Anda di halaman 1dari 9

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Uswatun Hasanah 17.0102.0010


Raditya Lintang Yulindra 17.0102.0021
Ajeng Sekar Kinasih 17.0102.0054
Latifur Rizka 17.0102.0060

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami hantarkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah dalam bentuk kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Keuangan Syariah”. Sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Akuntansi
Keuangan Syariah.

Perlu di ketahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna juga masih memiiki
banyak kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
sangat kami harapkan untuk hasil yang lebih baik di masa mendatang.

Akhir kata, semoga makalan ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak. Terutama pihak
pembaca.

Magelang, 16 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem keuangan syariah merupakan bagian dari konsep yang luas tentang
ekonomi Islam, bertujuan untuk memperkenalkan sistem nilai dan etika Islam ke dalam
lingkungan ekonomi. Karena dasar etika ini, maka keuangan dan perbankan Islam bagi
muslim adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Kemampuan lembaga keuangan
syariah menarik investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat
kemampuan lembaga itu menghasilkan keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa
lembaga tersebut secara sungguh-sungguh memperhatikan restriksi agamis yang
digariskan oleh Islam. Seiring dengan terjadinya krisis global dalam sistem keuangan
kapitalis, kini para ekonom barat mulai mengadopsi sistem keuangan syariah. Banyak
dari mereka yang melakukan kajian terhadap perekonomian yang berlandaskan prinsip-
prinsip syariah Islam.

Sistem keuangan syariah terkait erat dengan harta kekayaan, akad transaksi harus
sesuai dengan prinsip keuangan syariah, yang berarti tidak dilarang oleh syariah. Dari
prinsip ini, berkembanglah instrumen keuangan sebagaimana akan di bahas pada bab
berikutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian dari sistem keuangan syariah?
2. Bagaimana konsep harta dan kekayaan dalam syariah?
3. Apa saja akad/transaksi dalam sistem keuangan syariah?
4. Apa saja transaksi yang dilarang dalam Islam?
5. Apa saja prinsip sistem keuangan syariah?
6. Bagaimana instrumen keuangan syariah?
C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas Akuntansi Keuangan Syariah
2. Agar mengetahui konsep harta dan kekayaan, akad, transaksi yang dilarang dalam
Islam serta prinsip dan instrumen keuangan syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

 Penjual Bersyarat/Ta’alluq

Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana akad pertama
tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun
yaitu objek akad.

 Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak Pembeli (Bai’al Inah)

Misalnya, A menjual secara tunai pada B kemudian A membeli kembali barang


yang sama dari B secara kredit. Dari contoh ini, ada dua pihak yang melakukan jual beli,
tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan untuk mendapat
uang tunai sedangkan B mengharap kelebihan pembayaran.

 Jual Beli dengan Cara Talaqqi Al-Rukban

Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa
barang perniagaan dan membelinya, di mana penjual tidak mengetahui harga pasar atas
barang dagangan yang dibawanya, sementara pembeli mengharapkan keuntungan yang
berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka.

PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur melalui Al-Qur’an dan As-sunah, sebagai
berikut:

1. Pelarangan Riba. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan
dan hak atas barang. Sistem riba ini hanya menguntungkan para pemberi pinjaman,
sedang penguasa tidak diperlakukan sama.
2. Pembagian Risiko. Melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di
belakang yang besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh.
3. Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Sistem keuangan Islam memandang uang
boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan bersamaan dengan sumber daya yang lain
untuk memperoleh laba.
4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Pelarangan untuk transaksi yang memiliki
tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi yang memiliki risiko sangat
besar.
5. Kesucian Kontrak. Islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tinggi nilainya sehingga
seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan kontrak harus dilakukan.
6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha haruslah merupakan
kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah.

INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH

Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract.
Kelompok akad ini, antara lain:
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, di mana pemilik
modal memercayakan sejumlah modal kepada pengelola untuk melakukan kegiatan
usaha.
b. Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara pemilik modal untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan.
c. Sukuk (obligasi syariah) merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
d. Saham syariah produknya harus sesuai syariah.
2. Akad jual beli/sewa-menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk certainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
a. Murabahah adalah transaksi penjual barang dengan menyatakan biaya perolehan dan
keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli.
b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.
c. Istisna’, pembayaran dapat dilakukan di muka, ditangguhkan selama jangka waktu
tertentu.
d. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
3. Akad lainnya meliputi:
a. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
b. Wadiah, berarti penitipan barang.
c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mensyaratkan adanya imbalan.
d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak lain.
e. Kafalah, berarti perjanjian pemberian jaminan. Kafalah, berarti pengalihan utang.
Rahn, berarti perjanjian pinjaman dengan jaminan aset.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam menjalankan sistem keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah
adanya akad/transaksi yang sesuai dengan syariat Islam. Agar akad tersebut sesuai
syariah maka harus memenuhi prinsip keuangan syariah, yang berarti tidak mengandung
hal-hal yang dilarang oleh syariah. Prinsip keuangan syariah harus mengacu pada prinsip
rela sama rela, tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi, hasil usaha muncul bersama
biaya dan untung muncul bersama risiko. Dari prinsip ini, berkembanglah berbagai
instrumen keuangan syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, S. (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia . Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai