Anda di halaman 1dari 5

Aliran / Mahzab yang Mempengaruhi Sosiologi Hukum

Oleh :

Anriani Alca Yamin


H1A118157

Jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Halu Oleo

2019
Aliran/Mahzab yang mempengaruhi Sosiologi Hukum

1. Mazhab Formalistis (Jhon Austin dan Hans Kelsen)


Menurut Austin, hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi,
atau dari yang memegang kedaulatan. Hukum adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur
makhluk berfikir, perintah manadilakukan oleh makhluk berfikir yang memegang dan
mempunyai kekuasaan.Austin juga beranggapan bahwa hukum sebagai suatu sistem yang logis,
tetapdan bersifat tertutup.Hukum dibagi dalam dua bagian, yaitu hukum yang dibuat oleh Tuhan
danhukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia dapatdibedakan dalam:
a.Hukum yang sebenarnya :Yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa bagi pengikut-pengikutnya,
danhukum yang disusun oleh individu-individu guna melaksanakan hak-hakyangdiberikan
kepadanya.b.Hukum yang tidak sebenarnya.Hukum yang tidak sebenarnya bukanlah merupakan
hukum yang secaralangsung berasal dari penguasa, akan tetapi merupakan peratura-
peraturanyang disusun oleh perkumpulan-perkumpulan atau badan-badan tertentu.Sementara
Hans Kelsen beranggapan bahwa, suatu sistem hukum sebagaisuatu sistem pertanggapan dari
kaidah-kaidah, dimana suatu kaidah hukumtertentu akan dapat dicari sumbernya pada kaidah
hukum yang lebih tinggi derajatnya. Kaidah yang merupakan puncak dari sistem pertanggapan
itudinamakan kaidah dasar atau Grundnorm.Kaidah dasar tersebut merupakan dasar dari segenap
penilaian yang bersifatyuridis yang dimungkinkan didalam suatu tertib hukum dari suatu negara-
negara berbeda dengan negara lainnya.Kelsen juga menyatakan bahwa hukum berdiri sendiri
terlepas dari aspek-aspek kemasyarakatan yang lain. Teorinya bertujuan untuk menunjukkan
apakah hukum positif dan bukan apa yang merupakan hukum yang benar.

2. Mazhab Sejarah dan Kebudayaan


Mazhab ini, mempunyai pendirian yang sangat berlawanan sengan mazhab formalistis. Mazhab
ini justru menekankan bahwa hukum hanya dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah
dan kebudayaan di mana hukum tersebut timbul. Seorang tokoh terkemuka dari mazhab ini dalah
Friedrich Karl Von Savigny (1779-1861) yang dianggap sebagai pemuka ilmu sejarah hukum.
Von Savigny berpendapat, bahwa hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum
masyarakat (Volksgeits). Dia berpendapat, bahwa semua hukum berasal dari adat-istiadat dan
kepercayaan, bukan berasal dari pembentukan undang-undang. Kelemahan dari teori Von
Savigny terletak pada konsepnya mengenai kesadaran hukum yang sangat abstrak. Tetapi teori
ini diakui oleh tekoh-tokoh teori sosiologi seperti Emile Durkheim dan Max Weber yang
menyadari betapa pentingnya aspek-aspek kebudayaan dan sejarah untuk memahami gejala
hukum dalam masyarakat.

3. Aliran Utilitarianisme (Jeremy Betham dan Rudolph von Ihering)


Betham menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem hukumdengan prinsip
yang ia gunakan yaitu “bahwa manusia bertindak untukmemperbanyak kebahagian dan
mengurangi penderitaan. Ukuran baikburuknya suatu perbuatan manusia tergantung pada apakah
perbuatantersebut mendatangkan kebahagiaan atau tidak. Selanjutnya iamengemukakan bahwa
pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adilbagi segenap warga-warga masyarakat
secara individual.Disisi lain, Ihering didalam bukunya yang berjudul “Der Zweck in
Recht”,menganggap bahwa hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untukmencapai
tujuannnya, hukum sebagai sarana untuk mengendalikan individu-individu, agar tujuannya
sesuai dengan tujuan masyarakat dimana merekamenjadi warganya.

4. Aliran Sociological Jurisprudence


Eugen Ehrlich (Austira, 1826-1922) dianggap sebagai sociological jurisprudence. Ajaran Ehlirch
berpokok pada pembedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup (living law). Ia
menyatakan bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat, atau dengan apa yang disebut oleh para antropolog sebgai pola-pola
kebudayaan (culture patterns).
Ehrlich mengatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum terletak di masyarakat itu sendiri.
Tata tertib dalam masyarakat didasarkan pada peraturan-peraturan yang dipaksakan oleh negara.
Teori Ehrlich juga mempunyai kelemahan, yaitu adalah menentukan ukuran-ukuran apakan yang
dapat dipakai untuk menentukan suatu kaidah hukum benar-benar merupakan hukum yang hidup
(dan dianggap adil).
Roscoe Pound (Merika Serikat, 1870-1964) berpendapat bahwa hukum harus dilihat atau
dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sosial dan tugas dari ilmu hukum untuk mengembangkan suatu kerangka yang mana
kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal. Pound menganjurkan untuk
memepelajari hukum sebagai suatu proses (law in action) yang dapat dibedakannya dengan
hukum tertulis (law in the books). Ajarannya tersebut diperluas sehingga mencakup maslah
keputusan-keputusan pengadilan serta pelaksanaannya dan juga antara isi suatu peraturan dengan
efek-efeknya yang nyata.
Pound mengakui bahwa hukum hanyalah merupakan salah satu alat pengendalian sosial (sosial
control), bahkan selalu menghadapi tantangan dari pertentangan kepentignan-kepentingan.
Pound juga menekankan betapa pentingnya penelitian yang berasal dari ilmu-ilmu sosial di
dalam proses pengendalian.

5. Aliran Realisme Hukum (Karl Llewellyn, Jerome Frank dan J.O.W Holmes)
Ketiganya terkenal dengan konsep yang radikal tentang proses peradilandengan menyatakan
bahwa hakim-hakim tidak hanya menemukan hukum, akantetapi bahkan membentuk hukum.
Keputusan-keputusan hakim seringkalimendahului penggunaan prinsip-prinsip hukum yang
formal.Keputusan-keputusan pengadilan dan doktrin hukum selalu dapatdiperkembangkan untuk
menunjang perkembangan atau hasil-hasil proseshukum.J. Holmes dalam sebuah karyanya, ia
menyatakan bahwa kewajiban hukumhanyalah merupakan suatu dugaan apabila seseorang
berbuat atau tidakberbuat, maka dia akan menderita sesuai dengan keputusan suatu
pengadilan.Sedangkan Karl Llewellyn lebih menekankan pada fungsi lembaga-lembagahukum.
Tugas pokok dari pengadilan adalah menetapkan fakta danrekonstruksi dari kejadian-kejadian
yang telah lampau yang menyebabkanterjadinya perselisihan
Sumber :
https://darmantasitepu.wordpress.com/2012/04/04/resume-aliran-aliran-pemikiran-yang-
mempengaruhi-terbentuknya-sosiologi-hukum/
http://justfatoer.blogspot.com/2016/03/aliran-aliran-pemikiran-sosiologi-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai