PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam setiap kedudukan kehidupan perekonomian yang sangat dbutuhkan
oleh setiap Negara, baik Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang
menginginkan kelancaran jalannya proses perekonomian. Sehingga membutuhkan
ketaatan-ketaatan dalam setiap proses ekonomi. Dengan adanya aspek hukum
dalam ekonomi yang mengatur setiap jalannya ekonomi, akan memperlancar dan
mengatur perekonomian dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dan dibuat
secara kesepakatan.
Banyak orang yang menyalahgunakan aturan hukum ekonomi. Yang
seharusnya dijalankan sesuai dengan aturan yang ditentukan, tetapi karena ingin
kemudahan atau kelancaran yang lebih cepat sehingga ia mengubah aturan
tersebut. Disinilah sebenarnya bagaimana aturan dalam ekonomi itu harus di
laksanakan.
1.2 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang aspek hukum
dalam ekonomi dan mengulas kembali pelajaran mata kuliah aspek hukum dalam
ekonomi. Diharapkan juga agar dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. PENGERTIAN HUKUM
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif
hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara
hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan
mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer.
Berikut ini pengertian dan definisi hukum menurut beberapa ahli:
VAN KAN
Hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusai di dalam masyarakat. Peraturan dalam
menjalankan kehidupan diperlukan untuk melindungi kepentingan dengan tertib.
UTRECHT
Hukum adalah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.
WIRYONO KUSUMO
Hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya
dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk mengadakan
keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam masyarakat.
TUJUAN HUKUM & SUMBER HUKUM
Sama halnya dengan pengertian hukum, banyak teori atau pendapat mengenai
tujuan
hukum.
Berikut
teori-teori
dari
para
ahli
1. Prof Subekti, SH : Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan
keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang
mendapat
bagian
yang
sama
pula.
2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn : Tujuan hukum adalah mengatur hubungan
antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian antara
sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan
seimbang.
3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia
kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan, menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat serta mendapatkan kemanfaatan atas
dibentuknya hukum tersebut. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus diputuskan
oleh
hakim
berdasarkan
dengan
ketentuan
yang
sedang
berlaku.
Keadilan
Kepastian
Kemanfaatan
Jadi hukum bertujuan untuk mencapai kehidupan yang selaras dan seimbang,
mencegah terjadinya perpecahan dan mendapat keselamatan dalam keadilan.
3
SUMBER-SUMBER HUKUM
1.
dan doktrin
3. Undang-Undang
ialah suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang dipelihara
oleh penguasa negara. Contohnya UU, PP, Perpu dan sebagainya
4. Kebiasaan
ialah perbuatan yang sama yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi hal
yang yang selayaknya dilakukan. Contohnya adat-adat di daerah yang dilakukan
turun temurun telah menjadi hukum di daerah tersebut.
5. Keputusan Hakim ialah Keputusan hakim pada masa lampau pada suatu
perkara yang sama sehingga dijadikan keputusan para hakim pada masa-masa
selanjutnya. Hakim sendiri dapat membuat keputusan sendiri, bila perkara itu
tidak diatur sama sekali di dalam UU
6. Traktat
ialah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara ataupun lebih. Perjanjian ini
mengikat antara negara yang terlibat dalam traktat ini. Otomatis traktat ini juga
mengikat warganegara-warganegara dari negara yang bersangkutan.
7. Pendapat Para Ahli Hukum. Pendapat atau pandangan para ahli hukum yang
mempunyai pengaruh juga dapat menimbulkan hukum. Dalam jurisprudensi,
sering hakim menyebut pendapat para sarjana hukum. Pada hubungan
internasional, pendapat para sarjana hukum sangatlah penting.
KODIFIKASI HUKUM
Yang dimaksud dengan kodifikasi hukum adlah pembukuan secara lengkap dan
sistematis tentang hukum tertentu. Yang menyebabkan timbulnya kodifikasi
hukum ialah tidak adanya kesatuan dan kepastian hukum (di Perancis).
Aliran-aliran (praktek) hukum setelah adanya kodifikasi hukum:
yang
besar
pula
sehingga
diikuti
oleh
negara-negara
lain.
suaru
kesatuan
dan
kepastian
hukum
(rechseenheid
dan
rechszekerheid). yang dihasilakan dari kodifikasi tersebut ialah code Civil Prancis
atau Code Napoleon. Aliran hukum yang timbul karena kodifikasi adalah aliran
legisme. Kodifikasi hukum di Indonesia antara lain KUHP, KUH Perdata, KUHD
dan KUHAP.
KAIDAH DAN NORMA HUKUM
Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi
oleh penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan
berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga
berlakunya kaidah hukum dapat dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada
sikap lahir manusia atau perbuatan nyata yang dilakukan manusia. Kaidah hukum
tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang
diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu. Coba kita
pikirkan contoh berikut, ada seorang pria menikahi seorang wanita dengan sah
sesuai dengan aturan agama dan negara tetapi sebenarnya didalam hatinya ada niat
buruk untuk menguras harta kekayaan si pihak wanita dan lain lain. Dari contoh
tersebut secara lahiriyah sesuai dengan kaidah hukum karena dia menikahi dengan
jalur tidak melanggar hukum tapi sebenarnya batin pria tersebut adalah buruk.
Karena ada kaidah hukum maka hukum dapat dipandang sebagai kaidah. Hukum
sebagai kaidah adalah sebagai pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yang pantas atau diharapkan. Pada konteks ini masyarakat
memandang bahwa hukum merupakan patokan-patokan atau pedoman-pedoman
yang harus mereka lakukan atau tidak boleh mereka lakukan. Pada makna ini
aturan-aturan kepala adat atau tetua kampung yang harus mereka patuhi bisa
dianggap sebagai hukum, meskipun tidak dalam bentuk tertulis. Kebiasaan yang
sudah lumrah dipatuhi dalam suatu masyarakat pun meskipun tidak secara resmi
dituliskan, namun selama ia diikuti dan dipatuhi dan apabila yang mencoba
melanggarnya akan mendapat sanksi, maka kebiasaan masyarakat ini pun
dianggap sebagai hukum.
Menurut sifatnya kaidah hukum terbagi 2, yaitu :
1.
hukum yang imperatif, maksudnya kaidah hukum itu bersifat a priori harus
bahwa norma hukum ini mengikat tiap warganegara dalam wilayah negara
tersebut
PENGERTIAN EKONOMI DAN HUKUM EKONOMI
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan
kemakmuran.
Inti
masalah
ekonomi
adalah
adanya
melakukan perkawinan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum
dimungkinkan dapat dibubarkan.
1.3. OBYEK HUKUM
Pengertian Obyek Hukum
Obyek hukum menurut pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda adalah segala
sesuatu yang berguna bagi subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dan kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik. Jenis Obyek Hukum Kemudian berdasarkan pasal
503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni
benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak
kebendaan (Immateriekegoderan).
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang
sifatnya dapatdilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda
berubah / berwujud, meliputi :1.Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang
dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan menjadi
sebagai berikut :
Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah
benda yangdapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah
sendiri contohny aternak.
KUH Perdataadalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(Uruchtgebruik ) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik ) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang
melekatdiatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai
dalam pabrik.Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya
dihubungkan atau dikaitkan pada bergerak yang merupakan benda pokok.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak
atas benda- benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda
yang tidak dapat bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan
hipotik.Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan tidak bergerak ini
penting, artinya karena berhubungan dengan 4 hal yakni :
Pemilikan (Bezit )
Pemilikan ( Bezit ) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas yang
tercantum dalam pasal 1977KUH Perdata, yaitu berzitter dari barang
bergerak adalah pemilik (eigenaar ) dari barang tersebut. Sedangkan untuk
barang tidak bergerak tidak demikian halnya.
Penyerahan (Levering )
Daluwarsa (Verjaring)
10
Pembebanan (Bezwaring)
11
3.
pembayaran
angsuran
pokok
kredit
tiap
bulannya.
kredit
Penggolongan
dan
tidak
jaminan
khawatir
dalam
mengembangkan
berdasarkan
sifatnya,
usahanya.
yaitu
1. Jaminan yang bersifat umum, Menurut pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan
harta kekayaan debitor menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditor
yang memberikan utang kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu
dibagi-bagi menurut keseimbangan, yakni menurut besar-kecilnya piutang
masing-masing. Kecuali, jika diantara berpiutang itu ada alasan-alasan sah untuk
didahulukan.
Benda yang dapat dijadikan jaminan yang bersifat umum apabila telah memenuhi
persyaratan:
1.
benda
tersebut
bersifat
ekonomis
(dapat
dinilai
dengan
uang).
2.
2. Jaminan yang bersifat khusus, merupakan hak khusus bagi jaminan tertentu
bagi pemegang gadai, hipotik, hak tanggungan, dan fidusia.
12
dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi
Belgia.
Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880 dengan
pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838
oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :
Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan dari Code Civil hasil
jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.
14
Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat pada pasal 163.I.S. yang membagi
dipersamakan.
Golongan
Timur
Asing
(bangsa
Cina,
India,
Arab).
Dan pasal 131.I.S yaitu mengatur hukum-hukum yang diberlakukan bagi masingmasing golongan yang tersebut dalam pasal diatas. Hukum yang diberlakukan
bagi masing-masing golongan, yaitu :
Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku hukum perdata dan
hukum dagang barat yang diselaraskan dengan hukum perdata dan hukum dagang
di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.
Bagi golongan Bumi Putera dan yang dipersamakan berlaku hukum adat
mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu berlaku dikalangan rakyat, dimana
sebagian besar dari hukum adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam
tindakan-tindakan rakyat.
catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing siperbolehkan untuk
menundukkan diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun
untuk beberapa macam tindakan hukum tertentu saja.
15
kodifikasi).
bagi
mereka.
Orang Indonesia Asli dan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan
dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa, diperbolehkan
menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini
boleh dilakukan baik secara umum maupun secara hanya mengenai suatu
perbuatan
tertentu
saja.
yaitu
Hukum
Adat.
Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa
Indonesia, seperti :
Ordonansi Woeker
16
17
Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai
1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian.
Sistematika Hukum Perdata itu ada 2, yaitu sebagai berikut:
(vermogen recht)
Hukum waris/erfrecht
Sistematika hukum perdata menurut kitab Undang-Undang hukum perdata
18
19
yang bersumber pada perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun, baik itu
yang diatur dengan undang-undang atau tidak,inilah yang disebut dengan
kebebasan berkontrak, dengan syarat kebebasan berkontrak harushalal, dan tidak
melanggar hukum, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang.
B. DASAR HUKUM PERIKATAN
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUHP perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut.
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
2. Perikatan yang timbul undang-undang.
Perikatan yang timbul dari undang-undang dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a. Perikatan terjadi karena undang-undang semata
b. Perikatan terjadi karena undang-undang akibat perbuatan manusia
c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela ( zaakwarneming).
C. AZAS-AZAS DALAM HUKUM PERIKATAN
Asas-asas dalam hukum perikatan diatur dalam Buku III KUH Perdata,
yakni menganut azas kebebasan berkontrak dan azas konsensualisme.
Asas Kebebasan Berkontrak Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal
1338 KUHP Perdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang
dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya.
Asas konsensualisme Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir
pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok
dan tidak memerlukan sesuatu formalitas. Dengan demikian, azas konsensualisme
lazim disimpulkan dalam Pasal 1320 KUHP Perdata.
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat adalah
1. Kata Sepakat antara Para Pihak yang Mengikatkan Diri Kata sepakat antara
para pihak yang mengikatkan diri, yakni para pihak yang mengadakan perjanjian
harus saling setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok dari perjanjian yang
akan diadakan tersebut.
20
21
22
D.
Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian
harus memenuhi empat syarat yaitu :
a) Sepakat untuk mengikatkan diri.
Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu
harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala sesuatu yang
diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak ada
pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.
b) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk
membuat perjanjian atau mngadakan hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang
yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.
c) Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan untuk dapat
menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338 KUHPerdata
menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai suatu pokok yang
paling sedikit ditetapkan jenisnya.
d) Sebab yang halal
Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud untuk
mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika
ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban.
Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang
tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.
Dua syarat yang pertama yaitu kesepakatan dan kecakapan yang disebut syaratsyarat subyektif. Sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif,
karena mengenai perjanjian itu sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang
dilakukan.
E.
23
Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal adanya asas
konsensual, yang dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat
terjadinya konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek
yang diperjanjikan.
Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual. Sedang
yang dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak atau persesuaian
kehendak antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan memberikan
persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa
yang disepakati.
Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai pernyataan
kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak-pihak.
Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte). Pernyataan
pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie).
Jadi pertemuan kehendak dari pihak yang menawarkan dan kehendak dari pihak
yang akeptasi itulah yang disebut sepakat dan itu yang menimbulkan/melahirkan
kontrak/perjanjian. Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menentukan
saat lahirnya kontrak yaitu:
Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat atas suatu penawaran telah
ditulis surat jawaban penerimaan. Dengan kata lain kontrak itu ada pada saat
pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya.
Teori Pengiriman (Verzending Theori).
Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi adalah saat lahirnya kontrak.
Tanggal cap pos dapat dipakai sebagai patokan tanggal lahirnya kontrak.
Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat jawaban akseptasi
diketahui isinya oleh pihak yang menawarkan.
Teori penerimaan (Ontvangtheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat diterimanya jawaban, tak
peduli apakah surat tersebut dibuka atau dibiarkan tidak dibuka. Yang pokok
adalah saat surat tersebut sampai pada alamat si penerima surat itulah yang
dipakai sebagai patokan saat lahirnya kontrak.
F.
24
Itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata merupakan ukuran objektif
untuk menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian harus
mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Salah satunya untuk
memperoleh hak milik ialah jual beli.Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak
dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu
mencapai tujuannya. Jadi perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat dan
memaksa. Perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat pihak-pihak,
perjanjian tersebut tidak boleh diatur atau dibatalkan secara sepihak saja.
Suatu perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian
ataupun batal demi hokum. Perjanjian yang dibatalkan oleh salah satu pihak
biasanya terjadi karena Adanya suatu pelanggaran dan pelanggaran tersebut tidak
diperbaiki dalam jangka waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki.
a.
25
Pembagian hukum privat sipil ke dalam hukum perdata dan hukum dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang berdasarkan
sejarah hukum dagang. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan yang tercabtum dalam
pasal 1 KUHD yang menyatakan bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat juga
dijalankan dalam penyelesaian soal yang disinggung dalam KUHD kecuali dalam
penyelesaianya, soal-soal tersebut hanya diatur dalam KUHD itu. Kenyataan lain
yang membuktikan bahwa pembagian itu bukan pembagian asasi adalah :
a.
D.
26
Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja
yang melakukan perbuatan dagang, tetapi sejak tahun 1938 pengertian Perbuatan
Dagang, dirubah menjadi perbuatan Perusahaan yang artinya menjadi lebih luas
sehingga berlaku bagi setiap pengusaha (perusahaan). Para sarjana tidak satu pun
memberikan pengertian tentang perusahaan, pengertian dapat dipahami dari
pendapat antara lain :
Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk
mencari keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga
kerja, yang dilakukan secara terus menerus dan terang terangan untuk
memperoleh penghasilan dengan cara memperniagakan barang barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.
Menurut Mahkamah Agung (Hoge Read), perusahaan adalah seseorang yang
mempunyai perusahaan, jika secara teratur melakukan perbuatan perbuatan yang
bersangkutpaut dengan perniagaan dan perjanjian. Menurut Molengraff,
mengartikan perusahaan (dalam arti ekonomi) adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindakkeluar, untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperdagangkan perjanjian perjanjian perdagangan.
Menurut Undang undang Nomor 3 Tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus,
dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
E.
F.
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undangundang, ada 2 macam kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha yaitu :
a. Membuat pembukuan.
b. Mendaftarkan perusahaannya.
G.
Secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah pemiliknya dan
dilihat dari status hukumnya yaitu :
1.
28
menghindari
praktek-praktek
usaha
yang
tidak
jujur
(persaingan,
penyelundupan dll).
Selain itu daftar perusahaan buat dunia usaha bermanfaat untuk menciptakan
keterbukaan antar perusahaan, memudahkan mencari mitra bisnis, mendasarkan
investasi pada perkiraan yang jelas, meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Tujuan Undang-Undang tentang wajib daftar perusahaan adalah memberikan
perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara
jujur dan terbuka, serta pembinaan kepada dunia usaha dan perusahaan,
khususnya golongan ekonomi lemah.
B. Ketentuan Wajib Daftar Perusahaan
Daftar Perusahaan daftar catatan resmi yang diadakan berdasarkan ketentuan
undang-undang dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal
yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang
berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. Perusahaan setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-mneerus
dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Pengusaha setiap
29
orang perorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu
jenis perusahaan. Usaha setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam
bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba. Menteri menteri yang bertanggung
jawab dalam bidang perdagangan.
C. Tujuan dan Sifat Wajib Daftar Perusahaan
Mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu
perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang
perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha Daftar perusahaan bersifat
terbuka untuk semua pihak. Sifat terbuka daftar perusahaan itu dapat
dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber informasi.
D.
Kewajiban Pendaftaran
30
a.
b.
c.
d.
e.
E.
Badan hukum.
Persekutuan.
Perorangan.
Perum.
Perusahaan Daerah, perusahaan perwakilan asing.
Cara & Tempat serta Waktu Pendaftaran
31
disertai tanggal perubahan tersebut dalm waktu 3 bulan setelah terjadi perubahan
itu. Apabila ada pengalihan pemilikan atau pengurusan atsa perusahaan atau
kantor cabang, kantor pembantu, agen dan perwakilannya, pemilik atau pengurus
lama berkewajiban untuk melaporkan.
Apabila terjadi pembubaran perusahaan atau kantor cabang, kantor pembantu atau
perwakilannya, pemilik atau pengurus maupun likuidaror berkewjiban untuk
melaporkanya.
Ketentuan Pidana
Sanksi Pidana kejahatan (Pasal 32 UU-WDP) karena pengusaha dengan sengaja
atau kelalaiannya tidak memenuhi kewajiban UU-WDP diancam pidana penjara
selama-lamanya 3 (tiga) bulan kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp
3.000.000,- (tiga juta rupiah).
Sanksi Pidana pelanggaran (Pasal 33 UU-WDP) karena pengusaha melakukan
atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru atau tidak lengkap dalam
memenuhi kewajiban UU-WDP diancam pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga)
bulan kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 1.500.000,- (satu juta
lima ratus ribu rupiah).
Sanksi Pidana pelanggaran (Pasal 34 UU-WDP) karena pengusaha tidak
memenuhi kewajiban untuk menghadap atau menolak untuk menyerahkan atau
mengajukan sesuatu persyaratan atau keterangan lain untuk pendaftaran dalam
Daftar Perusahaan diancam pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) bulan
kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
1.9. HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL(HAKI)
A.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau
harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual
Property Right. Kata Intelektual tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual
tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the
Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3). Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang
32
atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI mencakup
Hak Cipta, Hak Paten dan Hak Merk.Jadi pengertian secara umum Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu peraturan kepada
seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI
mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk.
B.
1) Prinsip Ekonomi
Prinsip Ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu
kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang
akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2) Perinsip Keadilan
Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang
bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam
pemiliknya.
3) Prinsip Kebudayaan
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni
untuk meningkatkan kehidupan manusia.
4) Prinsip Sosial
Prinsip sosial (mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara), artinya hak
yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu
kesatuan sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan individu
dan masyarakat.
C.
33
Berdasarkan WIPO hak atas kekayaan intelektual dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu hak cipta (copyright), dan hak kekayaan industri (industrial property
right). Hak kekayaan industry (industrial property right) adalah hak yang
mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama yang mengatur
perlindungan hukum. Hak kekayaan
Paten.
Merek.
Varietas tanaman.
Rahasia dagang.
Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta :
a.
Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
34
sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi.
F.
Hak Paten
Nomor 39).
b. UU Nomor 13 Tahun 1997 Tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun 1989
tentang Paten (lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30).
c. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 2001
Nomor 109).
G.
Hak Merk
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. (Pasal 1
ayat 1).
b. Merek merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan produk (barang
dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam rangka memperlancar
perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi produsen dan konsumen.
Jadi Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan di gunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
(Pasal 1 Undang-undang Merek). Dasar Hukum Hak Merk :
a. UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek( Lembaran Negara RI Tahun 1992
Nomor 81).
35
b.
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Sehingga tidak ada satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak
lainnya. Kedua belah pihak harus memperoleh hak-haknya.
Asas keadilan
Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat memperoleh
haknya dan menunaikan kewajibannya secara seimbang.
Asas keseimbangan
Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen, pelaku usaha serta
pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak yang lebih
dilindungi.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Diharapkan penerapan UU PK akan memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
Asas kepastian hokum
Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hokum.
Perlindungan konsumen bertujuan:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan / atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang, menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
C. Hak & Kewajiban Konsumen
Hak konsumen adalah:
a. Konsumen berhak atas produk yang aman.
37
b. Konsumen berhak atas segala informasi yang relevan terhadap produk yang
dipakainya.
c. Konsumen memiliki hak untuk berbicara dan didengar.
d. Konsumen berhak memilih produk yang akan dibeli.
e. Konsumen berhak mendapatkan edukasi tentang pembelian mereka.
f. Konsumen berhak untuk mendapatkan pelayanan yang baik.
g. Hak untuk mendapatkan ganti rugi
Kewajiban konsumen adalah:
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak pelaku usaha adalah:
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan / atau jasa yang
diperdagangkan;
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Kewajiban pelaku usaha adalah:
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d.
Menjamin
mutu
barang
dan/atau
jasa
yang
diproduksi
dan/atau
38
e.
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan,
pemakaian
dan
pemanfaatan
barang
dan/atau
jasa
yang
diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
f.
Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen. Misalnya: Kwitansi/ faktur pembelian barang
yang menyatakan: Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau
dikembalikan. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian apabila:
a.
baru, tambahan, lanjutan dan atau peng-ubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.
b. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.
c. Setiap klausula yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2
dinyatakan batal demi hukum.
g. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Menurut Pasal 19 yaitu :
a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
b. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi.
40
d.
Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bahwa setiap kegiatan ekonomi memerlukan kepastian hukum dalam
menagatur setiap kegiatan ekonomi, agar memberikan kelancaran dalam setiap
jalannya kegiatan ekonomi. Dengan kelancaran kegiatan ekonomi dapat
memberikan hasil yang maksimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kepastian hokum yang jelas, tegas dan adil menciptakan kegiatan
ekonomi
yang
memberikan
selaras
dengan
pertumbumbuhan
perkembangan
perekonomian
perekonomian,
yang
sesuai
sehingga
dengan
yang
diharapkan.
3.2.SARAN
Setiap hokum harus dilaksanakan dengan bersifat tegas, adil dan jelas juga
tidak memihak. Agar tidak ada penyalah aturan dalam jalannya kegiatan ekonomi.
Sehingga dapat berjalan dengan lancar.
41
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/20976269/Definisi-Hukum-Perikatan
http://yasintamaria92.blogspot.com/2013/05/makalah-aspek-hukum-dalamekonomi_24.html
http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/04/27/2-obyek-hukum/
42