Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASURANSI SYARIAH TAKAFUL SEBAGAI ALTERNATIF


Guna Memenuhi Tugas Asuransi Syariah
DOSEN PENGAMPU :
Mila Fursiana Salma, S.H.I., M.S.I

OLEH :
1.Asep Nahdlotul Muttaqin
2.Kurniawan Tijesh Thofa
3.Tiya Sugiyanti

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 1


TAHUN 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem ekonomi terus mengalami perkembangan pada seluruh aspek
beriringan dengan perkembangan teknologi, nasionalitas dan tataran sosial
kehidupan manusia. Perkembangan siste ini ditunjukkan oleh sistem ekonomi
barat atau yang sering dikenal dengan sistem ekonomi konvensional. Hal ini
ditunjukkan melalui lahirnya beberapa paham ekonomi. Awal mula dari
sistem ekonomi konvensional adalah dengan munculnya buku “An Incuiry
into the nature and causes of the wealth of nation” oleh Adam Adam Smith
pada tahun 1776-an yang merupakan guru besar dari Glosgow, ini merupakan
cikal bakal yang kemudian sebagai madzhab klask atau madzhab liberal.
Lebih kurang 160 tahun kemudian atau satu setengah abad lebih, mazhab
ini dirasa tidak lagi dapat mengakomodir berbagai permasalahan negara
penganutnya. Berangkat dari kegelisahan itu, pada tahun 1836-an muncul
kembali pandangan baru dalam sistem ekonomi yang dikenal dengan
ekonomi modern yang diusung oleh JM Kaynes. Hingga kini kedua paham
tersebut terus berkembang dan saling mengambil peran dalam perekonomian
dunia. Dengan demikian konsep trial dan error dalam ilmu ekonomi
menunjukkan kepada kita bahwa perkembangan suatu ilmu pengetahuan
dalam rangka mencapai kemapaman sebuah sistem membutuhkan waktu yang
tidak singkat. Ditengah gejolak dua mazhab ekonomi, diatas dianggap sebagai
suatu sistem perekonomian yang dapat memberikan solusi dari kegagalan
sistem sebelumnya. Pada kisaran tahun 1970-am diadakan pertemuan para
ahli ekonomi dari berbagai negara-negara muslim di Jeddah-Arab. Pertemuan
tersebut merumuskan bagaimana ekonomi Islam kedepan. Walaupun ekonomi

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 2


Islam sudah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Pelabelan sistem ekonomi
dengan nama “Islam” atau “syariah” baru muncul secara massif pada
pertengahan abad ke-19. Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa eksistensi
sistem ekonomi Islam telah berjalan sejak zaman Rasulullah adalah apa yang
telah dipraktekkan oleh pribadi Rasulullah dalam menjalankan aktivitas
ekonomi. Menjalankan aktivitas ekonomi Islam tersebut menandakan bahwa
sistem ekonomi yang berbasiskan Al-Qur’an dan sunah talah benar-benar
sejak awal munculnya Islam.
Sistem ekonomi Islam memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan sistem ekonomi konvesional. Dimana ekonomi Islam mengedepankan
keberkahan dari setiap transaksi keekonomian, ada hubungan transendental
dalam kegiatan ekonomi dan lainnya. Perbedaan subtansial inilah yang
diklaim bahwa ekonomi Islam diharapkan suatu saat akan men-substitusi
sistem ekonomi saat ini. Salah satu instrumen dalam perekonomian adalah
lembaga keuangan. Lembaga keuang baik konvensional maupun syariah
dibagi menjadi dua sektor lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan non-bank. Salah satu dari banyak lembaga keuangan
non bank pada sektor adalah asuransi yang disebut juga dengan takaful,
model akad yang digunakan bisa berbentuk tijarah dan bisa juga dengan
bentuk tabarru.1 Asuransi syariah takaful inilah sebagai alternatif dari asuransi
konvensional.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan asuransi syariah?
2. Bagaimana asuransi syariah tafakul sebagai alternatif?
C. Tujuan makalah
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui asuransi syariah.

1 Eja Armaz Hardi. Studi Komperatif Takaful dan Asuransi Konvensional. Jurnal Bisnis
dan Manajemen Vol 03 No 02, Desember 2015. Diakses 30 Oktober 2018, dari
docs.google.com, hal. 423-424.
Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 3
2. Untuk mengetahui asuransi syariah takaful sebagai alternatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Asuransi Syariah Takaful


Asuransi dalam bahasa Arab dikenal dengan Istilah takaful, ta’min atau
tadamun. Ta’min berarti memberikan rasa aman kepada salah satu pihak yang
bertransaksi. Rasa aman dan terhindar dari was-was inilah yang menjadi
objek transaksi ta’min yang dimaksud dalam istilah tersebut. Pengertian
asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI, yang lebih dikenal dengan ta’min,
takaful, atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
tabarru memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah (Fatwa Dewan Syariah Nasional No
21/DSN-MUI/X/2001)
Dari definisi yang dijelaskan oleh Fatwa DSN-MUI diatas menyatakan
bahwa asuransi syariah memiliki perbedaan substansial dengan asuransi
konvensional. Pertama, kontrak awal pada asuransi syariah dimaksudkan
diawal kontrak bahwa para peserta memiliki tujuan saling tolong menolong
(tabaru) sesama peserta asuransi dengan cara menyisihkan sebagian dana
mereka untuk saling membantu. Hal ini berbeda dengan kontrak yang terjadi
pada asuransi konvensional, dimana terjadi pengalihan resiko (transfer of
risk) kepada perusahaan asuransi dengan diwajibkan untuk membayar premi.
Sedangkan pada kontrak asuransi syariah, konsep yang digunakan adalah
membagi resiko (share of risk) sesama peserta. Kedua, asuransi syariah
dilandaskan dengan kontrak yang diperbolehkan oleh syariah. Sehingga
asuransi syariah akan cenderung terhindar dari praktik yang dilarang oleh
syariah seperti riba, gharar dan maisir sebagaimana yang terjadi pada kontrak

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 4


asuransi konvensional. Begitu juga dengan aspek penyaluran dana selain dana
tabaru peserta dalam investasi produktif, asuransi syariah hanya
diperbolehkan untuk melakukan investasi dengan batasan yang telah
ditetapkan oleh syariah. Sedangkan asuransi konvensional diperbolehkan
melakukan investasi dengan dana peserta pada sektor apapun.
Istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful.
Secara bahasa Takaful berasal dari akar kata ((‫ ك ف ل‬yang berarti menolong,
mengasuh, memelihara, memberi nafkah, dan mengambil alih perkara
seseorang. Kata Takaful berasal dari takafala-yatakafalu, yang secara
etimologis berarti menjalin atau saling menanggung. Kata Takaful2
sebenarnya tidak dijumpai dalam Al-Qur’an. Namun ada sejumlah kata yang
seakar kata dengan Takaful, seperti dalam surah Thahaa ayat 40, yang artinya
(ketika saudara Wanita Musa berjalan lalu berkata kepada Fir’aun, ‘Bolehkah
saya menunjukkan kepadamu orang yang memeliharanya.’)” Pengertian
memelihara manusia dalam hal ini adalah bayi musa.
Yakfulu dapat juga diartikan menjamin, seperti dalam surah an-Nisaa
ayat 85, yang artinya, “Barangsiapa yang memberi syafaat (melindungi hak-
hak orang dari kemudharatanya) yang buruk, niscaya ia akan memikul
(resiko) bagian daripadanya).” Secara istilah, menurut KH Latif Mukhtar,
MA3 mungkin istilah takaful berasal dari fikrah atau konsep Syehkh Abu
Zahra, seorang Faqih di Mesir yang menulis buku t-Takaful al-ijtimaa ‘i fi al-
Islam (sosial security in Islam atau jaminan sosial dalam Islam).
Takaful4 dalam pengertian muamalah ialah saling memikul resiko
diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul ini dilakukan atas saling
menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana
2 Muhammad Syakir Sula.... dalam Juhaya S Praja. Asuransi Takaful. Pranata, Edisi 1994

3 Muhammad Syakir Sula.... dalam Latif Mukhtar, Gerakan Kembali ke Islam. Rosda.
Bandung. 1998. Hal 127

4 Muhammad Syakir Sula.... dalam Muhammad Syakir Sula, Konsep Asuransi dalam
Islam. PPM Fi Zhilal. Bandung. 1996. Hal 1
Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 5
tabarru’ dalam Ibadah, sumbangan, derma yang ditunjukkan untuk
menanggung resiko. Takaful dalam pengertian ini sesuai dengan Al-Qur’an,
Surah Al-Maidah ayat 2, yang artinya, “Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.
Menurut Syekh Abu Zahra’,5 yang dimaksud dengan at-takaful al-Ijtima’i
itu ialah bahwa setiap indivindu suatu masyarakat berada dalam jaminan atau
tanggungan masyarakatnya. Setiap orang yang memiliki kemampuan menjadi
penjamin dengan suatu kebajikan bagi setiap potensi kemanusiaan dalam
masyarakatt sejalan dengan pemeliharaan kemaslahatan indivindu. Yakni,
dalam hal menolak yang merusak dan memelihara yang baik agar terhindar
dari berbagai kendala pembangunan masyarakat yang dibangun diatas dasar-
dasar yang benar. Ungkapan yang paling tepat untuk makna at-Takaful al-
Ijtima’i kata Syekh Abu Zahra, ialah sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim, yang artinya, “Mukmin terhadap mukmin lain seperti
bangunan memperkuat satu sama lain.”
“Orang-orang mungkin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti
satu badan. Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit, maka
seluruh badan merasakannnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Takaful dalam pengertian muamalah diatas, ditegakkan diatas tiga prinsip
dasar6, yaitu :
1. Saling bertanggungjawab
Banyak hadits Nabi saw seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, yang mengajarkan bahwa hubungan orang-orang beriman dalam
jalinan rasa kasih sayang satu sama lain, ibarat satu badan. Bila satu
bagian tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuh akan turut merasakan
penderitaan.

5 Muhammad Syakir Sula.... dalam Abu Zahra, Muhammad, At-Takaful al-Ijtima’i fil
Islam. 1964. Darul Qaumiyyah lil Tiba’ah wal. Kairo

6 Muhammad Syakir Sula.... dalam Syariat takaful Malaysia. Panduan Syariat takaful
Malaysia. 1984. Hal 11-15
Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 6
“Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap
kamu bertanggungjawab terhadap orang-orang dibawah tanggungjawab
kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak sempurna keimanan seorang mukmin sehingga ia menyukai
sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia menyukai sesuatu itu untuk
dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Saling bekerjasama dan saling membantu
Allah SWT memerintahkan agar dalam kehidupan bermasyarakat
ditegakkan nilai tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa,
sebagaimana firman-Nya, yang artinya, “.... tolong menolonglah kamu
dalam kebaikan dan takwa, janganlah tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan....” (al-Ma’aidah : 2)
3. Saling melindungi
Hadits Nabi saw mengajarkan bahwa belum sempurna keimanan
seseorang yang dapat tidur dengan nyenyak dengan perut kenyang,
sedangkan tetangganya menderita kelaparan.
“Orang muslim adalah orang yang memberikan keselamatan kepada
sesama muslim dari gangguan perkataan dan perbuatan.”
Asuransi syariah pertama kali dibangun dengan prinsip tauhid kepada
Allah. Begitu juga landasan berdirinya asuransi syariah saling tolong
menolong antar anggota, sehingga sebagian dana peserta akan disisikan oleh
perusahaan asuransi untuk digunakan sebagai dana tabaru yang digunakan
untuk membantu sesama anggota asuransi apabila mengalami musibah atau
objek yang menjadi kesempatan sesama peserta.
Dana tabaru ini dikatagorikan pada dana shodaqah peserta yang tidak
dapat diambil kembali oleh peserta, kecuali sebagian dana yang dimasukkan
pada dana investasi bersama dalam sektor produktif yang sesuai dengan
syariah. Dari prinsip tabarru yang diusungkan asuransi syariah juga menganut
keadilan perlakuan sesama peserta dan kepada pihak pengelola yang
dipercaya untuk mengurus dana peserta. Begitu juga prinsip amanah menjadi

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 7


landasan bagi asuransi syariah dalam melakukan kegiatan dalam hal
pengendalian dana yang terkumpul dari para peserta.
Asuransi syariah memiliki tujuan yang lebih komplek dibandingkan
dengan asuransi konvensional. Asuransi syariah tidak hanya dituntut untuk
mengejar profit yang dari investasi yang dilakukan dengan sebagian dana
peserta. Namun lebih dari profit gain asuransi syariah juga memiliki
tanggungjawab sosial dalam memberikan sosial edukasi kepada masyarakat
tentang pentingnya tolong menolong sesama muslim dalam rangka
menegakkan ajaran islam ditengah-tengah masyarakat. Tujuan asuransi
syariah menurut Yadi Jawari, 2005 adalah (Jawari, 2005: 13) menjaga
konsistensi pelaksanaan syariah dibidang keuangan, antisipasi terhadap makin
meningkatnya kemakmuran bangsa, turut meningkatkan kesadaran
berasuransi masyarakat, dan menumbuhkan kemampuan umat Islam dibidang
pengelolaan industri asuransi. Selain itu, tujuan berdirinya asuransi syariah
adalah: pertama, tolong menolong dan bekerjasama, kekayaan yang dimiliki
sebagai karunia Allah SWT hendaknya berfungsi sosial, terutama
membebaskan orang dari penderitaan dan ketergantungan. Saling tolong
menolong dan bekerja sama merupakan salah satu sifat terpuji dan sangat
dianjurkan oleh-Nya. kedua, saling menjaga keselamatan dan keamanan,
kehendak untuk selamat dan aman dalam hidup merupakan naluri
kemanusiaan. Ajaran islam mengajurkan agar manusia berupaya menjadikan
dunia bebas dari bahaya ketakutan. Niat ikhlas karena Allah untuk membantu
sesama yang mengalami penderitaan merupakan landasan awal asuransi
Islam. Premi yang dibayarkan kepada asuransi syariah harus didasarkan pada
kerjasama dan tolong-menolong sesuai dengan perintah Allah untuk
memperoleh ridha-Nya. Dari tujuan diatas beberapa kalangan berpendapat
bahwa asuransi juga berorientasikan kepada pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Dengan tujuan tersebut semakin meyakinkan bahwa manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi sosial yang
dilakukan. Sikap kebersamaan inilah yang dijunjung tinggi dengan berdirinya

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 8


asuransi syariah. Harapan lebih jauh dari pendirian asuransi syariah ini adalah
terciptanya kedamaian, ketentraman jiwa masyarakat. Dalam hal inilah
asuransi syariah dituntut untuk memberikan kontribusi nyata kepada
masyarakat grass root ketimbang hanya mengambil pasar dari kalangan
menengah keatas.
Dasar pijak tafakul dalam asuransi mewujudkan hubungan manusia yang
islami diantara para pesertanya yang sepakat untuk menanggung bersama
diantara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh
peserta sebagai akibat dari kebakaran, kecelakaan, kehilangan, sakit, dan
sebaganya. Semangat asuransi takaful adalah menekankan kepentingan
bersama atas dasar rasa persaudaraan diantara peserta. Persaudaraan disini
meliputi dua bentuk, persaudaraan berdasarkan kesamaan keyakinan
(ukhuwah islamiah) dan persaudaraan atas dasar kesamaan derajat manusia
(ukhuwah insaniah).
Dalam praktek kehidupan bermasyarakat, para sahabat telah memberikan
contoh yang indah tentang takaful ijtima’i yaitu tatkala kaum muhajirin telah
sampai di Madinah al-Munawarah, dan Rasulullah mempersaudarakan kaum
muhajirin dengan kaum ashar. Maka orang Ashar saling berlomba dalam
memberikan penghormatan kepada kaum Muhajirin, “Pilihlah diantara harta
kekayaanku yang kamu sukai, saya akan memberikannya kepadamu. Dan
pilihlah diantara istriku yang kamu suka, saya akan menceraikannya dan
nikahilah.
Ini adalah gambaran dari sebuah masyarakat yang menjadikan kecintaan
kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum muslimin sebagai landasan perilaku
mereka.
Contoh lain, diriwayatkan bahwa orang-orang yang terluka pada perang
Yarmuk menolak air yang disodorkan kepada mereka meski mereka dalam
keadaan haus. Masing-masing menyodorkan air tersebut kepada temannya
yang sedang terluka meski ia sendiri sangat membutuhkannya, karena yakin

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 9


bahwa saudaranya itu lebih membutuhkannya. Akhirnya, semuanya
meninggal demi untuk menyelamatkan nyawa teman. Itulah takaful ijtima’i7
B. Asuransi syariah Takaful sebagai alternatif
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang didalam hukum
Belanda disebut dengan Venzakering yang berarti pertanggungan. Dari
definisi tersebut muncul beberapa istilah secara assuaduer bagi penanggung
dan geassureede bagi tertanggung. Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan
oleh Bapepam-LK asuransi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asuransi
jiwa dan asuransi umum. Definisi Asuransi menurut undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tetang usaha perasuransian Bab I, Pasal 1 :
“Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
meneriima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.” Selain asuransi dengan
pengertian yang dijelaskan oleh UURI tahun 1992 diatas, berbagai definisi
asuransi yang substansinya adalah kontrak beberapa peserta selaku
tertanggung kepada perusahaan asuransi sebagai penanggung yang
berkeinginan untuk beri ganti rugi ketika mengalami suatu musibah, dengan
terjadinya pertanggungan oleh perusahaan asuransi kepada tertanggung, maka
tertanggung diwajibkan untuk membayar premi berupa uang kepada
perusahaan asuransi.
Akumulasi dana dari pihak ketiga yang menjadi peserta asuransi yang
mengansuransikan suatu objek kepada perusahaan digunankan untuk selain
membeyarkan klaim kepada peserta yang terkena musibah, dana tersebut juga
dijadikan modal investasi oleh perusahaan disektor produktif. Yang mana
7 Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dam Sistem
Operasional. (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 32-35.
Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 10
hasil dari investasi tersebut akan kembali kepada perusahaan setelah
dikurangi seluruh biaya operasional perusahaan. Dalam asuransi
konvensional selama ini dikenal dengan konsep pemindahan resiko (transfer
risk) dari peserta kepada peserta lain.
Resiko dalam asuransi konvensional dibagi menjadi tiga yaitu resiko
murni, spekulatif dan individu. Dengan kata lain bahwa besaran premi yang
harus dibayar oleh seseorang pemegang asuransi dilihat dari besar kecilnya
resiko yang ditanggung oleh perusahaan (Kasmir, 2014: 264).
Hal ini tidak akan dikenal pada asuransi syariah yang berkembang saat
ini. Selanjutnya asuransi konvensioanal diperbolehkan melakukan investasi
dari dana peserta pada sektor apapun, baik sektor halal ataupun haram. Juga
banyak akademisi ekonomi syariah meng-klaim bahwa kontrak asuransi
konvensional banyak mengandung hal-hal yang dilarang dalam syariah Islam
seperti masih adanya gharar, maisir, riba.
Terjadinya gharar dalam asuransi konvensional adalah peserta
tertanggung tidak mengetahui kapan ia akan tertimpa musibah dimasa yang
akan datang, yang mana otoritas ini hanya terdapat pada Allah SWT.
Ketidakjelasan inilah yang dijual oleh perusahaan asuransi kepada peserta
tertanggung. Sedangkan maisir pada perasuransian konvensional adalah
memperoleh suatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat
keuntungan tanpa bekerja. Maisir sering diartikan dengan berjudi. Dalam
industri konvensional, maisir dapat terjadi dalam tiga hal, yaitu: pertama,
ketika seseorang memegang polis mendadak terkena musibah sehingga
memperoleh hasil klaim, padahal baru sebentar menjadi klien asuransi dan
baru sedikit membayar premi. Jika ini terjadi, nasabah diuntungkan. Kedua,
sebaliknya, jika hingga akhir masa perjanjian tidak terjadi sesuatu, sementara
itu sudah membayar premi secara penuh/lunas, maka perusahaanlah yang
diuntungkan. Ketiga, apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, maka yang

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 11


bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan atau
uangnya dianggap hangus.
Sedangkan pada aspek riba, menurut Syeikh Yusuf Al-Qardhawi, asuransi
konvensional sama dnegan judi, karena tertanggung mengharapkan jaminan
atau tanggungan melebihi jumlah pembayaran preminya. Oleh sebab itu,
dalam asuransi tersebut juga ada unsur ribanya (syair, 2004: 299).
Beberapa perusahaan asuransi di Indonesia telah melakukan kerja sama
kepada berbagai instansi yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Seperti ketika pembuatan Karta Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin
Mengemudi (SIM), tiket transportasi darat, laut dan udara, tanpa disadari
bahwa masyarakat telah mendapatkan asuransi bila terjadi suatu yang sesuai
dengan kriteria masing-masing kontrak ketika terjadinya musibah.
Pengakaran sistem asuransi konvensional pada grass root ini belum terjadi
pada asuransi syariah yang memiliki konsep yang sangat berbeda dengan
konsep asuransi konvensional. Namun kelemahan yang terdapat diasuransi
konvensional yang telah mengakar pada setiap lini masyarakat tidak adanya
laporan kepada peserta secara massif asuransi secara rinci mengenai dana
yang telah dihasilkan oleh perusahaan atas investasi dana peserta. Selanjutnya
perusahaan asuransi tidak dapat merangkul seluruh keadilan musibah yang
terjadi pada masyarakat, sehingga mengakibatkan banyak musibah
dimasyakat yang seharusnya ditanggung oleh perusahaan asuransi menjadi
tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi.
Hal ini memiliki beberapa kemungkinan akibat tidak adanya klaim yang
diajukan kepada pihak perusahaan asuransi. Dugaannya adalah ketidaktahuan
masyarakat grass root bahwa KTP, SIM yang dimiliki sudah diasuransikan
pada perusahaan asuransi tertentu yang akan menanggung resiko yang akan
terjadi. Juga kompleksitas prosedur yang diterapkan oleh perusahaan asuransi
bagi masyarakat untuk mendapatkan klaim dari apa yang menimpanya.
Adapun prinsip asuranasi konvensional menurut Joko Tri Haryanto baik
asuransi umum atau asuransi jiwa adalah sebagai berikut: pertama,

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 12


kepentingan yang dipergunakan (Insurable Interest). kedua, kejujuran
sempurna (utmost Good Faith). Ketiga Indemnitas (Indemnity). Ketiga,
subrogasi (Subrogation). Keempat, Kontribusi (Contribution). Kelima, Kausa
Proksimal (Proximate Cause).
Sebagai salah satu alternatif terhadap sistem asuransi konvensional
yang nilai mengandung riba, judi, dan kezaliman dalam pelaksanaannya di
Indonesia, maka salah satu pilihan dalam menghindari perusahaan asuransi
konvemsional adalah bergabung dengan Perusahaan Asuransi Syariah
Takaful. Perusahaan ini diyakini berjalan sesuai prinsip-prinsip syariah dalam
fikih mu’amalah yang menyangkut prinsip jaminan, syirkah, bagi hasil, dan
ta’awun atau takaful (saling menanggung). Takaful berarti saling
menanggung). Takaful berarti saling menanggung atau menanggung bersama.
Karena itu, pengertian takaful dapat digolongkan ke dalam bentuk asuransi
saling menanggung antara peserta dengan perusahaan asuransi.
Menurut para pegagas takaful, setidaknya terdapat 3 (tiga) keberatan
dalam praktik asuransi konvensional. Pertama, unsur gharar atau
ketidakpastian. Kedua, maysir atau untung-untungan, dan ketiga, riba.
Ketidakpastian atau gharar tercermin dalam bentuk akad dan sumber dana
klaim serta keabsahan syar’i penerimaan uang klaim. Peserta asuransi tentu
akan tahu berapa yang akan diterima tapi tidak tahu berapa yang akan
dibayarkan karena hanya Allah saja yang mengetahui kapan ia meninggal
(dalanm hal asuransi jiwa). Akad yang terjadi dalam asuransi konvensional
adalah ‘aqd tabadduli, yakni pertukaran pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Padahal dalam Islam, harus jelas berapa yang akan dibayar
dan berapa yang akan diterima oleh seseorang bila terjadi kecelakaan. Dalam
takaful unsur gharar dihilangkan. Akad yang dipakai bukan akad pertukaran
tetapi ‘aqh takaful yakni akad tolong-menolong dan saling menanggung.
Artinya, semua peserta Asuransi Syariah Takaful menjadi penjamin satu sama
lainnya bila salah seorang peserta asuransi meninggal sehingga tampak bahwa
yang lain menanggung, demikian pula sebaliknya.

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 13


Masih menyangkut gharar, dalam asuransi konvensional ada
ketidakjelasan menyangkut sumber dana pembayaran klaim. Peserta tidak
mengetahui dari mana dana pertanggungan musibah sebelum premi yang
harus dibayarkannya terpenuhi. Pada umumnya, peserta asuransi
konvensional mengetahui dana itu diperoleh dari sebagian dari bunga yang
didapatkan melalui penyimpanan uang premi para nasabah oleh perusahaan
asuransi di bank konvensional. Bahkan bisa dikatakan bahwa dari bunga uang
premi para nasabah itulah perusahaan mendapat “keuntungan”, setelah
dipotong untuk biaya operasional dan kemungkinan pembayaran uang
tanggungan.
Dalam takaful, sejak awal nasabah telah diberi tahu dari mana dana
yang diterimanya berasal, bila ia meninggal atau mendapat musibah. Hal itu
dimungkinkan sebab setiap pembayaran premi sejak awal telah dibagi
menjadi 2 (dua). Pertama, masuk ke dalam rekening pemegang polis, dan
kedua, dimasukkan ke rekening khusus peserta yang diniatkan tabarru’
(membantu) atau shadaqah untuk membantu saudaranya yang lain, misalnya
dua persen (bisa berubah-ubah tergantung jumlah pemegang polis, semakin
banyak semakin kecil) dan jumlah premi. Jika ada peserta yang meninggal
sebelum masa jatuh temponya habis, kekurangan uang pertanggungan akan
diambil dari rekening khusus atau tabarru’ tadi. Sebagai contoh dapat
diungkapkan misalnya, seorang peserta mengambil waktu pertanggungan 10
(sepuluh) tahun, dengan premi Rp 1 juta per tahun terkumpul Rp 9,8 juta.
Karena menitipkan uangnya pada perusahaan, peserta berhak mendapat
keuntungan bagi hasil, misalnya 70 : 30 atau sesuai kesepakatan 70% untuk
nasabah, sisanya untuk perusahaan takaful.
Apabila peserta tersebut meninggal pada tahun kelima masa
angsuran misalnya, ia akan mendapat dana pertanggungan. Dana itu terdiri
dari rekening peserta selama lima tahun (5 x Rp 980 ribu) ditambah dengan
bagi hasil selama lima tahun dan uang tersebut, misalnya Rp 400 rb, dan sisa
premi yang belum dibayarkan 5 x Rp 1 juta = Rp 5 juta. Dari mana

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 14


perusahaan takaful mendapat uang Rp Rp 5 juta ini? Bagian 5 juta ini diambil
oleh pihak perusahaan asuransi dari dana tabarru’. Namun, jika peserta
tersebut, mengundurkan diri pada tahun kelima, ia mendapatkan kembali
uang sebesar Rp 5,3 juta, yang terdiri dari Rp 4,9 juta dari rekening peserta
selama lima tahun dan Rp 400 ribu dari bagi hasil selama lima tahun.
Lain halnya dalam praktik asuransi konvensional, yaitu bila peserta
mengundurkan diri sebelum jangka waktu pertanggungan habis biasanya
tidak mendapat apa-apa. Uang premi yang sudah dibayarkannya dianggap
hangus. Kalaupun bisa diambil itu hanya sebagian kecil saja. Hal ini,
dimaksud unsur maysir (judi) dalam asuransi konvensional. Dalam praktik
seperti ini, ada pihak yang (selalu) diuntungkan, yakni pihak perusahaan
asuransi, dan ada pihak yang dirugikan, yakni pihak peserta atau nasabah.
Memang saat ini ada asuransi yang memungkinkan peserta mengundurkan
diri sebelum waktu pertanggungan habis. Akan tetapi, biasanya perusahaan
asuransi menentukan sendiri batas waktu boleh tidaknya uang yang sudah
dibayarkan peserta ditarik kembali. Misalnya 3 (tiga) tahun (sebelum
reversing period) peserta tidak bisa mengambil uangnya. Sebab, jika sesuatu
hal peserta asuransi mengundurkan diri maka uang premi yang selalu dibayar
pada setiap bulan bisa hangus atau dapat diterima tetapi cukup banyak
pemotongan dalam bentuk biaya administrasi.
Dalam takaful, reversing period atau masa dibolehkannya peserta
mengambil uang yang telah dibayarkan (mengundurkan diri atau
membatalkan kontrak) adalah sepanjang waktu pertanggungan. Kendati
peserta baru membayar satu kali angsuran misalnya, ia berhak mendapat
kembali uangnya jika ia mengundurkan diri, kecuali sebagian kecil yang
dipotong untuk dana tabarru’.
Lain halnya, asuransi konvensional biasanya menginvestasikan
dananya atas dasar perhitungan bunga. Begitu juga jika mereka harus
meminjam uang dari bank. Artinya, unsur riba disini sangat dominan. Takaful
menghilangkan praktik ini. Kalaupun perusahaan takaful memutarkan uang

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 15


nasabah kepihak lain, perhitungan keuntungannya atas dasar bagi hasil.
Pendek kata mereka hanya mau menempatkan dananya dalam investasi yang
sesuai dengan prinsip syariah. Selisih nisbah pembagian keuntungan antara
perusahaan takaful dengan bank syariah sebagai penyalur dana harus
demikian karena menurut undang-undang yang berlaku, perusahaan asuransi
hanya boleh menghimpun dana tetapi tidak boleh menyalurkan dana dengan
pembagian keuntungan antara perusahaan asuransi dengan nasabah itulah
yang menjadi keuntungan perusahaan takaful.8
Prinsip asuransi syariah (takaful) dibangun yang pertama adalah
dengan prinsip tauhid kepada Allah SWT. Begitu juga landasan berdirinya
asuransi syariah saling tolong menolong antar anggota, sehingga sebagian
dana peserta akan disisikan oleh perusahaan asuransi untuk digunakan
sebagai dana tabaru yang digunakan untuk membantu sesama anggota
asuransi apabila mengalami musibah atau objek yang menjadi kesepatakatan
sesama pesera. Dana tabaru ini dikategorikan pada dana shodakoh peserta
yang tidak dapat diambil oleh peserta, kecuali sebagian dana yang
dimasukkan pada investasi bersama dalam sektor produktif yang sesuai
dengan syariah. Dari prinsip tabarrru yang diusangkan asuransi syariah juga
menganut prinsip keadilan perlakuan sesama peserta dan kepada pihak
pengelola yang dipercayakan untuk mengurus dana peseta. Begitu juga
prinsip amanah menjadi landasan bagi asuransi syariah dalam melakukan
kegiatan dalam hal pengelolaan dana yang terkumpul dari para peserta.
Tujuan asuransi syariah (takaful) memiliki tujuan yang lebih
komplek dibanding dengan asuransi konvensional. Asuransi syariah yang
dituntut untuk mengejar profit yang dari investasi yang dilakukan dengan
sebagian dana peserta. Namun lebih dari profit dari profit gain asuransi
syariah juga memiliki tanggung jawab sosial dalam memberikan sosial
edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya tolong menolong sesama
muslim dalam rangka menegakkan ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat.

8 Zainuddin Ali. Hukum Asuransi Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 88-90.
Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 16
Tujuan asuransi syariah menurut Yadi Jawari, 2005 adalah: (Jawari,
2005 : 13) menjaga konsistensi pelaksanaan syariah dibidang keuangan,
antisipasi terhadap makin meningkatnya kemakmuran bangsa, turut
meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat, dan menumbuhkan
kemampuan umat Islam di bidang pengelolaan industri asuransi. Selain itu,
tujuan berdirinya asuransi syariah adalah: Pertama, tolong-menolong dan
bekerja sama, kekayaan yang dimiliki sebagai karunia Allah SWT hendaknya
berfungsi sosial, terutama membebaskan orang dari penderitaan dan
ketergantungan. Saling tolong menolong dan bekerja sama merupakan salah
satu sifat terpuji dan sangat dianjurkan oleh-Nya. kedua, Saling menjaga
keselamatan dan keamanan, kehendak untuk selamat dan aman dalam hidup
merupakan naluri kemanusiaan. Ajaran Islam menganjurkan agar manusia
berupaya menjadikan dunia bebas dari bahaya ketakutan. Niat ikhlas karena
Allah untuk membantu sesama yang mengalami penderitaan merupakan
landasan awal asuransi Islam. Premi yang dibayarkan kepada asuransi syaraih
harus didasarkan pada kerjasama dan tolong menolong sesuai dengan perintan
Allah untuk memperoleh ridha-Nya.
Dari tujuan diatas beberapa kalangan berpendapat bahwa asuransi
juga berorientasi kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui
aktivitas investasi yang dilakukan pihak perusahaan akan memberikan
dampak kepada tumbuhnya perekonomuan masyrakat. Dengan tujuan
tersebut semakin meyakinkan bahwa manusia sebagai makluk sosial tidak dat
hidup tanpa adanya interaksi sosial yang dilakukan sikap kebersamaa inilah
yang dijunjung tinggi dengan berdirinya asuransi syariah. Harapan lebih jauh
dari pendirian asuransi syariah ini adalah terciptanya kedamaian, ketentraman
jiwa masyarakat grass root ketimbang hanya mengambil pasar dari kalangan
menengah keatas.

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 17


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuransi dalam bahasa Arab dikenal dengan Istilah takaful, tamin atau
tadamun. Asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI, yang lebih dikenal
dengan ta’min, takaful, atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan tabarru memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah (Fatwa Dewan
Syariah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001).
Asuransi syariah tidak hanya dituntut untuk mengejar profit dari investasi
yang dilakukan dengan sebagian dana peserta. Namun lebih dari profit gain
asuransi syariah juga memiliki tanggungjawab sosial dalam memberikan
sosial edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya tolong menolong
sesama muslim dalam rangka menegakkan ajaran Islam ditengah-tengah

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 18


masyarakat. Asuransi syariah takaful sebagai alternatif terhadap asuransi
konvensional yang nilai mengandung riba, judi, dan kezaliman dalam
pelaksanaannya diIndonesia, maka inilah alternatif sebagai salah satu pilihan
dalam menghindari perusahaan asuransi konvensional. Asuransi takaful ini
diyakini berjalan sesuai prinsip-prinsip syariah dalam fikih muamalah yang
menyangkut jaminan, syirkah, bagi hasil, dan ta’awun atau takaful saling
menanggung.
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat lebih mengetahui menganai
asuransi syariah yang digunakan sebagai alternatif dari asuransi konvensional.

Daftar pertanyaan:
Apa yang dimaksud dengan asuransi syariah takaful sebagai alternatif, apa itu
sebuah PT atau asuransi syariah takaful itu apa?
Jawab:
Asuransi syariah takaful sebagai alternatif adalah bukan sebuah PT tapi itu
adalah sebuah nama asuransi syariah takaful itu yang menggunakan prinsip
syariah yang salah satunya adalah dengan prinsip saling menolong anggota yang
mengalami kesusahaan.

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 19


DAFTAR PUSTAKA

Eja Armaz Hardi. Studi Komperatif Takaful dan Asuransi Konvensional. Jurnal
Bisnis dan Manajemen Vol 03 No 02, Desember 2015. Diakses 30 Oktober
2018, dari docs.google.com

Herry Ramandhani. Prospek Perkembangan dan Tantangan Asuransi Syariah di


Indonesia. Jurnal Bisnis dan Islam. Vol 1 No. 1, November 2015. Diakses
pada 30 Oktober 2018, dari Journal.iain-samarinda.ac.id

Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dam
Sistem Operasional. (Jakarta: Gema Insani, 2004).

Zainuddin Ali. Hukum Asuransi Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).

Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 20


Asuransi Syariah Takaful sebagai Alternatif 21

Anda mungkin juga menyukai