Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK 9

MAKALAH MATA KULIAH FILSAFAT ILMU AKUNTASI

“FILSAFAT HUKUM”

DOSEN PENGAMPU : Dr. NANIK HINDARIYANTINGSIH, S.E., M. Si

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9 :

ANNISA RAMADHANI MARSUKI PUTRI (A1A622003)


NADILA (A1A622016)

KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN AKUTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat dan hidayah-nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah

dengan judul “Filsafat Hukum” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam

senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk

dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman dan semua pihak yang

selalu mendukung dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dengan

tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Akuntasi yang diampuh

oleh Dr. NANIK HINDARIYANTINGSIH, S.E., M. Si

Akhir kata semoga makalah yang dibuat ini dapat memberikan informasi

baik bagi pembaca maupun kepada penulis. Kami sebagai penulis menyadari

bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari

penulisan, isi materi maupun tata bahasanya. Maka dari itu, penulis

menggharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membangun demi perbaikan

pembuatan makalah selanjutnya agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Kendari, 13 November 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................3
C. Tujuan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................4
A. Pengertian Filsafat Hukum.................................................4
B. Kedudukan Filsafat Hukum...............................................5
C. Sejarah Filsafat Hukum......................................................7
D. Aliran-aliran Pada Filsafat Hukum.................................11
E. Manfaat Mempelajari Ilmu Filsafat................................14

BAB III PENUTUP.....................................................................16


A. Kesimpulan.........................................................................16
B. Saran...................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 tentang sistem
pemerintahan Indonesia dijelaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat),
dalam hal ini terlihat bahwa kata “hukum” dijadikan lawan kata “kekuasaan”.
Tetapi apabila kekuasaan adalah serba penekanan, intimidasi, tirani,
kekerasan dan pemaksaan maka secara filosofis dapat saja hukum
dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang menguntungkan dirinya tetapi
merugikan orang lain.
Hubungannya dengan hal tersbut di atas, maka sesungguhnya perlu
dipahami akan makna dari filsafat hukum. Filsafat hukum mempersoalkan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-
pertanyaan tentang “hakikat hukum”, tentang “dasar-dasar bagi kekuatan
mengikat dari hukum”, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat
mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa dihadapkan
kepada ilmu hukum positif. Sekalipun sama-sama menggarap bahan hukum,
tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama
sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu
dan mempertanyakan konsistensi logis asas-asas, peraturan-peraturan,
bidang-bidang serta sistem hukumnya sendiri.
Berbeda dengan pemahaman yang demikian itu, filsafat hukum
mengambil sebagai fenomena universal sebagai sasaran perhatiannya, untuk
kemudian dikupas dengan menggunakan standar analisa seperti tersebut di
atas. Suatu hal yang menarik adalah, bahwa “ilmu hukum”
atau“jurisprudence” juga mempermasalahkan hukum dalam kerangka yang
tidak berbeda dengan filsafat hukum. Ilmu hukum dan filsafat hukum adalah
nama-nama untuk satu bidang ilmu yang mempelajari hukum secara sama.

1
Pemikiran tentang Filsafat hukum dewasa ini diperlukan untuk
menelusuri seberapa jauh penerapan arti hukum dipraktekkan dalam hidup
sehari-hari, juga untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara teori dan praktek
hukum. Manusia memanipulasi kenyataan hukum yang baik menjadi tidak
bermakna karena ditafsirkan dengan keliru, sengaja dikelirukan, dan
disalahtafsirkan untuk mencapai kepentingan tertentu. Banyaknya kasus
hukum yang tidak terselesaikan karena ditarik ke masalah politik. Kebenaran
hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sistematik sehingga
peradilan tidak menemukan keadaan yang sebenarnya. Kebijaksanaan
pemerintah tidak mampu membawa hukum menjadi “panglima” dalam
menentukan keadilan, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang
mampu membelinya atau orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena pelecehan terhadap hukum
semakin marak. Tindakan pengadilan seringkali tidak bijak karena tidak
memberi kepuasan pada masyarakat. Hakim tidak lagi memberikan putusan
adil pada setiap pengadilan yang berjalan karena tidak melalui prosedur yang
benar. Perkara diputuskan dengan undang-undang yang telah dipesan dengan
kerjasama antara pembuat Undang-undang dengan pelaku kejahatan yang
kecerdasannya mampu membelokkan makna peraturan hukum dan pendapat
hakim sehingga berkembanglah “mafia peradilan”. Produk hukum telah
dikelabui oleh pelanggarnya sehingga kewibawaan hukum jatuh. Manusia
lepas dari jeratan hukum karena hukum yang dipakai telah dikemas secara
sistematik sehingga perkara tidak dapat diadili secara tuntas bahkan justru
berkepanjangan dan akhirnya lenyap tertimbun masalah baru yang lebih
aktual. Keadaan dan kenyataan hukum dewasa ini sangat memprihatinkan
karena peraturan perundang-undangan hanya menjadi lalu lintas peraturan,
tidak menyentuh persoalan pokoknya, tetapi berkembang, menjabar dengan
aspirasi dan interpretasi yang tidak sampai pada kebenaran, keadilan dan
kejujuran.
Perlunya kita mengetahui filsafat hukum karena relevan untuk
membangun kondisi hukum yang sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum

2
adalah menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis yang mampu
memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang
relevan dengan pernyataan-kenyataan hukum yang berlaku, bahkan merubah
secara radikal dengan tekanan hasrat manusia melalui paradigma hukum baru
guna memenuhi perkembangan hukum pada suatu masa dan tempat tertentu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Filsafat Hukum?
2. Bagaimanakah Kedudukan dari Filsafat Hukum?
3. Bagaimana Sejarah perkembangan filsafat hukum?
4. Apa saja Aliran-aliran dari filsafat hukum?
5. Apa saja Manfaat mempelajari ilmu filsafat hukum?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat Hukum.
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan dari Filsafat Hukum.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Filsafat Hukum.
4. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dari Filsafat Hukum.
5. Untuk mengetahui manfaat mempelajari ilmu Filsafat Hukum.

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Hukum


Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam
bahasa Yunani filsafat disebut philosophia yang berasal dari dua akar kata
yakni “philos” atau “philia” dan “sophos” atau “sophia”. “Philos” mempunyai
arti cinta, persahabatan, sedangkan “sophos” berarti hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, dan inteligensia. Dengan demikian maka philosophia ini dapat
diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan.
Pengertian filsafat secara umum hampir sama tetapi yang membedakan
hanyalah dari para filsuf yang memaparkan teori filsafat tersebut. Kemudian
munculnya jaman filsafat modern dengan perkembangan yang semakin
berubah pula seiring perkembangan jaman. Sehingga dari asal mula
timbulnya filsafat yang dapat masuk kedalam setiap ilmu pengetahuan maka
tidak menuutup pula filsafat masuk kedalam bidang ilmu hukum sehingga
dalam perkembangannya ilmu filsafat menjadi diterapkan kedalam ilmu
filsafat hukum.
Ilmu hukum sebagai sebuah cabang ilmu pengetahauan, tentu akan selalu
berkembang sesuai dengan pemikiranpemikiran para ahli hukum serta
berdasarkan keadaan-keadaan atau situasi dan kondisi di mana hukum itu
berada dan diterapkan. Maka, untuk mengetahui perkembangan ilmu hukum
diperlukan refleksi dan relevansi pemikiran-pemikiran dari aliran-aliran
hukum itu melalui filsafat hukum. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
filsafat hukum adalah cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika,
yang mempelajari hakekat hukum. Dengan perkataan lain filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi, obyek filsafat
hukum adalah hukum, dan obyek tersebut Junaidi Abdullah 184 Jurnal
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam dikaji secara mendalam sampai kepada
inti atau dasarnya, yang disebut dengan hakikat (Darji Darmodiharjo,
Shidarta, 2004: 11).

5
Sedangkan menurut Otje Salman, yang dimaksud dengan filsafat hukum
adalah induk dari semua disiplin yuridik, karena filsafat hukum membahas
dan menganalisis masalahmasalah yang paling fundamental yang timbul
dalam hukum, karena sangat fundamentalnya, filsafat hukum bagi manusia
tidak terpecahkan, karena masalahnya melampaui kemampuan berpikir
manusia. Filsafat hukum akan selalu berkembang dan tidak pernah berakhir,
karena akan mencoba memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan
abadi. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang yang dihasilkan dari jawaban-
jawaban pertanyaan sebelumnya, dan begitu seterusnya. (Otje Salman dan
Anton F Susanto, 2005; 64) Konsepsi hukum sebagai sasaran pokok dari
perenungan kefilsafatan adalah setua sejarah filsafat itu sendiri. Mulai dari
zaman Yunani kuno sampai masa-masa kemudian, hukum selalu dibahas dan
dipersoalkan, yaitu mengenai keberadaannya dan realitanya. Bagi orang yang
berhasrat untuk mengetahui hukum secara mendalam, maka ia harus berusaha
membicarakan tentang hakikat dan asal usul hukum, hubungan hukum
dengan Refleksi dan Relevansi Pemikiran Filsafat Hukum.

B. Kedudukan Filsafat Hukum


Menurut Aristoteles, kedudukan filsafat hukum dapat dilihat pada
beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1) Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.

2) Filsafat teoretis. Dalam cabang ini mencakup tiga macam ilmu, yaitu :
 Fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini.
 Matematika yang mempesoalkan benda-benda alam dalam
kuantitasnya
 Metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala sesuatu
ilmu metafisika.
3) Filsafat praktis. Dalam cabang ini tercakup tiga macam ilmu, yakni:
 Etika yang mengatur kesusialaan dan kebahagian dalam hidup
perseorangan.

6
 Ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam
keluarga.
 Politik yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam Negara.
4) Filsafat Poetika
Filsafat poetika biasa disebut dengan filsafat estetika. Filsafat ini
meliputi kesenian dan sebagainya.

Uraian filsafat Aristoteles, menunjukan bahwa filsafat hukum hadir


sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap ketidak mampuan ilmu hukum
dalam membentuk dan menegakkan kaidah dan putusan hukum sebagai
suatu sistem yang logis dan koseptual. Oleh kerena itu, filsafat hukum
merupakan alternative yang dipandang tepat untuk memperoleh solusi
yang tepat terhadap permasalahan hukum.

Dalam pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang


zaman, menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum,
dan terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari
jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan
melahirkan berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut
aliran-aliran/mazab hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.

Dialegtika tersebut muncul disamping karena unsur kedinamikaan


manusia juga karena hukum sendiri secara teoritis dapat ditinjau beberapa
konsep/perspektif hukum, sehingga memunculkan beragam pemikiran,
karena memang berbeda sudut pandangnya. Sekurang-kurangnya ada tiga
konsep mengenai hukum, yaitu:

1. Hukum sebagai ide, cita-cita, nilai moral keadilan. Meteri studi


mengenai hal ini termasuk dalam filsafat hukum.
2. Hukum sebagai norma kaidah, peraturan, undang-undang yang
berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari
suatu kekuasaan Negara tertentu sebagai produk dari suatu kekusaan

7
Negara tertentu yang berdaulat. Materi studi demikian ini termasuk
dalam pengetahuan hukum positif (studi normatif).
3. Hukum sebagai institusi social yang riil dan fungsional dalam sistem
kehidupan bermasyarakat yang terbentuk dari pola-pola tingkah laku
yang melembaga.

Apabila kita cemati para pemikir-pemikir filsafat hukum tersebut


sebenarnya berkisar dan berputar pada tiga nilai dasar hukum yang
diuraikan oleh Gustav Radbruch yaitu keadilan, kegunaan, dan
kemanfaatan hukum. Masyarakat tidak hanya butuh pertura-peraturan
yang menjamin kepastian hukum dalam hubungan mereka satu sama lain,
tetapi butuh juga keadilan disamping hukum dituntut pula melayani
kepentingan-kepentingannya (memberikan kemanfaatan).

C. Sejarah Filsafat Hukum


1. Mesir Kuno

Masa mesir kuno meliputi sub masa Babilonia, Asiria, & India kuno.
Catatan sejarah yang tertua tentang ide filosofis terutama yang berasal dari
mesir (lembah sungai nil), di sekitar Eufrat dan Tigris atau timur tengah
umumnya sejak 4000 SM, terutama yang tersimpul dalam Book Of The Dead
di mesir 3000 SM. Juga di India sekitar 4000 SM tumbuh ide- de Filsafat,
terutama yang tersimpul di dalam Veda (2500 SM). Di babilonia 2400 SM,
dilengkapi pula oleh catatan–catatan ajaran etika yahudi sekitar 800 SM.

Sumber ide-ide Filsafat dari timur tengah ini dapat dipahami, karena
wilayah ini merupakan pusat agama-agama tertua yang diwahyukan Tuhan.
Oleh karena itu, bangsa – bangsa di wilayah ini relatif lebih awal
dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Pada masa ini undang- undang Hamurabi di Babilonia sebagai undang-


undang tertua yang paling penting dalam sejarah, yang di buat oleh raja
Babilonia Chammurabi (1800 SM). Undang-undang ini kemudian ditemukan

8
oleh ekspedisi arkeologi Perancis pada abad ke-20 M di kota Susa, wilayah
kerajaan Babilonia (yang terletak di lembah antara sungai Efrat dan Tigris
semasa sejarah dunia kuno) adalah sebelah utara sungai Efrat. Undang-
undang Hamurabi yang berbentuk tulisan prasasti pada batu ini dianggap
sebagai undang -undang tertua yang tertulis dan dikenal orang, dan undang–
undang yang dibuat sebelum itu di pengaruhi oleh undang- undang tersebut.

2. Tiongkok Kuno/ Cina Kuno

Selintas mengenai arti dan praktek hukum di Cina dapat di kenali dalam
memperbaiki Cina (Tiongkok) (1000 SM) telah dibutuhkan peraturan yang
nyata guna memerintahkan perbaikan dalam masyarakat luas. Titik tolak
pemikiran hukum adalah kebiasaan dan sakral yang sejak lama menjamin
kehidupan masyarakat. Dalam filsafat konfusius aturan itu ditunjuk dengan
kata “Li” menurut Filsafat konfisius Li mencakup prinsip-prinsip yang
menentukan aturan alam semesta, baik alam maupun dunia manusia. Pada
awal zaman Monchou, abad ke-17 Filsafat ini menjadi filsafat resmi resmi
Cina. Oleh sebab Li bersifat menentukan dalam hidup, maka hanya orang
yang mengetahui dengan baik Li dapat berkuasa. Berkat pengetahuan tentang
Li yang dapat mengatur hidup bersama. Sudah tentu pengetahuan yang
mendalam harus ada pada kaisar.

3. Yunani Kuno

Pada masa Yunani kuno terdiri atas sub masa Pra-Socrates, sub masa
Socrates, Plato, dan Aritoteles, dan sub masa Stoa.

1) Masa Pra-Socrates. Catatan sejarah yang tertua tentang ide–ide filsafat di


barat, dimulai di Yunani sekitar 700 SM. Pemikiran tentang filsafat ini,
jauh pemikiran manusia tentang ilmu. Bahkan filsafatlah yang
melahirkan ilmu. Oleh karena itu, sering dinyatakan filsafat adalah induk
ilmu pengetahuan. Pada masa ini lahirlah undang-undang Solon sebagai
undang-undang tertua di masa Yunani kuno khususnya di Athena.

9
2) Masa Socrates, Plato, dan Aritotele. Socrates dikatakan sebagai orang
pertama yang berfilsafat tentang manusia. Segala aspek tentang manusia
menjadi objek pembicaraannya. Di perkirakan filsafat hukum lahir pada
masa ini dan berkembang mencapai puncak kegemilangannya melalui
filosof -filosof besar setelah Socrates yaitu Plato, Aristoteles, dan lainnya
di zaman Yunani kuno dan Romawi. Plato Adalah Menghasilkan yunani
petama yang berdasarkan karya-karyanya yang utuh. Kemudian Plato
mendirikan sekolah akademi (dekat kuil Akademos) dengan tujuan untuk
memberikan pendidikan yang instensip dalam ilmu pengetahuan dan
filsafat. Pembagian yang didasrkan di atas patokan lahiriah, dalam 5
kelompok yaitu ketika masih muda, ilmu pada tahap pembuatan,
permainan mengenai ide-idea, tahap kritis dan berlaku pada masa
tuannya, yang diantara buku-buknya adalah Aspologia, Politeia,
Sophistes, Timaios (plato dapat dipandang sebagai monumen atau tugu
peringatan bagi sokrates. Pemecahan palto bahwa seba berubah itu
dikenal oleh pengamatan dan yang tidak berubah dikenal oleh akal. Pada
akhirnya Plato memberikan kebenaran yang diluar dunia ini, hal itu tidak
berarti bahwa ia menganggap diri dari dunia. Menurut Plato, golongan
didalam Negara yang idea harus terdiri dari 3 bagian yaitu : a)Golongan
yang tertinggi terdiri dari para yang memerintah (orang bijak/filsuf),
b)Golongan pembantu yaitu para prajurit yang bertujuan menjamin
keamanan, c)Golongan terendah yaitu rakyat biasa, para petani dan
tukang serta para pelaku usaha yang menikmati hidup ekonomi Negara.
Aristoteles Karyanya secara sistematis, ada yang membagi-bagikannya,
ada yang membagi atas 8 bagian yang mengenai Logika, Filsafat alam,
psikologis, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan akhirnya
retorika dan puitis. Menurut Aristoteles, pengenalan bentuk inderawi
memberikan pengetahuan tentang benda tanpa materinya.
3) Masa Stoa. Masa ini ditandai dengan adanya mazhab Stoa, yaitu suatu
mazhab yang mempunyai kebiasaan memberi pelajaran di lorong–lorong
tonggak (Stoa). Pemikir utamanya yang juga bertindak sebagai pemimpin

10
mazhab adalah filosof Zeno (350-264 SM). Dengan mengambil sebagian
ajaran Aristoteles, yaitu akal manusia itu merupakan bagian dari rasio
alam, dikembangkan suatu pemikiran hukum alam yang bersumber dari
akal ketuhanan (logo dimana manusia dapat hidup menyesuaikan diri).
Hukum alam ini merupakan dasar segala hukum positif. Pandangan Stoa
kemudian sangat berpengaruh bagi para filosof Romawi seperti Seneca,
Marcus Aurelius, dan juga Marcus Tillus Cicero.

4. Romawi

Pada masa ini (abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M) perkembangan Filsafat
hukum tidak segemilang pada masa Yunani kuno. Para ahli filsafat lebih
menekankan perhatiannya pada masalah bagaimana cara memperbaiki di
seluruh dunia yang sangat luas. Mereka dituntut untuk lebih banyak
menyumbangkan konsep-konsep dan teknik-teknik yang berkaitan dengan
hukum positif. Pada masa ini lahirlah undang-undang Lembaran Duabelas
(Lex Duodecim Tabularum) sebagai undang-undang tertua yang lahir pada
permulaan masa republik di masa Romawi, undang-Lembaran Duabelas ini
mengakui persamaan di antara semua kelas rakyat Romawi dan
menghapuskan perbedaan di depan hukum antara si kaya dan si miskin.
Jelaskan dalam Lembaran itu sebagai as peradilan, hukum pidana, hak sipil,
masalah kepemilikan dan hukum keluarga.

5. Sejarah Abad Pertengahan

Masa ini dimulai pada tahun 476 M atau abad ke-5 M, yaitu pada tahun
keruntuhan kerajaan Romawi barat. Abad pertengahan ini berlangsung 10
abad hingga abad ke-15 M. Sejarah filsafat pada abad pertengahan meliputi
dua masa yaitu masa bayangan dan masa skolastik. Masa
Kegelapan/bayangan dimulai dengan runtuhnya perbaikan akibat serangan
bangsa lain yang dianggap terbelakang, yang datang dari utara yaitu yang
suku-suku Germania. Masa Skolastik didasarkan pada ajaran Kristen. Ajaran
ini dimulai setelah lahirnya mazhab baru yang disebut Neo–Platois, dengan

11
Platinus sebagai tokohnya yang utama. Platinus inilah yang mulai
membangun suatu tata filsafat yang bersifat Ketuhanan. Menurut
pendapatnya, Tuhan itu merupakan hakikat satu-satunya yang paling utama
dan paling luhur, yang merupakan sumber dari segala-galanya. Bertolak dari
pendapat Plato bahwa orang harus berusaha mencapai pengetahuan yang
sejati.

D. Aliran-aliran Pada Filsafat Hukum


Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,
dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain::

1. Aliran Hukum Alam. Terdapat dua macam aliran hukum alam, yaitu
rasional dan irasional.

a. Rasional: bependapat bahwa sumber hukum yang rasional dan abadi


adalah rasio dari manusia. Teori hukum alam (hukum kodrat
melingkupi pendekatan terhadap hukum yang melihat bahwa
keberadaan hukum yang ada adalah perwujudan atau merupakan
fenomena tatanan hukum yang lebih tinggi yang seharusnya ditaati.
Dengan demikian pendekatan dari teori hukum kodrat ada yang
berpijak dari pandangan teologis dan sekuler.
Pendukung hukum alam rasional antara lain: Hugo de Groot; Samuel
von Pufenforf; Imanuel Kant dan Friedmannb.
b. Irasional: bependapat bahwa hukum yang berlaku universal dan dan
abadi bersumber dari Tuhan secara langsung.
Pendukung hukum alam irasional antara lain: Thomas Aquinas; John
Salisbury; Dante Alighieri; Piere Dubois; Marsilius Padua; John
Wycliffe

2. Positivisme Hukum

Istilah Positivisme berasal dari kata “ponere” yang berati meletakan,


kemudian menjadi bentuk pasif “pusitus-a-um” yang berate diletakan.

12
Dengan demikian, positivism menujukan pada sebuah sikap atau
pemikiran yang meletakan pandangan dan pendekatannya pada sesuatu.
Umumnya positivism bersifat empiris.

Positivisme hukum atau aliran hukum positif memandang perlunya


pemisahan antara hukum dan moral. Aliran hukum positif dibagi menjadi
dua, yaitu: aliran hukum positif analisis dan aliran hukum murni

Ada tiga tahap dalam aliran ini. Yaitu Tahap teologis → Tahap
metafisis → Tahap positif.

 Tahap teologis adalah keadaan dimana manusia percaya kepada


kekuatan ilahi di balik gejala alam.
 Tahap metafisis adalah keadaan dimulainya segala kritik terhadap
pikiran.
 Tahap positif adalah keadaan dimana segala gejala tidak lagi
diterangkan oleh ide alam yang abstrak. Sebuah gejala diterangkan
oleh gejala lain dengan mendapati hukum antara mereka.

3. Utilitarianisme

Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri


metafisis dan abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-18.
Aliran utilitaianisme ini atau aliran manfaat ini meletakkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama dari hukum. Kemanfaatan yang dimaksud merujuk
kepada suatu kebahagiaan. Pendukung dari aliran ini adalah: Jeremy
Bentham, Jhon Stuar Mill dan an Rudolf von Jhering

4. Mazhab Sejarah

Kelahiran mazhab sejarah dipengaruhi oleh pemikiran Montesque dan


semangat nasionalisme Jerman yang dimulai awal abad ke-19. Pokok
ajaran mazhab sejarah yang dijelaskan oleh Savigny dan beberapa
pengikutnya adalah sebagai berikut: Hukum ditemukan, tidak dibuat.,
Undang-undang tidak bisa diterapkan secara universal dan Hukum timbul

13
karena perasaan yang terletak dalam jiwa sebuah bangsa, bukan karena
perintah penguasa atau kebiasaan. Jadi tujuan dalam aliran ini yaitu untuk
memberikan kemanfaatan dan kebahagian yang sebanyak-banyaknya
kepada masyarakat. Adapun tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain
Jeremy Bantham (1748-1783), John Stuart Mill (1806-1873) dan Rudolf
von Jhering.

5. Sociological Jurisprudence

Aliran ini termasuk kepada aliran sosiologis yang memandang


hukum sebagai kenyantaan sosial. Kalau aliran positivis melihat “law in
books”, maka aliran sosiologis memandang “law in action”.

Aliran Sociological Jurisprudence antara lain dipelopori oleh


Roescoe Pound. Inti pemikiran aliran ini adalah bahwa hukum yang baik
adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Artinya hukum itu harus merupakan percerminan nilai-nilai yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat.

Aliran ini berkembang di Amerika. Menurut aliran ini hukum yang


baik adalah hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakat. Aliran ini memisahkan antara hukum positif dengan hukum
yang hidup Tokoh aliran ini adalah Roscoe Pound dan Eugen Ehrlich.

6. Realisme Hukum

Realisme secara etimologis berasal dari bahasa latin “res” yang


artinya benda atau sesuatu. Secara umum realisme dapat diartikan
sebagai upaya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa
idealisasi, spekulasi atau idolisasi. Ia berupaya untuk menerima fakta-
fakta apa adanya, betapapun tidak menyenangkan.

Awal mula aliran ini berawal dari penolakan terhadap aliran


positivisme. Menurut aliran ini hukum merupakan buah dari kekuatan-
keuatan dan kontrol sosial. Realisme dibedakan menjadi 2 kelompok,

14
yakni Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia. Masing-masing
kelompok aliran ini mempunyai karakter tersendiri.

 Realisme Amerika: Menurutnya sumber hukum yang utama


berasal dari putusan hakim. Tokoh aliran Realisme Amerika adalah
sebagai berikut: Charles Sanders Peirce, John Chipman Gray,
Oliver Wendell Holmes, John Dewey, Benjamin Nathan Cardozo,
Jerome Frank.
 Realisme Skandinavia: Aliran ini lebih condong kepada ideologi
welfare. Tokoh aliran Realisme Skandinavia adalah sebagai berikut
Axel Hagerstrom. Karl Olivecrona, Alf Ross, H.L.A. Hart, Julius
Stone, John Rawls.

7. Freirechtslehre

Aliran ini bisa diartikan sebagai ajaran hukum bebas dan paling
keras menentang positivisme hukum. Aliran ini hampir sama dengan
Realisme Amerika yang menyatakan bahwa hakim mempunyai tugas
untuk menciptakan hukum.

8. Aliran Hukum Islam

Dalam pandangan Islam, bahwa hukum Islam bersumber dari


ajaran Islam (al-Qur’an dan sunnah). Karena itu menurut pandangan
Islam Law is religion. Dalam kajian hukum islam dikenal “Islamic
Law” untuk penyebutan syariah Islam dan “Islamic Jurisprudence”.

E. Manfaat Mempelajari Ilmu Filsafat


Manfaat Mempelajari Filsafat Hukum yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut:
1) Dapat mengetahui tentang filsafat hukum
2) Dapat menjadikan filsafat hukum sebagai sarana menggali sumber,
hukum dan hakikat hukum

15
3) Memperluas cakrawala sehingga dapat memahami dan mengkaji secara
kritis hukum yang berlaku.
4) Dapat digunakan untuk menjelaskan peranan hukum dalam
pembangunan.
5) Menuntut kita untuk bertindak lebih baik.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, filsafat hukum perkuliahan tingkat


akhir dapat dimanfaatkan untuk menempatkan hukum dalam tempat dan
perspektif yang tepat sebagai bagian usaha manusia untuk menjadikan dunia
sebagai sebuah tempat yang lebih pantas untuk mendiamainnya. Sedangkan
menurut Muchsin mempelajari filsafat hukum meberikan Edukatif, dapat
memberikan kebijaksanaan dan kearifan bagi siapa saja yang mempelajari.
Inspiratif, dapat memberikan inspirasi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam
bahasa Yunani filsafat disebut philosophia yang berasal dari dua akar kata
yakni “philos” atau “philia” dan “sophos” atau “sophia”. “Philos” mempunyai
arti cinta, persahabatan, sedangkan “sophos” berarti hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, dan inteligensia. Dengan demikian maka philosophia ini dapat
diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan Sedangkan pengertian “orang
bijak” (di Timur) seperti di India, cina kuno adalah orang bijak, yang telah
tahu arti yang sedalam-dalamnya (ajaran kebatinan).

Filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau
etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat
hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek
filsafat hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam
sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.

Filsafat berkembang mulai zaman filsafat sampai pada pertengahan


seperti Filsafat Pra Sokrates adalah filsafat yang dilahirkan karena akal atas
dongeng atau mitos-mitos yang diterima dari agama, yang mengetahui
tentang asal muasal segala sesuatu, sampai kepada zaman filsafat Sokrates
dan Demokritos pada tahun + 460 – 370 SM yang kedua sejaman dengan
Zeno yang dilahirkan pada tahun + 490 SM dan lain-lainnya, serta disebut
sebagai Pra Sokrates, dimana filsafat tidak dipengaruhi oleh Sikrates. Harus
diketahui bahwa kaum sofis hidup bersama-sama denga skrates, Plato adalah
karya yunani petama yang berdasarkan karya-karyanya yang utuh Dalam
pemikiran filsafat hukum yang terus berkembang sepanjang zaman,
menyebabkan keragaman pola dan ukuran nilai dan idelitas dalam
hubungannya dengan normativitas dan faktisitas dari dalam dunia hukum, dan
terutama apabila dihubungkan dengan naluri manusia untuk mencari jalan

17
keluar dari kesulitan dan permasalahan dalam kehidupannya, akan melahirkan
berbagai aliran/mahzab dalam filsafat hukum. Secara urut aliran-aliran/mazab
hukum tersebut menunjukan sebuah dealegtika.

Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,


dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1) Alaliran
hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme, (4) Aliran
sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran realism hukum, (7)
Aliran Freirechtslehre dan (8) Aliran Hukum Islam.

B. Saran
Makalah ini bisa saja dikatakan masih jauh dari kata sempurna karena
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya saran dan kritik yang dapat membangun demi penyempurnaan atau
perbaikan makalah ini. Dan kami ucapkan permintaan maaf yang sebesar-
besarnya jika banyak penulisan kata yang kurang berkenan dihati para
pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aburaera, S. & Muhadar. (2013). Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakrta:
Kencana Pranata Media Group.

Barkatullah., A. H. (2017). Buku Ajar Filsafat Hukum. Bandung: Penerbit Nusa


Media.

Busyro. (2020). Pengatar Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Kencana Pranata Media
Group.

C.S.T. Kansil. (2002). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Balai Pustaka.

Darmodiharjo, D. & Shidarta. (2008). Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan


Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Darji & Shidarta. (2006). Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia,. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Izomiddin. (2018). Pemikiran Dan Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Pramedia


Grroup.

Mangku, D. G. S. (2020). Pengantar Ilmu Hukum. Klaten: Lakeisha.

Prasetyo, T & Barkatullah, A. H. (2014). Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum


Pemikian Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rasjidi & Lili. (1990). Dasar-Dasar Filsafat Hukum. Penerbit PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung,

Usaman, S. (2010). Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Serang: SUHUDSentrautama.

19

Anda mungkin juga menyukai