti norma kesusilaan norma kesopanan dan norma agama dan lain-lain.

Menurut Hans Kelsen, norma itu berjenjang berlapis-lapis dalam suatu susunan
hierarki. Pengertiannya, norma hukum yang dibawah berlaku dan bersumber, dan
berdasar dari norm yang lebih tinggi, dan norma lebih tinggi juga bersumber dan berdasar
dari norma yang lebih tinggi lagi begitu seterusnya sampai berhenti pada suatu norma
tertinggi yang disebut sebagai Norma Dasar (Grundnorm) dan masih menurut Hans
Kelsen termasuk dalam sistem norma yang dinamis. Oleh sebab itu, hukum selalu
dibentuk dan dihapus oleh Lembaga-lembaga otoritas-otoritasnya yang berwenang
membentuknya, berdasarkan norma yang lebih tinggi, sehingga norma yang lebih rendah
(Inferior ) dapat dibentuk berdasarkan norma yang lebih tinggi (superior), pada akhirnya
hukum menjadi berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis membentuk suatu Hierarki.

Hubungan antara norma yang mengatur pembentukan norma lain dengan norma
yang lain lagi dapat digambarkan sebagai hubungan antara “Superordinasi” dan
“Subordinasi” yang special menurutnya yaitu:
a) Norma yang menentukan pembentukan norma lain adalah norma yang lebih
tinggi;
b) Sedangkan norma yang dibentuk menurut peraturan ini adalah norma yang
lebih rendah.
c) Tatanan hukum, terutama tatanan hukum yang dipersonifikasikan dalam
bentuk Negara, bukanlah sistem norma yang satu sama lain hanya
dikoordinasikan yang berdiri sejajar atau sederajat, melainkan suatu tatanan
urutan norma-norma dari tingkatan-tingkatan yang berbeda.

Di dalam sistem hukum Negara Republik indonesia, Pancasila merupakan Norma


Fundmental Negara yang merupakan norma hukum yang tertinggi, yang kemudian
berturut-turut diikuti batang tubuh Undang-Undang Republik Indonesia, Ketetapan
Majellis Pemusyawarata Rakyat (TAP MPR), serta hukum dasar tidak tertulis atau
disebut dengan Konvensi Ketata negaraan sebagai aturan dasar negara atau aturan pokok
negara, Undang-Undang dan Perpu, serta peraturan pelaksana dan peraturan otonom yang
dimulai dari peraturan pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah provinsi dan
Peraturan Daerah kabupaten/Kota.8

9. Jelaskan teori tentang penjenjangan peraturan Perundang-undangan.

Teori perjenjangan yang digunakan di Indonesia merupakan Teori stufenbau


(stufenbau des rechts theorie) atau teori hierarki norma hukum dari Hans Kelsen,
diilhami oleh muridnya yang bernama Adolf Merkl yang mengemukakan bahwa suatu
norma hukum itu selalu mempunyai dua wajah. Menurut Adolf Merkl bahwa suatu
norma hukum itu ke atas, ia bersumber dan berdasar pada norma yang di atasnya, tetapi
ke bawah ia juga menjadi dasar dan menjadi sumber bagi norma hukum di bawahnya,
sehingga suatu norma hukum itu mempunyai masa berlaku (rechtskraht) yang relatif, oleh
karena masa berlakunya suatu norma .hukum itu tergantung pada norma hukum yang
berada di atasnya sehingga apabila norma hukum yang berada di atasnya dicabut atau
dihapus, maka norma-norma hukum yang berada di bawahnya tercabut atau terhapus.9

10. Jelaskan tentang :


8
Arga Baskara, Hukum Sebagai Sistem Norma
9
Aziz Syamsuddi, Proses Dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Cetakan Pertama, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), Hlm 14-15.
a) Filosofi pragmatism
b) Filosofi positivism
c) Filosofi pragmatisme positivisme
Serta jelaskan perbedaan dari ke 3 filosofi perancangan Perundang-undangan di atas.
Pragmatisme merupakan suatu aliran yang melihat suatu hal berdasarkan tingkat
kegunaannya atau manfaat yg mana aliran ini mirip dengan aliran realisme sedangkan
Positivisme merupakan aliran yang berpandangan pada hukum positif dan menolak ajaran
lainnya. Pragmatisme positivisme merupakan hubungan kausalitas antara pragmatisme
dan positivisme Bagaimana peraturan perundang-undangan yang diciptakan tidak hanya
berupa norma saja melainkan juga perlu bisa menyesuaikan dengan realita yang ada
dalam masyarakat.
Tentunya ketiga pandangan tersebut merupakan hal yang berbeda karena dalam
pandangan pragmatis suatu kebenaran hanya dinilai berdasarkan bagaimana manfaatnya
yang telah terbuktikan dalam realitas sosial sedangkan dalam pandangan positivisme
ialah menganggap kebenaran hanya berdasarkan suatu aturan atau suatu hal yang tertulis.
Sedangkan pragmatisme positivisme merupakan gabungan dari keduanya yang mana
artinya dalam sebuah perundang-undangan tidak semata-mata hanya memuat mengenai
norma saja namun juga perlu dipertimbangkan bagaimana kegunaannya dan
kesesuaiannya terhadap realita yang terjadi dalam kehidupan sosial
10

11. Jelaskan tentang :


a) Landasan pemikiran filosofis
b) Landasan pemikiran sosiologis
c) Landasan pemikiran yuridis
d) Landasan pemikiran politis

Serta jelaskan perbedaan dari ke 4 landasan pemikiran perancangan Perundang-undangan


di atas.

Landasan filosofis adalah suatu pandangan yang yang hadir yang bertujuan untuk
memberikan pertimbangan pandangan hidup pandangan hidup yang sesuai dengan
kesadaran dan cita-cita hukum yang sesuai dengan Pancasila dan undang-undang dasar
10
Martha Yunandaa, Aliran Filsafat Positivisme, Pragmatisme Dan Fenomenologi
1945. Landasan sosiologis merupakan pandangan yang melihat kepada bagaimana suatu
aturan dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat dan melihat fakta fakta empiris
terhadap permasalahan dan kebutuhan yang sedang dihadapi oleh negara. Landasan
yuridis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut
guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat serta Landasan politis
merupakan garis kebijakan politik yang digunakan sebagai dasar penentuan pembentukan
perundang-undangan selanjutnya. Landasan di atas memiliki objek yang berbeda-beda
yang mana dalam landasan filosofis lebih objek kan kepada batiniah, sosiologis terhadap
kehidupan social, yuridis terhadap norma-norma yang telah ada dan politis terhadap
kepentingan yang ada, yang telah ada dan yang selanjutnya.11

12. Sebutkan dan jelaskan teori lingkungan kuasa berlakunya hukum.

Menurut Hans Kelsen, terdapat empat macam lingkungan keberlakuan hukum, yaitu:

1. Lingkungan keberlakuan menurut waktu (Sphere of time)


2. Lingkungan keberlakuan menurut ruang (Sphere of space)
3. Lingkungan keberlakuan menurut orang (Personal sphere)
4. Lingkungan keberlakuan menurut soal (Material sphere)

Hingga saat ini, di dunia belum terdapat suatu aturan yang berlaku secara
universal dan tidak berkesudahan masa berlakunya. Setiap aturan-aturan hukum yang
berlaku di dunia memiliki keterbatasan mengenai keberlakuannya, mengakibatkan
beragamnnya aturan hukum yang tercipta di berbagai belahan dunia. Dalam kesempatan
ini, akan dibahas mengenai bagaimana keberlakuan hukum dapat terjadi, apa-apa saja
yang membatasi keberlakuan hukum ini.

1. Keberlakuan Hukum Menurut Waktu (Sphere of time)

Setiap aturan hukum hanya berlaku untuk suatu masa tertentu saja, dengan kata
lain tidak ada aturan yang abadi. Salah satu keterbatasan hukum mengenai keberlakuan
adalah soal waktu, suatu peraturan perundang-undangan terdapat waktu masa berlakunya,
11
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo Persada, Jakarta 2009, Hlm.13
undang-undang tersebut tidak berlaku sebelum undang-undang dibuat, ataupun setelah
undang-undang dicabut atau digantikan. Sehingga suatu aturan hukum keberlakuannya
dibatasi oleh waktu tertentu.

Misalnya dalam hukum pidana dikenal asas legalitas (pasal 1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana), yang mana suatu perbuatan tidak dapat dipidana jika tidak
diatur sebelumnya dalam peraturan perundang-undangan.

2. Keberlakuan Hukum Menurut Ruang (Sphere of space)

Keberlakuan hukum menurut ruang identik dengan tempat atau wilayah


keberlakuan hukum itu sendiri. Berlakunya hukum dibatasi dalam wilayah tertentu saja
dan tidak berlaku di tempat yang lain. Misalnya Peraturan Daerah, hanya berlaku di
tempat peraturan perundang-undangan itu dibuat ataupun dilaksanakan, peraturan
perundang-undangan nasional hanya berlaku di negara itu saja. Setiap aturan hukum
memiliki wilayah keberlakuannya sendiri dari yang paling kecil sampai yang berskala
besar.

3. Keberlakuan Hukum Menurut Orang (Personal Sphere)

Keberlakuan hukum dibatasi kepada orang-orang tertentu saya. Tidak semua


aturan hukum berlaku bagi siapa saja (bahkan sebagian besar aturan hukum berlaku
memang untuk orang-orang tertentu saja). Aturan perundang-undangan juga mempunyai
perbedaan mengenai kepada siapa peraturan tersebut ditujukan. Secara spesifik
membatasi keberlakuan hukum berdasarkan subjek hukumnya. Misalnya Peraturan
mengenai PNS (Pegawai Negeri Sipil) hanya berlaku terhadap PNS saja, peraturan
mengenai militer hanya berlaku bagi kalangan militer saja, atau peraturan terhadap anak
hanya berlaku terhadap anak saja.

4. Keberlakuan Hukum Menurut Soal (Material Sphere)

Keberlakuah hukum menurut soal berkaitan dengan terhadap hal apa atau
materinya keberlakuan hukum itu diterapkan. Misalnya dalam hal perbuatan yang
merugikan kepentingan Indonesia, meskipun terjadi di luar wilayah Indonesia, namun
menyangkut hal tersebut dapat terjadi keberlakuan hukum menurut soal, dimana negara
dapat terlibat.12

13. Sebutkan dan jelaskan teori berlakunya hukum sebagai kaidah.


Pada landasan suatu sistem kaidah hukum terdapat kaidah yang fundamental,
yakni asas-asas hukum. Menurut Paul Scholten, asas adalah pikiran-pikiran dasar, yang
terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum masing-masing yang dirumuskan dalam
aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.
Hukum dan norma-norma sosial lainnya dibedakan dari berbagai segiantara lain
dari segi tujuan adanya norma, hukum menitikberatkan kepada pengaturan aspek manusia
sebagai makhluk sosial dan aspek lahiriyah manusia. Norma hukum diadakan dalam
rangka mempertahankan bentuk kehidupan bermasyarakat sebagai modus survival. Dari
segi wilayah yang diaturnya, hukum mengatur tingkah laku lahiriyah manusia. Oleh
13

karena itu, hukum tidak akan bertindak manakala tindakan seseorang tersebut tidak
melanggar aturan hukum meskipun batin orang tersebut sebenarnya ingin melakukan
tindakan yang melanggar hukum. Dari segi asal kekuatan mengikatnya, hukum
mempunyai kekuatan mengikat karna ditetapkan oleh penguasa atau berkembang dari
praktik-praktik yang berkembang di masyarakat.
Hukum menitikberatkan kepada aspek manusia sebagai makhluk sosial sekaligus
aspek lahiriyah manusia. Dari segi isi norma, menetapkan hak disamping kewajiban dan
mencerminkn moral yang mendasari segala aktivitas. Norma agama cenderung memiliki
kekuatan yang mengikat yang berasal dari dalam diri tiap individu. Ketaatan itu terbentuk
karena iman. Titik berat yang menjadi sasaran norma agama adalah aspek individu
manusia bukan aspek manusia sebagai makhluk sosial. Agar manusia lebih berkenan
kepada Sang Pencipta bukan ketertiban masyarakat. Dimana semua yang dianjurkan,
dilarang, dan dijanjikan Tuhan tiap agama ada dalam Kitab Suci masing-masing agama.
Moral hadir sebagai petunjuk sebagai individu. Sebagai suatu produk budaya
yang melekat pada diri manusia moral menghendaki manusia berbudipekerti luhur dan
berbuat kebajikan. Dalam hal demikian, secara jelas moral dapat dibedakan dari hukum.
Hukum tidak pernah menuntut orang berbuat kebajikan atau demawan. Yang pertama
12
Hans Kelsen,2008,Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, Nusa Media, Bandung, Hlm 15
13
Soerjono Soekanto. 2004. Pokok- Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta : Pt.Rajagrafindo Persada,
Hlm. 16
kali membuat perbedaan yang tegas antara hukum dan moral adalah Imanuel Kant.
Menurut ML.J. Van Apeldoorn menyatakan, bahwa perbedaan antara hukum dan moral
tidak perlu dipertajam karena tidak sepenuhnya benar kalau hukum berkaitan dengan
tingkah laku lahiriyah manusia dan moral hanya berkenaan dengan keadaan batiniyah
seseorang. Moral didalam perbincangan ini harus berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah
manusia dalam rangkahidup manusia. Jika hukum memang ingin melarang perzinahan
atau hal-hal tidak bermoral lainnya, pesan-pesan itu harus dapat diterima oleh nalar
dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Jika agama dan moral lebih
menitikberatkan kepada aspek manusia sebagai individu dan aspek batiniyah manusia,
etika tingkahlaku sebagaimana hukum menitikberatkan kepada pengaturan aspek manusia
sebagai makhluk sosial dan aspek lahiriyah manusia.
Namun demikian antara hukum dan etika tingkah laku terdapat juga perbedaan.
Dalam pelaksanaan suatu norma karena adanya daya laku, dihadapkan pula pada daya
guna (efficacy) dari norma tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat apakah suatu norma yang
ada dan berdaya laku itu berdaya guna secara efektif atau tidak. Dalam hal ini dapat pula
terjadi bahwa, suatu ketentuan dalam sebuah perundang-undangan tidak berdaya guna
lagi walaupun peraturan tersebut masih berdaya laku (karena belum dicabut). Hal ini
dapat terjadi apabila dalam suatu peraturan perundang-undangan merumuskan ketentuan
yang bertujuan untuk menggantikan rumusan dalam perturan prtundang-undangan yang
lain, tetapi tidak dengan melakukan pencebutan terhadap ketentuan yang diubah tersebut.
14. Sebutkan dan jelaskan materi muatan dari berbagai jenis peraturan Perundang-undangan,
serta identifikasi perbedaannya.
Materi Muatan UUD
UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan bagian-
bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara garis besar materi yang
termuat dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945 adalah sebagai berikut:
1. Bentuk dan Kedaulatan
2. MPR (Pasal 2-3)
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4- Pasal 16)
4. Kementrian Negara (Pasal 17)
5. Pemerintahan Daerah (Pasal 18)
6. DPR (Pasal 19 – 22B)
7. DPD (Pasal 22C)
8. Pemilihan Umum (Pasal 22 E)
9. Hal Keuangan (Pasal 23 – 23 D)
10. BPK (Pasal 23E
11. Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 – 25)
12. Wilayah Negara (Pasal 25A)
13. Warga Negara dan Penduduk (Pasal 26 – 28)
14. HAM (Pasal 28A -28J)
15. Agama (Pasal 29)
16. Pertahanan dan Keamanan Negara (Pasal 30)
17. Pendidikan dan Kebudayaan ( Pasal 31-32)
18. Perekonomian dan Kesejahtraan Sosial (Pasal 33- 34)
19. Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Pasal
35 -36);
20. Perubahan UUD.
Selain hal tersebut UUD Tahun 1945 juga memuat 3 pasal tentang Aturan
Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Materi Muatan TAP MPR


Materi Ketetapan MPR yang masih diakui adalah materi ketetapan MPRS dan Ketetapan
MPR yang masih berlaku, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003. Berikut ini
Ketetapan-Ketetapan MPR yang masih tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti
dengan undang-undang adalah:
1) Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis
Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara
Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan
untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme,
Leninisme; dan
2) Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi
Ekonomi;
Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang
dikeluarkan MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR
sesuai UUD 1945. Adapun Kedudukan Ketetapan MPR dalam sistem hukum nasional
adalah sebagai salah satu sumber hukum nasional.

Materi Muatan Undang-Undang

Dalam Pasal 10 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan:


(1) Materi muatan yang harus diatur dengan UndangUndang berisi:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden.

Materi Muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

Dalam KRIS dan UUDS Tahun 1950 Perpu disebut dengan istilah UU Darurat.
Istilah UU Darurat ini menggambarkan pengertiannya sebagai emergency law
(emergency legislation). Perpu sebagai salah satu jenis peraturan perundangundangan
diatur dalam Pasal 22 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa:

(1) dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
Peraturan Pemerintah sebagai pengganti undang-undang;

(2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan


Rakyat dalam persidangan yang berikut,
(3) jika tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut.

Dengan demikian dari rumusan pasal tersebut ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dari segi kedudukan dan keberadaan Perpu:
1. bahwa dilihat dari segi jenis/bentuknya Perpu adalah Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945, Namun dalam
keadaan yang memaksa peraturan pemerintah itu, dari segi materinya dapat memuata
ketentuan-ketentuan yang sama dengan UU;
2. Dalam UUD Tahun 1945 tidak ada istilah resmi terkait Perpu, sehingga dapat
ditafsirkan bahwa istilah perpu dapat diganti dengan UU Darurat misalnya; Perpu
hanya dapat ditetapkan Presiden apabila ada kegentingan yang memaksa, yang tidak
boleh dicampur adukkan dengan pengertian keadaan bahaya. Dalam pengertian
“kegentingan yang memaksa” terkandung sifat darurat atau emergency yang memberi
dasar kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan Perpu. Emergency itu sendiri
timbul dari penilaian subyektif Presiden belaka mengenai tuntutan keadaan mendesak
untuk bertindak cepat dan tepat mengatasi keadaan tersebut
3. Pada dasarnya Perpu sederajat dengan atau memiliki kekuatan yang sama dengan UU,
DPR harus aktif mengawasi baik dalam penetapan maupun pengawasan Perpu;
4. Perpu bersifat sementara.

Hal lainnya juga yang membedakan Perpu dan UU menurut Bagir Manan adalah
mengenai sifat pengaturan kedua produk hukum tersebut. Jika UU adalah merupakan produk
tindakan pengaturan kenegaraan , sedangkan Perpu merupakan tindakan produk pengaturan yang
bersifat pemerintahan. Namun pendapat tersebut menurut Jimly Assidiqie tidaklah tepat karena
banyak juga UU yang dibentuk berkaitan dengan kepentingan pemerintahan dan karena itu dapat
dikatakan sebagai tindakan pemerintahan. Misalnya, pembentukan UU tentang pemekaran suatu
kabupaten atau provinsi tertentu jelas berkaitan dengan pemerintahan.

Selanjutnya dalam Pasal 11 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Materi muatan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan Undang-
Undang.Dengan demikian apa yang menjadi materi muatan Perpu adalah sama dengan materi
muatan UU sebagaimana telah disebutkan diatas. dalam keadaan yang memaksa peraturan
pemerintah itu, dari segi materinya dapat memuata ketentuan-ketentuan yang sama dengan UU;
Dalam UUD Tahun 1945 tidak ada istilah resmi terkait Perpu, sehinggadapat ditafsirkan
bahwa istilah perpu dapat diganti dengan UU Darurat misalnya; Perpu hanya dapat ditetapkan
Presiden apabila ada kegentingan yang memaksa, yang tidak boleh dicampur adukkan dengan
pengertian keadaan bahaya. Dalam pengertian “kegentingan yang memaksa” terkandung sifat
darurat atau emergency yang memberi dasar kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan
Perpu. Emergency itu sendiri timbul dari penilaian subyektif Presiden belaka mengenai tuntutan
keadaan mendesak untuk bertindak cepat dan tepat mengatasi keadaan tersebut

Pada dasarnya Perpu sederajat dengan atau memiliki kekuatan yang sama dengan UU,
DPR harus aktif mengawasi baik dalam penetapan maupun pengawasan Perpu; dan Perpu
bersifat sementara.

Materi Muatan Peraturan Pemerintah

Dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyebutkan : Presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Ketentuan tersebut
menegaskan bahwa PP hanya dapat ditetapkan oleh Presiden jika ada UU induknya.
Kewenangan Presiden untuk menetapkan PP adalah merupakan salah satu wujud dari fungsi
Presiden sebagai kepala pemerintahan, yakni kepala kekuasaan eksekutif dalam negara, sehingga
dalam rangka menjalankan UU , Presiden mempunyai kekuasaan untuk menetapkan PP.

Hal yang sama juga diatur dalam Pasal 12 UU No,12 Tahun 2011 yang menentukan
bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka PP berisi pengaturan lebih lanjut dari UU. Bila
UU tidak mencantumkan sanksi maka dalam PP tidak boleh mencantumkan sanksi pidana
maupun sanksi pemaksa.

Materi Muatan Peraturan Presiden

Pasal 13 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan


Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan
kekuasaan

Materi Muatan Peraturan Daerah Propinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten


Dalam Pasal 14 UU No.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Materi muatan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung
kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi. Sedangkan dalam Pasal 236 ayat (1) UU No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa: Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan
Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Perda.14

15. Jelaskan secara singkat tentang proses perancangan Perundang-undangan sampai


pengesahannya pada tingkat pusat dan daerah.

1. Pusat = penyusunan prolegnas oleh DPR – Koordinasi dengan DPD dan KUMHAM
– penetapan prolegnas dalam jangka 5 tahun oleh DPR – penyusunan naskah
akademik – penyusunan draft awal RUU – pemantapan konsepsi RUU – RUU hasil
harmonisasi diajukan kepada pimpinan DPR – rapat paripurna terkait pemutusan
RUU usul inisiatif DPR – penyempurnaan RUU – Penyempurnaan RUU disampaikan
pada Presiden – penunjukan Menteri untuk membahas RUU Bersama DPR oleh
Presiden – pembicaraan tingkat 1 dan 2 – RUU disampaikan dari Pimpinan DPR
kepada Presiden untuk disahkan – RUU yang telah disahkan diundangkan dalam
lembaran negara
2. Daerah = bagian hukum menyiapkan bahan dan Menyusun rencana kegiatan serta
koordinasi- menyiapkan rencana pelaksanaan rapat- menyiapkan rapat koordinasi,
pembentukan raperda, naskah akademik, dan tim legislasi-mrnyiapkan laporan hasil
rapat untuk persetujuan pada pemda- menyiapkan bahan materi muatan dan naskah
akademik- Menyusun naskah akademik- sosialisasi rancangan akademik –
penyempurnaan – pembahasan harmonisasi Raperda – konsultasi public Raperda –
penyempurnaan – menyiapkan laporan tim legislasi kepada DPRD – menyiapkan
penyusunan terkait Raperda kepada DPRD – pembahasan Raperda di DPRD –
menyiapakan bahan jawaban atas tanggapan DPRD dan masukan dalam mengikuti

14
A. Hamid S. Attamimi, Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan
pembahasan Raperda di DPRD – menyiapkan penetapan dan pengundangan PERDA
dalam lembaran daerah – Sosialisasi dan publikasi PERDA15

15
Muhammad Eriton, Tahapan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan

Anda mungkin juga menyukai