Disusun Oleh :
ASRUL
(005302532020)
Penulis
Asrul
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................1
PEMBAHASAN...........................................................................................2
PENUTUP.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum adalah sebuah tatanan (Hukum ada dalam sebuah
tatanan yang paling tidak dapat dibagi kedalam tiga yaitu : tatanan
transedental, tatanan sosial dan tatanan politik.) yang utuh (holistik)
selalu bergerak, baik secara evolutif maupun revolusioner.
Sifatpergerakan itu merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihilangkan atau ditiadakan, tetapi sebagai sesuatu yang eksis dan
prinsipil.
Ranah kajian ilmu hukum sesungguhnya selalu berkembang
seiring perkembangan umat manusia dalam pencarian keadilan
(searching for the justice) itu sendiri. Oleh karena itu kajian tentang
hukum tidak terlepas dari kajian yang telah ada sebelumnya.
Implikasi lebih lanjut, sebenarnya tidak boleh ada pemisahan
secara ketat dan dikotomik terhadap pemahaman study normatif
(doktrinal) dengan pemahaman study hukum non doktrinal. Suatu
paradigma hukum, tercermin pula pada spiritualisme cita hukum
yang berbasis pada perpaduan unsur nilai irrasional dan rasional
kearifan sosial. Jika peraturan perundang-undangan dibedah
sampai kepada akarnya yang terdalam, akan tampak wujud norma
hukum dalam rumusan pasalnya yang mengandung nilai hakiki
ataupun temporalistik sosiologis. Dari nilai yang dikandung norma
tersebut, para aktor dan ilmuwan hukum dapat menarik kesimpulan
timbal balik induktif maupun deduktif tentang konstelasi nilai
irasional dan rasional berupa etik, moral, asas, konsep, dan teori
empirik yang mendudukungnya. Lebih lanjut berkreasi menciptakan
paradigma hukum bersifat emancipatory intrumental dan
hermenuetic.
Paradigma hukum bersifat emancipatory, intrumental dan
hermeneutic dapat dibentuk melalui kombinasi timbal balik
pemikiran rasional deduktif dan induktif maupun semionik.
Pemikiran rasional deduktif merupakan penalaran berkoherensi dari
satu pernyataan yang mengandung kebenaran umum (universal)
kepada pernyataan yang mengandung kebenaran konkret.
Sebaliknya pemikiran induktif merupakan penalaran
berkorespondensi antara suatu pernyataan dengan materi
pengetahuan yang dikandungnya (obyek yang dituju) oleh
pernyataan tersebut. Untuk menciptakan peraturan hukum yang
memiliki dayaguna pragmatis.
Selanjutnya pola pemikiran semionik dapat diwujudkan
dengan memahami, mengartikulasi dan mengaktualisasikan tanda-
tanda, jejak, rambu, atau fenomena-fenomena kebenaran dan
keadilan dari yang bersifat makro sampai kepada yang
berkarakteristik mikro. Namun perlu dipahami bahwa meskipun
suatu paradigma dalam suatu ilmu hukum dianggap telah usang
dan tidak mampu untuk menjawab dan memberi solusi atas
problem penegakkan hukum dan teori hukum yang muncul
belakangan, yang kemudian memunculkan paradigma baru ilmu
hukum, namun paradigma lama tidak sendirinya tergusur,
paradigma lama dalam hal ini positivisme tersebut masih tetap
bertahan secara teguh dalam komunitas ilmuwan dan para
penegak hukum tanpa mau menoleh kepada paradigma yang
muncul belakangan paradigma hukum progresif.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hukum sebagai sistem nilai ?
2. Bagaimana hukum sebagai ideologi?
3. Bagaimana hukum sebagai institusi?
4. Bagaimana hukum sebagai alat perubahan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hukum sebagai sistem nilai.
2. Mengetahui hukum sebagai ideologi.
3. Mengetahui hukum sebagai institusi.
4. Mengetahui hukum sebagai alat perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Adanya norma-norma.
A. Kesimpulan
Paradigma bukan merupakan hasil akhir tetapi sebuah
tawaran akademik yang memberikan jalan berfikir pada pengamat
untuk mengevaluasi kembali pola pikir yang telah dianut orang
banyak. Sejalan dengan hal ini maka yang dihindari adalah
penganutan paradigma secara “kultus individu”, yang berpegang
pada satu paradigma dan membelanya mati-matian, tanpa berfikir
bahwa persoalan hukum adalah persoalan sosial, maka kerap kali
yang dihadapi adalah memberikan penjelasan yang mudah dan
dapat diterima semua pihak. Paradigma dalam proses berfikir
merupakan sebuah tawaran saja bagi proses pembelajaran suatu
kaidah keilmuan, bukan tawaran akhir. Sepanjang perjalanan umat
manusia untuk terus berfikir, maka terbuka banyak sekali
kemungkinan untuk timbul paradigma-paradigma baru dengan
setting sosial yang berbeda.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya
sebagai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa
menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya
dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin
DAFTAR PUSTAKA