Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM :

ALIRAN HUKUM ALAM

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Hukum
Dosen Pengampu :
Syafaruddin Panjaitan, S.HI, M.H

Disusun Oleh : Kelompok 4


MUA IV’D/SEMESTER 4

Agung Prayogi (0204212156)


Andini Eka Putri (0204212083)
Desiana Batu Bara (0204212153)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan


kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayah- nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ALIRAN-ALIRAN DALAM
FILSAFAT HUKUM : ALIRAN HUKUM ALAM” dengan tepat waktu.
Makalah ini sudah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala kritikan dan saran dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah Filsafat Hukum ini.
Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Medan, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2


2.1 Aliran Hukum Alam Pada Filsafat Hukum .......................................... 2
2.2 Teori Hukum Alam .............................................................................. 5

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 12


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
3.2 Saran ..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Filsafat dalam bahasa Yunani dikontruksikan dari dua suku kata, philos atau
philia dan sophos. Philos diartikan. sebagai cinta, persahabatan, sedangkan.
sophos berarti hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman
praktik, dan inteligensia. Oleh karena itu, philosophia dapat diartikan sebagai
cintal kebijaksanaan atau kebenaran.' Kata philosophos menjadi penanda adanya
kegiatan manusia yang mencari dan mengejar kebijaksanaan karena kecintaannya
akan kebijaksanaaan itu. Karena itulah filsafat diartikan sebagai cinta akan
kebijaksanaan.
Ada yang menyatakan bahwa filsafat adalah ibu semua ilmu pengetahuan
(philosophy is the mother of all sciences). Hal ini karena para filsuf Yunani kuno
telah mulai dengan pemikiran tentang jagad raya dan menjadi pelopor banyak
ilmu. Ada banyak cabang filsafat, salah satunya cabang filsafat hukum. Secara
sederhana filsafat hukum yakni filsafat tingkah laku atau etika yang mempelajari
hakikat hukum. Dan yang menjadi objek kajian filsafat hukum adalah hukum dan
objek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang
disebut sebagai hakikat."
Mengetahui bahwa hukum berkaita erat dengan norma-norma untuk
mengatur perilaku manusia. Dengan perilaku perilaku demikian, kita dapat
menyimpulka bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang filsafat manusia, yang
disebut etika atau filsafat tingkah laku. Jadi tepatlah apabila dikatakan, bahwa
filsafat manusia berkedudukan sebagai genus, etika sebagai spesies, dan filsafat
hukum sebagai subspecies.".

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana permahaman aliran hukum alam dalam filsafat hukum?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui dan memehami permahaman aliran hukum alam pada
filsafat hukum

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ALIRAN HUKUM ALAM PADA FILSAFAT HUKUM


Pemikiran hukum ditandai dengan perkembangan pemikiran dalam aliran-
aliran filsafat hukum. Kemunculan suatu aliran hukum merupakan respon atau
kritik terhadap aliran hukum sebelumnya, atau ia muncul sebagai respon terhadap
perkembangan sosial masyarakat pada masa itu. Aliran-aliran yang muncul dan
berkembang dalam khazanah pemikiran hukum meliputi aliran hukum alam,
positivisme hukum (teori hukum murni), utilitarianisme, realisme hukum,
american sociological jurisprudence, dan mazhab sejarah.1
Yang dimaksudkan dengan hukum alam menurut ajaran ini ialah hukum
yang berlaku universal dan abadi. Aliran yang menekankan moral dan keadilan
sebagai pertimbangan mutlak hukum. Hukum alam tidak berbicara tentang fakta.
Apa yang dimaksud hukum di sini adalah hukum yang digambarkan berlaku
abadi, yang norma-normanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, dari alam
semesta dan dari akan budi manusia. Sebagai hukum yang kekal dan abadi, begitu
jauh tidak terikat oleh waktu dan keadilan dalam tingkatan yang paling mutlak
kepada segenap umat manusia. Ia berakar pada batin manusia atau masyarakat dan
lepas dari konvensi, undang-undang atau alat kelembagaaan yang lain."2
Ada dua pandangan dalam pembahasan hukum kodrat ini, yakni:
pandangan teologis dan pandangan sekuler.
a. Pandangan Teologis:
Dalam pandangan teologis dikatakan bahwa seluruh alam semesta diatur oleh
Tuhan Yang Maha Esa sebagai ciptaannya. Tuhan telah meletakkan prinsip-
prinsip yang abadi untuk mengatur segala kehidupan di dunia ini. Oleh karenanya
seluruh aturan yang diciptakan oleh manusia harus berdasarkan pada hukum
Tuhan yang abadi.
b. Pandangan Sekuler

1
Nurasiah FAqihSutan Hrp. Filsafat Hukum Barat dan Alirannya. Utul ‘Ilma Publishing,
Medan,2010 hlm 16
2
Sukarno Aburaera, dkk. Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta 2016, hlm 103

2
Dalam pandangan skuler, diyakini bahwa manusia memiliki kemampuan akal
budi yang menjadi sumber tatanan moral dalam diri dan masyarakat manusia.
Keutamaan moral tidak ada dalam sabda Tuhan yang tertulis dalam kitab suci.
Prinsip-prinsip kodrati bersifat abadi, menjadi acuan validitas segala norma yang
digapai dengan penalaran yang tepat dan benar. Prinsip-prinsip yang universal ini
berlaku secara universal pula, dan saat menggapainya harus disingkirkan segala
hukum positif yang tidak bersumber kepada hukum kodrat. Hukum kodrat adalah
hal yang fundamental dalam kehidupan manusia di masyarakat.3 Adapun Tokoh-
tokoh dalam mazhab hukum kodrat adalah: Thoman Aquinas, H.L.A. Hart (2)
Aliran Hukum Positif
Aliran ini disebut juga dengan positivisme hukum. Aliran ini berpandangan
bahwa hukum itu adalah perintah penguasa (law is a command of the lewgivers).
Bahkan bagian aliran hukum positif yang dikenal dengan nama Legisme
berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu adalah identik dengan undang-undang.
Aliran hukum positif ini dapat dibedakan dalam dua corak, yakni:
(1) Aliran Hukum Positif Analitis (Analitical Jurisprudence) atau biasa disebut
positivisme sosiologis yang dikembangkan oleh Jhon Austin [1790-1859], dan
(2) Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre) atau dikenal juga dengan
positivisme yuridis yang dikembangkan oleh Hans Kelsen [1881-1973]
a. Aliran Positivisme Sosiologis:
Merurut Jhon Austin (1790-1859) sebagai pelopor positivisme sosiologis ini,
hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum itu terletak pada
unsur "perintah" itu. Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan
tertutup. Selanjutnya disebutkannya bahwa negara sebagai superior menentukan
apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan. Kekuasaan dari negara
ini memaksakan orang untuk taat. Negara sebagai superior memberlakukan
hukum secara menakut-nakuti, dan mengarahkan tingkah laku orang ke arah yang
diinginkannya. Hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana
dan adil, atau sebaliknya.
b. Aliran Positivisme Yuridis

3
Mahrus ali, Pemetaan Tesis Dalam AliranAliran Filsafat Hukum Dan Konsekuensi
Metodologisnya, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum Vol. 24 No. 2 april 2017, hlm 214

3
Menurut Hans Kelsen (1881-1973), hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir
non yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Pemikiran inilah
yang kemudian dikenal dengan Teori Hukum Murni (Reine Rechtslehre) dari
Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu Sollen Ketegorie (kategori faktual). Bagi
Kelsen, hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia
sebagai makhluk rasional. Hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi
(materia). Jadi keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum. Oleh karenanya
bisa saja suatu hukum itu tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena dikeluarkan
oleh penguasa.4
(3) Aliran Utilitarian
Utiliarianisme atau Utilitisme adalah aliran yan meletakkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan
(happines). Jadi baik buruk ataupun adil tidaknya suatu hukum, bergantung
kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.
Pendukung utama utilitarianisme ini adalah: Jeremy Bentham [1748-1832], John
Stuart Mill [1806-1873], dan Rudolf von Jhering [1818-1892].
(4) Mazhab Sejarah
Mazhab Sejarah timbul sejalan dengan gerakan nasionalisme di Eropa. Jika
sebelumnya para ahli hukum memfokuskan perhatiannya kepada individu,
penganut mazhab sejarah sudah mengarah kepada bangsa, tepatnya jiwa bangsa
(volksgeist). Adapun tokoh-tokoh pada mazhab ini ialah: Friedrich Karl von
Savigny, Puchta, dan Henry Summer Maine
(5) Aliran Sociological Jurisprudence.
Menurut aliran sociological jurisprudence, hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan
secara tegas antara hukum positif (the positive law) dengan hukum yang hidup di
masyarakat (the living law). Timbulnya aliran ini adalah dari hasil dialektika
antara Positivisme Hukum (tesis) dan Mazhab Sejarah (antitesis). Positivisme
Hukum memandang hukum hanyalah perintah penguasa, sedang Mazhab Sejarah
memandang hukum timbul dan berkembang bersama masyarakat.
(6) Aliran Legal Realism.

4
Sukarno Aburaera, dkk. Op-Cit. hlm 94-95

4
Aliran Legal Realism disebut pula dengan Realisme Hukum. Dalam
pandangan penganut realisme hukum, hukum adalah hasil kekuatan-kekuatan
sosial dan alat kontrol sosial. Pembentuk hukum dapat meliputi kepribadian
manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagsan yang
sedang berlaku, emosi-emosi yang umum, dan hasil hukum dalam kehidupan.
Pandangan dalam realisme hukum adalah bahwa tidak ada hukum yang mengatur
suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang dianggap
sebagai hukum didalam buku, baru merupakan tafsiran tentang bagaimana hakim
akan memutuskan.
Aliran hukum alam merupakan aliran filsafat hukum yang paling tua dan nama ini
masih bertahan sampai sekarang. Aliran ini dimulai oleh para filosof Yunani kuno
kemudian mengalami perkembangan dan perubahan. Aliran ini akan diuraikan
berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu :

1. Teori Hukum Alam Klasik;


2. Teori Hukum Alam Theologis;
3. Teori Hukum Alam Rasionalistis;
4. Runtuhnya Teori Hukum Alam; dan 5
5. Kebangkitan Kembali teori Hukum Alam.

2.2 Teori Hukum Alam


Aliran hukum alam dimulai oleh para filosof Yunani kuno. Para penulis umumnya
memisahkan para filosof Yunani kuno atas :

1. Para filosof Pra Socrates. Tokoh yang penting untuk era ini yaitu Zeno
(490 - 430 S.M.); dan
2. Era Socrates, Plato, dan Aristoteles.

Zeno dan pengikutnya dikenal sebagai filosof Stoa sebab mereka mengajar di
antara pilar - pilar yang dikenal sebagai stoa. Di antara pilar - pilar itu Zeno dan
kemudian para pengikutnya mengajar sambil berjalan diikuti oleh para murid
mereka. Zeno tergolong ke dalam para filosof Pra Socrates, akan tetapi usia Zeno

5
Darji Darmodiharjo, dan Shidarta, PokokPokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2008), hlm 75

5
dan Socrates tidak terpaut terlalu jauh, yaitu usia Zeno lebih tua kira - kira 20 (dua
puluh) tahun daripada Socrates. Karya - karya Zeno pada umumnya hanya dapat
diketahui karena disebutkan atau dikutip oleh penulis - penulis kemudian seperti
oleh Aristoteles.

Zeno menganut kepercayaan pantheisme. Pantheisme (Greek: πάν (pan) = semua,


dan, θεός (theos') = tuhan, secara hurufiah berarti "tuhan adalah semua" dan
"semua adalah tuhan"), yaitu pandangan bahwa tuhan adalah personifikasi dari
total penjumlahan segala sesuatu. Keseluruhan jagad raya, makhluk hidup, dan
benda mati, semuanya itu dipersonifikasi sebagai tuhan.

Filosof Stoa mengemukakan keberadaan suatu tatanan yang rasional dan memiliki
maksud tertentu (a rational dan purposeful order) yang mengatur alam semesta
(pandangan teleologis sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya). Tatanan ini
disebut sebagai hukum abadi (eternal law). Dengan demikian, hukum abadi
adalah suatu tatanan rasional dan memiliki maksud tertentu yang mengatur alam
semesta. Hukum abadi merupakan hukum akal budi kosmos (the law of reason of
the cosmos).

Cara -cara dengan mana seorang makluk rasional (a rational being) hidup sesuai
dengan tatanan tersebut adalah hukum alam (natural law). Dengan kata lain,
hukum alam (natural law) adalah cara - cara dengan mana seorang makhluk
rasional hidup sesuai dengan hukum abadi. Bagaimana manusia sebagai makhluk
rasional dapat mengetahui tentang hukum alam ? Para filosof Yunani kuno
berpendapat bahwa manusia merupakan bagian dari alam, di mana manusia
mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan alam. Alam juga memberikan
panduan bagi kehidupan manusia berupa tatanan moral. Tatanan moral ini
dipandang sebagai bagian dari tatanan alam, sehingga kewajiban - kewajiban
moral dapat dibaca dari alam.

Hukum alam pada dasarnya bersifat umum sehingga lebih merupakan kewajiban -
kewajiban moral. Kewajiban-kewajiban moral ini merupakan hal amat penting

6
bagi teori hukum alam klasik, di mana keabsahan (validitas) menurut moral
merupakan syarat logis untuk keabsahan hukum, sehingga hukum yang tidak adil
atau immoral sama sekali bukan hukum.

Socrates, Plato, dan Aristoteles mengemukakan tentang keberadaan keadilan


alam (natural justice). Dalam Rhetorica, Aristoteles mencatat bahwa selain
hukum khusus (particular) yang oleh tiap rakyat ditetapkan untuk diri mereka
sendiri, artinya dibuat oleh manusia sendiri, juga ada suatu hukum
umum (common) yaitu yang sesuai dengan alam (nature). Oleh karena Aristeles
yang paling banyak menulis mengenai teori hukum alam termasuk mengutip
bagaimana pandangan Zeno, maka Aristoteles yang sering disebut sebagai Bapak
Teori Hukum Alam. Pokok - pokok Pandangan Teori Hukum Alam Klasik, yaitu :

1. Alam telah menetapkan seperangkat tujuan bagi manusia. Ini disebut


pandangan teleologis (Greek : telos = tujuan);
2. Dalam alam telah tertulis kewajiban - kewajiban moral. Dengan demikian,
tatanan moral merupakan bagian dari tatanan alam. Oleh karena aliran ini
pada saat kelahirannya (yaitu pandangan - pandangan dari Zeno,
Socarates, Plato, dan Aristoteles) memberikan tekanan yang besar pada
alam, yaitu alam telah menetapkan seperangkat tujuan bagi manusia
(teleologis) dan dalam alam telah tertulis kewajiban - kewajiban moral,
maka teori ini dinamakan teori hukum alam. Ini merupakan asal usul dari
nama teori hukum alam. Dengan demikian, teori hukum alam klasik ini
memiliki sifat metafisika (metaphysics, di luar alam fisik; meta = di
luar; physics = fisik);
3. Keabsahan (validitas) hukum tergantung pada keabsahan menurut moral.
Jika hukum bertentangan dengan moral maka hukum itu bukanlah
merupakan hukum yang sah;
4. Adanya hubungan antara alam, moral, dan hukum; dan
5. Ada hukum yang tetap sama, di manapun dan kapanpun (abadi). 6

6
Buku ajar filsafat hukum, hlm 2

7
Teori Hukum Alam Theologis
Tokoh paling menonjol dari teori hukum alam theologis adalah Thomas Aquinas
(1225 – 1274). Aquinas mengintegrasikan teori hukum alam klasik ke dalam
ajaran gereja sebagai bagian dari filsafat hukumnya. Dalam bukunya Summa
Theologica, Aquinas membedakan 4 (empat) macam hukum, yaitu:

1. Hukum Abadi;
2. Hukum Alam;
3. Hukum Manusia; dan
4. Hukum Sakral.

Hukum Abadi
Hukum Abadi (Lat.: Lex Aeterna; Ingg.: Eternal Law), yaitu Kebijaksanaan Ilahi
(Lat.: ratio divinae sapientiae; Ingg.: Divine Wisdom) yang mengarahkan semua
tindakan dan gerakan. Di zaman Yunani kuno, konsep Hukum Abadi
dikemukakan oleh filsuf Stoa. Filsuf Stoa mengemukakan keberadaan suatu
tatanan yang rasional dan memiliki maksud tertentu (a rational and purposeful
order) yang mengatur alam semesta. Tatanan ini disebut sebagai hukum
abadi (eternal law). Dengan demikian, hukum abadi (eternal law) adalah suatu
tatanan rasional dan memiliki maksud tertentu yang mengatur alam semesta.

Seorang pemikir gereja, St. Augustinus12 (354 - 430), menyatakan bahwa melalui
ratio Ketuhanan diciptakan segalanya. Dalam Tuhan terletak suatu rencana
tentang berjalannya semesta alam. Rencana tentang alam ini oleh St. Augustinus
disebut hukum abadi (Lex Aeterna). Oleh Augustinus, konsep Hukum Abadi dari
zaman Yunani kuno dikaitkan dengan kepercayaan Kristen terhadap Tuhan.
Pandangan ini kemudian diikuti oleh St. Aquinas.7

Hukum Alam
Hukum Alam (Lat.: Lex Naturalis; Ingg.: Natural Law), yaitu turut sertanya
manusia sebagai makhluk berakal (bernalar) ke dalam Hukum Abadi. Manusia
adalah manusia yang memiliki akal atau nalar (reason). Manusia, termasuk akal

7
Selika Aprila, dan Rio Adhitya. Filsafat Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Depok, 2020, hlm 65

8
atau nalarnya adalah ciptaan Tuhan sehingga karenanya dengan akal atau nalar ini
manusia sedikit banyak dapat juga menangkap Hukum Abadi sekalipun tidak
seluruhnya.

Hukum Manusia
Hukum Manusia (Lat.: Lex Humana; Ingg.: Human Law), yaitu rincian lebih
lanjut dari Hukum Alam dengan menggunakan akal manusia. Hal ini karena
Hukum Alam masih merupakan asas - asas yang umum sehingga manusia dengan
menggunakan akalnya perlui untuk memproses lebih lanjut untuk masalah-
masalah tertentu. Perincian - perincian lebih lanjut ini, dengan menggunakan akal
manusia, disebut Hukum Manusia.

Hukum Sakral
Hukum Sakral (Lat.: Lex Divina; Ingg.: Divine Law), yaitu hukum yang
diwahyukan oleh Tuhan dalam Kitab Suci.

4 (empat) macam hukum dalam arti filsafat ini tidaklah persis sama dengan
hukum dalam kenyataan sehari - hari. Menurut Thomas Aquinas, hukum dalam
kenyataan sehari-hari tidak lain dari pada mendikte sebuah alasan praktis yang
berasal dari penguasa yang memerintah sebuah komunitas yang sempurna.

Teori Hukum Alam Rasionalistis


Tokoh teori hukum alam rasionalistis adalah Hugo de Groot atau Grotius (1583 –
1645). Grotius menentang teori hukum alam theologis yang diajarkan oleh
Thomas Aquinas. Menurut Grotius, prinsip-prinsip hukum alam berasal dari akal
(rasio) intelektual manusia. Prinsip - prinsip hukum alam terlepas sama sekali dari
perintah Tuhan dan Tuhan pun tidak dapat merubahnya sebagaimana 2 x 2 = 4,
Tuhan pun tidak dapat merubahnya.8

Tuhan hanya merupakan causa remota (sebab yang jauh) dari hukum alam, sebab
Tuhan adalah pencipta manusia dan rasio manusia. Hanya itu saja hubungannya.

8
Ibid, hlm 103

9
Selanjutnya manusialah yang menjabarkan prinsip - prinsip hukum alam dari akal
(rasio) manusia sendiri. Menurut Grotius, prinsip hukum alam utama dalam
Hukum Internasional, yaitu pacta sunt servanda (perjanjian adalah mengikat).
Teori hukum alam yang rasionalistis ini juga merupakan dasar dari pandangannya
tentang Mare Liberum (Lautan Bebas).

Runtuhnya Teori Hukum Alam


Di abad ke-18 dan ke-19, teori hukum alam melemah karena :

1. Berkembangnya ilmu pengetahuan dengan metode empiris yang sifatnya


induktif, bukan lagi deduktif;
2. Masyarakat Eropa yg makin kompleks menghendaki pendekatan
sosiologis bukan lagi abstrak.

Montesquieu (1689 - 1755) melakukan kajian perbandingan hukum dengan hasil


bahwa tiap bangsa punya hukum yang berbeda. Juga F.C. von Savigny (1779-
1861) tokoh aliran sejarah (historical jurisprudence) berpandangan bahwa
Volkgeist (jiwa bangsa) menghasilkan hukum yang berbeda untuk tiap bangsa.
Kata-kata von Savigny yang termasyur :
“Das Recht wird nicht gemacht, es ist und wird mit dem Volke” (hukum tidak
dibuat tetapi ada dan tumbuh bersama bangsa).9
Kebangkitan Kembali Teori Hukum Alam
Penulis sekarang ada yang menyebut tentang kebangkitan kembali hukum alam,
tetapi yang dimaksudkan dengan kebangkitan kembali itu bukanlah kebangkitan
teori hukum alam secara utuh. Teori-teori filsafat hukum sekarang tidak dapat lagi
dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok tradisional seperti teori hukum alam
maupun positivisme karakteristik teori hukum alam sekarang, yaitu:

1. Hubungan hukum dan moral, tidak seminim teori positivisme klasik, yaitu
madzab analitis dari John Austin akan dijelaskan berikut nanti akan tetapi
tidak sedominan teori hukum alam klasik;
2. Lebih rasional dan sekuler, melepaskan teori metafisika dan theologis;

9
Mahrus Ali, Op-Cit, hlm 218

10
3. Termasuk di sini, yaitu teori minimum content of natural law dari H. L. A.
Hart (1907 - 1992), yaitu : survival. Hukum harus mengandung isi tertentu
untuk memastikan direalisasikannya kehendak untuk survival dari
manusia.

Sumbangan - sumbangan teori hukum alam, antara lain :

1. Mengingatkan adanya aspek moral dari hukum;


2. Melahirkan doktrin-doktrin penting, antara lain; pacta sunt servanda, hak
asasi manusia.

11
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Pemikiran hukum ditandai dengan perkembangan pemikiran dalam
aliranaliran filsafat hukum. Kemunculan suatu aliran hukum merupakan respon
atau kritik terhadap aliran hukum sebelumnya, atau ia muncul sebagai respon
terhadap perkembangan sosial masyarakat pada masa itu. Aliran-aliran yang
muncul dan berkembang dalam khazanah pemikiran hukum meliputi aliran
hukum alam, positivisme hukum (teori hukum murni), utilitarianisme, realisme
hukum, american sociological jurisprudence, dan mazhab sejarah.
1.2 SARAN
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umum nya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar filsafat hukum


Darji Darmodiharjo, dan Shidarta, PokokPokok Filsafat Hukum, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta 2008
Mahrus ali, Pemetaan Tesis Dalam AliranAliran Filsafat Hukum Dan
Konsekuensi Metodologisnya, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum Vol. 24 No.
2 april 2017
Nurasiah FAqihSutan Hrp. Filsafat Hukum Barat dan Alirannya. Utul ‘Ilma
Publishing, Medan,2010
Selika Aprila, dan Rio Adhitya. Filsafat Hukum, PT.Raja Grafindo Persada,
Depok, 2020
Sukarno Aburaera, dkk. Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta 2016

13

Anda mungkin juga menyukai