Anda di halaman 1dari 19

ALIRAN DAN MAHZAB DALAM FILSAFAT HUKUM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum


Pada Program Studi Ahwal Syaksiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) DDI Mangkoso
Kabupaten Barru

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5
Muhammad Fahreza
Muhammad Ridwan
Nurul Mujahidah
Misbahuddin
Asmaul Sikin

DOSAN PENGAMPU:

Muhsin H, S.Sy., M.H.I

JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI AWAL SYAKHSIYYAH SEMESTER 3 SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD (STAI) DDI
MANGKOSO KABUPATEN BARRU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan pertolongan-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah ALIRAN DAN

MAZHAB DALAM FILSAFAT HUKUM kami sadari, masih banyak sekali

kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, semoga hal ini tidak menghalangi kami

untuk terus berkarya. Kami berharap di masa yang akan datang, Kami dapat membuat

makalah yang lebih baik lagi dan menjadi penulis yang sukses.

Di dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen

pengampuh mata kuliah FILSAFAT HUKUM. Bapak Muh. Muhsin H, S.Sy.,

M.H.I, teman-teman yang telah membantu dan mendukung juga. Semoga dengan

dukungannya dapat menambah kemampuan kami di masa yang akan datang.

Kami berharap makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi kami di masa yang

akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan

kesadaran untuk membaca.

Mangkoso, 28 November 2023

KELOMPOK 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................2

C. Tujuan Pembahasan ...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum.........................................3

B. Macam-macam mahzab atau aliran-aliran dalam pemikiran filsafat

hukum...................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................14

B. Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum sebagai sebuah produk dialektika evolusioner masyarakat niscaya

harus terus berkembang dalam lingkungan zaman dan waktu, hukum yang dulu

dianggap sebagai suatu keniscayaan, lambat laun mulai ditinggalkan dan digantikan

perannya oleh hukum yang lebih relavan bagi zaman dan waktu tertentu. Namun,

kajian yang sangat menarik dalam ranah perkembangan ilmu hukum adalah; dalam

perkembangan ikmu hukum dari masa ke masa tidak terjadi suatu loncatan

revolusioner sebagaimana yang terjadi dalam ilmu eksak, hukum sebagai ilmu

berkembang secara kumulatif dan evolusi dimana perkembangan ilmu hukum tidak

dapat di prediksi secara matematis, namun harus dengan pendekatan filosofis yang

juga menyangkut akan keyakinan (faith) suatu individu/masyarakat terhadap hukum

tersebut. Dalam tulisan sederhana ini penulis akan mencoba mendeskripsikan evolusi

dari paradigma hukum yang marak berkembang dan dipakai sebagai acuan/patokan

bagi masyarakat dunia dalam berhukum.

Dimulai dari paradigm hukum yang bersumber dari kodrat manusia sebagai

makhluk ciptaan-Nya (the nature of law), hukum sebagaimana yang ditafsirkan

sebagai kaidah resmi Negara (positivism/doctrinal), kajian hukum yang memakai

metode penalaran hukum yang menggabungkan ilmu hukum dengan anasir-anasir

kekuasaan dan pranata sosiologis masyarakat (socio legal/non-doctrinal) dan sampai

1
2

kepada teori hukum yang lahir pada periode post-modern dengan gerakan kritik

ediologis dan semangat deskontruksi hukum yang membawa angin perubahan bagi

pilar-pilar hukum didunia (critical legal studies).

Pemikiran hukum ini berkembang dalam bentuk berbagai mahzanb yang

mempunyai ciri dan saling berdialektika dalam memecahkan problem hukum yang

dihadapi pada waktu dan tempat yang berbeda, dalam uraian selanjutnya akan

diuraikan berbagai mahzab atau aliran yang berkembang dalam filsafat hukum.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas Penulis dapat menyimpulkan, dalam makalah ini

Penulis akan mengangkat dua rumusan masalah yang akan dibahas yaitu meliputi :

1. Bagaimana Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum?

2. Apa saja Mahzab atau Aliran-Aliran dalam Pemikiran Filsafat Hukum?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini yaitu untuk :

1. Mengetahui bagaimana pengertian dan kedudukan filsafat hukum;

2. Mengetahui macam-macam mahzab atau aliran-aliran dalam pemikiran

filsafat hukum.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum

Filsafat hukum mengkaji segala hal yang berkaitan dengan hukum secara
universal, radikal dan sistematis. Anatara lain akan dicari jawaban : apakah arti
hukum, apakah hakikat hukum, dari mana asal hukum, bagaimana metodelogi hukum
dalam mencapai kebenaran hukum, apakah tujuan hukum, bagaimana nilai-nilai yang
berlaku dalam hukum, bagaimana kedudukan manusia dalam hukum dan apakah
norma-norma yang belaku bagi pelaku hukum.1 A. Ahrens pernah membicarakan,
bahwa filsafat hukum adalah ilmu yang mengambil sumber dan menjabarkan asas
tertinggi dan/ atau cipta hukum dari manusia dan kemanusian, untuk selanjutnya
dikembangkan diterapkan pada kehidupan manusia, sedangkan menurut kodratnya
factor manusia dan kemanusian adalah bersifat universal dan terbuka. Sedangkan
nilai luhur kemanusian sudah tertuang dengan jelas dalam sila ke dua dasar Negara
kita yang sekaligus sebagai cita hukum kita, maka sangatlah relevan apabila kita
mempertimbangkan beberapa pokok pikiran berbagai aliran filsafat hukum dalam
relasi dan relevansinya dengan pembangunan/pembinaan hukum Indonesia, apalagi
bila hal ini dikaitkan hubungannya dengan bahwa hakikat hukum adalah suatu
organisme yang hidup, dimana vitalitas dan eksistensinya lebih lanjut bergantung
pada gerak usaha pembaharuan dan penyempurnaan.2
Ada pendapat yang mengatakan bahwa karena filsafat hukum merupakan
bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat hukum hanya
mempelajari hukum secara khusus. Sehingga, hal-hal non hukum menjadi tidak
relevan dalam pengkajian filsafat hukum. Penarikan kesimpulan seperti ini sebetulnya
tidak begitu tepat. Filsafat hukum sebagai suatu filsafat yang khusus mempelajari

1
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, (Serang, SUHUDSentrautama, 2012),h. 47
2
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, (Jakarta, Rajawali Pres, 2014).h, .9

3
4

hukum hanyalah suatu pembatasan akademik dan intelektual saja dalam usaha studi
dan bukan menunjukan hakikat dan filsafat hukum itu sendiri.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum.
Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara
filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara
mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.3
Hakikat hukum dapat dijelaskan dengan cara memberikan suatu definisi
tentang hukum. Sampai saat ini menurut Apeldom, sebagaimana dikutip dari Imanuel
khant, para ahli hukum masih mencari tentang apa definisi hukum. Definisi (batasan)
tentang hukum yang dikemukakan para ahli hukum sangat beragam, tergantung dari
sudut mana mereka melihatnya.4
Jadi pengertian dan pokok bahasan filsafat hukum adalah filsafat tentang
hukum. Yaitu kajian yang mendalam, dan sungguh-sungguh secara sitematis dan
metodis tentang hakikat hukum sampai kedasar atau akarnya. Masalah-masalah dasar
yang menjadi perhatian para filosof masa dahulu terbatas pada masalah tujuan hukum
(terutama masalah keadilan), hubungan hukum alam dan hukum positif, hubungan
Negara dan hukum.
Dengan demikian yang membedakan filsafat hukum dengan filsafat lain,
terletak dalam objeknya, filsafat hukum hanya mengkaji masalah-masalah hukum.
Filsafat hukum ialah filsafat yang mengkhususkan objek kajiannya tentang hukum.
Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat.
Karena yang menjadi objek filsafat hukum adalah masalah hukum, maka
persoalan filsafat hukum dapat dirinci sebagai berikut:5
1. Apakah hukum itu? Atau apakah hakikat hukum?

3
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.10
4
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.11
5
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.50
5

2. Apakah atau dari manakah asal hukum?


3. Apakah atau bagaimana tujuan hukum?
4. Apakah atau bagaimana kedudukan manusia dalam hukum?
5. Apakah norma-norma yang berlaku bagi pemelihara (pengembala)
hukum?.

Berkaitan dengan (sub bagian ke 5) Norma adalah pedoman manusia


dalam bertingkah laku. Dengan demikian, norma hukum hanyalah salah satu
saja dari sekian banyak pedoman tingkah laku itu. Diluar norma hukum
terdapat norma-norma lainnya. Purbacaraka dan soekanto menyebutkan ada
empat norma, yaitu : (1) kepercyaan; (2) kesusilaan, (3) sopan santun; dan (4)
hukum. Tiga norma yang disebutkan dimuka dalam kenyataannya belum
dapat memberikan perlindungan yang memuaskan, sehingga diperlukan
norma keempat, yaitu norma hukum.6

Menurut Aristoteles, kedudukan filsafat hukum dapat dilihat pada :

 Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.


 Filsafat teoretis. Dalam cabang ini mencakup tiga macam ilmu,
yaitu :
1. Fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini.
2. Matematika yang mempesoalkan benda-benda alam dalam
kuantitasnya.
3. Metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala sesuatu
ilmu metafisika.
 Filsafat praktis. Dalam cabang ini tercakup tiga macam ilmu,
yakni:
1. Etika yang mengatur kesusialaan dan kebahagian dalam hidup
perseorangan.
6
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia, (Jakarta, PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), h.13
6

2. Ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam


keluarga.7
3. Politik yang mengatur kesusilaan dan kemkmuran dalam
Negara.
 Filsafat Poetika
Filsafat poetika biasa disebut dengan filsafat estetika. Filsafat ini
meliputi kesenian dan sebagainya.

Uraian filsafat Aristoteles, menunjukan bahwa filsafat hukum hadir sebagai


sebuah bentuk perlawanan terhadap ketidak mampuan ilmu hukum dalam membentuk
dan menegakkan kaidah dan putusan hukum sebagai suatu sistem yang logis dan
koseptual. Oleh kerena itu, filsafat hukum merupakan alternative yang dipandang
tepat untuk memperoleh solusi yang tepat terhadap permasalahan hukum.8

Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang zaman,


menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam hubungannya
dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum, dan 9 terutama apabila
dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari jalan keluar dari kesulitan dan
permasalahan dalam kehidupannya, akan melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam
filsafat hukum. Secara urut aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah
dealegtika.

Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan manusia


juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa konsep/perspektif
hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran, karena memang berbeda sudut
pandangnya.

7
Sukarno Aburaera, dan Muhadar, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, (Jakarta, Kencana
Prenata Media Grroup, 2013), h.45
8
Sukarno Aburaera, dan Muhadar, Filsafat Hukum Teori dan Praktik…h..46
9
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.14
7

Sekurang-kurangnya ada tiga konsep mengenai hukum, yaitu:

1. Hukum sebagai ide, cita-cita, nilai moral keadilan. Meteri studi


mengenai hal ini termasuk dalam filsafat hukum.
2. Hukum sebagai norma kaidah, peraturan, undang-undang yang berlaku
pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu
kekuasaan Negara tertentu sebagai produk dari suatu kekusaan Negara
tertentu yang berdaulat. Materi studi demikian ini termasuk dalam
pengetahuan hukum positif (studi normatif).
3. Hukum sebagai institusi social yang riil dan fungsional dalam sistem
kehidupan bermasyarakat yang terbentuk dari pola-pola tingkah laku
yang melembaga.

Apabila kita cemati para pemikir-pemikir filsafat hukum tersebut


sebenarnya berkisar dan berputar pada tiga nilai dasar hukum yang diuraikan
oleh Gustav Radbruch yaitu keadilan, kegunaan, dan kemanfaatan hukum.
Masyarakat tidak hanya butuh pertura-peraturan yang menjamin kepastian
hukum dalam hubungan mereka satu sama lain,10 tetapi butuh juga keadilan
disamping hukum dituntut pula melayani kepentingan-kepentingannya
(memberika kemanfaatan).11

B. Aliran-Aliran atau Madzhab dalam Pemikiran Filsafat Hukum

Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,


dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1) Alaliran hukum
alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme, (4) Aliran sejarah, (5)
Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran realism hukum, (7) Aliran antropologis
dan (8) Aliran hukum Islam.

10
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h 15
11
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.16
8

1. Aliran Hukum Alam

Aliran ini disebut juga dengan aliran hukum kodrat atau Natural Law Theory ,
menurut aliran ini hukum dipandang sebagai suatu keharusan alamiah (nomos), baik
semesta alam, maupun hidup manusia. Hukum itu berlaku universal dan bersifat
abadi. Pemikiran hukum alam dikembangakan oleh beberapa pakar yang ada pada
zaman Yunani dan Romawi.

Diantara aliran hukum alam ada aliran Stoa yang diwakili oleh Zeno (320-250
SM), yang mempunyai ajaran sebagai berikut :

a. Alam ini diperintah oleh pikiran yang rasional.


b. Kerasionalan alam dicerminkan oleh seluruh manusia yang dengan kekuatan
penalarannya memungkinkan menciptakan suatu natural life yang didasarkan
pada reasonable living
c. Hukum alam dapat di identikan dengan moralitas tertinggi.
d. Basis hukum adalah aturan Tuhan dan keadaan manusiawi.12
e. Penalaran manusia dimaksudkan agar ia dapat membedakan yang benar dari
yang salah dan hukum didasarkan pada konsep-konsep manusia tentang hak
dan kewajiban.

Hukum alam dibedakan dalam dua golongan :

1. Aliran hukum alam irasional


2. Aliran hukum alam rasional

Menurut aliaran hukum alam irasional bahwa hukum itu berlaku universal dan
bersifat abadi dengan mengesampingkan aspek ratio manusia. Tokoh aliran ini antara
lain Thomas Aquinas.

2. Aliran Hukum Positif (Positivisme)

12
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 105
9

Istilah Positivisme berasal dari kata “ponere” yang berati meletakan,


kemudian menjadi bentuk pasif “pusitus-a-um” yang berate diletakan. Dengan
demikian, positivism menujukan pada sebuah sikap atau pemikiran yang meletakan
pandangan dan pendekatannya pada sesuatu. Umumnya positivism bersifat empiris.13

Positivime hukum (aliran hukum positif) memandang perlu memisahkan


secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum, antara
das sein dan das sollen). Dalam kacamata positivism tiada hukum lain kecuali
pemerintah penguasa (law is command of the lawgivers). Bahkan, bagian dari aliran
hukum positif yang dikenal dengan nama legisme, berpendapat 14 lebih tegas, bahwa
hukum itu identik dengan undang-undang.15

Positivisme hukum melihat bahwa yang terutama dalam melihat hukum


adalah fakta bahwa hukum diciptakan dan diberlakukan oleh orang-orang tertentu
didalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk membuat hukum. Sumber
dan validitas atas norma hukum bersumber pada kewenangan tersebut.

Menurut aliran ini, hukum adalah norma-norma yang diciptakan atau


bersumber dari kewenangan yang formal atau 16 informal dari lembaga yang
berwenang untuk itu atau lembaga pemerintahan yang tertinggi dalam sebuah
komunitas.

Aliran ini berpandangan hukum identik dengan undang-undang, yaitu aturan


yang beralaku. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang. Menurut aliran
ini hukum itu merupakan perintah penguasa dan kehendak dari Negara. Sumber

13
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 108
14
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia….h.113
15
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia….h.114
16
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 108
10

pemikirannya adalah logika, yaitu suatu cara berpikir manusia yang didasarkan pada
teori-teori kemungkinan (kearah kebenaran).17

3. Aliran Utilitarianisme

Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri metafisis dan
abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-18. Aliran ini adalah aliran yang
meletakan kemanfaatan disini sebagai tujuan hukum. Kemanfaatan disini diartikan
sebagai kebahagian (happiness). Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum,
bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Jadi menurut penulis demikian juga dengan perundang-undangan, baik
buruknya ditentukan juga oleh ukuran tersebut. Oleh karena itu undang-undang yang
banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat akan dinilai
sebagai undang-undang yang baik.

Jadi tujuan dalam aliran ini yaitu untuk memberikan kemanfaatan dan
kebahagian yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Adapun tokoh-tokoh
dalam aliran ini antara lain Jeremy Bantham (1748-1783), John Stuart Mill (1806-
1873) dan Rudolf von Jhering.

Menurut Bantham keberadaan Negara dan hukum semata-mata sebagai alat


untuk mencapai manfaat yang hakiki, yaitu kebahagiaan mayoritas masyarakat.

Aliran ini merupakan aliran yang ingin melihat keterkaitan antara hukum dan
masyrakat. Aliran ini muncul sebagai reaksi tidak langsung dari Aliran Hukum Alam
dan Aliran Hukum Positif. Menurut aliran ini hukum tidak dibuat melainkan tumbuh
dan berkembang bersama-sama masyarakat. Aliran ini menolak hukum itu dibuat
oleh penguasa atau pemerintah. Aliran ini lahir karena dua pengaruh, yaitu pengaruh
dari pemikiran Monstequieu dalam bukunya: L’esprit de Lois,18 yang mengemukakan

17
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.109
18
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.112
11

tentang adanya hubungan antara jiwa suatu bangsa dengan hukumnya dan pengaruh
adanya paham rasionalisme yang timbul di abad ke-19.

4. Aliran Sociological Jurisprudence

Aliran ini termasuk kepada aliran sosiologis yang memandang hukum sebagai
kenyantaan sosial. Kalau aliran positivis melihat “law in books”, maka aliran
sosiologis memandang “law in action”.

Aliran Sociological Jurisprudence antara lain dipelopori oleh Roescoe Pound.


Inti pemikiran aliran ini adalah bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Artinya hukum itu harus merupakan
percerminan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Roescoe Pound membedakan antara sisologi hukum (sociology of law) dengan


sociological jurisprudence. Sosiologi hukum adalah cabang dari sosiologi yang
mempelajari pengaruh-pengaruh masyarakat apada hukum. Sedangkan sociological
jurisprudence adalah cabang ilmu hukum, yaitu aliran dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat. Sociological
jurisprudence mempunyai cara pedekatan yang bermula dari hukum kemasyrakat,
sedangkan sosiologi hukum sebaliknya, yaitu pendekatan dari masyarakat ke hukum.

Sumber pemikiran aliran ini adalah logika dan pengalaman. Aliran ini
mempunyai ajaran mengenai pentingnya living law (hukum yang hidup dalam
masyarakat). Menurut aliran ini hanya hukum yang mampu mengahaadapi ujian akal
dapat hidup terus. Yang menjadi unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pertanyaan-
pertanyaan akal yang berdiri diatas pengalaman. Pengalaman dikembangkan oleh
akal dan akal diuji oleh pengalaman. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan
dikembangkan oleh akal, yang diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang
12

membuat undang-undang atau mengesahkan19 undang-undang dalam masyarakat dan


dibantu oleh kekuasaan dalam masyarakat itu.

5. Aliran Realis (Realisme)

Realisme secara etimologis berasal dari bahasa latin “res” yang artinya benda
atau sesuatu. Secara umum realisme dapat diartikan sebagai upaya melihat segala
sesuatu sebagaimana adanya tanpa idealisasi, spekulasi atau idolisasi. Ia berupaya
untuk menerima fakta-fakta apa adanya, betapapun tidak menyenangkan.

Pandangan aliran realism dalam kontek hukum, melihat bahwa hukum itu
dipandang dan diterima sebagaimana apa adanya, tanpa identitasi dan spekulasi atas
hukum yang bekerja dan berlaku.

Aliran realism hukum merupakan satu sub aliran (pecahan) dari aliran
positivisme hukum yang dipelopori antara lain oleh John Chipman. Roescoe Pound
melalui pendapatnya bahwa aliran hukum itu merupakan a tool of social engineering
dapat digolongkan kepada aliran ini.

Aliran realisme hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Realisme bukanlah suatu aliran/madzhab. Realisme adalah suatu gerakan


dalam cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum.
2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan maupun hasilnya. Hal ini berarti bahwa
keadaan sosial lebih cepat mengalami perubahan dari pada hukum.
3. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara sollen dan
sein untuk keperluan suatu penyilidikan agar penyelidikan itu mempunyai
tujuan maka hendaknya20 diperhatikan adanya nilai-nilai dan observasi

19
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.114
20
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 117
13

terhadap nilai-nilai itu haruslah seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi
oleh kehendak observer da tujuan kesusilaan.
4. Realisme tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisonal karena realisme
bermaksud melakukan apa yang dilakukan sebenarnya oleh pengadilan dan
orang-orangnya. Untuk itu dirumuskan definisi dalam peraturan yang
merupakan ramalan umum tentang apa yang akan dikerjakan oleh pengadilan.
Berdasarkan keyakinan ini, realisme menciptakan penggolongan perkara dan
keadaan hukum yang lebih kecil jumlahnyan dan jumlah pengglongan yang
ada pada masa lampau.
5. Gerakan realisme menekankan pada perkembangan setiap bagian hukum
haruslah diperhatikan dengan seksama mengenai akibatnya.
6. Aliran Antropologis

Antropologi merupakan kajian atau ilmu yang terpisah dari hukum. Secara
harfiah, antropologi berarti “the study of man” (studi tentang manusia), muncul
sekitar abad ke-19.

Menurut pandangan antropologi, tempat hukum didalam kultur masyarakat.


Pengertian kultur sangat luas mencangkup suatu pandangan masyarakat tentang
kebutuhannya untuk “survinal”. Hukum juga merupakan aturan yang mengatur
produksi dan distribusi kekayaan dan metode untuk melindungi masyarakat terhadap
kekacauan internal dan musuh dari luar.

7. Aliran Hukum Islam

Dalam pandangan Islam, bahwa hukum Islam bersumber dari ajaran Islam (al-
Qur’an dan sunnah). Karena itu menurut pandangan Islam Law is religion. Dalam
kajian hukum islam dikenal “Islamic Law” untuk penyebutan syariah Islam dan
“Islamic Jurisprudence”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika,
yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat
hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai
kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.
Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang zaman,
menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan
melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut
aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.
Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan
manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran,
karena memang berbeda sudut pandangnya.
2. Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,
dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1)
Alaliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme,
(4) Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran
realism hukum, (7) Aliran antropologis dan (8) Aliran hukum Islam.
B. Saran
Dalam makalah yang dibuat oleh penulis ini membahas tentang aliran-
aliran dalam filsafat hukum merupakan inti dari mata kuliah filsafat hukum
yang penulis pelajari. Dengan mengetahui pokok-pokok aliran-aliran tersebut,
sekaligus juga dapat diamati berbagai corak pemikiran tentang hukum.

14
15

Dengan demikian, sadarlah kita betapa kompleksnya hukum itu dengan


berbagai sudut padangnya.
Hukum dapat diartikan macam-macam, demikian juga tujuan hukum.
Setiap aliran berangkat dariargumentasinya sendiri. Akhir-nya, pemahaman
terhadap aliran-aliran tersebut akan membuat wawasan kita makin kaya dan
terbuka dalam memandang hukum dan masalah-masalahnya. Dan penulis
berharap semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Aburaera, Sukarno dan Muhadar. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakrta: Kencana
Pranata Media Group.2013
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2008
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim. Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum
Pemikian Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2014
Usaman,Suparman. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Serang: SUHUDSentrautama.2010

16

Anda mungkin juga menyukai