OLEH
TIYA SUGIYANTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah kata bahasa Arab yang terambil dari kata salima yang berarti
selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek penyerahan diri ini
adalah Pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT. Dengan demikian Islam
berarti penyerahan diri kepada Allah SWT.1
Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syari’ah baik di level nasional
maupun internasional telah memberikan gambaran bahwa Sistem Ekonomi Islam
mampu beradaptasi dengan perekonomian konvensional yang telah berabad-abad
menguasai kehidupan masyarakat dunia dan juga demikian cepat, khususnya
perbankan, asuransi dan pasar modal.
Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan dua fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan, dan memberikan jasa pengiriman
uang. Didalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat
Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan
harta, meminjam uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,
serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah.
1
Adiwarman Karim. (2004). Bank Islam. Analisis Fiqih dan keuangan. Edisi kedua. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, hlm. 1.
Akuntansi Transaksi Murabahah 1
Perkembangan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, sebagai sebuah entitas
yang baru dan memiliki tantangan yang besar dalam kegiatannya khususnya
dalam melayani masyarakat yang cukup beragam, telah mendorong untuk
menghasilkan informasi keuangan melalui penyusunan standar-standar akuntansi
yang disusun dan dapat diimplementasikan untuk menghasilkan informasi yang
lengkap, dapat dipercaya, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna laporan
keuangan. Penyusunan dan penyajian informasi keuangan sangat penting dalam
pembuatan keputusan.
Pengembangan Standar Akuntansi Keungan Bank Syariah telah dimulai tahun
1987. Dalam hal ini, beberapa penelitian berkaitan dengan upaya pengembangan
Standar Akuntansi keuangan tersebut telah terselesaikan. Hasilnya telah
dikompilasikan dalam lima jilid dan disimpan di perpustakaan IRTI-IDB
(Islamic Reseach and Training Institute of The Islamic Development Bank).
Akuntasi dalam perspektif Islam juga berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran, dan pencatatan transaksi-transaksi dan penyajian mengenai
kekayaan dan kewajiban kewajiban.
Akuntansi keuangan memainkan peran penting dalam menyediakan informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan Perbankan Syariah serta
penilaian terhadap kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Syariah.
Akuntansi keuangan juga menyediakan informasi yang penting untuk
mendorong pengelola (management) suatu entitas dapat dimanfaatkan sumber
daya ekonomik yang dimiliki secara lebih terarah. Disamping itu, akuntansi
keuangan juga memberikan kemudahan bagi pengelola (management) entitas
dalam merencanakan, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan entitas tersebut.
Akuntansi keuangan juga mampu memberikan informasi bagi nasional dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi besaran pajak yang bisa diperoleh dari
kegiatan suatu entitas tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Asmi Nur Siwi Kusmiyati. (2007, Juli). Resiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah pada
BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Retrieved Maret 18, 2018, from La Riba_Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1: jurnal.uii.ac.id, hlm. 189.
Akuntansi Transaksi Murabahah 4
Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syari’ah, pada
prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya
yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan
murabahah adalah sebagai berikut :
1. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga
pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase
dari total harga plus biaya-biayanya.
2. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.
3. Apa yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual
harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli,
4. Pembayaran ditangguhkan
Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan
pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang
meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Sejumlah
alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi
investasi perbankan syari’ah, antara lain :
1. Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan
dibandingkan dengan sistem Profit and loss sharing (PLS), cukup
memudahkan
2. Mark-up dalam murabahah dapat diterapkan sedemikian rupa sehingga
memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding
dengan ketentuan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank
Islam.
3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari
bisnis-bisnis dengan sistem PLS
5
Anita Rahmawaty. (2007, Desember 2). Ekonomi Syari'ah : Tinjauan Kritis Produk
Murabahah dalam perbankan Syariah di Indonesia. Retrieved Maret 18, 2018, from La_Riba
Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 1 : jurnal.uii.ac.id, hlm. 192.
6
Asmi Nur Siwi Kusmiyati. (2007, Juli). Resiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah pada
BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Retrieved Maret 18, 2018, from La Riba_Jurnal
Akuntansi Transaksi Murabahah 6
B. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Murabahah
Adapun landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Murabahah, adalah sebagai
berikut :
1. landasan Al Qur’an dan Hadits
a. Al Qur’an
“……Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….”
(Al Baqarah: 275)
b. Hadits
Dari Suaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majjah)
2. fatwa DSN tentang Transaksi Murabahah
Adapun fatwa DSN tentang Transaksi Murabahah, adalah sebagai
berikut :
a. Fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai
berikut :
Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syari’ah Islam
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
7
Rifqi Muhammad. (2008). Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta : P3EI Press, hlm. 173.
Akuntansi Transaksi Murabahah 18
(Dr) Uang muka kepada supplier xx
(Cr) kas xx
2. Pada saat perolehan barang murabahah
(Dr) Persediaan/aktiva murabahah xx
(Cr) Uang muka kepada supplier xx
(Cr) Kas xx
3. Pada saat dibatalkan, sebagian uang muka diterima kembali
(Dr) Kas xx
(Dr) Beban operasional lain xx
(Cr) Uang muka kepada supplier xx
4. Bila terjadi penurunan nilai aktiva karena uang, rusak, atau kondisi lainnya
(Dr) Kas xx
(Dr) Beban operasional lain xx
(Cr) Uang muka kepada supplier xx
5. Bila terjadi kenaikan nilai wajar persediaan melebihi harga perolehan maka
keuntungan hanya boleh diakui pada saat direalisasi
(Dr) kerugian penurunan nilai aktiva murabahah xx
(Cr) Persediaan/aktiva murabahah xx
6. Bila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah dengan pesanan tidak
mengikat terjadi penurunan nilai wajar persediaan di bawah harga
perolehannya
(Dr) Beban penurunan aktiva murabahah xx
(Cr) Selisih penilaian persediaan aktiva murabahah xx
7. Pada saat penjualan kepada pembeli
a. Pembayaran secara tunai
(Dr) Kas xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
(Cr) persediaan/aktiva murabahah xx
b. Pembayaran secara angsuran
(Dr) Piutang murabahah xx
(Cr) Margin murabahah tanggungan xx
(Cr) Persediaan/aktiva murabahah xx
8. Urbun
a. Penerimaan urbun dari pembeli
(Dr) Kas xx
Akuntansi Transaksi Murabahah 19
(Cr) Titipan uang muka pembeli xx
b. Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada pembeli setelah
dikurangi beban atau kerugian (jika ada), dan urbun lebih besar daripada
beban atau kerugian
(Dr) Titipan uang muka pembeli xx
(Cr) Beban/kerugian xx
c. Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada pembeli setelah
dikurangi beban kerugian (jika ada), dan urbun lebih kecil daripada beban
atau kerugian
(Dr) Titipan uang muka pembeli (urbun) xx
(Dr) Piutang kepada pembeli xx
(Cr) Beban/kerugian xx
d. Apabila murabahah jadi dilaksanakan
(Dr) Titipan uang muka pembeli (urbun) xx
(Cr) Piutang murabahah xx
9. Pada saat penerimaan angsuransi dari pembeli
(Dr) Kas xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Piutang Murabahah xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
10. Pada saat terjadi tungakan angsuran
a. Pada saat pengakuan pendapatan
(Dr) Piutang murabahah jatuh tempo xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Piutang murabahah xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
b. Pada saat penerimaan angsuran tunggakan
(Dr) Kas xx
(Cr) Piutang murabahah jatuh tempo xx
11. Pemberian potongan pelunasan dini dapat dilakukan dengan menggunakan
salah satu dari 2 metode berikut ini :
a. Jika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Dr) Kas xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
(Cr) Piutang murabahah (sebesar sisa potongan yang xx
tidak dipotong)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual, bank syariah dan pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim. (2004). Bank Islam. Analisis Fiqih dan keuangan. Edisi kedua.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Anita Rahmawaty. (2007, Desember 2). Ekonomi Syari'ah : Tinjauan Kritis Produk
Murabahah dalam perbankan Syariah di Indonesia. Retrieved Maret 18,
2018, from La_Riba Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 1 : jurnal.uii.ac.id