Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tercurahkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asas-Asas Hukum Pidana, Perdata, HTN/HAN,
Adat, dan Internasional” ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Guswan Hakim. SH., M.H selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Hukum yang telah membimbing, memberikan ilmu, serta banyak hal kepada kami

Kami juga sangat berharap semogah makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua mengenai “Asas-Asas
Hukum Pidana, Perdata, HTN/HAN, Adat, dan Internasional”. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap adanya
kritik yang membangun dan saran yang positif demi perbaikan makalah ini
kedepannya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi kami pribadi dan
orang-orang yang membancanya. Sebelumnya kami sebagai penyusun memohon
maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat penulisan yang salah dan pengunaan
kata-kata yang kurang berkenan dihati, karena kami sebagai manusia biasa tidak
luput dari yang namanya kesalahan.

Kendari, 10 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................I

KATA PENGANTAR ........................................................................................II

DAFTAR ISI........................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................2

1.3 Tujuan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................3

2.1 Pengertian Asas Hukum ......................................................................3

2.1 Macam-Macam Asas Hukum..............................................................4

BAB III PENUTUP .............................................................................................18

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................18

3.2 Saran .....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan


masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Setiap
hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Hukum
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia
sebagai makhluk sosial, dan mewujudkan keadilan dalam hidup bersama. Salah
satu prinsip hukum menyatakan bahwa “Hukum barulah diakui sebagai hukum,
jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarya terhadap sebanyak-
banyaknya orang.”

Dari prinsip tersebut dapatlah di ambil suatu kesimpulan bahwa hukum itu
harus memberikan manfaat bagi masyarakat banyak tanpa memandang status
sosial siapapun. Karena pentingnya kedudukan hukum dalam tatanan masyarakat,
maka dalam pembentukan peraturan hukum tidak bisa terlepas dari asas hukum,
karena asas hukum adalah landasan utama dalam pembentukan hukum juga
disebut titik tolak dalam pembentukan dan interpretasi suatu undang-undang.

Di dalam pembentukan kehidupan bersama yang baik, dituntut pertimbangan


tentang asas atau dasar dalam membentuk hukum supaya sesuai dengan cita-cita
dan kebutuhan hidup bersama. Dengan demikian asas hukum adalah prinsip yang
dianggap dasar atau fundamen hukum. karena itu bahwa asas hukum merupakan
jantung dari peraturan hukum yang ada. Dikatakan demikian karena asas hukum
merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum.Asas
hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan peraturan
hukum. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan sedikit pembahasan yang
berkaitan dengan masalah ini dengan harapan dapat mendekatkan pemahaman kita

1
tentang asas-asas hukum khususnya hukum yang berlaku di Indonesia, yakni
hukum tata negara/administrasi negara, hukum pidana, hukum perdata, hukum
adat, dan hukum internasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan asas hukum?


2. Apa yang dimaksud dengan asas hukum umum dan asas hukum khusus?
3. Bagaimana kodifikasi penggolongan asas-asas hukum Pidana, Perdata,
HTN/HAN, Adat, dan Internasional?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui serta mampu memahami secara harfiah mengenai


pengertian asas hukum.
2. Untuk mengetahui serta mampu memahami point penting terkait dengan
konsep dasar asas hukum umum maupun asas hukum khusus.
3. Untuk mengetahui serta mampu memahami penggolongan asas-asas
hukum Pidana, Perdata, HTN/HAN, Adat, dan Internasional secara
komprehensif
.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASAS HUKUM

Menurut terminologi bahasa, yang dimaksud dengan asas terbagi menjadi


dua arti. Arti yang pertama yaitu asas merupakan dasar, alas, atau fudamen.
Sedangkan arti asas yang kedua yaitu asas merupakan kebenaran yang menjadi
pokok dasar atau tumpuan berpikir berpendapat dan sebagainya. Kamus hukum
memberikan pemaknaan asas sebagai suatu landasan yang dirumuskan secara luas
dan mendasari adanya suatu norma hukum, sedangkan untuk prinsip dibagi
menjadi dua, yaitu principal prima (norma-norma kehidupan yang berlaku secara
fudamental universal, dan mutlak serta kekal, berlaku bagi segala bangsa dan
masa), principia secundaria (norma-norma yang tidak fudamental, tidak universal,
dan tidak mutlak melainkan relatif tergantung pada manusianya.

Asas hukum merupakan landasan atau pondasi yang menopang kokohnya


suatu norma hukum. Paul Scholten dalam J.J.H Bruggink menguraikan “Asas
hukum adalah pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam dan di belakang
sistem hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan, perundang-
undangan dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan dengan ketentuan-
ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai
penjabarannya.” Bellefroid dalam Sudikno Mertokusumo, mengemukakan bahwa
“Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan
yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturanaturan yang lebih umum.
Jadi asas hukum umum merupakan kristalisasi (pengendapan) hukum positif
dalam suatu masyarakat.”

Dalam asas hukum terdapat dua landasan. Landasan yang pertama yaitu
asas hukum itu berakar pada kenyataan masyarakat dan yang kedua pada nilai-

3
nilai yang dipilih sebagai pedoman dalam kehidupan bersama. Smits dalam
Herlien Budiono memberikan pendapatnya, bahwa asas hukum memiliki fungsi
sebagai berikut:

 Asas - asas hukumlah yang memberikan keterjalinan dari ukuran-ukuran


hukum yang tersebar.
 Asas-asas hukum dapat difungsikan untuk mencari pemecahan atas
masalah-masalah baru yang muncul dan membuka bidang-bidang liputan
masalah baru.
 Asas-asas dalam hal-hal demikian dapat dipergunakan untuk menulis
ulang bahan-bahan ajaran hukum yang ada sedemikian sehingga dapat
dimunculkan solusi terhadap persoalan-persoalan baru yang berkembang.

Melalui asas hukum, norma hukum berubah sifatnya menjadi bagian suatu
tatanan etis yang sesuai dengan nilai kemasyarakatan. Pemahaman tentang
keberadaan suatu norma hukum (mengapa suatu norma hukum diundangkan)
dapat ditelusuri dari “ratio legis”nya. Meskipun asas hukum bukan norma hukum,
namun tidak ada norma hukum yang dapat dipahami tanpa mengetahui asas-asas
hukum yang terdapat di dalamnya. Asas hukum berfungsi sebagai pondasi yang
memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental, mengandung nilai-nilai dan
tuntutan-tuntutan etis. Terkait dengan hal tersebut, dalam satu mata rantai, sistem,
asas, norma dan tujuan hukum berfungsi sebagai pedoman dan ukuran atau
kriteria bagi perilaku manusia. Keberadaan asas hukum adalah conditio sine
quanon bagi norma hukum, karena mengandung nilai-nilai moral dan etis, yang
memberikan arah bagi pembentukan hukum yang memenuhi nilai-nilai filsafati,
yang berintikan rasa keadilan dan kebenaran, nilai-nilai sosiologis yang sesuai
dengan tata nilai budaya yang berlaku di masyarakat, serta nilai-nilai yuridis yang
sesuai dengan hukum yang berlaku.

2.2 MACAM-MACAM ASAS HUKUM

Asas hukum menjadi dasar dan petunjuk arah dalam pembentukan hukum
positif. Oleh karena itu, asas hukum merupakan unsur penting dalam

4
pembentukan peraturan hukum. Secara umum, asas hukum dapat diartikan sebagai
prinsip-prinsip yang dianggap dasar atau fundamental dalam hukum. Dalam
hukum terdapat berbagai macam asas hukum, asas-asas hukum tersebut adalah
sebagai berikut.

2.1.1. Asas Hukum Umum dan Asas Hukum Khusus


Asas hukum secara umum terbagi menjadi dua yaitu asas hukum umum
dan asas hukum khusus.
a) Asas Hukum Umum
Asas hukum umum adalah asas yang berhubungan dengan bidang
hukumdan berlaku untuk semua bidang hukum tersebut. Contoh dari asas
hukum umum adalah sebagai berikut :
 Asas equality before the law, yaitu setiap orang mempunyai kedudukan
yang sama dihadapan hukum.
 Asas lex post teriori derogat legi priori, yaitu apa yang lahirnya tampak
benar, untuk sementara harus dianggap demikian sampai diputus lain
oleh pengadilan. Atau dengan kata lain, peraturan yang baru akan
menghapus peraturan yang lama.
 Asas lex specialis derogat legi generali, yaitu peraturan yang lebih
khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum
 Asas lex superior derogat legi inferior, yaitu peraturan yang lebih
tinggi akan mengesampingkan peraturan yang lebih rendah.

b) Asas Hukum Khusus


Asas hukum khusus adalah asas yang berfungsi dalam bidang
hukum yang lebih spesifif, seperti dalam bidang hukum perdata, hukum
pidana, dan lain-lain. Contoh dari hukum khusus adalah sebagai berikut
 Asas pecta sunt servanda, yaitu bahwa setiap janji adalah mengikat
 Asas presumption of innocence, yaitu asas praduga tidak bersalah.
Seseorang tidak dapat dinyatakan bersalah apabila belum diputus
pengadilan atau memiliki kekuatan hukum yang tetap.

5
 Asas verhandlung maxime, yaitu para pihak harus membuktikan,
bukan hakim yang membuktikan.
 Asas actor sequitur forum rei, yaitu gugatan diajukan dipengadilan
tenpat tergugat dalam hukum perdata formal.
 Asas secundum allegata ludicare, yaitu hakim terikat peristiwa yang
diajukan oleh para pihak.

2.1.2 Asas Hukum Perdata


Hukum perdata yaitu ketetapan yang mengatur hak dan kewajiban antar
individu dalam masyarakat. Istilah hukum perdata di negara Indonesia mulanya
dari bahasa Belanda “Burgerlik Recht” yang sumbernya pada Burgerlik Wetboek
atau dalam bahasa Indonesia nya disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata). Dalam hukum perdata terdapat beberapa asas yakni
sebagai berikut :
 Asas Kebebasan Berkontrak. Asas ini mengandung arti bahwa masing-
masing orang dapat mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur dalam
undang-undang ataupun yang belum diatur dalam undang-undang. Asas
ini ada dalam 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang untuk
yang membuatnya”
 Asas Konsesualisme. Asas ini berkaitan dengan pada saat terjadi
perjanjian. Di pasa 1320 ayat 1 KUHPerdata, syarat wajib perjanjian itu
karena terdapat kata sepakat antara kedua belah pihak.
 Asas Kepercayaan. Asas ini mempunyai arti bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi masing-masing prestasi yang
diantara kedua pihak.
 Asas Kekuatan Mengikat. Asas ini menyatakan bahwa pernjanjian hanya
mengikat pihak yang mengikatkan diri atau yang ikut serta dalam
perjanjian tersebut.

6
 Asas Persamaan Hukum. Asas ini mempunyai maksud bahwa subjek
hukum membuat yang membuat perjanjian mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama dalam hukum.
 Asas Keseimbangan. Asas ini menginginkan kedua belah pihak memenuhi
dan menjalankan perjanjian yang telah dijanjikan.
 Asas Kepastian Hukum (Asas pacta sunt servada). Asas ini ada karena
suatu perjanjian dan diatur dalam pasal 1338 ayat 1 dan 2 KUHPerdata.
 Asas Moral. Asas moral merupakan asas yang terikat dalam perikatan
wajar, ini artinya perilaku seseorang yang sukarela tidak dapat menuntut
hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.
 Asas Perlindungan. Asas ini memberikan perlindungan hukum kepada
debitur dan kreditur. Tetapi yang membutuhkan perlindungan adalah
debitur karena berada di posisi yang lemah.
 Asas Kepatutan. Asas ini berhubungan dengan ketentuan isi perjanjian
yang diharuskan oleh kepatutan.
 Asas Kepribadian. Asas ini mewajibkan seseorang dalam pengadaan
perjanjian untuk kepentingan dirinya sendiri.
 Asas Itikad Baik. Sesuai dengan pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, asas ini
berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian, asas ini menyatakan bahwa
apa yang hendak dilakukan dengan pemenuhan tuntutan keadilan dan tidak
melanggar kepatutan.

Selain asas-asas tersebut, dalam hukum perdata juga terdapat asas hukum
acara perdata atau hukum perdata formal yang berfungsi untuk mempertahankan
dan melaksanakan hukum perdata material apabila dilanggar. Asas-asas hukum
acara perdata adalah sebagai berikut :
 Hakim bersifat menunggu, artinya dalam proses hukum acara perdata
kehendak atau insiatif gugatan diserahkan kepada para pihak yang
berkepentingan, hakim tida brwenang mengadili.
 Hakim aktif, artinya sejak awal sampai akhir persidangan hakim harus
aktif memberi nasihat dan bantuan kepada para pihak yang berperkara

7
tentang cara memasukkan gugatan (Pasal 119 dan 195 HIR/Pasal 143
RBg) hakim wajib memberi nasihat pada para pihak untuk melakukan
upaya hukum dan memberikan keterangan yang diperbolehkan (Pasal 132
HIR). Hakim tetap terikat pada kasus yang diajukan para pihak.
 Sidang bersifat terbuka, artinya pemeriksaan perkara dipengadilan bersifat
terbuka untuk umum (openbaar), setiap orang boleh hadir dalam
pemeriksaan perkara di persidangan (Pasal 179 ayat (1) HIR).
 Tidak harus diwakilkan, artinya berperkara dipengadilan tidak harus
diwakilkan. Akan tetapi para pihak dapat juga diwakili oleh kuasanya
kalau dikehendaki (Pasal 123 HIR/Pasal 147 RBg).
 Beracara dengan lisan (mondelinge procedure), artinya pemeriksaan
perkara dipersidangkan dilakukan dengan tanya jawab antara hakim
dengan para pihak maupun saksi. Selain itu, para pihak diperbolehkan
menyampaikan dengan surat-surat atau tulisan (Pasal 121 ayat (2)
HIR/RIB).
 Beracara secara langsung, artinya pemeriksaan perkara di persidangan
dilakukan secara lansgung, hakim berhadapan, berbicara, mendengar
keterangan dari para pihak yang berperkara maupun dengan saksi
dipersidangan. Asas ini dikenal dengan asas audi et alteram partem atau
kedua pihak harus didengar.
 Beracara dikenai biaya, artinya berperkara dipengadilan harus membayar
biaya perkara (Pasal 121 ayat (4), 182, 183 HIR/Pasal 145 ayat (4), 192-
194 RBg jo. Pasal ayat (2) UUKK).
 Hakim haus berusaha mendamaikan, artinya sebelum acara pemeriksaan
perkara dimulai, hakim lebih dahulu harus berusaha mendamaikan para
pihak yang berperkara (Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg jo. Pasal 16 ayat (2)
UUKK).
 Putusan hakim harus disertai alasan-alasan huku, artinya setiap putusan
pengadilan harus disertai alasan-alasan hukum sebagai dasar putusan
mengadili (Pasal 184 ayat (1) HIR, Pasal 195 ayat (1) RBg jo. Pasal 19
ayat (4) UUKK).

8
 Hakim terikat pada alat bukti, artinya hanya boleh mengambil keputusan
hukum berdasarkan alat-alat bukti yang sah atau yang ditentukan dalam
undang-undang.

2.1.3. Asas Hukum Pidana


Hukum pidana adalah hukum yang memuat peraturan tentang pelanggaran
dan kejahatan serta sanksi yang akan diberikan atas pelanggaran dan kejahatan
tersebut. Hukum pidana dibagi menjadi dua yaitu hukum pidana materiil dan
hukum pidana formiil. Dalam hukum pidana terdapat berbagai asas hukum. Asas-
asas hukum tersebut adalah sebagai berikut :
 Asas legalitas: didasarkan pada adagium nullum delictum nulla poena sine
praevia lege poenale, asas ini tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP,
maksudnya adalah "tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam perundang- undangan yang telah ada
sebelum perbuatan dilakukan".
 Asas teritorialitas: asas yang memberlakukan KUHP bagi semua orang
yang melakukan perbuatan pidana di wilayah Indonesia (Pasal 2 dan 3
KUHP).
 Asas nasional aktif: asas yang memberlakukan KUHP terhadap orang-
orang Indonesia yang melakukan perbuatan pidana di luar wilayah
Indonesia, disebut juga asas Personalitet..
 Asas nasional pasif: asas yang memberlakukan KUHP terhadap baik WNI
maupun WNA yang melakukan perbuatan pidana.
 Asas universalitas: asas yang memberlakukan KUHP terhadap perbuatan
pidana yang terjadi di luar wilayah Indonesia yang bertujuan untuk
merugikan kepentingan internasional.
 Asas tidak ada hukuman tanpa kesalahan: disebut juga geen straf zonder
schuld.
 Asas bahwa apabila ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah
peristiwa itu terjadi, maka dipakailah ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si tersangka.

9
 Asas hapusnya kewenangan menuntut pidana dan menjalankan pidana
karena : Nebis in idem (tidak boleh dituntut dua kali karena perbuatan
yang oleh hakim terhadap dirinya telah diadili dengan putusan yang
menjadi tetap-Pasal 76 KUHP), daluwarsa (Pasal KUHP), dan matinya
terdakwa (Pasal 77 KUHP), (d) pembayaran denda (Pasal 82), grasi,
amnesty, dan abolisi.

Selain asas yang disebutkan diatas, terdapat juga asas hukum acara pidana
yang secara eksplisit juga diatur dalam KHUP Indonesia yaitu :
 Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan. Pemberlakuan asas ini
sebenarnya diatur dalam HIR. Selain itu, diatur juga dalam UU No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan “Peradilan
diakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.” Sederhana berarti
pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan
efektif. Sedangkan biaya ringan artinya biaya perkara yang dapat
dijangkau oleh masyarakat banyak. Adapun cepat diartikan segera.
Peradilan cepat sangat diperlukan terutama untuk menghindari penahanan
yang lama sebelum ada keputusan hakim.
 Asas praduga tak bersalah (presumption of innocence). Asas ini
mengandung makna setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan
dituntuk dan dihadapkan dipengadilan tidak boleh dianggap bersalah
sampai ada putusan pengadilan yang menyatakan bersalah serta telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Asas ini terdapat dalam Penjelasan
Umum butir 3 c KUHAP. Selain itu, diatur dalam KUHAP dalam Pasal 11
ayat (1) Universal Declaration of Human Rights 1948.
 Asas oportunitas, merupakan suatu asas dimana penuntut umum tidak
diwajibkan untuk menuntut seseorang jika penuntutannya akan merugikan
kepentingan umum. Asas ini tidak dapat digunakan secara sembarangan.
Asas ini hanya berlaku jika kepentingan umum benar-benar dirugikan,
selain itu tidak semua jaksa dapat meberlakukan asas ini. Hanya Jaksa

10
Agung yang dapat melaksanakan asas ini sebagaimana diatur oleh Pasal 35
c UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.
 Asas Akusator, merupakan asas yang menempatkan kedudukan
tersangka/terdakwa sebagai subjek bukan sebagai objek dari setiap
tindakan pemeriksaan. Asas ini merupakan asas yang dianut KUHAP yang
berbeda dengan asas inkuisatoir yang masih menempatkan kedudukan
tersangka/terdakwa sebagai objek pemeriksaan sebagaimana diatur dalam
HIR.

2.1.4. Asas Hukum Internasional


Menurut J.G. Starke, hukum internasional dirumuskan sebagai kumpulan
(body law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya
ditaati dalam hubungan antara negara-negara satu sama lain. Hukum internasional
ialah keseluruha peraturan atau norma hukum atau asas asas hukum yang
mengatur hubungan antara negara-negara dan/atau lembaga-lembaga
internasional. Dalam hukum internasional terdapat berbagai asas hukum. Asas-
asas hukum tersebut adalah sebagai berikut :
 Pacta sunt servanda, tiap-tiap janji harus ditepati. Asas ini bermaksud
untuk memberi pedoman bagi tiap-tiap negara berdasarkan suatu
perjanjian.
 Asas kedaulatan negara, kedaulatan berarti persamaan sederajat antara
negara-negara yang saling mengadakan perhubungan.
 Asas timbal balik (asas reciprociteit), jika sesuatu negara mempunyai
perwakilan dinegara lain, maka negara lain juga mempunyai perwakilan
dinegara pertama tadi.
 Self defence principles, pengecualian atas prinsip non-intervensi yang
tercantum dalam Pasal 51 Piagam PBB.

2.1.5. Asas Hukum Adat


Adat merupakan pencerminan kepribadian suatu bangsa, yang merupakan
penjelmaan dari jiwa bangsa yang cukup lama bahkan berabad-abad. Adat istiadat
adalah tingkah laku yang oleh dan dalam suatu masyarakat diadatkan karena

11
merupakan perbuatan baik guna menjaga ketenteraman dan keseimbangan hidup
diantara sesama anggotanya. Adat istiadat yang berlangsung dan diikuti atau
dilakukan setiap anggota masyarakat berarti telah membiasa sebagai kebiasaan
atau tradisi.Hukum adat adalah keseluruhan kaidah-kaidah atau norma baik
tertulis maupun tidak tertulis yang berasal dari adat istiadat atau kebiasaan
masyarakat Indonesia untuk mengatur tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat, terhadap yang melanggarnya dapat dijatuhi sanksi. Dalam hukum
adat terdapat juga berbagai asas, asas-asas tersebut adalah sebagai berukut :
 Asas Religio Magis (Magisch-Religieus) adalah pembulatan atau
perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir
seperti prelogika, animisme, pantangan, ilmu gaib dan lain-lain.
Kuntjaranigrat menerangkan bahwa alam pikiran religiomagis itu
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut, kepercayaan kepada makhluk-
makhluk halus, rokh-rokh dan hantu-hantu yang menempati seluruh alam
semesta dan khusus gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh
manusia dan benda-benda, kepercayaan kepada kekuatan sakti yang
meliputi seluruh alam semesta dan khusus terdapat dalam peristiwa-
peristiwa luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luas biasa, binatang-binatang
yang luar biasa, benda-benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa.
Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai
“magische kracht” dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk mencapai
kemauan manusia atau menolak bahaya gaib. Anggapan bahwa kelebihan
kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan krisis, menyebabkan
timbulnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat dihindari atau
dihindarkan dengan berbagai macam pantangan. Bushar Muhammmad
tentang pengertian religio-magis mengemukakan kata “participerend
cosmisch” yang mengandung pengertian komplek. Orang Indonesia pada
dasarnya berpikir, merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan
(religi) kepada tenaga-tenaga gaib (magis) yang mengisi, menghuni
seluruh alam semesta (dunia kosmos) dan yang terdapat pada orang,
binatang, tumbuh-tubuhan besar dan kecil, benda-benda; dan semua tenaga

12
itu membawa seluruh alam semesta dalam suatu keadaan keseimbangan.
Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari kosmos, dari keseluruhan
hidup jasmaniah dan rokhaniah, “participatie”, dan keseimbangan itulah
yang senantiasa harus ada dan terjaga, dan apabila terganggu harus
dipulihkan. Memulihkan keadaan keseimbangan itu berujud dalam
beberapa upacara, pantangan atau ritus (rites de passage).
 Asas Komun berarti mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan diri sendiri. Asas korum merupakan segi atau corak yang khas
dari suatu masyarakat yang masih hidup sangat terpencil atau dalam
hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada tanah atau alam pada
umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang lebih
mementingkan keseluruhan; lebih diutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan individual. Dalam masyarakat semacam itu
individualitas terdesak ke belakang. Masyarakat, desa, dusun yang
senantiasa memegang peranan yang menentukan, yang pertimbangan dan
putusannya tidak boleh dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan Desa
adalah berat, berlaku terus dan dalam keadaan apapun juga harus dipatuhi
dengan hormat, dengan khidmat. Biasanya dalam masyarakat Indonesia
transaksi itu bersifat contant (tunai) yaitu prestasi dan contra prestasi
dilakukan sekaligus bersama-sama pada waktu itu juga.
 Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan suatu
perbuatan nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan
hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan serentak
bersamaan waktunya tatkala berbuat atau mengucapkan yang diharuskan
oleh Adat. Dengan demikian dalam Hukum Adat segala sesuatu yang
terjadi sebelum dan sesudah timbang terima secara contan itu adalah di
luar akibat-akibat hukum dan memang tidak tersangkut patu atau tidak
bersebab akibat menurut hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud yang
telah selesai seketika itu juga adalah suatu perbuatan hukum yang dalam
arti yuridis berdiri sendiri. Dalam arti urutan kenyataan-kenyataan,
tindakan-tindakan sebelum dan sesudah perbuatan yang bersifat contan itu

13
mempunyai arti logis satu sama lain. Contoh yang tepat dalam Hukum
Adat tentang suatu perbuatan yang contant adalah: jual-beli lepas,
perkawinan jujur, melepaskan hak atas tanah, adopsi dan lain-lain. Pada
umumnya dalam masyarakat Indonesia kalau melakukan perbuatan hukum
itu selalu konkrit (nyata); misalnya dalam perjanjian jual-beli, si pembeli
menyerahkan uang/uang panjer.

2.1.6. Asas Hukum Administrasi Negara


Hukum Administrasi Negara mempunyai beberapa istilah antara lain
Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Tata Pemerintahan. Pengertian Hukum
Adiministrasi Negara telah dikemukakan pada pokok bahasan Hukum Tata
Negara (bab XII). Sama seperti hukum lainnya, dalam HAN juga terdapat
berbagai asas hukum yaitu sebagai berikut :
 Asas legalitas: setiap perbuatan administrasi negara berdasarkan hukum.
 Asas kebebasan atau freies ermessen: kepada administrasi negara
diberikan kebebasan untuk atas inisiatif sendiri menyelesaikan masalah-
masalah yang tumbuh dalam masyarakat secara cepat, tepat, dan
bermanfaat untuk kepentingan umum, tanpa menunggu adanya perintah
terlebih dahulu dari undang-undang yang disebabkan undang-undangnya
belum ada atau tidak jelas mengatur masalah tersebut.
 Asas Ne bis Vexari Rule. Adalah asas yang menginginkan setiap tindakan
dalam administrasi negara itu harus berdasarkan undang-undang dan
hukum yang ada.
 Asas Principle Of Equality (Asas Kesamaan dalam Pengambilan
Keputusan). Adalah asas yang menginginkan agar ketika ada suatu kasus
maupun fakta yang serupa, seluruh alat administrasi negara haruslah
mempunyai keputusan yang serupa (sama).
 Asas Principle of proportionality (Asas Keseimbangan). Adalah asas yang
menginginkan penjatuhan hukuman dalam proporsi yang wajar bagi
pegawai yang telah melakukan kesalahan.

14
 Asas Principle of Legality (Asas Kepastian Hukum). Adalah asas yang
menginginkan agar hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan
keputusan pejabat/badan administrasi negara itu dihormati.
 Asas Principle Of Motivation (Asas Motivasi untuk segala keputusan).
Adalah asas dimana pejabat administrasi negara maupun pemerintah harus
punya motivasi yang kuat, adil, benar dan jelas dalam mengambil suatu
keputusan.
 Asas Of Non-Minuse of Competence (Asas Tidak mencampuraduk
kewenangan). Adalah asas yang menginginkan agar pejabat administrasi
negara dalam pengambilan keputusan tidak memakai kewenangan ataupun
kekuasaannya. (Bukan ranah kewenangannya tapi ikut memutuskan)
 Asas Principle of Meeting Raised Expectation (Asas Menanggapi harapan
yang Wajar). Adalah asas yang menginginkan pemerintah dapat
menimbulkan harapan yang wajar bagi kepentingan rakyatnya.
 Asas Principle Of Public Service (Asas Penyelenggaraan Umum). Adalah
asas yang mengingankan agar kiranya pemerintah selalu mengutamakan
kepentingan umum dalam melaksanakan tugasnya.
 Asas Sapientia (Asas Kebijaksanaan). Adalah asas yang menginginkan
pejabat administrasi negara harus selalu bijaksana dalam melakukan
tugasnya.
 Asas Principle of Undoing the Consequence of annule Decision. Adalah
asas yang meniadakan akibat-akibat dari suatu pembatalan keputusan.
 Asas Principle of Corefness (Asas Bertindak Cermat). Adalah asas yang
menginginkan administrasi negara hati-hati dalam tindakannya agar tidak
melahirkan kerugian bagi masyarakat.
 Asas Principle of Fair Play (Asas Permainan yang Layak). Adalah asas
yang menginginkan agar pejabat administrasi negara memberikan suatu
kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan informasi yang
benar dan adil kepada masyarakat.

15
 Asas Principle Of Protectiing the Personal Way of Life (Asas
Perlindungan Pandangan Prabadi). Adalah asas yang menginginkan agar
adanya perlindungan bagi pandangan hidup setiap pribadi.
 Asas Principle of Resonable or Prohibition of Arbitrariness (Asas
Kewajaran dan Keadilan). Adalah asas yang menginginkan pemerintah
tidak boleh sewenang-wenang ataupun berbuat tidak layak dalam
melakukan tindakannya.

2.1.7. Asas Hukum Tata Negara


Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang yang diatur di
dalam konstitusi suatu negara. Pada umumnya di dalam konstitusi suatu negara
mengatur mengenai dasar dan tujuan negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan,
sistem pemerintahan, struktur organisasi kekuasaan negara dan pembagian
wewenang serta tugasnya, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, serta
hak-hak dan kewajiban warga negara. Asas-asas yang terdapat dalam hukum tata
negara adalah sebagai berikut :
 Asas Pancasila. Bangsa indonesia telah menetapkan falsafah/ asas dasar
negara adalah pancasila yang artinya setiap tindakan/perbuatan baik
tindakan pemerintah maupun perbuatan rakyat harus sesuai dengan ajaran
pancasila. Dalam bidang hukum, Pancasila merupakan sumber hukum
materiil, sehingga setiap isi peraturan perundangan-undangan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila yang terkandung dalam pancasila. Undang-
undang dasar 1945 merupakan landasan konstitusional daripada negara
republik indonesia. Perubahan undang-undang dasar 1945 mengandung
empat pokok-pokok pikiran yang merupakan cita-cita hukum bangsa
indonesia yang mendasari hukum dasar negara baik hukum yang tertulis
dan hukum tidak tertulis.
 Asas Negara Hukum. Setelah UUD 1945 diamandemen, maka telah
ditegaskan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa ” Negara Indonesia adalah negara
hukum dimana sebelumnya hanya tersirat dan diatur dalam penjelasan
UUD 1945″. Atas ketentuan yang tegas diatas maka setiap sikap

16
kebijakan dan tindakan perbuatan alat negara berikut seluruh rakyat harus
berdasarkan dan sesuai dengan aturan hukum. Dengan demikian semua
pejabat/alat-alat negara tidak akan bertindak sewenang-wenang dalam
menjalankan kekuasaannya
 Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi. Kedaulatan artinya kekuasaan
atau kewenangan yang tertinggi dalam suatu wilayah. Kedaulatan rakyat
artinya kekuasaan itu ada ditangan rakyat. Sehingga dalam pemerintah
melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan keinginan rakyat. Pasal 1 ayat
2 undang-undang dasar 1945 berbunyi : ” Kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD “. Rumusan ini secara tegas
bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang diatur dalam UUD 1945.
UUD 1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu kedaulatan rakyat
tersebut baik wewenang tugas dan fungsinya ditentukan oleh UUD 1945.
 Asas Negara Kesatuan. Pada dasarnya negara kesatuan dideklarasikan
pada saat menyatakan/ memproklamirkan kemerdekaan oleh para pendiri
negara dengan menyatakan seluruh wilayah sebagai bagian dari satu
negara. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyatakan ” Negara Indonesia sebagai
suatu negara kesatuan yang berbentuk republik”. Negara kesatuan adalah
negara kekuasaan tertinggi atas semua urusan negara ada ditangan
pemerintah pusat atau pemegang kekuasaaan tertinggi dalam negara ialah
pemerintah pusat.
 Asas Pembagian kekuasaan dalam check and balances. Pengertian
pembagian kekuasaan adalah berbeda dari pemisahan kekuasaan.
Pemisahaan kekuasaan berarti bahwa kekuasaan negara itu terpisah-pisah
dalam beberapa bagian seperti dikemukaan oleh John Locke yaitu
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan federatif. Sedangkan
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap negara terdapat tiga jenis
kekuasaan yaitu trias politica, eksekutif ,legislatif,yudikatif. Dari ketiga
kekuasaan itu masing-masing terpisah satu sama lainnya baik mengenai
orang nya maupun fungsinya.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam hukum Indonesia, terdapat berbagai macam asas hukum dimana


asas hukum tersebut digunakan sebagai landasan atau pondasi yang menopang
kokohnya suatu norma hukum. Asas hukum mengandung nilai-nilai moral dan
etis, yang memberikan arah bagi pembentukan hukum yang memenuhi nilai-nilai
filsafati, yang berintikan rasa keadilan dan kebenaran, nilai-nilai sosiologis yang
sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku di masyarakat, serta nilai-nilai
yuridis yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Semua asas hukum tersebut
berfungsi sebagai rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim, serta
mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih memilki


banyak sekali kekurangan, kesalahan penulisan, dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus melakukan pengembangan lebih
lanjut untuk memperbaiki penulisan makalah ini dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, pkami sebagai
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk nantinya bersama –sama melakukan pengembangan terkait dengan
perbaikan makalah ini kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, Umar Said. 2018. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Andi Hamzah. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Bruggink J.J.H. 1996. Refleksi Tentang Hukum (Rechts Reflecties,


Grondbegrippenuit de rechtstheirej). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Poerwadarminta. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai