Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI TRANSAKSI MURABAHAH

OLEH
TIYA SUGIYANTI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah kata bahasa Arab yang terambil dari kata salima yang berarti
selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek penyerahan diri ini
adalah Pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT. Dengan demikian Islam
berarti penyerahan diri kepada Allah SWT.1
Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syari’ah baik di level nasional
maupun internasional telah memberikan gambaran bahwa Sistem Ekonomi Islam
mampu beradaptasi dengan perekonomian konvensional yang telah berabad-abad
menguasai kehidupan masyarakat dunia dan juga demikian cepat, khususnya
perbankan, asuransi dan pasar modal.
Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan dua fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan, dan memberikan jasa pengiriman
uang. Didalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat
Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan
harta, meminjam uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,
serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah.

1
Adiwarman Karim. (2004). Bank Islam. Analisis Fiqih dan keuangan. Edisi kedua. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, hlm. 1.
Akuntansi Transaksi Murabahah 1
Perkembangan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, sebagai sebuah entitas
yang baru dan memiliki tantangan yang besar dalam kegiatannya khususnya
dalam melayani masyarakat yang cukup beragam, telah mendorong untuk
menghasilkan informasi keuangan melalui penyusunan standar-standar akuntansi
yang disusun dan dapat diimplementasikan untuk menghasilkan informasi yang
lengkap, dapat dipercaya, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna laporan
keuangan. Penyusunan dan penyajian informasi keuangan sangat penting dalam
pembuatan keputusan.
Pengembangan Standar Akuntansi Keungan Bank Syariah telah dimulai tahun
1987. Dalam hal ini, beberapa penelitian berkaitan dengan upaya pengembangan
Standar Akuntansi keuangan tersebut telah terselesaikan. Hasilnya telah
dikompilasikan dalam lima jilid dan disimpan di perpustakaan IRTI-IDB
(Islamic Reseach and Training Institute of The Islamic Development Bank).
Akuntasi dalam perspektif Islam juga berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran, dan pencatatan transaksi-transaksi dan penyajian mengenai
kekayaan dan kewajiban kewajiban.
Akuntansi keuangan memainkan peran penting dalam menyediakan informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan Perbankan Syariah serta
penilaian terhadap kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Syariah.
Akuntansi keuangan juga menyediakan informasi yang penting untuk
mendorong pengelola (management) suatu entitas dapat dimanfaatkan sumber
daya ekonomik yang dimiliki secara lebih terarah. Disamping itu, akuntansi
keuangan juga memberikan kemudahan bagi pengelola (management) entitas
dalam merencanakan, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan entitas tersebut.
Akuntansi keuangan juga mampu memberikan informasi bagi nasional dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi besaran pajak yang bisa diperoleh dari
kegiatan suatu entitas tertentu.

Akuntansi Transaksi Murabahah 2


Tujuan-tujuan keuangan bank dan lembaga keuangan konvensional lainnya,
sebagian besar, disusun oleh negara-negara non muslim. Secara ilmiah hal ini
tentu saja berbeda dengan apa yang disusun oleh Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah lain.perbedaan utama terletak pada perbedaan tujuan informasi akuntansi
yang dibutuhkan. Hal ini bukan berarti kita menolak keberadaan hasil-hasil
perumusan tujuan-tujuan akuntansi yang telah dibuat oleh para pakar negara-
negara non muslim. Hal ini karena ada kesamaan tujuan umum antara pengguna
Muslim dan non-Muslim yaitu penyediaan informasi akuntansi.2
Al-Qur’an, bagaimanapun juga, tidak pernah secara langsung membicarakan
tentang murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba,
rugi, dan perdagangan. Demikian pula dalam hadits, tampaknya tidak ada hadits
yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah. Namun murabahah ini,
meski sedikit ada dalam masalah jual beli di dalam kitab-kitab fiqih. Murabahah
merupakan salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah. Bai al-murabahah
sebagaimana didefinisikan oleh ulama fiqh adalah jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam bai’ al-murabahah, penjual menyebutkan dengan jelas harga pembelian
barang kepada pembeli kemudian ia mensyarakatkan atas keuntungan (laba)
dalam jumlah tertentu. Misalnya, ada tiga pihak, yaitu A, B, C dalam suatu
kontrak murabahah. A meminta B untuk membeli beberapa barang untuk A. B
tidak memiliki barang-barang dimaksud tetapi ia berjanji untuk membelikannya
dari pihak ketiga yaitu C. B adalah perantara dan kontrak murabahah adalah
antara A dan B.3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar transaksi Murabahah?
2
Rifqi Muhammad. (2008). Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta : P3EI Press, hlm.17.
3
Asmi Nur Siwi Kusmiyati. (2007, Juli). Resiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah pada
BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Retrieved Maret 18, 2018, from La Riba_Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1: jurnal.uii.ac.id, hlm. 189.
Akuntansi Transaksi Murabahah 3
2. Apa landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Murabahah?
3. Bagaimana Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Murabahah?
4. Bagaimana Jurnal Standar Akuntansi Transaksi Murabahah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep dasar transaksi Murabahah.
2. Untuk mengetahui landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Murabahah.
3. Untuk mengetahui Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Murabahah.
4. Untuk mengetahui Jurnal Standar Akuntansi Transaksi Murabahah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar transaksi murabahah


Salah satu skim fiqh yang paling popular diterapkan oleh perbankan syari’ah
adalah skim jual beli murabahah. Murabahah dalam perbankan syari’ah
didefinisikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual
beli barang antara bank dan nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam
perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau asset yang
dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang
dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu
mark-up atau margin keuntungan. Dengan kata lain, penjualan barang oleh bank
kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus provit.4

4
Asmi Nur Siwi Kusmiyati. (2007, Juli). Resiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah pada
BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Retrieved Maret 18, 2018, from La Riba_Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1: jurnal.uii.ac.id, hlm. 189.
Akuntansi Transaksi Murabahah 4
Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syari’ah, pada
prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya
yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan
murabahah adalah sebagai berikut :
1. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga
pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase
dari total harga plus biaya-biayanya.
2. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.
3. Apa yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual
harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli,
4. Pembayaran ditangguhkan
Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan
pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang
meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Sejumlah
alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi
investasi perbankan syari’ah, antara lain :
1. Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan
dibandingkan dengan sistem Profit and loss sharing (PLS), cukup
memudahkan
2. Mark-up dalam murabahah dapat diterapkan sedemikian rupa sehingga
memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding
dengan ketentuan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank
Islam.
3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari
bisnis-bisnis dengan sistem PLS

Akuntansi Transaksi Murabahah 5


4. Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan
mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.5
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
1. Murabahah tanpa pesanan
2. Murabahah berdasarkan pesanan
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi murabahah
berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat dan murabahah berdasarkan
pesanan yang bersifat tidak mengikat. Sedangkan jika dilihat dari cara
pembayarannya, maka murabahah dapat dilakukan dengan cara tunai atau
dengan pembayarannya tangguh.
Adapun ketentuan umum dalam murabahah adalah sebagai berikut :
1. Jaminan dalam murabahah
2. Uang muka
3. Sanksi/Denda
Berikut ini beberapa contoh transaksi murabahah dalam praktek, yaitu
sebagai berikut :
1. Pengadaaan barang, misalnya kebutuhan sepeda motor untuk pengawai.
2. Persediaan Modal Kerja (modal kerja barang), dilakukan dengan transaksi
sekali putus, bukan sekali akad dengan pembelian berulang-ulang.
Adapun resiko dalam pembiayaan murabahah diantaranya, adalah sebagai
berikut :
1. Resiko yang terkait dengan barang
2. Resiko yang terkait dengan klien (nasabah)
3. Resiko yang terkait dengan pembayaran6

5
Anita Rahmawaty. (2007, Desember 2). Ekonomi Syari'ah : Tinjauan Kritis Produk
Murabahah dalam perbankan Syariah di Indonesia. Retrieved Maret 18, 2018, from La_Riba
Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 1 : jurnal.uii.ac.id, hlm. 192.
6
Asmi Nur Siwi Kusmiyati. (2007, Juli). Resiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah pada
BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Retrieved Maret 18, 2018, from La Riba_Jurnal
Akuntansi Transaksi Murabahah 6
B. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Murabahah
Adapun landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Murabahah, adalah sebagai
berikut :
1. landasan Al Qur’an dan Hadits
a. Al Qur’an
“……Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….”
(Al Baqarah: 275)
b. Hadits
Dari Suaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majjah)
2. fatwa DSN tentang Transaksi Murabahah
Adapun fatwa DSN tentang Transaksi Murabahah, adalah sebagai
berikut :
a. Fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai
berikut :
Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syari’ah Islam
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1: jurnal.uii.ac.id, hlm. 27.


Akuntansi Transaksi Murabahah 7
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam
kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untukmencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9) Jika bank hendak mewakili kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
Kedua : ketentuan Murabahah kepada nasabah
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau asset kepada bank
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih
dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang
3) Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut
mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual
beli
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil
bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

Akuntansi Transaksi Murabahah 8


6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah
7) Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternative dari
uang muka, maka
a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga.
b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank,
pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Ketiga : jaminan dalam murabahah
1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya.
2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang
dapat dipegang.
Keemat : hutang dalam murabahah
1) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan
nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah
menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian,
ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.
2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap
harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak
boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian
itu diperhitungkan.
Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

Akuntansi Transaksi Murabahah 9


1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian hutangnya.
2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan segaja, atau jika
salah satu pihak tidak menuaikan kewajibannya, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Keenam : Bangkrut dalam murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi
sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
b. Fatwa DSN No: 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang muka dalam
murabahah
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai
berikut :
Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka :
1) Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga keuangan Syariah
(LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah
pihak bersepakat.
2) Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan
memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.
3) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat
meminta tambahan kepada nasabah.
4) Jika jumlah uang muka leebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikan kelebihanya kepada nasabah.
c. Fatwa DSN No: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang diskon dalam murabahah
Dalam ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai
berikut ;
Pertama, ketentuan umum ;

Akuntansi Transaksi Murabahah 10


1) Harga (staman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati
oleh kedua belah pihak, baik dengan nilai (qimah) benda yang
menjadi objek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah
2) Harga dalam jual beli murobahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
3) Jika dalam jual beli murabahah LKS dapat supplier, harga
sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu diskon adalah hak
nasabah.
4) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon
tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat
dalam akad.
5) Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan
dan ditanda tangani.
Kedua, jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau
jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaianya
dilakukan melalui badan arbitrasi syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
d. Fatwa DSN No: 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang sanksi atas nasabah
mampu yang menunda-nunda pembayaran
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini antara lain sebagai
berikut :
Pertama; ketentuan umum
1) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan
nunda pembayaran secara disengaja.
2) Nasabah yang tidak atau belum mampu membayar disebabkan force
majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

Akuntansi Transaksi Murabahah 11


3) Nasabah mampu yang menundda-nunda pembayaran dan tidak
mempunyai kemauan dan I’tikad baik untuk membayar hutangnya
boleh dikenakan sanksi.
4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah
lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibanya.
5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan
atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
6) Dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana social.
Kedua; juka salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau
jiak terjaid perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaianya
dilakukan melalui badan arbitrasi syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
e. Fatwa DSN No; 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan pelunasan
Dalam Murabahah
Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah ;
1) Jika nasabah dalam transaksi murabahahmelakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari wktu tang telah
disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban
pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
2) Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada
kebijakan dan pertimbangan LKS.
f. Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang potongan tagihan
murabahah
Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa pemberian
potongan tagihan murabahah dapat diberikan dengan ketentuan :
1) LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran
kepada nasabah dalam transaksi atau (akad) murabahah yang telah

Akuntansi Transaksi Murabahah 12


melakukan kewajiban pembayaran cicilanya dengan tepat waktu dan
nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
2) Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan kepada
kebijakan LKS.
3) Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad.
g. Fatwa DSN No: 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang
murabahah bagi nasabah yang tidak mempu membayar
Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa LKS
boleh melakukan penyelesaian murabahah bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikan atau melunasi pembiayaanya sesuai jumlah dan waktu
yang telah disepakati, dengan ketentuan ;
1. Objek murabahah atau jaminan lainya dijual oleh nasabah kepada
atau melalui LKS dengan harga pasar yang disepakati.
2. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan.
3. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka LKS
mengembalikan sisa kepada nasabah.
4. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang
tetap menjadi hutang nasabah.
5. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa hutangnya, maka LKS
dapat membebaskan.
h. Fatwa DSN No: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadualan kembali
tagihan murabahah
Ketentuan penyelesaian yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa
LKS boleh melakukan penjadwalan kembali tagihan murabahah bagi
nasabah yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi pembiayaan sesuai
jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan :
1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa.

Akuntansi Transaksi Murabahah 13


2. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya
rill.
3. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
i. Fatwa DSN No: 49/DSN-MUI/II/2005 tentang konversi akad murabahah
Ketentuan konversi akad LKS boleh melakukan konversi dengan
membuat akad (membuat akad baru) bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikan atau melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah
dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih prospektif dalam
ketentuan :
1. Akad murabahah dihentikan dengan cara
a) Objek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga
pasar.
b) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil.
c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu
dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal
dari mudharabah dan musyarokah.
d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa
hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasanya
disepakati antara LKS dan nasabah.
2. LKS dan nasabah eks-murabahah tersebut dapat membuat akad baru
dengan akad.
a) Ijarah muntahiyah bit-tamlik atas barang tersebut diatas dengan
merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang
al-ijarah al-muntahiyah bit-tamlik.
b) Murabahah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan murabahah (qirad) atau

Akuntansi Transaksi Murabahah 14


c) Musyarokah dengan merujuk kepada fatwa DSN No 8/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarokah.
C. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Murabahah
Standar akuntansi keuangan yang pertama kali mengatur tentang akuntansi
murabahah adalah PSAK 59 paragraf 52-68 tentang pengakuan dan pengukuran
murabahah beberapa hal yang di atur pada paragraph tersebut, antara lain :
1. Karakteristik murabahah sebagai transaksi akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan ketentuan atau margin yang disepakati oleh
penjual dan pembeli murabahah bisa dilanjutkan berdasarkan pesanan maupun
non pesanan sedangkan pembayaran transaksi murabahah bisa dilakukan
dengan cara tunai atau cicilan.
2. Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah dari prospektif bank sebagi
penjual saja sehingga tidak ada ketentuan bagi pembeli untuk melakukan
standarisasi pencatatan transaksi keuangan.
Oleh karena itu PSAK 59 hanya mengatur kentuan pengakuan dan
pengukuran murabahah dari perspektif bank sebagai penjual saja, maka
dirasakan belum cukup digunakan sebagai standar akuntansi keuangan yang
cukup konprehensif. PSAK 102 ; akuntansi murabahah, sebagai bagian PSAK
syariah, merupakan penyempurnaan dari PSAK 59 : akuntansi perbankan
syariah (2002) yang mengatur murabahah. Bentuk penyempurnaan dari
penambahan pengaturanya, adalah sebagai berikut ;
a. PSAK 102 berlaku untuk transaksi murabahah yang dilakukan oleh LKS
dan pihak-pihak lain yang melalukan transaksi dengan LKS. PSAK ini
juga diterapkan untuk :
1) LKS sebagai penjual
2) LKS atau pihak lain yang bertransaksi dengan LKS sebagai pembeli

Akuntansi Transaksi Murabahah 15


b. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan
akuntansi untuk penjualan dan akuntansi untuk pembeli dalam transaksi
murabahah.
c. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi penjualan
penyempurnaan dilakukan untuk :
1) Pengakuan potongan pembelian dari pemasuk
2) Murabahah secara tunai atau tangguh yang tidak melebihi satu periode
laporan keuangan. Sedangkan untuk murabahah secara tangguh yang
melebihi satu periode laporan keuangan keuntungan diakui secara
proposional.
3) Pengakuan pemberian potongan angsuran piutang murabahah
d. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli akhir
penyempurnaan dilakukan untuk :
1) Pengakuan dan pengukuran beban murabahah tanggungan
2) Penerimaan diskon pembelian setelah akad murabahah
3) Pengakuan denda karena pembeli lalai dan potongan uang muka
karena pembeli batal
e. Pembeli akhir harus menyajikan hutang murabahah secara tersendiri.
Rukun dari transaksi murabahah, adalah sebai berikut :
a. Pihak yang berakad
1) Penjual
2) Pembeli
b. Objek yang diakadkan
1) Barang yang diperjualbelikan
2) Harga
c. Akad atau sighat
1) Serah, ijab
2) Terima, kobul

Akuntansi Transaksi Murabahah 16


Syarat dalam transaksi murabahah adalah
a. Pihak yang berakad
1) Cakap hukum
2) Sukarela atau ridha, tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa/dibawah
tekanan
b. Objek yang diperjualbelikan
1) Tidak termasuk yang di haramkan atau dilarang
2) Bermanfaat
3) Penyerahan dari penjual ke pembelidapat dilakukan
4) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad
5) Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang
diterima pembeli
c. Akad atau sighat
1) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi barang maupun harga
yang disepakati
2) Antara ijab kobul atau serahterima harus selaras baik dengan
spesifikasinya barang maupun harga yang disepakati
3) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan
transaksi padahal atau kejadian yang akan datang
4) Tidak membatasi waktu missal, saya jual ini kepada anda untuk jangka
waktu 12 bulan setelah itu jadi milik saya kembali.
Sedangkan perlakuan akuntansi murabahah adalah sebagai berikut;
a. Pengakuan dan pengukuran urbun uang muka diterima bank pada saat
diterima.
1) Jika transaksi murabahah dilaksanakan maka urbun diakui sebagai
pembayaran piutang atau sebagai angsuran pembelian

Akuntansi Transaksi Murabahah 17


2) Jika treansaksi murabahah tidak dilaksanakan maka urbun
dikembalikan kepada nasabah setelah dikurang dengan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan bank.
b. Pengakuan piutang pada saat akad murabahah piutang murabahah diakui
sebesar nilai perolehan ditambah keuntungan yang disepakati
c. Pengakuan keuntungan murabahah diakui
1) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan
keuangan yang sama
2) Selain periode akad secara professional, apabila akad melampaui satu
periode laporan keuangan
d. Pengakuan potongan atau mukosah pelunasan dini diakui dengan
menggunakan salahs atu metode
1) Pada sat penyelesaian bank mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah
2) Setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan
murabahah dari nasabah kemudian bank membayar muqosah kepada
nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah
e. Pengakuan denda diakui sebagai dana kebijakan pada saat diterima
f. Pada akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
g. Pada akhir periode margin murahbahah tangguhan disajikan sebagai pos
lawan piutang murabahah7
D. Jurnal Standar Akuntansi Transaksi Murabahah
Adapun Jurnal Standar Akuntansi Transaksi Murabahah, adalah sebagai
berikut :
1. Pada saat pembayaran uang muka kepada supplier (penjual membeli dari
supplier)

7
Rifqi Muhammad. (2008). Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta : P3EI Press, hlm. 173.
Akuntansi Transaksi Murabahah 18
(Dr) Uang muka kepada supplier xx
(Cr) kas xx
2. Pada saat perolehan barang murabahah
(Dr) Persediaan/aktiva murabahah xx
(Cr) Uang muka kepada supplier xx
(Cr) Kas xx
3. Pada saat dibatalkan, sebagian uang muka diterima kembali
(Dr) Kas xx
(Dr) Beban operasional lain xx
(Cr) Uang muka kepada supplier xx
4. Bila terjadi penurunan nilai aktiva karena uang, rusak, atau kondisi lainnya
(Dr) Kas xx
(Dr) Beban operasional lain xx
(Cr) Uang muka kepada supplier xx
5. Bila terjadi kenaikan nilai wajar persediaan melebihi harga perolehan maka
keuntungan hanya boleh diakui pada saat direalisasi
(Dr) kerugian penurunan nilai aktiva murabahah xx
(Cr) Persediaan/aktiva murabahah xx
6. Bila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah dengan pesanan tidak
mengikat terjadi penurunan nilai wajar persediaan di bawah harga
perolehannya
(Dr) Beban penurunan aktiva murabahah xx
(Cr) Selisih penilaian persediaan aktiva murabahah xx
7. Pada saat penjualan kepada pembeli
a. Pembayaran secara tunai
(Dr) Kas xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
(Cr) persediaan/aktiva murabahah xx
b. Pembayaran secara angsuran
(Dr) Piutang murabahah xx
(Cr) Margin murabahah tanggungan xx
(Cr) Persediaan/aktiva murabahah xx
8. Urbun
a. Penerimaan urbun dari pembeli
(Dr) Kas xx
Akuntansi Transaksi Murabahah 19
(Cr) Titipan uang muka pembeli xx
b. Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada pembeli setelah
dikurangi beban atau kerugian (jika ada), dan urbun lebih besar daripada
beban atau kerugian
(Dr) Titipan uang muka pembeli xx
(Cr) Beban/kerugian xx
c. Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada pembeli setelah
dikurangi beban kerugian (jika ada), dan urbun lebih kecil daripada beban
atau kerugian
(Dr) Titipan uang muka pembeli (urbun) xx
(Dr) Piutang kepada pembeli xx
(Cr) Beban/kerugian xx
d. Apabila murabahah jadi dilaksanakan
(Dr) Titipan uang muka pembeli (urbun) xx
(Cr) Piutang murabahah xx
9. Pada saat penerimaan angsuransi dari pembeli
(Dr) Kas xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Piutang Murabahah xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
10. Pada saat terjadi tungakan angsuran
a. Pada saat pengakuan pendapatan
(Dr) Piutang murabahah jatuh tempo xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Piutang murabahah xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
b. Pada saat penerimaan angsuran tunggakan
(Dr) Kas xx
(Cr) Piutang murabahah jatuh tempo xx
11. Pemberian potongan pelunasan dini dapat dilakukan dengan menggunakan
salah satu dari 2 metode berikut ini :
a. Jika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx

Akuntansi Transaksi Murabahah 20


(Cr) Piutang murabahah (sebesar potongan xx

(Dr) Kas xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
(Cr) Piutang murabahah (sebesar sisa potongan yang xx
tidak dipotong)

b. Jika setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan kepada


nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah
(Dr) kas xx
(Dr) Margin murabahah tangguhan xx
(Cr) Pendapatan margin murabahah xx
(Cr) Piutang murabahah xx

(Dr) Beban muqasah xx


(Dr) Kas (sebesar potongan) xx
12. Penerimaan denda, apabila nasabah melanggar perjanjian dengan segaja
(Dr) xx
(Cr) Rekening dana kebajikan xx

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual, bank syariah dan pembeli.

Akuntansi Transaksi Murabahah 21


Dalam murabahah harga beli dan keuntungan yang diinginkan harus
dijelaskan kepada pembeli sehingga berbeda dengan jual beli biasa.
Akuntansi murabahah diatur dalam PSAK 102, menyatakan bahwa
murabahah ada 2 karekteristik murabahah berdasarkan pesanan dan murabahah
tidak berdasarkan pesanan. Untuk murabahah berdasarkan pesanan dibedakan
menjadi 2, yaitu murabahah yang berdasarkan pesanan terikat dan murabahah
yang berdasarkan pesanan tetapi tidak terikat. Murabahah berdasarkan pesanan
terikat, pembeli tidak dapat membatalkannya.
Rukum murabahah yaitu penjual, pembeli, barang, harga dan ijab qabul.
Sedangkan syarat murabahah yaitu (1) pihak yang berakad harus cakap hukum,
sukarela, (2) objek yang diperjual belikan tidak haram, bermanfaat, penyerahan
dapat dilakukan, hak milik yang berakad, spesifikasinya sesuai, (3) akad harus
jelas, ijab dan qabul selaras, tidak mengantungkan, tidak membatasi waktu.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat kepada teman – teman
mahasiswa serta penyusun sendiri, dan menambah wawasan pengetahuan
pengenai Akutansi Keuangan Syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim. (2004). Bank Islam. Analisis Fiqih dan keuangan. Edisi kedua.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Anita Rahmawaty. (2007, Desember 2). Ekonomi Syari'ah : Tinjauan Kritis Produk
Murabahah dalam perbankan Syariah di Indonesia. Retrieved Maret 18,
2018, from La_Riba Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 1 : jurnal.uii.ac.id

Akuntansi Transaksi Murabahah 22


Asmi Nur Siwi Kusmiyati. (2007, Juli). Resiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah
pada BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan). Retrieved Maret 18, 2018,
from La Riba_Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 1: jurnal.uii.ac.id

Rifqi Muhammad. (2008). Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta : P3EI Press.

Akuntansi Transaksi Murabahah 23

Anda mungkin juga menyukai