Anda di halaman 1dari 12

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

(SUMBER HUKUM PRIMER)

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Hanifah Qonita (06051182126002)

2. Rizky Anisa Salsabila (06051382126070)

Dosen Pengampu :

Drs. Alfiandra, M. Si.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun makalah Sumber Hukum Internasional
ini dengan baik serta tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
“Makalah Sumber Hukum Internasional (Sumber Hukum Primer)” mata kuliah Hukum dan
Hubungan Internasional, yang diampu oleh Pak Drs. Alfiandra, M. Si. Makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang Hukum dan Hubungan
Internesional yang berlaku.

Semoga makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi
lebih luas lagi. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh
sebab itu, kritik serta masukan yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami ucapkan banyak terima kasih.

Palembang, 13 Februari 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I ..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................................1

1.3. Tujuan .......................................................................................................................................1

BAB II ..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ..............................................................................................................................2

2.1. Sumber Hukum Internasional ...................................................................................................2

2.2. Pengaturan Sumber Hukum Internasional ................................................................................3

2.3. Jenis-jenis Sumber Primer Hukum Internasional .....................................................................3

BAB III ............................................................................................................................................8


PENUTUP........................................................................................................................................8

3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................................8

3.2. Saran .........................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Hukum memainkan peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum hadir untuk
mengatur berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat agar berjalan teratur dan tidak
saling merugikan (tertib sosial). Selain itu juga memainkan peranan untuk menjaga hak dan
kewajiban seluruh masyarakat. Peran-peran ini menempatkan hukum sebagai penjaga
keteraturan, kepastian, keseimbangan, dan kemanfaatan kehidupan bermasyarakat. Dengan
kata lain, hukum hadir sebagai sarana menjaga tertib sosial dalam berbagai sendi kehidupan
masyarakat dan negara.
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Menurut Prof Hyde bahwa Hukum Internasional dapat dirumuskan sebagai
sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas asas-asas dan peraturan-peraturan yang
harus ditaati oleh negara-negara. Untuk itu, hukum internasional memerlukan sumber
hukum internasional yang bisa dijadikan acuan pelaksanaan hukum internasional.
Sumber hukum merupakan jawaban atas pertanyaan di mana ketentuan hukum yang bisa
diterapkan sebagai kaidah dalam suatu persoalan yang konkret dapat ditemukan. Sumber
hukum bisa juga diartikan sebagai factor atau kekuatan yang membantu dalam pembentukan
hukum sebagai bentuk perwujudan atau gejala sosial dalam kehidupan masyarakat. Secara
garis besar, sumber hukum internasional dapat digolongkan menjadi sumber hukum primer
atau utama dan sumber hukum subsider atau tambahan. Adapun sumber hukum internasional
yang utama, yaitu perjanjian internasional, kebiasaan Internasional dan prinsip-prinsip
hukum umum. Sementara yang termasuk sumber hukum internasional tambahan adalah
keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang terkemuka dari berbagai negara serta
keputusan badan perlengkapan organisasi dan lembaga internasional.

1.2. Rumusan Masalah


a. Jelaskan apa yang dimaksud Sumber Hukum Internasional?
b. Jelaskan aturan mengenai Sumber Hukum Internasional?
c. Sebutkan Jenis-jenis Sumber Primer Hukum Internasional?

1.3. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan
Hubungan Internasional serta menambah pengetahuan pembaca mengenai Sumber-sumber
Hukum Internasional

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sumber Hukum Internasional

Ada perbedaan pandangan tentang pengertian sumber hukum dalam membahas apa yang
dimaksud dengan sumber hukum. CS.T. Kansil mengartikan sumber hukum adalah segala
apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang memunyai kekuatan yang bersifat memaksa
yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Bagir
Manan memandang bahwa dalam mengartikan apa itu sumber hukum harus memerlukan
kehati-hatian, tanpa kehati-hatian dan kecermatan yang mendalam mengenai apa yang
dimaksud dengan sumber hukum dapat menimbulkan kekeliruan, bahkan menyesatkan.
Sumber hukum (the source of law) secara umum diartikan sebagai sumber asli kewenangan
dan kekuatan memaksa dari suatu produk hukum positif (the origins from which particular
positive laws derive their authority and coercive force).
Sumber hukum secara umum dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum formiil dan sumber
hukum materiil. Sumber hukum materiil adalah tempat atau asal dari mana hukum itu
diambil. Sehingga untuk melihat sumber hukum materiil dari sebuah peraturan hukum harus
dilihat terlebih dahulu isi dari sebuah aturan hukum tersebut, kemudian melacak faktor-faktor
yang memengaruhi pembentukan hukum sehingga menghasilkan karakter hukum yang
demikian. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan hukum tersebut dapat berupa
pandangan hidup, hubungan sosial dan politik, situasi ekonomi, corak, peradaban (agama dan
kebudayaan) dan letak geografis, serta konfigurasi intemasional, sehingga dapat ditentukan
sumber-sumber hokum materiil yang ikut memengaruhi pembentukan isi hukum.
Sedangkan sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dikenal dan digali dalam
bentuknya (peraturan perundang-undangan). Karena bentuknya lah sumber hukum formal
diketahui dan ditaati sehingga memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk
atau cara yang menyebabkan peraturan itu menjadi secara formal berlaku umum dan
mengikat semua pihak. Selama belum memunyai bentuk, suatu hukum baru merupakan
perasaan hokum dalam masyarakat atau baru cita-cita hukum sehingga belum memunyai
kekuatan mengikat. Sumber hukum formal yaitu seperti: peraturan perundang-undangan,
kebiasaan (custom), perjanjian antarnegara (traktat/treaty), keputusan- keputusan hakim
(jurisprudence, jurisprudentie) dan pendapat ahli hukum (doktrin).
Menurut Salmond, pengertian sumber hukum formal dan material adalah
sebagai berikut:
A formal source is that from which a rule of law derives its force and validity. The material
source , on the other hand, are those from which is derived the matter, not the validity of the
law. The material source supplies the substance of the rule to which the formal source gives
the force and nature of law.

2
Sumber formal adalah sumber kekuatan memaksa dan dasar keabsahan suatu produk
hukum, sedangkan sumber material adalah sumber materi dari suatu produk hukum. Contoh:
kekuatan mengikat suatu ketentuan hukum. Suatu ketentuan hukum mengikat secara hukum
apabila ketentuan itu memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh kebiasaan, yang
merupakan sumber hukum formal dari hukum internasional, dan materinya diperoleh dari
praktek negara-negara, yang merupakan sumber material dari kebiasaan.
Berdasarkan sifat dan daya ikatnya, Sumber hukum Internasional dapat dibedakan
menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum subsider. Sumber hukum primer adalah
sumber hukum yang sifatnya paling utama, yang berarti bahwa sumber hukum ini dapat
berdiri sendiri-sendiri meskipun tanpa keberadaan sumber hukum yang lain. Sedangkan
sumber hukum subsider merupakan sumber hukum tambahan yang baru mempunyai daya
ikat bagi hakim dalam memutuskan perkara apabila didukung oleh sumber hukum primer.

2.2. Pengaturan Sumber Hukum Internasional

Sumber hukum internasional (the source of international law) diatur di dalam Pasal 38 ayat
(1) Statuta Mahkamah International (International Court of Justice-ICJ). Pasal 38 (1) Statuta
Mahkamah menentukan sebagai berikut:

The Court, whose function is to decide in accordance with international law such disputes as
are submitted to it, shall apply:

a. international conventions, whether general or particular, establishing rules expressly


recognized by the contesting states;
b. international custom, as evidence of a general practice accepted as law;
c. the general principles of law recognized by civilized nations;
d. subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings of the most
highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the
determination of rules of law.

Ketentuan Pasal 38 ayat (2) menentukan bahwa keberadaan sumber-sumber hukum


internasional tidak dapat mengesampingkan kekuasaan Mahkamah untuk memutus perkara
berdasarkan azas ex aequo et bono, dalam hal para pihak menerima penerapan azas itu. Ex aequo
et bono merupakan frase yang diambil dari tradisi civil law yang berarti dalam keadilan dan
keterbukaan (in justice and fairness), sesuai dengan keadilan dan kebaikan (according to what is
just and good), atau sesuai dengan kepatutan dan rasa keadilan (according to equity and
conscience).

2.3. Jenis-jenis Sumber Primer Hukum Internasional

Sumber hukum Internasional jika dibedakan berdasarkan sifat daya ikatnya maka dapat
dibedakan menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum subsider. Dalam hal ini, kita hanya

3
akan membahas mengenai sumber hukum primer dalam hukum internasional. Sumber primer
hukum internasional adalah perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan prinsip hukum
yang diakui oleh negara-negara beradab.

a. Perjanjian Internasional
Menurut Pasal 2 Konvensi Wina 1969 tentang perjanjian (Selanjutnya disebut
KW 1969), perjanjian internasional adalah :
an international agreement concluded between states in written form and governed by
international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related
instruments and whetever its particular designation.
Meskipun KW 1969 hanya mengatur mengenai perjanjian yang tertulis, hukum
internasional mengakui kekuatan hukum perjanjian lisan (oral treaties), walaupun di
dalam praktik sangat jarang negara-negara membuat perjanjian internasional secara lisan.
KW 1969 juga mengakui bahwa perjanjian internasional itu dapat dibuat dalam bentuk
instrumen tunggal (a single written instrument) ataupun instrumen inda (multiple
instrument) seperti nota pertukaran diplomatik (exchange diplomatic notes) antara dua
negara.
Selain itu hukum internasional juga mengakui perjanjian internasional ing dibuat
antara negara dengan organisasi internasional atau antar sama organisasi internasional
sebagaimana diatur dalam KW 1986 leh karena itu dalam arti luas perjanjian
internasional dapat didefinisikan bagai kesepakatan internasional baik tertulis maupun
tidak tertulis yang buat oleh negara dengan negara atau negara dengan organisasi inter-
isional, atau oleh sesama organisasi internasional.
KW 1969 juga menentukan bahwa suatu perjanjian itu dikategorikan bagai
perjanjian internasional, apabila prosedur dan mekanisme pem iatan serta
pemberlakuannya didasarkan kepada hukum internasional overned by international law).
Apabila dua negara membuat satu kesepa itan tertulis misalnya perjanjian sewa gedung
untuk kantor kedutaan besar ing tunduk kepada hukum nasional masing-masing negara,
kesepakatan perti ini bukan merupakan perjanjian internasional. Kesepakatan ini inya
merupakan perjanjian keperdataan antara dua negara yang tunduk pada hukum nasional
yang disepakati. Ketentuan dalam KW 1969 rlaku mengikat terhadap perjanjian
internasional yang dibuat setelah invensi tersebut berlaku (come into force). Untuk
perjanjian yang buat sebelum konvensi ini berlaku dan juga untuk negara yang belum
eratifikasinya, ketentuan konvensi ini tidak berlaku secara langsung. rberlakuannya
melalui penerimaan atas kebiasaan internasional, karena tentuan dalam KW 1969
dianggap merupakan kodifikasi dari hukum biasaan internasional,
b. Kebiasaan Internasional
Kebiasaan (custom) ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat, dan
kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang
berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka

4
dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum yang oleh pergaulan hidup dipandang
hukum. Sumber hukum kebiasaan (custom) ini merupakan sumber hukum formal yang
tidak tertulis. Oleh karena itu. kebiasaan (custom) akan menjadi sumber hukum formal
setidak-tidaknya memenuhi tiga unsur yaitu pertama, perbuatan itu dilakukan secara
berulang-ulang dalam hal yang sama dalam waktu yang lama. Kedua, adanya keyakinan
masyarakat bahwa perbuatan itu masuk akal dan menjadi kewajiban. Ketiga, adanya
sanksi ketika perbuatan itu dilanggar.
Hukum kebiasaan internasional, merupakan sumber pengetahuan yang sangat
penting untuk hukum internasional tentang hak-hak asasi manusia. Dalam Pasal 38(1) ICJ
juga menguraikan kebiasaan internasional, sebagai praktik umum yang dilakukan, yang
dapat diterima dan disebut sebagai hukum, dengan paling tidak memenuhi 2 unsur, yakni:
1. Unsur materil, berupa praktik pengulangan tindakan, sehingga bisa
diklasifikasikan sebagai "kebiasaan", serta:
2. Unsur psikologis, di mana tindakan itu memang sudah seharusnya dilakukan
untuk pemenuhan kewajiban yuridis yang tidak termuat dalam norma tertulis,
atau disebut dengan opinio iuris sivenecessitatis.

Dalam kebiasaan internasional, dikenal istilah kebiasaan yang mendesak (instant


custom) dan praktik yang tidak berubah-ubah (uniform practice), yang tidak
menyebabkan rintangan pembentukan kebiasaan internasional. Hal ini disebabkan, jika
praktik yang dilakukan telah memperoleh dukungan baik secara eksplisit dan implisit
secara kuantitatif dan kualitatif, dilakukan dibanyak negara (terutama negara yang
penting) Selain praktik yang dilakukan sejumlah negara, praktik organisasi-organisasi
internasional di mana beranggotakan wakil-wakil pemerintahan juga berkontribusi
terhadap kebiasaan internasional.

Selain itu, dalam kebiasaan internasional ini ditandai dengan adanya asas
universal pada delict jure gentium. Delict gure gentium ini memberikan syarat bahwa
adanya kepentingan masyarakat internasional yang dilanggar atas kejahatan internasional
yang dilakukan oleh pelaku. Patut dikemukakan, karena dipandang sebagai delict gure
gentium, maka dimanapun pelaku berada di tiap negara mempunyai kewajiban untuk
menangkap, menahan, menuntut sampai dengan mengadili sesuai dengan penerapan asas
universal.

Asas universal ini sebagai kewenangan yang dimilik oleh negara untuk
menghukum atau menerapkan yurisdiksi kriminalnya kepada siapapun pelaku tindak
pidana itu, bisa warga negaranya maupun warga negara asing yang ada di dalam maupun
luar wilayah teritorialnya. Dengan demikian, diadakannya asas universal semata-mata
guna memberikan perlindungan kepentingan bersama yang berupa kepentingan
masyarakat internasional.

5
Penerapan asas universal ini ditujukan selain pada delict gure gentium, juga
diterapkan pada kejahatan- kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan genosida,
pelanggaran HAM berat. kejahatan perbudakan, kejahatan pembajakan pesawat terbang,
dan lain sebagainya. Suatu negara dalam menerapkan yurisdiksi kriminalnya ini
diberikan kewenangan untuk mengadili para pelaku kejahatan internasional baik itu
terhadap pelaku maupun korban tanpa melihat kebangsaan dan tempat dimana tindak
pidana tersebut dilakukan. Pada dasarnya ada kewajiban yang diberikan kepada negara
untuk memformulasikan ke undang-undang atau hukum pidana nasionalnya atas
kejahatan internasional yang dipandang sebagai musuh bersama umat manusia (hortis
humanis generis).

c. Prinsip Hukum Umum yang Diakui Oleh Negara-negara Beradab


Sumber hukum internasional selanjutnya menurut Pasal 38 ayat (1) Piagam
Mahkamah Internasional yaitu prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa
beradab (General Principle Of Law Recognized by Civilized Nation) yakni yang
dimaksud asas hukum umum adalah asas hukum yang mendasari sistem hukum modern,
sistem hukum modern ialah sistem hukum positif yang berdasarkan atas asas serta
lembaga hukum negara Barat yang untuk sebagian besar didasarkan atas asas dan
lembaga hukum Romawi.
Prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh negara-negara
beradab Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, general principles of law merupakan
prinsip hukum yang harus didasarkan pada sistem hukum modern. Bahwa yang menjadi
sumber hukum adalah asas prinsip hukum umum bukan hanya asas hukum internasional.
Hukum internasional bukanlah suatu sistem hukum yang berbeda dari hukum nasional.
Meskipun hukum nasional suatu negara berbeda satu sama lain, tetapi memiliki prinsip-
prinsip pokoknya tetap sama. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah asas pacta sunt
servanda, bona fides, dan asas abus de droit. Prinsip-prinsip hukum umum ini juga
termasuk di dalamnya asas dalam hukum perdata, pidana, maupun hukum internasional
itu sendiri, seperti asas nonintervensi, penghormatan kemerdekaan, dan sebagainya.
Sangat penting dengan adanya asas hukum umum sebagai sumber hukum
internasional selain perjanjian dan kebiasaan internasional bagi pertumbuhan dan
perkembangan hukum internasional sebagai sistem hukum positif. Adanya prinsip hukum
umum menjadikan mahkamah tidak dapat menyatakan non liquest yaitu menolak
mengadili perkara karena tiadanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan,
sehingga mahkamah kemudian akan dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya
prinsip-prinsip hukum baru dalam hukum internasional.
Prinsip Hukum Umum yang diakui oleh negara-negara beradab (general
principles of law) merupakan prinsip hukum yang harus didasarkan pada sistem hukum
modern. Prinsip hukum umum memiliki tiga fungsi, yakni sebagai pelengkap, penafsir
serta pembatas antara perjanjian internasional dengan hukum kebiasaan. Contoh prinsip
hukum umum adalah laches, good faith, res judicata, serta imparsialitas hakim.

6
Pengadilan internasional akan mengandalkan prinsip ini jika tidak menemukan otoritas
dari sumber hukum internasional lainnya.

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sumber hukum (the source of law) secara umum diartikan sebagai sumber asli
kewenangan dan kekuatan memaksa dari suatu produk hukum positif (the origins from which
particular positive laws derive their authority and coercive force). Sumber hukum internasional
(the source of international law) diatur di dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
International (International Court of Justice-ICJ). Berdasarkan sifat dan daya ikatnya, Sumber
hukum Internasional dapat dibedakan menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum
subsider. Sumber primer hukum internasional adalah perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, dan prinsip hukum yang diakui oleh negara-negara beradab. perjanjian
internasional dapat didefinisikan bagai kesepakatan internasional baik tertulis maupun tidak
tertulis yang buat oleh negara dengan negara atau negara dengan organisasi inter- isional, atau
oleh sesama organisasi internasional. Kebiasaan (custom) ialah perbuatan manusia yang tetap
dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Kemudian, prinsip Hukum Umum yang diakui
oleh negara-negara beradab (general principles of law) merupakan prinsip hukum yang harus
didasarkan pada sistem hukum modern.

3.2. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membuka wawasan terkait konsep
sumber hukum internasional dan sumber hukum primer pada hukum internasional, serta
mengetahui apa saja yang termasuk kedalam sumber hukum primer (utama) pada hukum
internasional. Selain itu, pembaca diharapkan bisa mengetahui pentingnya sumber hukum dalam
hukum internasional.

8
DAFTAR PUSTAKA

Diantha, Putra. 2017. Buku Ajar Hukum Internasional. Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Denpasar.

Atip Latipulhayat, 2021. Hukum Internasional Sumber-sumber Hukum. Sinar Grafika. Jakarta.

Adnan, Patra. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia. Jakarta.

Tashya, Kanti, Imam. 2021. Hak pengungsi dalam Hukum Internasional. Nasya Expanding
Management. Pekalongan.

Firman, Agung. 2020. Hukum Pidana Internasional. CV Cendekia Press. Bandung.

Sudika Mangku, 2020. Pengantar Ilmu Hukum. Lakeisha. Klaten.

Vanya. 2021. 3 Sumber Primer Hukum Internasional. Kompas.com. Jakarta.

Issha. 2022. Aapa saja Sumber Hukum Internasional. Kmpas.com. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai