Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nurasiah FAqihSutan Hrp. Filsafat Hukum Barat dan Alirannya. Utul ‘Ilma Publishing,
Medan,2010 hlm 16
2
Sukarno Aburaera, dkk. Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta 2016, hlm 103
2
Dalam pandangan skuler, diyakini bahwa manusia memiliki kemampuan akal
budi yang menjadi sumber tatanan moral dalam diri dan masyarakat manusia.
Keutamaan moral tidak ada dalam sabda Tuhan yang tertulis dalam kitab suci.
Prinsip-prinsip kodrati bersifat abadi, menjadi acuan validitas segala norma yang
digapai dengan penalaran yang tepat dan benar. Prinsip-prinsip yang universal ini
berlaku secara universal pula, dan saat menggapainya harus disingkirkan segala
hukum positif yang tidak bersumber kepada hukum kodrat. Hukum kodrat adalah
hal yang fundamental dalam kehidupan manusia di masyarakat.3 Adapun Tokoh-
tokoh dalam mazhab hukum kodrat adalah: Thoman Aquinas, H.L.A. Hart (2)
Aliran Hukum Positif
Aliran ini disebut juga dengan positivisme hukum. Aliran ini berpandangan
bahwa hukum itu adalah perintah penguasa (law is a command of the lewgivers).
Bahkan bagian aliran hukum positif yang dikenal dengan nama Legisme
berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu adalah identik dengan undang-undang.
Aliran hukum positif ini dapat dibedakan dalam dua corak, yakni:
(1) Aliran Hukum Positif Analitis (Analitical Jurisprudence) atau biasa disebut
positivisme sosiologis yang dikembangkan oleh Jhon Austin [1790-1859], dan
(2) Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre) atau dikenal juga dengan
positivisme yuridis yang dikembangkan oleh Hans Kelsen [1881-1973]
a. Aliran Positivisme Sosiologis:
Merurut Jhon Austin (1790-1859) sebagai pelopor positivisme sosiologis ini,
hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum itu terletak pada
unsur "perintah" itu. Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan
tertutup. Selanjutnya disebutkannya bahwa negara sebagai superior menentukan
apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan. Kekuasaan dari negara
ini memaksakan orang untuk taat. Negara sebagai superior memberlakukan
hukum secara menakut-nakuti, dan mengarahkan tingkah laku orang ke arah yang
diinginkannya. Hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana
dan adil, atau sebaliknya.
b. Aliran Positivisme Yuridis
3
Mahrus ali, Pemetaan Tesis Dalam AliranAliran Filsafat Hukum Dan Konsekuensi
Metodologisnya, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum Vol. 24 No. 2 april 2017, hlm 214
3
Menurut Hans Kelsen (1881-1973), hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir
non yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Pemikiran inilah
yang kemudian dikenal dengan Teori Hukum Murni (Reine Rechtslehre) dari
Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu Sollen Ketegorie (kategori faktual). Bagi
Kelsen, hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia
sebagai makhluk rasional. Hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi
(materia). Jadi keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum. Oleh karenanya
bisa saja suatu hukum itu tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan
oleh penguasa.4
(3) Aliran Utilitarian
Utiliarianisme atau Utilitisme adalah aliran yan meletakkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan
(happines). Jadi baik buruk ataupun adil tidaknya suatu hukum, bergantung
kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.
Pendukung utama utilitarianisme ini adalah: Jeremy Bentham [1748-1832], John
Stuart Mill [1806-1873], dan Rudolf von Jhering [1818-1892].
(4) Mazhab Sejarah
Mazhab Sejarah timbul sejalan dengan gerakan nasionalisme di Eropa. Jika
sebelumnya para ahli hukum memfokuskan perhatiannya kepada individu,
penganut mazhab sejarah sudah mengarah kepada bangsa, tepatnya jiwa bangsa
(volksgeist). Adapun tokoh-tokoh pada mazhab ini ialah: Friedrich Karl von
Savigny, Puchta, dan Henry Summer Maine
(5) Aliran Sociological Jurisprudence.
Menurut aliran sociological jurisprudence, hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan
secara tegas antara hukum positif (the positive law) dengan hukum yang hidup di
masyarakat (the living law). Timbulnya aliran ini adalah dari hasil dialektika
antara Positivisme Hukum (tesis) dan Mazhab Sejarah (antitesis). Positivisme
Hukum memandang hukum hanyalah perintah penguasa, sedang Mazhab Sejarah
memandang hukum timbul dan berkembang bersama masyarakat.
(6) Aliran Legal Realism.
4
Sukarno Aburaera, dkk. Op-Cit. hlm 94-95
4
Aliran Legal Realism disebut pula dengan Realisme Hukum. Dalam
pandangan penganut realisme hukum, hukum adalah hasil kekuatan-kekuatan
sosial dan alat kontrol sosial. Pembentuk hukum dapat meliputi kepribadian
manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagsan yang
sedang berlaku, emosi-emosi yang umum, dan hasil hukum dalam kehidupan.
Pandangan dalam realisme hukum adalah bahwa tidak ada hukum yang mengatur
suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang dianggap
sebagai hukum didalam buku, baru merupakan tafsiran tentang bagaimana hakim
akan memutuskan.
Aliran hukum alam merupakan aliran filsafat hukum yang paling tua dan nama ini
masih bertahan sampai sekarang. Aliran ini dimulai oleh para filosof Yunani kuno
kemudian mengalami perkembangan dan perubahan. Aliran ini akan diuraikan
berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu :
1. Para filosof Pra Socrates. Tokoh yang penting untuk era ini yaitu Zeno
(490 - 430 S.M.); dan
2. Era Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Zeno dan pengikutnya dikenal sebagai filosof Stoa sebab mereka mengajar di
antara pilar - pilar yang dikenal sebagai stoa. Di antara pilar - pilar itu Zeno dan
kemudian para pengikutnya mengajar sambil berjalan diikuti oleh para murid
mereka. Zeno tergolong ke dalam para filosof Pra Socrates, akan tetapi usia Zeno
5
Darji Darmodiharjo, dan Shidarta, PokokPokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2008), hlm 75
5
dan Socrates tidak terpaut terlalu jauh, yaitu usia Zeno lebih tua kira - kira 20 (dua
puluh) tahun daripada Socrates. Karya - karya Zeno pada umumnya hanya dapat
diketahui karena disebutkan atau dikutip oleh penulis - penulis kemudian seperti
oleh Aristoteles.
Filosof Stoa mengemukakan keberadaan suatu tatanan yang rasional dan memiliki
maksud tertentu (a rational dan purposeful order) yang mengatur alam semesta
(pandangan teleologis sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya). Tatanan ini
disebut sebagai hukum abadi (eternal law). Dengan demikian, hukum abadi
adalah suatu tatanan rasional dan memiliki maksud tertentu yang mengatur alam
semesta. Hukum abadi merupakan hukum akal budi kosmos (the law of reason of
the cosmos).
Cara -cara dengan mana seorang makluk rasional (a rational being) hidup sesuai
dengan tatanan tersebut adalah hukum alam (natural law). Dengan kata lain,
hukum alam (natural law) adalah cara - cara dengan mana seorang makhluk
rasional hidup sesuai dengan hukum abadi. Bagaimana manusia sebagai makhluk
rasional dapat mengetahui tentang hukum alam ? Para filosof Yunani kuno
berpendapat bahwa manusia merupakan bagian dari alam, di mana manusia
mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan alam. Alam juga memberikan
panduan bagi kehidupan manusia berupa tatanan moral. Tatanan moral ini
dipandang sebagai bagian dari tatanan alam, sehingga kewajiban - kewajiban
moral dapat dibaca dari alam.
Hukum alam pada dasarnya bersifat umum sehingga lebih merupakan kewajiban -
kewajiban moral. Kewajiban-kewajiban moral ini merupakan hal amat penting
6
bagi teori hukum alam klasik, di mana keabsahan (validitas) menurut moral
merupakan syarat logis untuk keabsahan hukum, sehingga hukum yang tidak adil
atau immoral sama sekali bukan hukum.
6
Buku ajar filsafat hukum, hlm 2
7
Teori Hukum Alam Theologis
Tokoh paling menonjol dari teori hukum alam theologis adalah Thomas Aquinas
(1225 – 1274). Aquinas mengintegrasikan teori hukum alam klasik ke dalam
ajaran gereja sebagai bagian dari filsafat hukumnya. Dalam bukunya Summa
Theologica, Aquinas membedakan 4 (empat) macam hukum, yaitu:
1. Hukum Abadi;
2. Hukum Alam;
3. Hukum Manusia; dan
4. Hukum Sakral.
Hukum Abadi
Hukum Abadi (Lat.: Lex Aeterna; Ingg.: Eternal Law), yaitu Kebijaksanaan Ilahi
(Lat.: ratio divinae sapientiae; Ingg.: Divine Wisdom) yang mengarahkan semua
tindakan dan gerakan. Di zaman Yunani kuno, konsep Hukum Abadi
dikemukakan oleh filsuf Stoa. Filsuf Stoa mengemukakan keberadaan suatu
tatanan yang rasional dan memiliki maksud tertentu (a rational and purposeful
order) yang mengatur alam semesta. Tatanan ini disebut sebagai hukum
abadi (eternal law). Dengan demikian, hukum abadi (eternal law) adalah suatu
tatanan rasional dan memiliki maksud tertentu yang mengatur alam semesta.
Seorang pemikir gereja, St. Augustinus12 (354 - 430), menyatakan bahwa melalui
ratio Ketuhanan diciptakan segalanya. Dalam Tuhan terletak suatu rencana
tentang berjalannya semesta alam. Rencana tentang alam ini oleh St. Augustinus
disebut hukum abadi (Lex Aeterna). Oleh Augustinus, konsep Hukum Abadi dari
zaman Yunani kuno dikaitkan dengan kepercayaan Kristen terhadap Tuhan.
Pandangan ini kemudian diikuti oleh St. Aquinas.7
Hukum Alam
Hukum Alam (Lat.: Lex Naturalis; Ingg.: Natural Law), yaitu turut sertanya
manusia sebagai makhluk berakal (bernalar) ke dalam Hukum Abadi. Manusia
adalah manusia yang memiliki akal atau nalar (reason). Manusia, termasuk akal
7
Selika Aprila, dan Rio Adhitya. Filsafat Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Depok, 2020, hlm 65
8
atau nalarnya adalah ciptaan Tuhan sehingga karenanya dengan akal atau nalar ini
manusia sedikit banyak dapat juga menangkap Hukum Abadi sekalipun tidak
seluruhnya.
Hukum Manusia
Hukum Manusia (Lat.: Lex Humana; Ingg.: Human Law), yaitu rincian lebih
lanjut dari Hukum Alam dengan menggunakan akal manusia. Hal ini karena
Hukum Alam masih merupakan asas - asas yang umum sehingga manusia dengan
menggunakan akalnya perlui untuk memproses lebih lanjut untuk masalah-
masalah tertentu. Perincian - perincian lebih lanjut ini, dengan menggunakan akal
manusia, disebut Hukum Manusia.
Hukum Sakral
Hukum Sakral (Lat.: Lex Divina; Ingg.: Divine Law), yaitu hukum yang
diwahyukan oleh Tuhan dalam Kitab Suci.
4 (empat) macam hukum dalam arti filsafat ini tidaklah persis sama dengan
hukum dalam kenyataan sehari - hari. Menurut Thomas Aquinas, hukum dalam
kenyataan sehari-hari tidak lain dari pada mendikte sebuah alasan praktis yang
berasal dari penguasa yang memerintah sebuah komunitas yang sempurna.
Tuhan hanya merupakan causa remota (sebab yang jauh) dari hukum alam, sebab
Tuhan adalah pencipta manusia dan rasio manusia. Hanya itu saja hubungannya.
8
Ibid, hlm 103
9
Selanjutnya manusialah yang menjabarkan prinsip - prinsip hukum alam dari akal
(rasio) manusia sendiri. Menurut Grotius, prinsip hukum alam utama dalam
Hukum Internasional, yaitu pacta sunt servanda (perjanjian adalah mengikat).
Teori hukum alam yang rasionalistis ini juga merupakan dasar dari pandangannya
tentang Mare Liberum (Lautan Bebas).
1. Hubungan hukum dan moral, tidak seminim teori positivisme klasik, yaitu
madzab analitis dari John Austin akan dijelaskan berikut nanti akan tetapi
tidak sedominan teori hukum alam klasik;
2. Lebih rasional dan sekuler, melepaskan teori metafisika dan theologis;
9
Mahrus Ali, Op-Cit, hlm 218
10
3. Termasuk di sini, yaitu teori minimum content of natural law dari H. L. A.
Hart (1907 - 1992), yaitu : survival. Hukum harus mengandung isi tertentu
untuk memastikan direalisasikannya kehendak untuk survival dari
manusia.
11
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Pemikiran hukum ditandai dengan perkembangan pemikiran dalam
aliranaliran filsafat hukum. Kemunculan suatu aliran hukum merupakan respon
atau kritik terhadap aliran hukum sebelumnya, atau ia muncul sebagai respon
terhadap perkembangan sosial masyarakat pada masa itu. Aliran-aliran yang
muncul dan berkembang dalam khazanah pemikiran hukum meliputi aliran
hukum alam, positivisme hukum (teori hukum murni), utilitarianisme, realisme
hukum, american sociological jurisprudence, dan mazhab sejarah.
1.2 SARAN
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umum nya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah kami.
12
DAFTAR PUSTAKA
13