Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Muhammad Fahreza
Muhammad Ridwan
Nurul Mujahidah
Misbahuddin
Asmaul Sikin
DOSAN PENGAMPU:
JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI AWAL SYAKHSIYYAH SEMESTER 3 SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD (STAI) DDI
MANGKOSO KABUPATEN BARRU
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, semoga hal ini tidak menghalangi kami
untuk terus berkarya. Kami berharap di masa yang akan datang, Kami dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi dan menjadi penulis yang sukses.
Di dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen
M.H.I, teman-teman yang telah membantu dan mendukung juga. Semoga dengan
Kami berharap makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi kami di masa yang
akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan
KELOMPOK 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
A. Latar Belakang....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
hukum...................................................................................................7
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
harus terus berkembang dalam lingkungan zaman dan waktu, hukum yang dulu
dianggap sebagai suatu keniscayaan, lambat laun mulai ditinggalkan dan digantikan
perannya oleh hukum yang lebih relavan bagi zaman dan waktu tertentu. Namun,
kajian yang sangat menarik dalam ranah perkembangan ilmu hukum adalah; dalam
perkembangan ikmu hukum dari masa ke masa tidak terjadi suatu loncatan
revolusioner sebagaimana yang terjadi dalam ilmu eksak, hukum sebagai ilmu
berkembang secara kumulatif dan evolusi dimana perkembangan ilmu hukum tidak
dapat di prediksi secara matematis, namun harus dengan pendekatan filosofis yang
tersebut. Dalam tulisan sederhana ini penulis akan mencoba mendeskripsikan evolusi
dari paradigma hukum yang marak berkembang dan dipakai sebagai acuan/patokan
Dimulai dari paradigm hukum yang bersumber dari kodrat manusia sebagai
1
2
kepada teori hukum yang lahir pada periode post-modern dengan gerakan kritik
ediologis dan semangat deskontruksi hukum yang membawa angin perubahan bagi
mempunyai ciri dan saling berdialektika dalam memecahkan problem hukum yang
dihadapi pada waktu dan tempat yang berbeda, dalam uraian selanjutnya akan
diuraikan berbagai mahzab atau aliran yang berkembang dalam filsafat hukum.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas Penulis dapat menyimpulkan, dalam makalah ini
Penulis akan mengangkat dua rumusan masalah yang akan dibahas yaitu meliputi :
C. Tujuan Penulisan
filsafat hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat hukum mengkaji segala hal yang berkaitan dengan hukum secara
universal, radikal dan sistematis. Anatara lain akan dicari jawaban : apakah arti
hukum, apakah hakikat hukum, dari mana asal hukum, bagaimana metodelogi hukum
dalam mencapai kebenaran hukum, apakah tujuan hukum, bagaimana nilai-nilai yang
berlaku dalam hukum, bagaimana kedudukan manusia dalam hukum dan apakah
norma-norma yang belaku bagi pelaku hukum.1 A. Ahrens pernah membicarakan,
bahwa filsafat hukum adalah ilmu yang mengambil sumber dan menjabarkan asas
tertinggi dan/ atau cipta hukum dari manusia dan kemanusian, untuk selanjutnya
dikembangkan diterapkan pada kehidupan manusia, sedangkan menurut kodratnya
factor manusia dan kemanusian adalah bersifat universal dan terbuka. Sedangkan
nilai luhur kemanusian sudah tertuang dengan jelas dalam sila ke dua dasar Negara
kita yang sekaligus sebagai cita hukum kita, maka sangatlah relevan apabila kita
mempertimbangkan beberapa pokok pikiran berbagai aliran filsafat hukum dalam
relasi dan relevansinya dengan pembangunan/pembinaan hukum Indonesia, apalagi
bila hal ini dikaitkan hubungannya dengan bahwa hakikat hukum adalah suatu
organisme yang hidup, dimana vitalitas dan eksistensinya lebih lanjut bergantung
pada gerak usaha pembaharuan dan penyempurnaan.2
Ada pendapat yang mengatakan bahwa karena filsafat hukum merupakan
bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat hukum hanya
mempelajari hukum secara khusus. Sehingga, hal-hal non hukum menjadi tidak
relevan dalam pengkajian filsafat hukum. Penarikan kesimpulan seperti ini sebetulnya
tidak begitu tepat. Filsafat hukum sebagai suatu filsafat yang khusus mempelajari
1
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, (Serang, SUHUDSentrautama, 2012),h. 47
2
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, (Jakarta, Rajawali Pres, 2014).h, .9
3
4
hukum hanyalah suatu pembatasan akademik dan intelektual saja dalam usaha studi
dan bukan menunjukan hakikat dan filsafat hukum itu sendiri.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum.
Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara
filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara
mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.3
Hakikat hukum dapat dijelaskan dengan cara memberikan suatu definisi
tentang hukum. Sampai saat ini menurut Apeldom, sebagaimana dikutip dari Imanuel
khant, para ahli hukum masih mencari tentang apa definisi hukum. Definisi (batasan)
tentang hukum yang dikemukakan para ahli hukum sangat beragam, tergantung dari
sudut mana mereka melihatnya.4
Jadi pengertian dan pokok bahasan filsafat hukum adalah filsafat tentang
hukum. Yaitu kajian yang mendalam, dan sungguh-sungguh secara sitematis dan
metodis tentang hakikat hukum sampai kedasar atau akarnya. Masalah-masalah dasar
yang menjadi perhatian para filosof masa dahulu terbatas pada masalah tujuan hukum
(terutama masalah keadilan), hubungan hukum alam dan hukum positif, hubungan
Negara dan hukum.
Dengan demikian yang membedakan filsafat hukum dengan filsafat lain,
terletak dalam objeknya, filsafat hukum hanya mengkaji masalah-masalah hukum.
Filsafat hukum ialah filsafat yang mengkhususkan objek kajiannya tentang hukum.
Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat.
Karena yang menjadi objek filsafat hukum adalah masalah hukum, maka
persoalan filsafat hukum dapat dirinci sebagai berikut:5
1. Apakah hukum itu? Atau apakah hakikat hukum?
3
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.10
4
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.11
5
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.50
5
7
Sukarno Aburaera, dan Muhadar, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, (Jakarta, Kencana
Prenata Media Grroup, 2013), h.45
8
Sukarno Aburaera, dan Muhadar, Filsafat Hukum Teori dan Praktik…h..46
9
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.14
7
10
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h 15
11
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,…h.16
8
Aliran ini disebut juga dengan aliran hukum kodrat atau Natural Law Theory ,
menurut aliran ini hukum dipandang sebagai suatu keharusan alamiah (nomos), baik
semesta alam, maupun hidup manusia. Hukum itu berlaku universal dan bersifat
abadi. Pemikiran hukum alam dikembangakan oleh beberapa pakar yang ada pada
zaman Yunani dan Romawi.
Diantara aliran hukum alam ada aliran Stoa yang diwakili oleh Zeno (320-250
SM), yang mempunyai ajaran sebagai berikut :
Menurut aliaran hukum alam irasional bahwa hukum itu berlaku universal dan
bersifat abadi dengan mengesampingkan aspek ratio manusia. Tokoh aliran ini antara
lain Thomas Aquinas.
12
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 105
9
13
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 108
14
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia….h.113
15
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia….h.114
16
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 108
10
pemikirannya adalah logika, yaitu suatu cara berpikir manusia yang didasarkan pada
teori-teori kemungkinan (kearah kebenaran).17
3. Aliran Utilitarianisme
Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri metafisis dan
abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-18. Aliran ini adalah aliran yang
meletakan kemanfaatan disini sebagai tujuan hukum. Kemanfaatan disini diartikan
sebagai kebahagian (happiness). Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum,
bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Jadi menurut penulis demikian juga dengan perundang-undangan, baik
buruknya ditentukan juga oleh ukuran tersebut. Oleh karena itu undang-undang yang
banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat akan dinilai
sebagai undang-undang yang baik.
Jadi tujuan dalam aliran ini yaitu untuk memberikan kemanfaatan dan
kebahagian yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Adapun tokoh-tokoh
dalam aliran ini antara lain Jeremy Bantham (1748-1783), John Stuart Mill (1806-
1873) dan Rudolf von Jhering.
Aliran ini merupakan aliran yang ingin melihat keterkaitan antara hukum dan
masyrakat. Aliran ini muncul sebagai reaksi tidak langsung dari Aliran Hukum Alam
dan Aliran Hukum Positif. Menurut aliran ini hukum tidak dibuat melainkan tumbuh
dan berkembang bersama-sama masyarakat. Aliran ini menolak hukum itu dibuat
oleh penguasa atau pemerintah. Aliran ini lahir karena dua pengaruh, yaitu pengaruh
dari pemikiran Monstequieu dalam bukunya: L’esprit de Lois,18 yang mengemukakan
17
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.109
18
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.112
11
tentang adanya hubungan antara jiwa suatu bangsa dengan hukumnya dan pengaruh
adanya paham rasionalisme yang timbul di abad ke-19.
Aliran ini termasuk kepada aliran sosiologis yang memandang hukum sebagai
kenyantaan sosial. Kalau aliran positivis melihat “law in books”, maka aliran
sosiologis memandang “law in action”.
Sumber pemikiran aliran ini adalah logika dan pengalaman. Aliran ini
mempunyai ajaran mengenai pentingnya living law (hukum yang hidup dalam
masyarakat). Menurut aliran ini hanya hukum yang mampu mengahaadapi ujian akal
dapat hidup terus. Yang menjadi unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pertanyaan-
pertanyaan akal yang berdiri diatas pengalaman. Pengalaman dikembangkan oleh
akal dan akal diuji oleh pengalaman. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan
dikembangkan oleh akal, yang diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang
12
Realisme secara etimologis berasal dari bahasa latin “res” yang artinya benda
atau sesuatu. Secara umum realisme dapat diartikan sebagai upaya melihat segala
sesuatu sebagaimana adanya tanpa idealisasi, spekulasi atau idolisasi. Ia berupaya
untuk menerima fakta-fakta apa adanya, betapapun tidak menyenangkan.
Pandangan aliran realism dalam kontek hukum, melihat bahwa hukum itu
dipandang dan diterima sebagaimana apa adanya, tanpa identitasi dan spekulasi atas
hukum yang bekerja dan berlaku.
Aliran realism hukum merupakan satu sub aliran (pecahan) dari aliran
positivisme hukum yang dipelopori antara lain oleh John Chipman. Roescoe Pound
melalui pendapatnya bahwa aliran hukum itu merupakan a tool of social engineering
dapat digolongkan kepada aliran ini.
19
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h.114
20
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum...h. 117
13
terhadap nilai-nilai itu haruslah seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi
oleh kehendak observer da tujuan kesusilaan.
4. Realisme tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisonal karena realisme
bermaksud melakukan apa yang dilakukan sebenarnya oleh pengadilan dan
orang-orangnya. Untuk itu dirumuskan definisi dalam peraturan yang
merupakan ramalan umum tentang apa yang akan dikerjakan oleh pengadilan.
Berdasarkan keyakinan ini, realisme menciptakan penggolongan perkara dan
keadaan hukum yang lebih kecil jumlahnyan dan jumlah pengglongan yang
ada pada masa lampau.
5. Gerakan realisme menekankan pada perkembangan setiap bagian hukum
haruslah diperhatikan dengan seksama mengenai akibatnya.
6. Aliran Antropologis
Antropologi merupakan kajian atau ilmu yang terpisah dari hukum. Secara
harfiah, antropologi berarti “the study of man” (studi tentang manusia), muncul
sekitar abad ke-19.
Dalam pandangan Islam, bahwa hukum Islam bersumber dari ajaran Islam (al-
Qur’an dan sunnah). Karena itu menurut pandangan Islam Law is religion. Dalam
kajian hukum islam dikenal “Islamic Law” untuk penyebutan syariah Islam dan
“Islamic Jurisprudence”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika,
yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat
hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai
kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.
Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang zaman,
menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan
melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut
aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.
Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan
manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran,
karena memang berbeda sudut pandangnya.
2. Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,
dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1)
Alaliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme,
(4) Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran
realism hukum, (7) Aliran antropologis dan (8) Aliran hukum Islam.
B. Saran
Dalam makalah yang dibuat oleh penulis ini membahas tentang aliran-
aliran dalam filsafat hukum merupakan inti dari mata kuliah filsafat hukum
yang penulis pelajari. Dengan mengetahui pokok-pokok aliran-aliran tersebut,
sekaligus juga dapat diamati berbagai corak pemikiran tentang hukum.
14
15
Aburaera, Sukarno dan Muhadar. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakrta: Kencana
Pranata Media Group.2013
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2008
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim. Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum
Pemikian Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2014
Usaman,Suparman. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Serang: SUHUDSentrautama.2010
16