DAN
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM
PENDAHULUAN
Pada umumnya kita semua sudah tahu dan mengerti bahwa manusia dalam
kenyataan kongkret dikuasai oleh berbagai aturan hukum disamping oleh kaidah-
kaidah sosial lainnya. Keseluruhan aturan hukum yang menguasai atau mengatur
hidup manusia disebut tata hukum. Tiap anggota masyarakat berkewajiban untuk
mematuhi aturan-aturan hukum. Aturan-aturan hukum itu pada umumnya memuat
ketentuan tentang sanksi berupa imbalan dan atau ganjaran (hukuman). Adanya
sanksi ini lebih menguatkan kewajiban orang untuk mematuhi aturan hukum.
Bahwa aturan-aturan hukum harus dipatuhi berarti bahwa aturan-aturan hukum itu
mempunyai kekuatan berlaku[CITATION Ras89 \p 13 \l 1057 ].
Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini ditegaskan dalam pasal 1
ayat (3) UUD 1945. Norma ini bermakna bahwa didalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia, hukum merupakan urat nadi seluruh aspek kehidupan.
Hukum mempunyai posisi strategis dan dominan dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara. Hukum sebagai suatu sistem, dapat berperan dengan
baik dan benar ditengah masyarakat jika instrumen pelaksanaanya dilengkapi
dalam kewenangan-kewenangan dalam bidang penegakan hukum. Salah satu
diantara kewenangan-kewenangan itu adalah kejaksaan Republik
Indonesia[CITATION Eff05 \p xvii \l 1057 ].
Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal
kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia,
karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar
pertimbangan kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak
sebagaimana yang biasa dilakukan manusia (actus homini)[CITATION Mus06 \p
1 \l 1057 ].
Filsafat dapat mencakup segala hal yang dapat menjadikan objek
pemikiran. Kita dapat menyebut adanya filsafat ketuhanan jika objek pemikiran
adalah perihal Tuhan, filsafat alam kodrat jika yang menjadi objek perihal alam
kodrat (kosmos), filsafat pembangunan jika yang menjadi objek adalah perihal
pembangunan, filsafat keluarga berencana jika yang menjadi objek adalah perihal
keluarga berencana, filsafat administrasi jika yang menjadi objek adalah perihal
administrasi, filsafat adat minangkabau jika yang menjadi objek adalah perihal
adat minangkabau[CITATION Bas00 \p 3 \l 1057 ], filsafat hukum jika yang
menjadi objek adalah filsafat hukum dan sebagainya.
Filsafat hukum adalah cabang filsafat, khususnya cabang filsafat moral
(etika). Posisi filsafat sebagai mater scientiarum menjadikan filsafat hukum juga
induk dari ilmu hukum. Filsafat hukum juga bagian dari disiplin ilmu, yang
menurut perkembangan terakhir, cukup dibedakan menjadi tiga saja, yaitu ilmu
hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Cabang disiplin ilmu hukum ini
membahas masalah-masalah hukum secara filosofis untuk mencari apa hakikat
hukum dan menentukan hukum yang benar dan adil bagi setiap masyarakat,
bangsa, dan negara.
Filsafat hukum Islam adalah kajian filosofis tentang hakikat hukum Islam,
sumber asal muasal hukum Islam dan prinsip penerapannya, serta manfaat hukum
Islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanakannya[CITATION Nas142 \p 4
\l 1057 ].
Pemikiran terhadap hukum Islam telah lahir sejak awal sejarah umat Islam
dikarenakan adanya dorongan Alqur’an dan Sunah Rasul agar manusia
menggunakan pikirannya dalam menghadapi persoalan hidup, lebih-lebih
mengenai persoalan yang fundamental, menyangkat akidah atau keyakinan
agama.[CITATION Bas00 \p 4-5 \l 1057 ].
Modalitas untuk membahas masalah-masalah filsafat hukum tersebut
adalah dengan memahami dasar-dasar, pengertian, sejarah, dan aliran-aliran
filsafat hukum. Dengan penguasaan aliran-aliran filsafat hukum inilah semua
permasalahan filsafat hukum mampu dianalisis dengan baik melalui pendekatan
integral-holistik. Apa yang dianggap hukum yang benar dan adil, terbukti tidak
selalu sama bagi tiap-tiap masyarakat, bangsa, dan negara dari waktu kewaktu.
Hal ini semua dapat dijelaskan mengetengahkan aliran-aliran utama filsafat
hukum, seperti Aliran Hukum Kodrat (sering pula disebut Aliran Hukum Alam),
positivisme Hukum, Ulititarianesme Hukum, Mazhab Sejarah, Sociological
Jurispudence, Realisme Hukum, dan Freierechtslehre. Setiap aliran filsafat hukum
menyajikan sudut pandang tersendiri dalam menjawab setiap permasalahan
filsafat hukum[CITATION Dar16 \p xii \l 1057 ].
PEMBAHASAN
Filsafat Hukum Islam
Filsafat pada awalnya dikenal pada kisaran tahun 700 SM, di Yunani.
Filsafat yang dalam bahasa Yunani disebut philoshopia, pada dasarnya
terkontruksi dari dua suku kata, philos atau philia dan sophos. Philos diartikan
sebagai cinta persahabatan. Sedangkan sophos berarti hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, dan inteligensi. Oleh karena itu,
philosophia dapat diartikan sebagai cinta kebijaksaan atau kebenaran.
Pengistilahan philosophia sendiri untuk pertama kali dalam sejarah
menjadi sesuatu yang diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa philosopi
diperkenalkan pertama kali oleh Heraklitos (540-480 SM). Ada pula yang
mengatakan bahwa Phytagoras lah yang pertama kali [CITATION Abu \p 20 \l
1057 ]. Akan tetapi terlepas dari perdebatan siapa yang pertama kali
memperkenalkan nomenclature philosophia (filsafat), maka yang terpenting
bahwa filsafat telah menjadi bagian dari peradaban dunia[CITATION Abu1 \p
20 \l 1057 ].
Hatta mengemukakan pengertian filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan
lebih dulu [CITATION Taf13 \p 9 \t \l 1057 ]. Nanti, bila orang telah banyak
membaca atau mempelajari filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya
apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang ditangkapnya. Langeveld juga
berpendapat begitu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum
apa filsafat itu, dan makin dalam ia berfilsafat, akan makin mengerti ia apa filsafat
itu[CITATION Taf131 \p 9 \t \l 1057 ].
Berikut ini hanya mengambil beberapa definisi dari filsuf dan ahli filsafat
1. Para filsuf pra-Socrates
Para filsuf pra-Socrates mempertanyakan tentang arche, yaitu awal mula
atau asal usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos
atau rasio tanpa percaya lagi pada jawaban mitos atau legenda. Oleh sebab itu
bagi mereka filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat
alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.
2. Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang
asli dan murni. Selain itu ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala
sesuatu yang ada.
3. Aristoteles
Dalam pandangannya, beliau memfokuskan bahwa filsafat berurusan
dengan penelitian sebab-sebab dan prinsip-prinsip segala sesuatu. Dalam hal
ini, filsafat nampak identik dengan totalitas pengetahuan manusia. Akan tetapi
menurutnya, pengaruh teologi atau filsafat pertama sangat menonjol
khususnya dalam mengambarkan bagaimana prinsip dan segala sebab
bermuara pada kemutlakan sesunggunya yaitu Allah dalam segala
kepemilikannya. Dalam konteks ini, maka Allah dengan absolusitasnya
mengatur dan mengerakkkan segala sesuatu yang ada didunia dengan tetap
berbasis pada prinsip-prinsip khususnya prinsip Allah dan pemilik dan
penentu segala sesuatu.[CITATION Abu \p 22 \l 1057 ]
Dari segi terminology, sebagaimana menurut Sultan Takdir Alisyahbana
yang dikutip oleh Fathurrohman Djamil, bahwa filsafat berarti alam berfikir.
Tetapi tidak semua kegiatan berfikir disebut berfilsafat. Berfikir berfilsafat adalah
berfikir dengan insaf, yaitu berfikir dengan teliti dan menurut suatu hal yang
pasti[CITATION Arf07 \p 3 \t \l 1057 ]. Sedangkan Harun Nasution mengatakan
bahwa intisari filsafat adalah berfikir dan menurut tata tertib (logika) dengan
bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai kedasar persoalan[CITATION Arf071 \p 3 \t \l 1057 ].
Hasyimsyah Nasution dalam hal ini mengatakan bahwa secara sederhana dapat
dikatakan filsafat adalah hasil kerja berfikir dalam mencari hakikat segala sesuatu
secara sistematis, radikal dan universal[CITATION Arf072 \p 3-4 \l 1057 ].
Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar. Oleh sebab yang disebut benar berbeda bagi setiap individu, maka aktivitas
berfikir dalam menghasilkan pengetahuan akan berbeda pula. Oleh karena itu
setiap pemikiran mempunyai kriteria kebenaran yang merupakan landasan bagi
proses pencarian kebenaran.
Terkait dengan kebenaran, ada dua cirinya yang menonjol, yakni logis dan
analitis. Yang pertama adalah kegiatan berfikir berjalan menurut pola atau
kerangka (logika tertentu). Yang kedua adalah kegiatan analitis yang
menggunakan logika tersendiri pula yang merupakan konsekuensi adanya suatu
pola berfikir tertentu berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Untuk menghasilkan pengetahuan yang benar selain dua hal diatas ada
juga yang disebut intuisi dan wahyu. Intuisi sering dikaitkan dengan perasaan,
sedangkan wahyu berasal dari Tuhan yang disampaikan melalui perantara Rasul
sehingga manusia memperoleh pengetahuan melalui keyakinan dan kepercayaan.
Ada tiga masalah pokok yang dikemukakan dalam memperoleh
pengetahuan, yakni sebagai berikut:
1. Ontologi: apa yang ingin diketahui?
2. Epistemologi: bagaimana cara memperoleh pengetahuan itu?
3. Aksiologi: apa nilai dan tujuan pengetahuan itu?
Yang pertama membahas tentang apa yang ingin diketahui, apa sasaran
yang dikaji oleh ilmu tersebut. Dalam hukum Islam kajian antologinya adalah
hukum apa yang ingin diketahui tentang perbuatan mukallaf yang berasal dari
sumber hukum Islam yaitu Alqur’an dan sunah. Hasilnya adalah ahkam khamsah
yaitu wajib sunah, mubah, makruf, dan haram. Perbuatan manusia tidak dapat
dilepaskan dari hukum tersebut.
Yang kedua memaparkan cara menyusun pengetahuan yang benar
(epistemology) dan landasannya adalah metode ilmiah. Dalam kaitan hukum
Islam adalah kerangka metode yang dilakukan untuk menemukan hukum bukan
menciptakan hukum. Kerangka metodologis yang ada hingga saat ini disebut
ushul fiqh yang mengkaji segi kaidah lughawiyah yang dipercaya dengan kaedah
ushul dan kaedah fiqhiyah. Ini menjadi matrik bagi para ahli hukum dalam
mengeluarkan hukum.
Yang ketiga aksiologi yang menjelaskan tujuan (maqashid al-syariah)
hukum [CITATION Arf073 \p 5-6 \l 1057 ].
Istilah filsafat hukum tampaknya merupakan istilah yang lazim digunakan
di lingkungan fakultas hukum di Indonesia. Pada zaman India Belanda dahulu
istilah yang dipergunakan di Rechtshoge School. Istilah ini sama artinya dengan
Recht Philoshofie, yang banyak digunakan penulis filsafat hukum Belanda. Para
pakar hukum Jerman menggunakan istilah Philosopie Des Recht[CITATION
Nas141 \p 11 \l 1057 ]. Adapun negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantarnya dikenal berbagai istilah, seperti Philosophy of Low,
Legal Philosophy, Legal Theory, Jurispudence of Right, dan Theory of Justice,
sedangkan di Perancis digunakan istilah Philoshopy du Droit[CITATION Juh \p
10 \l 1057 ].
Hukum disebut law dalam bahasa inggis, droit dalam bahasa perancis, ius
dalam bahasa latin, dalam bahasa Arab berasal dari kata hakama yang berarti
norma, kaidah yakni ukuran atau tolak ukur untuk menilai tingkah laku atau
perbuatan manusia dan benda serta recht dalam bahasa Belanda yang bisa
diartikan dengan hukum kedamaian, kebenaran, lurus, tegak dan jujur.
Filsafat hukum lebih dipahami sebagai bagian dari filsafat khususnya
filsafat moral atau etika, daripada bagian dari ilmu hukum. Karena itu, filsafat
hukum merupakan filsafat tentang kesusilaan yang baik dan yang buruk. Pada saat
bersamaan mengenai ketidakadilan. Dengan kata lain, filsafat hukum adalah ilmu
yang mempelajari hukum secara filosofis[CITATION Abu2 \p 34 \l 1057 ]. Kelsen
mendekati filsafat hukum dengan menggunakan pendekatan sebagai seorang
positivis yang kemudian dikenal lahirnya teori hukum murni atau Miguel Reale
yang menyajikan filsafat hukum yang kemudian dikenal dengan historisme
ontognoseologis krisis. Atau Hart yang menyajikan tradisi Wittgenstein atau
Austin yang menempatkan hukum sebagai suatu fungsi dua perangkat kaidah.
Pertama kaidah yang menetapkan kewajiban, dan kedua yang meyangkit
pengakuan dan penyesuaian kaidah pertama. Menurut Aristoteles, kedudukan
filsafat hukum dapat dilihat pada bagan berikut:
Filsafat
Logika Poetika
Filsafat Filsafat
Teoritik Praktis
Politik
Ekonomi
Fisika Matematika Metafisika Etika
Filsafat
Hukum
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat hukum lebih dipahami sebagai bagian dari filsafat khususnya
filsafat moral atau etika, daripada bagian dari ilmu hukum. Karena itu, filsafat
hukum merupakan filsafat tentang kesusilaan yang baik dan yang buruk. Pada saat
bersamaan mengenai ketidakadilan. Dengan kata lain, filsafat hukum adalah ilmu
yang mempelajari hukum secara filosofis[CITATION Abu2 \p 34 \l 1057 ].
Filsafat hukum Islam merupakan pengetahuan tentang rahasia hukum yang
digali secara filosofis, baik dengan pendekatan antologis, maupun epistemologis.
Filsafat hukum islam dapat diartikan pula sebagai pengetahuan tentang hukum
Islam dan asal-muasalnya, proses pencarian rahasia dan ‘illah hukum serta tujuan
diberlakukan sebagai prinsip-pronsip dasar untuk berperilaku. Usaha yang
diperlakukan dalam pemikiran mendalam tentang hakikat, sumber, dan tujuan
hukum Islam tidak sebatas menggunakan semata-mata rasio, tetapi memaksukkan
pendekatan kewahyuan dengan raasio, sehingga ada keseimbangan metodologis
untuk mencapai kebenaran.
Munculnya beragam aliran hukum baik dalam bingkai pemikiran hukum
Islam maupun pemikiran hukum barat banyak dipengaruhi oleh iklim sosial
dimana dan kapan pemikiran hukum tersebut tumbuh dan berkembang. Pada
prinsipnya, hukum dikreasi bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk menebar
kemaslahatan dan keadilan ditingkat realitas masyarakat. Namun demikian, untuk
mengukur kadar kemaslahatan ditengah realitas yang terus bergerak dinamis,
perangkat analisis serta sumber-sumber hukum yang dipergunakan seringkali
menyebabkan terjadinya gesekan hukum yang kemudian memunculkan beberapa
madzhab dan aliran dengan berbagai karakteristik yang dimiliki.
aliran-aliran utama filsafat hukum Barat, seperti Aliran Hukum Kodrat
(sering pula disebut Aliran Hukum Alam), positivisme Hukum, Ulititarianesme
Hukum, Mazhab Sejarah, Sociological Jurispudence, Realisme Hukum, dan
Freierechtslehre. Setiap aliran filsafat hukum menyajikan sudut pandang tersendiri
dalam menjawab setiap permasalahan filsafat hukum[CITATION Dar16 \p xii \l
1057 ]. Seperti halnya aliran hukum barat, Aliran hukum islam muncullah aliran
tradisionalitas dan rasionalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aburaera, P. D. Filsafat Hukum. Teori dan Praktek. Dalam Basuki, 1989, “Mazhab Sejarah
dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan hukum Nasional Indonesia,” dalam :
Lili Rasjidi & B. Arief Idharta (Eds.). Filsafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya,
Remadja Karya, Bandung, hlm. 332. (hal. 91).
Aburaera, P. D. Filsafat Hukum. Teori dan Praktek. Dalam Paton, 1951, hlm. 15. (hal. 92).
Aburaera, P. D. filsafatHukum. Teori dan Praktek. Dalam Paton, 1951, hlm. 17-21 (hal. 95).
Aburaera, P. D. Ilmu Hukum. Teori dan Praktek. Dalam Soekanto, 1979, Pengantar
Sejarah Hukum, Rajawali, Jakarta hlm. 26 (hal. 91).
Aburaera, S. P. Filsafat Hukum Teori dan Praktek. Dalam P. d. Purbacaraka, 1986, Sendi-
sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 2-4 (hal. 34).
Aburaera, S. P. Filsafat Hukum. Teori dan praktek. Dalam 1. Friedmann, 1990, Teori dan
Filsaat Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm. 47. (hal. 78).
Aburaera, S. P. Filsafat Hukum: Teori dan Praktek. Dalam A. Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
RajaGrafindo Persada, 2004, Jakarta, hlm. 22. (hal. 20).
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam H. Nasution, Filsafat agama, Cet. VI,
Jakarta: Bulan Bintang, 1987, hlm. 3 (hal. 3-4). Ruko Umum dan Perguruan
Tinggi: Cita Pustaka Media Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam H. Nasution, Filsafat agama, Cet. VI,
Jakarta: Bulan Bintang, 1987, hlm 3 (hal. 3-4). Cita Pustaka Media Perintis: Ruko
Umum dan Perguruan Tinggi.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Ruko Umum dan perguruan tinggi: Cita Pustaka
Media Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam J. S. Praja, Filsafat, hlm. 17 (hal. 22-23).
Ruku Umum dan Perguruan tinggi: Cita Pustaka Media Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam A. Munawar, Kamus Almunawir,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 768 (hal. 58). Ruko Umum dan
Perguruan Tinggi: Cita Pustaka Media kreasi.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam D. i. Az-Zuhaili, Lihat Wahbah Az-Zuhaili,
Ushul Fiqh Al-Islamy (Damsyq: Dar Al Fikr, 1986), hlm 117 (hal. 59). Ruko Umum
dan Perguruan Tinggi: Cita Pustaka Media Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam S. Usman, Hukum Islam, (Jakarta, GPM,
2004), 32 (hal. 59). Ruko Umum dan PErguruan Tinggi: Cita Pustaka Media
Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Dalam S. Usman, Hukum Islam, (Jakarta, GMP,
2004), 34 (hal. 59). Ruko Umum dan Perguruan Tinggi: Cita Pustaka Media
Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam. Ruko Umum dan Perguruan Tinggi: Cita Pustaka
Media Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukum Islam . Dalam F. Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta:
Logos Ilmu, 1997, hlm 2 (hal. 3-4). Ruko Umum dan Perguruan tinggi: Cita
Pustaka Media Perintis.
Arfa, M. D. (2007). Filsafat Hukumm Islam. Dalam F. Jamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta:
Wacana Ilmu, 1997, hlml. 81. Lihat juga Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hlm. 20 (hal. 58). Ruko Umum dan Perguruan
tinggi: Cita Pustaka Media Perintis.
Basyir, K. A. (2000). Pokok-pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam. UII Press: Yogyakarta.
Effendy, S. D. (2005). Kejaksaan RI Posisi dan Fungsinya dalam Perspektif Hukum. Dalam
L. Friedman, The Legal System, A Social Science Prespective, New York, Russel
Sage Foundation, 1975, hlm. 11 (hal. xvii). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
(t.thn.). Ilmu Hukum. Teori dan Praktek. Dalam T. Huijbers, 1982, Filsafat Hukum dalam
Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, hlm. 122 (hal. 82).
Mustansyir, M. H. (2006). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, S. M. (2007). Filsafat Hukum Islam, Cet. 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. M. (2014). fIlsafat Hukum Islam, Cet. 2. Dalam S. Amir, Pengertian dan
Sumber Hukum Islam (Dalam Falsafah Hukum Islam, (Jakarta Bumi Aksara dan
Departemen agama, 1992, hlm. 16) (hal. 24). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. M. (2014). Filsafat hukum Islam, Cet. 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. M. (2014). Filsafat Hukum Islam, cet. 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. M. (2014). Filsafat Hukum Islam, Cet. 2. Dalam Juhaya, Filsafat Hukum Islam,
(Bandung: Pusat Penerbitan LPMM-Universitas Islam, 1955), hlm. 14 (hal. 10).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. M. (2014). Filsafat Hukum Islam, cet.2. Dalam Lilii, Dasar-dasar Filsafat
Hukum, (Bandung Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 1 (hal. 11). Jakarta: PT Grafindo
Persada.
Prasetyo, S. M. (2011). Ilmu hukum dan Filsafat Hukum. Studi Pemikiran Ahli Hukum
Sepanjang Zaman, Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prasetyo, S. M. (2011). Ilmu Hukum dan Studi Hukum. Studi Pemikiran Ahli Hukum
Sepanjang Zaman, Cet. IV. Dalam C. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm 46 (hal. 14-15).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rasjidi, L. (1989). Fisafat Hukum Mazhab dan Refleksinya. Bandung: Remadja Karya CV.
Tafsir, P. D. (2013). Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Dalam 1. 9.
Langeveld. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tafsir, P. D. (2013). Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Cet. 20.
Dalam Hatta. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.