Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam setiap kedudukan kehidupan perekonomian yang sangat dbutuhkan
oleh setiap Negara, baik Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang
menginginkan kelancaran jalannya proses perekonomian. Sehingga membutuhkan
ketaatan-ketaatan dalam setiap proses ekonomi. Dengan adanya aspek hukum
dalam ekonomi yang mengatur setiap jalannya ekonomi, akan memperlancar dan
mengatur perekonomian dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dan dibuat
secara kesepakatan.
Banyak orang yang menyalahgunakan aturan hukum ekonomi. Yang
seharusnya dijalankan sesuai dengan aturan yang ditentukan, tetapi karena ingin
kemudahan atau kelancaran yang lebih cepat sehingga ia mengubah aturan
tersebut. Disinilah sebenarnya bagaimana aturan dalam ekonomi itu harus di
laksanakan.
1.2 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang aspek hukum
dalam ekonomi dan mengulas kembali pelajaran mata kuliah aspek hukum dalam
ekonomi. Diharapkan juga agar dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1. PENGERTIAN HUKUM
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif
hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara
hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan
mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer.
Berikut ini pengertian dan definisi hukum menurut beberapa ahli:

VAN KAN
Hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusai di dalam masyarakat. Peraturan dalam
menjalankan kehidupan diperlukan untuk melindungi kepentingan dengan tertib.

UTRECHT
Hukum adalah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

WIRYONO KUSUMO
Hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya
dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk mengadakan
keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam masyarakat.
TUJUAN HUKUM & SUMBER HUKUM
Sama halnya dengan pengertian hukum, banyak teori atau pendapat mengenai
tujuan

hukum.

Berikut

teori-teori

dari

para

ahli

1. Prof Subekti, SH : Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan
keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang
mendapat

bagian

yang

sama

pula.

2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn : Tujuan hukum adalah mengatur hubungan
antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian antara
sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan
seimbang.
3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia
kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan, menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat serta mendapatkan kemanfaatan atas
dibentuknya hukum tersebut. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus diputuskan
oleh

hakim

berdasarkan

dengan

ketentuan

yang

sedang

berlaku.

Secara singkat Tujuan Hukum antara lain:

Keadilan
Kepastian
Kemanfaatan

Jadi hukum bertujuan untuk mencapai kehidupan yang selaras dan seimbang,
mencegah terjadinya perpecahan dan mendapat keselamatan dalam keadilan.
3

SUMBER-SUMBER HUKUM
1.

Sumber-sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan

terbentuknya peraturan-peraturan. Peraturan tersebut biasanya bersifat memaksa.


Sumber-sumber Hukum ada 2 jenis yaitu:Sumber-sumber hukum materiil, yakni
sumber-sumber hukum yang ditinjau dari berbagai perspektif.
2.

Sumber-sumber hukum formiil, yakni UU, kebiasaan, jurisprudentie, traktat

dan doktrin
3. Undang-Undang
ialah suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang dipelihara
oleh penguasa negara. Contohnya UU, PP, Perpu dan sebagainya
4. Kebiasaan
ialah perbuatan yang sama yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi hal
yang yang selayaknya dilakukan. Contohnya adat-adat di daerah yang dilakukan
turun temurun telah menjadi hukum di daerah tersebut.
5. Keputusan Hakim ialah Keputusan hakim pada masa lampau pada suatu
perkara yang sama sehingga dijadikan keputusan para hakim pada masa-masa
selanjutnya. Hakim sendiri dapat membuat keputusan sendiri, bila perkara itu
tidak diatur sama sekali di dalam UU
6. Traktat
ialah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara ataupun lebih. Perjanjian ini
mengikat antara negara yang terlibat dalam traktat ini. Otomatis traktat ini juga
mengikat warganegara-warganegara dari negara yang bersangkutan.
7. Pendapat Para Ahli Hukum. Pendapat atau pandangan para ahli hukum yang
mempunyai pengaruh juga dapat menimbulkan hukum. Dalam jurisprudensi,
sering hakim menyebut pendapat para sarjana hukum. Pada hubungan
internasional, pendapat para sarjana hukum sangatlah penting.

KODIFIKASI HUKUM

Yang dimaksud dengan kodifikasi hukum adlah pembukuan secara lengkap dan
sistematis tentang hukum tertentu. Yang menyebabkan timbulnya kodifikasi
hukum ialah tidak adanya kesatuan dan kepastian hukum (di Perancis).
Aliran-aliran (praktek) hukum setelah adanya kodifikasi hukum:

Aliran Legisme, yang berpendapat bahwa hukum adalah undang-undang dan

diluar undang-undang tidak ada hukum.


Aliran Freie Rechslehre, yang berpenapat bahwa hukum terdapat di dalam
masyarakat.
Aliran Rechsvinding adalah aliran diantara aliran Legisme dan aliran Freie
Rechtslehre. Aliran Rechtsvinding berpendapat bahwa hukum terdapat dalam
undang-undang yang diselaraskan dengan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Kodifikasi hukum di Perancis dianggap suaru karya besar dan dianggap memberi
manfaat

yang

besar

pula

sehingga

diikuti

oleh

negara-negara

lain.

Maksud dan tujuan diadakannya kodifikasi hukum di Perancis ialah untuk


mendapatkan

suaru

kesatuan

dan

kepastian

hukum

(rechseenheid

dan

rechszekerheid). yang dihasilakan dari kodifikasi tersebut ialah code Civil Prancis
atau Code Napoleon. Aliran hukum yang timbul karena kodifikasi adalah aliran
legisme. Kodifikasi hukum di Indonesia antara lain KUHP, KUH Perdata, KUHD
dan KUHAP.
KAIDAH DAN NORMA HUKUM
Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi
oleh penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan
berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga
berlakunya kaidah hukum dapat dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada
sikap lahir manusia atau perbuatan nyata yang dilakukan manusia. Kaidah hukum
tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang
diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu. Coba kita
pikirkan contoh berikut, ada seorang pria menikahi seorang wanita dengan sah
sesuai dengan aturan agama dan negara tetapi sebenarnya didalam hatinya ada niat

buruk untuk menguras harta kekayaan si pihak wanita dan lain lain. Dari contoh
tersebut secara lahiriyah sesuai dengan kaidah hukum karena dia menikahi dengan
jalur tidak melanggar hukum tapi sebenarnya batin pria tersebut adalah buruk.
Karena ada kaidah hukum maka hukum dapat dipandang sebagai kaidah. Hukum
sebagai kaidah adalah sebagai pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yang pantas atau diharapkan. Pada konteks ini masyarakat
memandang bahwa hukum merupakan patokan-patokan atau pedoman-pedoman
yang harus mereka lakukan atau tidak boleh mereka lakukan. Pada makna ini
aturan-aturan kepala adat atau tetua kampung yang harus mereka patuhi bisa
dianggap sebagai hukum, meskipun tidak dalam bentuk tertulis. Kebiasaan yang
sudah lumrah dipatuhi dalam suatu masyarakat pun meskipun tidak secara resmi
dituliskan, namun selama ia diikuti dan dipatuhi dan apabila yang mencoba
melanggarnya akan mendapat sanksi, maka kebiasaan masyarakat ini pun
dianggap sebagai hukum.
Menurut sifatnya kaidah hukum terbagi 2, yaitu :
1.

hukum yang imperatif, maksudnya kaidah hukum itu bersifat a priori harus

ditaati, bersifat mengikat dan memaksa.


2. hukum yang fakultatif maksudnya ialah hukum itu tidak secara apriori
mengikat. Kaidah fakultatif bersifat sebagai pelengkap.
Ada 4 macam norma yaitu :
1.

Norma Agama adalah peraturan hidup yang berisi pengertian-pengertian,

perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan


yangmerupakan tuntunan hidup ke arah atau jalan yang benar.
2. Norma Kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati.
Peraturan ini berisi suara batin yang diakui oleh sebagian orang sebagai pedoman
dalam sikap dan perbuatannya.
3. Norma Kesopanan adalah peraturan hidup yang muncul dari hubungan sosial
antar individu. Tiap golongan masyarakat tertentu dapat menetapkan peraturan
tertentu mengenai kesopanan.
4. Norma Hukum adalah peraturan-peraturan hidup yang diakui oleh negara dan
harus dilaksanakan di tiap-tiap daerah dalam negara tersebut. Dapat diartikan

bahwa norma hukum ini mengikat tiap warganegara dalam wilayah negara
tersebut
PENGERTIAN EKONOMI DAN HUKUM EKONOMI
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan

kemakmuran.

Inti

masalah

ekonomi

adalah

adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat


pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity). Hukum ekonomi adalah
suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi yang saling
berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dalam
masyarakat.
Hukum ekonomi terbagi menjadi 2, yaitu:

Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum

mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal


hukum perusahaan dan hukum penanaman modal)

Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum


mengenai cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan
merata, sesuai dengan hak asasi manusia (misal, hukum perburuhan dan hukum
perumahan).
Contoh hukum ekonomi :
1) Jika harga sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga
barang lain biasanya akan ikut merambat naik.
2) Apabila pada suatu lokasi berdiri sebuah pusat pertokoan hipermarket yang
besar dengan harga yang sangat murah maka dapat dipastikan peritel atau tokotoko kecil yang berada di sekitarnya akan kehilangan omset atau mati gulung
tikar.
3) Jika nilai kurs dollar amerika naik tajam maka banyak perusahaan yang
modalnya berasal dari pinjaman luar negeri akan bangkrut.
4) Turunnya harga elpiji / lpg akan menaikkan jumlah penjualan kompor gas
baik buatan dalam negeri maupun luar negeri.
5) Semakin tinggi bunga bank untuk tabungan maka jumlah uang yang beredar
akan menurun dan terjadi penurunan jumlah permintaan barang dan jasa secara

umum. Demikianlah penjelasan tentang hukum ekonomi secara keseluruhan


semoga kita semua mengerti dan dapat megimplementasikan ke dalam kehidupan
nyata.
1.2. SUBYEK DAN OBYEK HUKUM
A. SUBYEK HUKUM
Subyek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum
Indonesia, yang sudah barang tentu bertitik tolak dari sistem hukum Belanda,
ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi, institusi). Dalam
dunia hukum, subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak, yakni
manusia dan badan hukum.
1. Manusia (naturlife persoon) Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah
menjadi subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita
pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai
ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada
dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan
atau kepentingan yang menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang
oleh hukum dipandang sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka
dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu
oleh orang lain. seperti:
1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, atau belum menikah. 2. Orang
yang berada dalam pengampunan yaitu orang yang sakit ingatan, pemabuk,
pemboros.
2. Badan Hukum (recht persoon) Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri
dari kumpulan orang yang diberi status "persoon" oleh hukum sehingga
mempunyai hak dan kewajiban. Badan hukum dapat menjalankan perbuatan
hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti melakukan perjanjian, mempunyai
kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan
hukum dengan manusia sebagai pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat

melakukan perkawinan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum
dimungkinkan dapat dibubarkan.
1.3. OBYEK HUKUM
Pengertian Obyek Hukum
Obyek hukum menurut pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda adalah segala
sesuatu yang berguna bagi subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dan kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik. Jenis Obyek Hukum Kemudian berdasarkan pasal
503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni
benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak
kebendaan (Immateriekegoderan).
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang
sifatnya dapatdilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda
berubah / berwujud, meliputi :1.Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang
dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan menjadi
sebagai berikut :

Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah

benda yangdapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah
sendiri contohny aternak.

Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511

KUH Perdataadalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(Uruchtgebruik ) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik ) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.

Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang
melekatdiatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai
dalam pabrik.Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya
dihubungkan atau dikaitkan pada bergerak yang merupakan benda pokok.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak
atas benda- benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda
yang tidak dapat bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan
hipotik.Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan tidak bergerak ini
penting, artinya karena berhubungan dengan 4 hal yakni :

Pemilikan (Bezit )
Pemilikan ( Bezit ) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas yang
tercantum dalam pasal 1977KUH Perdata, yaitu berzitter dari barang
bergerak adalah pemilik (eigenaar ) dari barang tersebut. Sedangkan untuk
barang tidak bergerak tidak demikian halnya.

Penyerahan (Levering )

Penyerahan (Levering) yakni terhadap benda bergerak dapat dilakukan


penyerahan secara nyata(hand by hand ) atau dari tangan ke tangan, sedangkan
untuk benda tidak bergerak dilakukan balik nama.

Daluwarsa (Verjaring)

Daluwarsa (Verjaring) yakni untuk benda-benda bergerak tidak mengenal


daluwarsa, sebab bezit di sini sama dengan pemilikan (eigendom) atas benda
bergerak tersebut sedangkan untuk benda- benda tidak bergerak mengenal adanya
daluwarsa.

10

Pembebanan (Bezwaring)

Pembebanan (Bezwaring) yakni tehadap benda bergerak dilakukan pand


(gadai,fidusia) sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak
tanggungan untuk tanah serta benda-benda selain tanah digunakan fidusia.
Benda yang bersifat tidak kebendaan
(Immateriekegoderen)
Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu benda yang
dirasakanoleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat
direalisasikan menjadi suatukenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan
ciptaan musik / lagu.
HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT SEBAGAI PELUNASAN HUTANG

Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang (hak jaminan)


Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang (hak jaminan) adalah hak
jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan kepadanya
untuk melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan, jika debitor
melakukan wansprestasi terhadap suatu prestasi (perjanjian).
Dengan demikian, hak jaminan tidak dapat berdiri sendiri karena hak jaminan
merupakan perjanjian yang bersifat tambahan dari perjanjian pokoknya, yakni
perjanjian utang-piutang (perjanjian kredit).
Perjanjian utang-piutang dalam KUH Perdata tidak diatur secara terperinci,
namun tersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjam
pengganti, yakni dikatakan bahwa bagi mereka yang meminjam harus
mengembalikan dengan bentuk dan kualitas yang sama.
Kegunaan dari jaminan, yaitu:
1.

Memberi hak dan kekuasaan kepada bank/kreditur untuk mendapatkan

pelunasan agunan, apabila debitur melakukan cidera janji.


2. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya/proyeknya,
dengan merugikan diri sendiri, dapat dicegah.

11

3.

Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, dalam

pembayaran

angsuran

pokok

kredit

tiap

bulannya.

Syarat-syarat benda jaminan :


1. Mempermudah diperolehnya kredit bagi pihak yang memerlukannya.
2. Tidak melemahkan potensi/kekuatan si pencari kredit untuk melakukan dan
meneruskan usahanya.
3. Memberikan informasi kepada debitur, bahwa barang jaminan setiap waktu
dapat di eksekusi, bahkan diuangkan untuk melunasi utang si penerima (nasabah
debitur).
Manfaat benda jaminan bagi kreditur :
1. Terwujudnya keamanan yang terdapat dalam transaksi dagang yang ditutup.
2. Memberikn kepastian hukum bagi kreditur.
.

Sedangkan manfaat benda jaminan bagi debitur, adalah untuk memperoleh


fasilitas

kredit

Penggolongan

dan

tidak

jaminan

khawatir

dalam

mengembangkan

berdasarkan

sifatnya,

usahanya.
yaitu

1. Jaminan yang bersifat umum, Menurut pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan
harta kekayaan debitor menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditor
yang memberikan utang kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu
dibagi-bagi menurut keseimbangan, yakni menurut besar-kecilnya piutang
masing-masing. Kecuali, jika diantara berpiutang itu ada alasan-alasan sah untuk
didahulukan.
Benda yang dapat dijadikan jaminan yang bersifat umum apabila telah memenuhi
persyaratan:
1.

benda

tersebut

bersifat

ekonomis

(dapat

dinilai

dengan

uang).

2.

benda tersebut dapat di pindah tangankan haknya kepada pihak lain.

2. Jaminan yang bersifat khusus, merupakan hak khusus bagi jaminan tertentu
bagi pemegang gadai, hipotik, hak tanggungan, dan fidusia.

12

1.4. HUKUM PERDATA


A. HUKUM PERDATA YANG BERLAKU DI INDONESIA
Yang dimaksud dengan hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang
berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di
Indonesia adalah hukum perdata barat (Belanda) yang pada awalnya berinduk
pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau
dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan BW. Sebagian
materi BW sudah dicabut berlakunya dan sudah diganti dengan Undang-Undang
RI, misalnya mengenai UU Perkawinan, UU Hak Tanggungan, dan UU
Kepailitan.
Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada tanggal 30 April 1847
melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1848.
Setelah Indonesia Merdeka, berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan UndangUndang Dasar 1945, KUH Perdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku
sebelum digantikan dengan Undang-Undang baru berdasarkan UndangUndang
Dasar ini. BW Hindia Belanda merupakan induk hukum perdata Indonesia.

B. SEJARAH SINGKAT HUKUM PERDATA


Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu yang disusun
berdasarkan hukum Romawi 'Corpus Juris Civilis'yang pada waktu itu dianggap
sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis
dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut (hukum perdata) dan Code de
Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai Belanda (1806-1813),
kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri Belanda yang masih dipergunakan
terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis (1813)
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum
Belanda yang dibuat oleh J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun,
sayangnya Kemper meninggal dunia pada 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya
13

dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi
Belgia.
Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880 dengan
pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838
oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :

BW [atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata-Belanda).

WvK [atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang]

Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan dari Code Civil hasil
jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.

C. PENGERTIAN DAN KEADAAN HUKUM DI INDONESIA


Pengertian dan Keadaan Hukum Perdata di Indonesia. Hukum Perdata adalah
hukum yang mengatur hubungan antara perorangan didalam masyarakat.
Perkataan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil
dan dapat juga dikatakan sebagai lawan dari hukum pidana. Hukum privat materiil
juga dikatakan sebagai Hukum Sipil, tapi karena perkataan sipil juga digunakan
sebagai lawan dari militer maka yang lebih umum digunakan nama Hukum
Perdata saja, untuk segenap peraturan hukum privat materiil (Hukum Perdata
Materiil).
Pengertian dari Hukum Privat adalah hukum yang memuat segala peraturan yang
mengatur hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan kepentingan dari
masing-masing orang yang bersangkutan. Dalam arti bahawa didalamnya
terkandung hak dan kewajiban seseorang dengan sesuatu pihak secara timbal balik
dalam hubungannya terhadap orang lain didalam suatu masyarakat tertentu.
Disamping Hukum Privat Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang
sekarang lebih dikenal dengan HAP (Hukum Acara Perdata) atau proses perdata
yang artinya hukum yang memuat segala peraturan yang mengatur bagaimana

14

caranya melaksanakan praktek dilingkungan pengadilan perdata. Didalam


pengertian sempit kadang-kadang hukum perdata ini digunakan sebagai hukum
dagang.
KEADAAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA
Keadaan hukum perdata di indonesia dapat dikatakan masih bersifat majemuk
yaitu masih beraneka warna. Penyebab dari keanekaragaman ini ada dua faktor,
yaitu:

Faktor Ethnis disebabkan keanekaragaman Hukum Adat bangsa Indonesia,

karena negara kita terdiri dari berbagai suku bangsa.

Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat pada pasal 163.I.S. yang membagi

penduduk indonesia dalam tiga golongan, yaitu :

Golongan Eropa dan yang dipersamakan.


Golongan Bumi Putera (pribumi atau bangsa asli Indonesia) dan yang

dipersamakan.

Golongan

Timur

Asing

(bangsa

Cina,

India,

Arab).

Dan pasal 131.I.S yaitu mengatur hukum-hukum yang diberlakukan bagi masingmasing golongan yang tersebut dalam pasal diatas. Hukum yang diberlakukan
bagi masing-masing golongan, yaitu :

Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku hukum perdata dan

hukum dagang barat yang diselaraskan dengan hukum perdata dan hukum dagang
di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.

Bagi golongan Bumi Putera dan yang dipersamakan berlaku hukum adat

mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu berlaku dikalangan rakyat, dimana
sebagian besar dari hukum adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam
tindakan-tindakan rakyat.

Bagi golongan timur asing juga berlaku hukum masing-masing, dengan

catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing siperbolehkan untuk
menundukkan diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun
untuk beberapa macam tindakan hukum tertentu saja.

15

Untuk memahami keadaan hukum perdata di Indonesia kita perlu mengetahui


riwayat politik pemerintah Hindia-Belanda terlebih dahulu terhadap hukum di
Indonesia. Pedoman politik bagi pemerintah hindia belanda terhadap hukum di
indonesia ditulis dalam pasal 131 (I.S) yang sebelumnya pasal 131 (I.S) yaitu
pasal 75 JJR yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
Hukum perdata dan dagang (begitu pula Hukum Pidana beserta Hukum Acara
Perdata dan Hukum Acara Pidana harus diletakkan dalam kitab undang-undang
yaitu

kodifikasi).

Untuk Golongan bangsa Eropa harus dianut perundang-undangan yang berlaku di


negeri Belanda (sesuai azas konkordansi). Untuk golongan bangsa Indonesia Asli
dan Timur Asing, jika ternyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka
menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan
berlaku

bagi

mereka.

Orang Indonesia Asli dan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan
dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa, diperbolehkan
menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini
boleh dilakukan baik secara umum maupun secara hanya mengenai suatu
perbuatan

tertentu

saja.

Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesia ditulis didalam Undang-Undang,


maka bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi
mereka

yaitu

Hukum

Adat.

Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa
Indonesia, seperti :

Ordonansi perkawinan bangsa Indonesia kristen (Staatsblad 1993 No.74)

Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA) Staatsblad 1939 No.570

berhubungan dengan No.717.


Dan ada pula peraturan-peraturan yang berlaku bagi semua golongan warga
negara, yaitu:

Undang-Undang hak pengarang

Peraturan umum tentang koperasi

Ordonansi Woeker

16

Ordonansi tentang pengangkutan di udara

D. SISTEMATIKA HUKUM DI INDONESIA


Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang
dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan
sanksi bagi pelanggarnya
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada
subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula
hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum
publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum
(misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan seharihari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka
hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara seharihari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,
pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat
perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum
tersebut juga memengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum
Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan
negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris,
misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum
komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata
di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum
perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di
Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek
(atau dikenal dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di
Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk

17

Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai
1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian.
Sistematika Hukum Perdata itu ada 2, yaitu sebagai berikut:

Menurut Ilmu Hukum/Ilmu Pengetahuan


Menurut Undang-Undang/Hukum Perdata

Sistematika Menurt Ilmu Hukum/Ilmu Pengetahuan terdiri dari:

Hukum tentang orang/hukum perorangan/badan pribadi (personen recht)


Hukum tentang keluarga/hukum keluarga (Familie Recht)
Hukum tentang harta kekyaan/hukum harta kekayaan/hukum harta benda

(vermogen recht)
Hukum waris/erfrecht
Sistematika hukum perdata menurut kitab Undang-Undang hukum perdata

Buku I tentang orang/van personen


Buku II tentang benda/van zaken
Buku III tentang perikatan/van verbintenisen
Buku IV tentang pembuktian dan daluarsa/van bewijs en verjaring

Apabila kita gabungkan sistematika menurut ilmu pengetahuan ke dalam


sistematika menurut KUHPerdata maka:

Hukum perorangan termasuk Buku I


Hukum keluarga termasuk Buku I
Hukum harta kekayaan termasuk buku II sepanjang yang bersifat absolute dan

termasuk Buku III sepanjang yang bersifat relative

Hukum waris termasuk Buku II karena Buku II mengatur tentang benda


sedangkan hokum waris juga mengatur benda dari pewaris/orang yang sudah
meninggal karena pewarisan merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak
milik yang diatur dalam pasa 584 KUHperdata (terdapat dalam Buku II) yang
menyatakan sebagai berikut :
Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain,

18

melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluarsa, karena


pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dank
arena penunjukan atau penyerahan, berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk
memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas
terhadap kebendaan itu.
1.5. HUKUM PERIKATAN
A. PENGERTIAN HUKUM PERIKATAN
Perikatan dalam bahasa Belanda disebut
verbintenis.Istilah perikatan ini lebih umum dipakaidalam literatur hukum di
Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti; hal yang mengikat orangyang satu
terhadap orang yang lain. Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat
berupa perbuatan, misalnya jual beli barang. Dapat berupa peristiwa, misalnya
lahirnya seorang bayi,meninggalnya seorang. Dapat berupa keadaan, misalnya;
letak pekarangan yang berdekatan,letak rumah yang bergandengan atau letak
rumah yang bersusun (rusun). Karena hal yangmengikat itu selalu ada dalam
kehidupan bermasyarakat, maka oleh pembentuk undang-undangatau oleh
masyarakat sendiri diakui dan diberi akibat hukum. Dengan demikian, perikatan
yangterjadi antara orang yang satu dengan yang lain itu disebut hubungan
hukum.Jika dirumuskan,
perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaanantara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu
dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan
ini merupakan suatu akibathukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau
peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. Dari rumusan ini dapat
diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukumharta kekayaan (law
of property), juga terdapat dalam bidang hukum keluarga (family law), dalam
bidang hukum waris (law of succession)serta dalam bidang hukum pribadi
(personal law).Di dalam hukum perikatan, terdapat sistem yang terbuka, dan yang
dimaksud dengan sistemterbuka adalah setiap orang dapat mengadakan perikatan

19

yang bersumber pada perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun, baik itu
yang diatur dengan undang-undang atau tidak,inilah yang disebut dengan
kebebasan berkontrak, dengan syarat kebebasan berkontrak harushalal, dan tidak
melanggar hukum, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang.
B. DASAR HUKUM PERIKATAN
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUHP perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut.
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
2. Perikatan yang timbul undang-undang.
Perikatan yang timbul dari undang-undang dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a. Perikatan terjadi karena undang-undang semata
b. Perikatan terjadi karena undang-undang akibat perbuatan manusia
c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela ( zaakwarneming).
C. AZAS-AZAS DALAM HUKUM PERIKATAN
Asas-asas dalam hukum perikatan diatur dalam Buku III KUH Perdata,
yakni menganut azas kebebasan berkontrak dan azas konsensualisme.
Asas Kebebasan Berkontrak Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal
1338 KUHP Perdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang
dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya.
Asas konsensualisme Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir
pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok
dan tidak memerlukan sesuatu formalitas. Dengan demikian, azas konsensualisme
lazim disimpulkan dalam Pasal 1320 KUHP Perdata.
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat adalah
1. Kata Sepakat antara Para Pihak yang Mengikatkan Diri Kata sepakat antara
para pihak yang mengikatkan diri, yakni para pihak yang mengadakan perjanjian
harus saling setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok dari perjanjian yang
akan diadakan tersebut.

20

2. Cakap untuk Membuat Suatu Perjanjian Cakap untuk membuat suatu


perjanjian, artinya bahwa para pihak harus cakap menurut hukum, yaitu telah
dewasa (berusia 21 tahun) dan tidak di bawah pengampuan.
3. Mengenai Suatu Hal Tertentu Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang
akan diperjanjikan harus jelas dan terinci (jenis, jumlah, dan harga) atau
keterangan terhadap objek, diketahui hak dan kewajiban tiap-tiap pihak, sehingga
tidak akan terjadi suatu perselisihan antara para pihak.
4. Suatu sebab yang Halal Suatu sebab yang halal, artinya isi perjanjian itu harus
mempunyai tujuan (causa) yang diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan,
atau ketertiban umum.
1.6. HUKUM PERJANJIAN
A. Pengertian Hukum Perjanjian
1.
Menurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang Undang Hukum Perdata berbunyi :
Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
2.
Menurut Rutten
Perjanjian adalah perbuatan hokum yang terjadi sesuai dengan formalitasformalitas dari peraturan hokum yang ada, tergantung dari persesuaian pernyataan
kehendak dua atau lebih orang-orang yang ditujukan untuk timbulnya akibat
hukum demi kepentingan salah satu pihak atas beban pihak lain atau demi
kepentingan dan atas beban masing-masing pihak secara timbal balik.
3.
Menurut adat
Perjanjian menurut adat disini adalah perjanjian dimana pemilik rumah
memberikan ijin kepada orang lain untuk mempergunakan rumahnya sebagai
tempat kediaman dengan pembayaran sewa dibelakang (atau juga dapat terjadi
pembayaran dimuka)
B. Standar Kontrak
1. Menurut Mariam Darus, standar kontrak terbagi dua yaitu umum dan khusus.
Kontrak standar umum artinya kontrak yang isinya telah disiapkan lebih dahulu
oleh kreditur dan disodorkan kepada debitur.Kontrak standar khusus, artinya
kontrak standar yang ditetapkan pemerintah baik adanya dan berlakunya untuk
para pihak ditetapkan sepihak oleh pemerintah.

21

2. Menurut Remi Syahdeini,


Keabsahan berlakunya kontrak baru tidak perlu lagi dipersoalkan karena kontrak
baru eksistensinya sudah merupakan kenyataan. Kontrak baru lahir dari kebutuhan
masyarakat (society nuds). Dunia bisnis tidak dapat berlangsung dengan kontrak
baru yang masih dipersoalkan.Suatu kontrak harus berisi:
a) Nama dan tanda tangan pihak-pihak yang membuat kontrak.
b) Subjek dan jangka waktu kontrak.
c) Lingkup kontrak.
d) Dasar-dasar pelaksanaan kontrak.
e) Kewajiban dan tanggung jawab.
f) Pembatalan kontrak
C. Macam-macam Perjanjian
1. Perjanjian dengan Cuma-Cuma dan perjanjian dengan beban
Perjanjian dengan Cuma-Cuma ialah suatu perjanjian dimana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada yang lain tanpa menerima suatu manfaat
bagi dirinya sendiri. (Pasal 1314 ayat (2) KUHPerdata).Perjanjian dengan beban
ialah suatu perjanjian dimana salah satu pihak memberikan suatu keuntungan
kepada pihak lain dengan menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
2.
Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik
Perjanjian sepihak adalah suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban pada
salah satu pihak saja.Perjanjian timbal balik ialah suatu perjanjian yang memberi
kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak.
3.
Perjanjian konsensuil, formal dan, riil
Perjanjian konsensuil ialah perjanjian dianggap sah apabila ada kata sepakat
antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. Perjanjian formil
ialah perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu bentuk teryentu, yaitu dengan
cara tertulis.Perjanjian riil ialah suatu perjanjian dimana selain diperlukan adanya
kata sepakat, harus diserahkan.
4.
Perjanjian bernama, tidak bernama dan, campuran
Perjanjian bernama adalah suatu perjanjian dimana Undang Undang telah
mengaturnya dengan kententuan-ketentuan khusus yaitu dalam Bab V sampai bab
XIII KUHPerdata ditambah titel VIIA.Perjanjian tidak bernama ialah perjanjian
yang tidak diatur secara khusus. Perjanjian campuran ialah perjanjian yang
mengandung berbagai perjanjian yang sulit dikualifikasikan.

22

D.

Syarat sahnya Perjanjian

Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian
harus memenuhi empat syarat yaitu :
a) Sepakat untuk mengikatkan diri.
Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu
harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala sesuatu yang
diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak ada
pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.
b) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk
membuat perjanjian atau mngadakan hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang
yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.
c) Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan untuk dapat
menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338 KUHPerdata
menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai suatu pokok yang
paling sedikit ditetapkan jenisnya.
d) Sebab yang halal
Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud untuk
mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika
ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban.
Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang
tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.
Dua syarat yang pertama yaitu kesepakatan dan kecakapan yang disebut syaratsyarat subyektif. Sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif,
karena mengenai perjanjian itu sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang
dilakukan.
E.

Saat Lahirnya Perjanjian

Menetapkan kapan saat lahirnya perjanjian mempunyai arti penting bagi :

Kesempatan penarikan kembali penawaran;


Penentuan resiko;
Saat mulai dihitungnya jangka waktu kadaluwarsa;
Menentukan tempat terjadinya perjanjian.

23

Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal adanya asas
konsensual, yang dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat
terjadinya konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek
yang diperjanjikan.
Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual. Sedang
yang dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak atau persesuaian
kehendak antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan memberikan
persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa
yang disepakati.
Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai pernyataan
kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak-pihak.
Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte). Pernyataan
pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie).
Jadi pertemuan kehendak dari pihak yang menawarkan dan kehendak dari pihak
yang akeptasi itulah yang disebut sepakat dan itu yang menimbulkan/melahirkan
kontrak/perjanjian. Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menentukan
saat lahirnya kontrak yaitu:
Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat atas suatu penawaran telah
ditulis surat jawaban penerimaan. Dengan kata lain kontrak itu ada pada saat
pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya.
Teori Pengiriman (Verzending Theori).
Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi adalah saat lahirnya kontrak.
Tanggal cap pos dapat dipakai sebagai patokan tanggal lahirnya kontrak.
Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat jawaban akseptasi
diketahui isinya oleh pihak yang menawarkan.
Teori penerimaan (Ontvangtheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat diterimanya jawaban, tak
peduli apakah surat tersebut dibuka atau dibiarkan tidak dibuka. Yang pokok
adalah saat surat tersebut sampai pada alamat si penerima surat itulah yang
dipakai sebagai patokan saat lahirnya kontrak.
F.

Pembatalan dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian

24

Itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata merupakan ukuran objektif
untuk menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian harus
mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Salah satunya untuk
memperoleh hak milik ialah jual beli.Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak
dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu
mencapai tujuannya. Jadi perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat dan
memaksa. Perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat pihak-pihak,
perjanjian tersebut tidak boleh diatur atau dibatalkan secara sepihak saja.
Suatu perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian
ataupun batal demi hokum. Perjanjian yang dibatalkan oleh salah satu pihak
biasanya terjadi karena Adanya suatu pelanggaran dan pelanggaran tersebut tidak
diperbaiki dalam jangka waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki.
a.

Pihak pertama melihat adanya kemungkinan pihak kedua mengalami

kebangkrutan atau secara financial tidak dapat memenuhi kewajibannya.


b. Terkait resolusi atau perintah pengadilan.
c. Terlibat hukum.
d. Tidak lagi memiliki lisensi, kecakapan, atau wewenang dalam melaksanakan
perjanjian.

1.7. HUKUM DAGANG (KUHP)


A.

Pengertian Hukum Dagang

Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekeerjaan membeli barang


dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan
waktu lainnya untuk memperoleh keuntungan. Hukum dagang adalah hukum yang
mengatur soal-soal perdagangan, yang timbul karena tingkah laku manusia dalam
perdagangan.
Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada :
1. Hukum tertulis yang dikodifikasikan :
a. Kitab Undang-undang dagang (KUHD) atau Wetboek Koophandel Indonesia
(W.V.K).

25

b. Kitab Undang-undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgelijk wetboek Indonesia


(BW).
2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan
khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengna perdagangan.
B.

Sejarah Hukum Dagang

Pembagian hukum privat sipil ke dalam hukum perdata dan hukum dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang berdasarkan
sejarah hukum dagang. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan yang tercabtum dalam
pasal 1 KUHD yang menyatakan bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat juga
dijalankan dalam penyelesaian soal yang disinggung dalam KUHD kecuali dalam
penyelesaianya, soal-soal tersebut hanya diatur dalam KUHD itu. Kenyataan lain
yang membuktikan bahwa pembagian itu bukan pembagian asasi adalah :
a.

Perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian terpenting dalam bidang

perdagangan tidak ditetapkan dalam KUHD tapi diatur dalam KUHS.


b. Perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat penting juga bagi soal
keperdataan ditetapkan dalam KUHD.
C.

Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang

Didalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang


pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika
perusahaan tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan
orang/pihak lain untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :

Membantu didalam perusahaan.


Membantu diluar perusahaan

Hubungan hukum yang terjadi diantara pembantu dan pengusahanya, yang


termasuk dalam perantara dalam perusahaan dapat bersifat :

D.

Hubungan perburuhan, sesuai pasal 1601 a KUH Perdata.


Hubungan pemberian kuasa, sesuai pasal 1792 KUH Perdata.
Hubungan hukum pelayanan berkala, sesuai pasal 1601 KUH Perdata
Berlakunya Hukum Dagang

26

Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja
yang melakukan perbuatan dagang, tetapi sejak tahun 1938 pengertian Perbuatan
Dagang, dirubah menjadi perbuatan Perusahaan yang artinya menjadi lebih luas
sehingga berlaku bagi setiap pengusaha (perusahaan). Para sarjana tidak satu pun
memberikan pengertian tentang perusahaan, pengertian dapat dipahami dari
pendapat antara lain :
Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk
mencari keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga
kerja, yang dilakukan secara terus menerus dan terang terangan untuk
memperoleh penghasilan dengan cara memperniagakan barang barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.
Menurut Mahkamah Agung (Hoge Read), perusahaan adalah seseorang yang
mempunyai perusahaan, jika secara teratur melakukan perbuatan perbuatan yang
bersangkutpaut dengan perniagaan dan perjanjian. Menurut Molengraff,
mengartikan perusahaan (dalam arti ekonomi) adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindakkeluar, untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperdagangkan perjanjian perjanjian perdagangan.
Menurut Undang undang Nomor 3 Tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus,
dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
E.

Hubungan Pengusaha dan Pembantunya

Di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang


pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika
perusahaan tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan
orang/pihak lain untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :
a. Membantu didalam perusahaan.
b. Membantu diluar perusahaan.
Hubungan hukum yang terjadi diantara pembantu dan pengusahanya, yang
termasuk dalam perantara dalam perusahaan dapat bersifat :
27

F.

Hubungan perburuhan, sesuai pasal 1601 a KUH Perdata.


Hubungan pemberian kuasa, sesuai pasal 1792 KUH Perdata.
Hubungan hukum pelayanan berkala, sesuai pasal 1601 KUH Perdat
Pengusaha dan Kewajibannya

Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undangundang, ada 2 macam kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha yaitu :
a. Membuat pembukuan.
b. Mendaftarkan perusahaannya.
G.

Bentuk-bentuk Badan Usaha

Secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah pemiliknya dan
dilihat dari status hukumnya yaitu :
1.

Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari jumlah pemiliknya tediri dari

perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan.


2. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari status hukumnya terdiri dari
perusahaan berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.
Sementara itu, didalam masyarakat dikenal 2 macam perusahaan, yakni :
Perusahaan Swasta
Perusahaan swasta terbagi dalam 3 bentuk perusahaan swasta :
- Perusahaan Swasta Nasional.
- Perusahaan Swasta Asing
- Perusahaan Patungan / campuran
Perusahaan Negara
Perusahaan disebut dengan BUMN, yang terdiri menjadi 3 bentuk :
- Perusahaan Jawatan.
- Perusahaan Umum.
- Perusahaan Perseroan.
a. Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota yang dikelola oleh
pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial. Disebutkan juga dalam UU No 16
tahun 2001, yayasan meerupakan suatu badan hukum dan untuk dapat menjadi
badan hukum wajib memenuhi criteria dan persyaratan tertentu.
Yayasan terdiri atas kekayaan yang terpisahkan.
Kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan.
Yayasan mempunyai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan.
yayasan tidak mempunyai anggota.
b.
Pembubaran yayasan

28

Yayasan dapat dibubarkan seperti juga organ-organ lainnya. Dengan demikian,


yayasan itu dapat bubar atau dibubarkan karena :
Jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.
Tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak
tercapai.
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
1.8. WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
A. Dasar hukum wajib Daftar Perusahaan
Wajib daftar perusahaan dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun
1982. Pendaftaran perusahaan ini penting bagi pemerintah guna melakukan
pembinaan, pengarahan, pengawasan dan menciptakan iklim dunia usaha yang
sehat. Selain itu wajib daftar perusahaan ini memudahkan untuk sewaktu-waktu
dapat mengikuti secara seksama keadaan perkembangan sebenarnya dari dunia
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia secara menyeluruh, termasuk tentang
perusahaan asing. Bagi dunia usaha, daftar perusahaan penting untuk mencegah
dan

menghindari

praktek-praktek

usaha

yang

tidak

jujur

(persaingan,

penyelundupan dll).
Selain itu daftar perusahaan buat dunia usaha bermanfaat untuk menciptakan
keterbukaan antar perusahaan, memudahkan mencari mitra bisnis, mendasarkan
investasi pada perkiraan yang jelas, meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Tujuan Undang-Undang tentang wajib daftar perusahaan adalah memberikan
perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara
jujur dan terbuka, serta pembinaan kepada dunia usaha dan perusahaan,
khususnya golongan ekonomi lemah.
B. Ketentuan Wajib Daftar Perusahaan
Daftar Perusahaan daftar catatan resmi yang diadakan berdasarkan ketentuan
undang-undang dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal
yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang
berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. Perusahaan setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-mneerus
dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Pengusaha setiap
29

orang perorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu
jenis perusahaan. Usaha setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam
bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba. Menteri menteri yang bertanggung
jawab dalam bidang perdagangan.
C. Tujuan dan Sifat Wajib Daftar Perusahaan
Mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu
perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang
perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha Daftar perusahaan bersifat
terbuka untuk semua pihak. Sifat terbuka daftar perusahaan itu dapat
dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber informasi.
D.

Kewajiban Pendaftaran

Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan, Pendaftaran wajib


didaftarkan oleh pemiliknya atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau
dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah.
Jika perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, maka pendaftaran boleh dilakkan
oleh salah seorang dari pemilik perusahaan tersebut. Badan Usah Yang Tidak
Perlu Menjadi Wajib Daftar:
1.

Setiap perusahaan Negara berbentuk perjanjian yang dikecualikan dari

kewaiban pendaftran adalah peusahaan-perusahaan yang tidak bertujuan


memperoleh keuntungan dan atau laba.
2.
Setiap perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh sendiri atau hanya
memperkerjakan anggota keluarga terdekat serta tidak memerlukan izin usaha dan
tidak merupakan badan hukum atu suatu persekutuan. Perusahaan kecil
perorangan yang melakukan kegiatan dan atau memperoleh keuntungan yang
benar-benar hanya sekedar untuk mmenuhi keperluan nafkah sehari-hari. Anggota
terdekat disini adalh termasuk ipar dan menantu.
3.
Usaha diluar bidang ekonomiyang tidak bertujuan mencari profit:
Pendidikan formal, pendidikan non formal, rumah sakit.
4. Yayasan
Bentuk badan usaha yang masuk dalam wajib daftar perusahaan:

30

a.
b.
c.
d.
e.
E.

Badan hukum.
Persekutuan.
Perorangan.
Perum.
Perusahaan Daerah, perusahaan perwakilan asing.
Cara & Tempat serta Waktu Pendaftaran

Pendaftaran dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang ditetapka


oleh menteri pada kantor tempat pendaftaran. Pendaftaran dilakukan di Kantor
departemen perindustrian dan Perdagangan atau Dinas yang membidangi
Perdagangan Kabupaten/Kota selaku kantor pendaftaran Perusahaan (KPP).
Caranya:

Mengisi formulir pendaftaran yang disediakan.


Membayar biaya administrasi.
Pendaftaran Perusahan wajib dilakukan oleh pemilik/ pengurus/ penanggung

jawab atau kuas perusahaan.


Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangkawaktu 3 bulan setelah perusahaan mulai
menjalankan usahanya. Suatu perusahaan dianggap mulai menjalankan usahanya
pada saat menerima izin usaha dari instansi teknis yang berwenang.
F.
a.
b.
c.
d.
e.

Hal-Hal Yang Didaftarkan


Pengenalan tempat.
Data umum perusahaan.
Legalitas perusahaan.
Data pemegang saham.
Data kegiatan perusahaan

Kepada perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya dalam daftar perusahaan


diberikan tanda daftar perusahan yang berlaku untuk jangka waktu 5 tahun sejak
tanggal dikeluarkannya dan wajib dipebaharui sekurang-kurangnya 3 bulan
sebelum tanggal berlakuya berakhir. Apabila tanda daftar perusahaan hilang,
pengusaha berkewajiban untuk mengajukan permintaan tertulis kepada kantor
pendaftaran perusahaan untuk memperolehpenggantinya dalam waktu selambatlambatnya 3 bulan setelah kehilangan itu.
Apabila ada perubahan atas hal yang didaftarkan, wajib dilaporkan pada kantor
tempat pendaftaran perusahaan dengan menyebutkan alas an perubahan tersebut

31

disertai tanggal perubahan tersebut dalm waktu 3 bulan setelah terjadi perubahan
itu. Apabila ada pengalihan pemilikan atau pengurusan atsa perusahaan atau
kantor cabang, kantor pembantu, agen dan perwakilannya, pemilik atau pengurus
lama berkewajiban untuk melaporkan.
Apabila terjadi pembubaran perusahaan atau kantor cabang, kantor pembantu atau
perwakilannya, pemilik atau pengurus maupun likuidaror berkewjiban untuk
melaporkanya.
Ketentuan Pidana
Sanksi Pidana kejahatan (Pasal 32 UU-WDP) karena pengusaha dengan sengaja
atau kelalaiannya tidak memenuhi kewajiban UU-WDP diancam pidana penjara
selama-lamanya 3 (tiga) bulan kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp
3.000.000,- (tiga juta rupiah).
Sanksi Pidana pelanggaran (Pasal 33 UU-WDP) karena pengusaha melakukan
atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru atau tidak lengkap dalam
memenuhi kewajiban UU-WDP diancam pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga)
bulan kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 1.500.000,- (satu juta
lima ratus ribu rupiah).
Sanksi Pidana pelanggaran (Pasal 34 UU-WDP) karena pengusaha tidak
memenuhi kewajiban untuk menghadap atau menolak untuk menyerahkan atau
mengajukan sesuatu persyaratan atau keterangan lain untuk pendaftaran dalam
Daftar Perusahaan diancam pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) bulan
kurungan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
1.9. HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL(HAKI)
A.

Pengertian Hukum Kekayaan Intelektual (HAKI)

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau
harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual
Property Right. Kata Intelektual tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual
tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the
Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3). Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang

32

atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI mencakup
Hak Cipta, Hak Paten dan Hak Merk.Jadi pengertian secara umum Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu peraturan kepada
seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI
mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk.

B.

Prinsip-prinsip Hukum Kekayaan Intelektual

1) Prinsip Ekonomi
Prinsip Ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu
kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang
akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2) Perinsip Keadilan
Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang
bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam
pemiliknya.
3) Prinsip Kebudayaan
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni
untuk meningkatkan kehidupan manusia.
4) Prinsip Sosial
Prinsip sosial (mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara), artinya hak
yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu
kesatuan sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan individu
dan masyarakat.
C.

Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual

33

Berdasarkan WIPO hak atas kekayaan intelektual dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu hak cipta (copyright), dan hak kekayaan industri (industrial property
right). Hak kekayaan industry (industrial property right) adalah hak yang
mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama yang mengatur
perlindungan hukum. Hak kekayaan

industry (industrial property right)

berdasarkan pasal 1 Konvensi Paris mengenai perlindungan Hak Kekayaan


Industri Tahun 1883 yang telah di amandemen pada tanggal 2 Oktober 1979 :
a.
b.
c.
d.
D.

Paten.
Merek.
Varietas tanaman.
Rahasia dagang.
Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

a. UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.


b. UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun
1982 Nomor 15).
c. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42).
d. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI
Tahun 1997 Nomor 29).
E.

Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta :
a.

Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu


dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat 1).
b. Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu
pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara
ekslusif kepada pencipta, yaitu seorang atau beberapa orang secara bersama-

34

sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi.
F.

Hak Paten

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001:


Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Investor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakan (Pasal 1 ayat 1). Dasar Hukum Hak Paten :
a.

UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten ( Lembaran Negara RI Tahun 1989

Nomor 39).
b. UU Nomor 13 Tahun 1997 Tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun 1989
tentang Paten (lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30).
c. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 2001
Nomor 109).

G.

Hak Merk

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 :


a.

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka,

susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. (Pasal 1
ayat 1).
b. Merek merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan produk (barang
dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam rangka memperlancar
perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi produsen dan konsumen.
Jadi Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan di gunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
(Pasal 1 Undang-undang Merek). Dasar Hukum Hak Merk :
a. UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek( Lembaran Negara RI Tahun 1992
Nomor 81).

35

b.

UU Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 1992

tentang Merek (lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 31).


c. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 2001
Nomor 110).
H. Desain Industri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 200 Tentang Desain Industri
Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
(Pasal 1 ayat 1).
I.
Rahasia Dagang
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang :
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang
teknologo dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karna berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
2.10.

PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Pengertian Perlindungan Konsumen


Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999 :
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
B.

Asas & Tujuan Perlindungan Konsumen

Asas-asas yang dianut dalam hukum perlindungan konsumen sebagaimana


disebutkan dalam Pasal 2 UU PK adalah:
Asas manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UUPK harus memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha.
36

Sehingga tidak ada satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak
lainnya. Kedua belah pihak harus memperoleh hak-haknya.
Asas keadilan
Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat memperoleh
haknya dan menunaikan kewajibannya secara seimbang.
Asas keseimbangan
Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen, pelaku usaha serta
pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak yang lebih
dilindungi.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Diharapkan penerapan UU PK akan memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
Asas kepastian hokum
Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hokum.
Perlindungan konsumen bertujuan:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan / atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang, menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
C. Hak & Kewajiban Konsumen
Hak konsumen adalah:
a. Konsumen berhak atas produk yang aman.
37

b. Konsumen berhak atas segala informasi yang relevan terhadap produk yang
dipakainya.
c. Konsumen memiliki hak untuk berbicara dan didengar.
d. Konsumen berhak memilih produk yang akan dibeli.
e. Konsumen berhak mendapatkan edukasi tentang pembelian mereka.
f. Konsumen berhak untuk mendapatkan pelayanan yang baik.
g. Hak untuk mendapatkan ganti rugi
Kewajiban konsumen adalah:
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak pelaku usaha adalah:
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan / atau jasa yang
diperdagangkan;
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Kewajiban pelaku usaha adalah:
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d.
Menjamin

mutu

barang

dan/atau

jasa

yang

diproduksi

dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang


berlaku;

38

e.

Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan,

pemakaian

dan

pemanfaatan

barang

dan/atau

jasa

yang

diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

E. Perbuatan Yang Dilanggar Bagi Pelaku Usaha


a. Pasal 8
Pelaku usaha dilarang menawarkan jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak
sesuai dengan janji yang dinyatakan keterangan, iklan atau promosi atas
penawaran jasa tersebut. Tidak membuat perjanjian atas pengikatan jasa tersebut
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Pasal 9
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang
dan atau jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah secara langsung atau tidak
langsung merendahkan barang dan atau jasa lain.
c. Pasal 10
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai: Harga atau
tarif suatu barang dan/atau jasa.
d. Pasal 13
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu
barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang
dan atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
e. Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk:
Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
39

Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;M


emberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.

f.

Klasula Baku Dalam Perjanjian

Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen. Misalnya: Kwitansi/ faktur pembelian barang
yang menyatakan: Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau
dikembalikan. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian apabila:
a.

Menyatakan tunduk-nya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan, lanjutan dan atau peng-ubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.
b. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.
c. Setiap klausula yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2
dinyatakan batal demi hukum.
g. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Menurut Pasal 19 yaitu :
a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
b. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi.

40

d.

Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak

menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian


lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bahwa setiap kegiatan ekonomi memerlukan kepastian hukum dalam
menagatur setiap kegiatan ekonomi, agar memberikan kelancaran dalam setiap
jalannya kegiatan ekonomi. Dengan kelancaran kegiatan ekonomi dapat
memberikan hasil yang maksimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kepastian hokum yang jelas, tegas dan adil menciptakan kegiatan
ekonomi

yang

memberikan

selaras

dengan

pertumbumbuhan

perkembangan

perekonomian

perekonomian,

yang

sesuai

sehingga

dengan

yang

diharapkan.
3.2.SARAN
Setiap hokum harus dilaksanakan dengan bersifat tegas, adil dan jelas juga
tidak memihak. Agar tidak ada penyalah aturan dalam jalannya kegiatan ekonomi.
Sehingga dapat berjalan dengan lancar.

41

DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/20976269/Definisi-Hukum-Perikatan
http://yasintamaria92.blogspot.com/2013/05/makalah-aspek-hukum-dalamekonomi_24.html
http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/04/27/2-obyek-hukum/

42

Anda mungkin juga menyukai