DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Muhtar 4618101005
Nurbaya 4618101006
Agusniar Basoddin 4618101013
Erwin Baharuddin 4618101018
Indah Purnama Sari 4618101009
Rizky Noor Khadafi 4618101011
Reza Nushwandy 4618101004
Abd Rahman 4618101029
1
KATA PENGANTAR
FILSAFAT HUKUM.
dan mengerti tentang salah satu ruang lingkup Filsafat serta hal-hal yang
berhubungan dengan judul makalah ini yang tentunya Penulis akan bahas lebih
lanjut.
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan masukan dan
saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Manfaat Penulisan ................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6
A. Sejarah dan Perkembangan .................................................................. 6
B. Aliran – aliran filsafat hukum .............................................................. 13
A. Aliran Hukum Alam ................................................................... 13
B. Positivisme hukum ...................................................................... 15
C. Utilitaianisme .............................................................................. 17
D. Mazhab Sejarah........................................................................... 18
E. Sociological Jurisprudence ......................................................... 20
F. Realisme Hukum......................................................................... 21
G. Freirechtslehre ............................................................................ 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
membuat hukum itu terlalu kompleks untuk mendapatkan sebuah definisi yang
tepat. Immanuel Kant mengatakan bahwa “Noch suchen die juristen eine
definition zu ihrem begriffe von recht” yang artinya tidak seorang ahli
hukumpun yang mampu membuat definisi tentag hukum, karena hukum itu
mempunyai raung lingkup yang sangat luas serta dalam hukum juga
mempunyai segi atau sudut pandang yang berbeda-beda. Namun dimikian kita
yang masih belajar tentang hukum sangat membutuhkan definisi yang tepat
agar dapat menemukan jalan pemikiran serta arah dari hukum sendiri.
dapat mengajarkan calon ahli hukum apa yang disebut hukum, namun,
kesukaran yang dialami oleh mereka yang ingin mengetahui hukum terletak
pada obyeknya, kita ambil suatu benda yang terlihat akan sangat mudah benda
itu diberi definisi namun lain dengan hukum yang merupakan ilmu yang tidak
dapat dilihat. Suatu perumusan tentang hukum yang dapat mencakup segala
segi dari hukum yang luas itu memang tidak mungkin dibuat. Sebab, suatu
digunakan yang sedapat mungkin tidak terlalu banyak dan mudah untuk
dipahami.
4
Dari penjalasan hukum itu memiliki banyak segi dan ruang lingkup, dan
ada beberapa teori yang menyimpulkan bahwa menurut teori satu dan teori lain
berbagai aliran teori tersebut seperti aliran hukum alam, aliran positivisme,
seharusya kita dapat mengetahui bahwa pandangan orang lain terhadap hukum
tidak selalu sama seperti apa yang kita maksud yang dikarenakan pemakaian
aliran teori yang berbeda sehingga menyebabkan pula perbedaan dari sudut
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sama halnya dengan banyak bidang studi lainnya, sejarah hukum dari
alam (the law of nature) dimulai pada zaman yunani. Filsafat yunani
melahirkan standar yang absolut menganai hak dan keadilan. Hal ini
Pernyataan rill pertama dari teori hukum alam dari sudut terminologi
mengontrol segala hal. Reaksi dari ajaran ini datang pada abad – abad
hukum alam dan hukum yang dibuat manusia. Pada zaman yunani, Aristoteles
dan Plato membangun kembali hukum alam. Sampai hari ini hanya Aristoteles
dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Hukum alam
dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia. Hukum
alam itu sebenarnya bukan merupakan satu jenis hukum, tetapi penamaan
seragam untuk banyak ide yang dikelompokkan menjadi satu nama yaitu
6
hukum alam. Salah satu pemikiran hukum alam yang khas adalah tidak
moral sebagai pencerminan dan pengaturan secara internal dan eksternal dari
yaitu: hukum alam sebagai metode adalah yang tertua yang dapat dikenali sejak
zaman yang kuno sekali sampai pada permulaan abad pertengaha. Hukum ini
Peraturan – peraturan dapat diciptakan dari asas yang mutlak yang lazim
dikenali dengan peraturan hak asasi manusia. Ciri hukum alam seperti ini
merupakan ciri dari abad ke 17 dan 18 untuk kemudian pada abad berikutnya
mengikuti rasa keadilan yang tumbuh dalam masyarakat karena hukum yang
sifatnya tertulis tidak dapat berubah – ubah setiap saat. Rasa keadilan yang
tercermin dalam suatu kitab undang – undang misalnya, mungkin hanya selaras
7
Masyarakat yang terus berubah membawa serta perubahan pada keadilan
yang hidup pada masyarakat itu karena dirasakan ketentuan yang tidak atau
lain, dan ini berarti orang bepegang kembali pada ajaran hukum alam. Inilah
pemikiran hukum alam yang tumbuh di Romawi. Dan yang perlu diketahui
bahwa tidak ada teori yang tunggal tentang hukum alam, masing – masing
filsuf yang menganut ajaran ini cenderung mempunyai pandangan khas masing
– masing.
hukum lebih bersifat teoritis dan filosofis, sedangkan pemikiran Romawi lebih
menitiberatkan pada hal – hal yang praktif dan dikaitkan pada hukum positif.
tokoh dan pakar hukum alam, yang menjadi pelapor sekaligus melakukan
pengembangan ajaran hukum alam itu sendiri. Adapun tokoh dan pakar itu
Aristoteles.
8
3. Tokoh – tokoh hukum alam di abad pertengahan antara lain : Auguste,
Hegel.
sampai saat ini bukanlah merupakan suatu konsep yang tunggal, tetap dan
statis.
Hukum alam telah memiliki banyak pengertian yang berbeda – beda yang
telah digunakan pada berbagai kegunaan yang berbeda pula tergantung pada
mengenai hukum alam yang diungkapan oleh para tokoh atau ahli yang hidup
masing, namun pada intinya pemikiran hukum alam yang khas adalah tidak
dipisahkannya secara tegas antara hukum dan moral (nilai – nilai moral
keadilan).
9
Asumsi dasar atau ideologi aliran hukum alam adalah hukum positif
dipengaruhi oleh:
sama).
Jadi hukum dimana saja, kapan saja, bagi siapa saja berlaku sama (
adil dan dianggap tidak mencerminkan hukum yang baik. Hukum dipengaruhi
atau tidak terpisah dari moral ( sebagai landasan dari keadilan). Huku kodrat
Menurut Aristoteles:
- Hukum alam sebagai hukum yang asli berlaku dimana saja tidak
buruknya
dikendalikan oleh suatu UU abadi (Lex Eterna) yang menjadi dasar kekuasaan
10
dari semua peraturan lainnya. Lex Eterna = kehendak pikiran Tuhan yang
Menurut Thomas Aquino pula hukum alam memuat dua asas yaitu:
baik)
dibedakan dalam :
ciptakaan tuhan.
berkulit hitam bukan berarti lebih rendah dari manusia yang lebih putih,
karena itu bukan kehendak manusia tapi hukum alam yang berlaku. Maka
perbudakan dalam bentuk dan jenis yang mengatas namakan warna kulit
11
tidak dapat dibenarkan menurut teori hukum alam. Sedangkan hukum
diam atau diganti dengan peraturan yang baru sesuai dengan kebutuhan.
hukum yang ideal. Dalam hal ini, dengan menjelaskan bahwa konsep
mendasar yaitu tidak jelasnya apa yang dimaksud dengan “hukum alam”
12
B. ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT HUKUM
pada masa lalu, filsafat hukum merupakan produk sampingan dari para filsuf,
hukum telah menjadi bahan kajian tersendiri bagi para ahli hukum.
Hukum Alam; (2) Positivisme hukum; (3) Utilitaianisme; (4) Mazhab Sejarah;
yang lalu, yang berangkat pada pencarian cita – cita pada tingkatan yang
bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari tuhan
secara langsung.
sumber hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
13
Thomas Aquinas (1225-1274): yang mengatakan ada 4 macam hukum
yaitu:
a. lex aeterna (hukum rasio tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indera manusia)
b. lex devina (hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera
manusia)
c. lex naturalis (hukum alam yaitu penjelmaan dari lex aeterna kedalam
rasio manusia)
kekaisaran romawi.
tertinggi ada ditangan rakyat. Dan occam berpendapat rasio manusia tidak
14
baik para rohaniawan maupun orang awam sama derajatnya dimata tuhan.
Dan huss mengatakan bahwa gereja tidak perlu memiliki hak milik.
rasio manusia.
Pufendorf berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari
dalam pemikiran manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dulu
tanpa dibantu oleh pengalaman) dan yang murni berasal dari empiris
B. Positivisme hukum
Sistem ini didasarkan pada beberapa prinsip bahwa sesuatu dipandang benar
suatu kenyataan.
tegas memisahkan antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan
15
Aliran Hukum Positif Analistis: John Austin (1790-1859)
hukum dipandang sebagai suatu system yang tetap, logis, dan tertutup.
- Perintah (command)
- Sanksi (sanction)
- Kewajiban (duty)
- Kedaulatan (sovereignty)
dari Tuhan untuk manusia (The iivine laws) dan (2) hukum yang dibuat oleh
manusia. Mengenai hukum yang dibuat oleh manusia dapat dibedakan lagi
dalam : (1) hukum yang sebenarnya, dan (2) hukum yang tidak sebenarnya.
Hukum dalam arti sebenarnya ini disebut juga hukum positif meliputi
hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia
16
secara individu untuk melaksanakan hak – hak yang diberikan kepadanya.
Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang dibuat oleh penguasa,
yang dikenal dengan teori hukum murni. Baginya hukum adalah suatu
Dalam hal ini yang dipersoalkan oleh hukum bukanlah “bagaimana hukum
itu seharusnya” (what the law ought to be). Tetapi “ apa hukumnya itu
keadilan sebagai isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum dengan
demikian dapat saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan
oleh penguasa.
C. Utilitaianisme
metafisis dan abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke – 18. Aliran
ini adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan disini sebagai tujuan hukum.
17
Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happinnes). Jadi, baik
buruk atau adil tidaknya suatu hukum. Bergantung kepada apakah hukum itu
Hukum, mengingat faham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan tujun
hal yang membangkitkan nafsunya. Jadi yang ingin dicapai oleh manusia
bukan benda atau sesuatu hal tertentu, melainkan kebahagiaan yang dapat
ditimbulkannya.
D. Mazhab Sejarah
18
1. Rasinalisme abad ke- 18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal
dan prinsip – prinsip dasar yang semuanya berperan pada filsafat hukum,
dunia.
harus dianggap sebagai suatu sistem hukum yang harus disimpan dengan
baik sebagai suatu yang suci karena berasal dari alasan – alasan yang murni.
19
E. Sociological Jurisprudence
hukum yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan
secara tegas antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the
living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika anatar (tesis) positivisme
hukum memandang tidak ada hukum kecuali perintah yang diberikan penguasa
pentingnya.
Negara.
engineering).
20
F. Realisme Hukum
kekuatan sosial dan control social. Beberapa cirri realisme yang terpenting
diantaranya:
a. Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja
tangan hukum.
b. Realisme adalah konsepsi hukumyang terus berubah dan alat untuk tujuan-
tujuan social, sehingga tiap bagian hrus diuji tujuan dan akibatnya.
akibatnya.
a) Realisme Amerika
Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim, semua yang
21
penemu hukum daripada pembuat hukum yang mengandalkan peraturan
perundang-undangan.
faktor lain yang tidak logis memiliki pengaruh yang sangat besar
tentangkemungkinan-kemungkinan.
22
Benjamin Nathan Cardozo (1870-1938): ia beranggapan bahwa
peradilan.
b) Realisme Skandinavia
23
H.L.A. Hart (1907-1992): ia mengatakan hukum harus dilihat,
G. Freirechtslehre
penggunaan metode – metode lain. Ini adalah masalah titik tolak cara
24
hukum secara bebas dalam semua kasus, kecuali kasus – kasus yang hukumnya
sudah jelas. Pengecualian ini, menurut Ehrlich relatif sedikit. Stampe, dalam
politiknya. Dari ajaran – ajarannya dapat disebutkan antara lain ajaran tentang
hak pengadilan untuk menguji keabsahan undang – undang dan ajaran yang
berdasarkan suatu proses intuitif yang dituntut oleh perasaan dan prasangka –
sesudahnya untuk proses naluriah itu dan dipakai untuk menyakinkan adanya
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Sejarah dan Perkembangan
Sama halnya dengan banyak studi lainnya, sejarah hukum dari alam
dimulai pada zaman yunani. Pernyataan rill pertama dari Teori Hukum
Pada zaman Yunani hiduplah kaum bijak yang disebut atau dikenal
dengan sebutan kaum Sofis. Pada masa inilah paham demokrasi lahir dan
Pada zaman modern rasio manusia tidak lagi dapat dilihat sebagai
26
dipandang sebagai pernyataan hidup dalam masyarakat. Dengan
perkembangan filsafat hukum dari masa ke masa dan diiringi juga dengan
mengenai diri sendiri, alam dan tuhan juga meningkatkan sasaran berfikir
harus dapat diterima secara universal dan abadi, aliran hukum alam
Austin dan Hans Kelsen yang menganggap bahwa hukum itu harus
27
- Aliran yang keempat adalah aliran sejarah yang dipelopori oleh
John Austin, para pendiri aliran ini John chipman, Oliver Wendell
madzhab tetapi gerakan berfikir dan cara bekerja tentang hukum itu.
28
- Aliran Ketujuh, Freirechtslehre (Aliran Hukum Bebas) yang
pandang, kita sebagai manusia tidak bisa memaksakan bahwa diri kita yang
paling benar dengan pemikiran kita sendiri. Semuanya tergantung pada alur
berfikir dan sudut pandang dari masing-masing juga pada saat pertanggung
kita mengenai cara bagaimana berfikir filsafat yang akan kita pilih.
29
DAFTAR PUSTAKA
Aburaera, Sukarno. Prof. Dr. SH. dkk. (2010). Filsafat Hukum, Dari
Rekonstruksi Sabda Manusia dan Pengetahuan hingga
Keadilan dan Kebenaran. Pustaka Refleksi : Makassar.
Lili rasjidi, 1991, Filsafat Hukum Apakah Hukm Itu, cetakan pertama,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muchsin, Ikhtisar Filsafat Hukum, cetakan kedua , Badan Penerbit Iblam Jakarta,
2006
Rasjidi, Lili, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1990.
30