Anda di halaman 1dari 4

A.

Menaksir Beta
Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari saham – saham
yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Para analisis bisa saja menggunakan
judgement mereka dalam menentukan beta. Bisa juga menggunakan data historis
untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa
yang akan datang. Ditemukan berbagai bukti bahwa beta historis memberikan
informasi yang berguna tentang beta di masa yang akan datang( Brealey and Myers,
19991, h. 183). Karena itu para analisis sering menggunakan beta historis sebelum
mereka menggunakan judgement untuk memperkirakan beta di masa yang akan
datang.
a. Menaksirkan beta historis
Persamaan (5.3) menunjukkan bahwa,
Ri = α i + β i Rm + e i
Persamaan ini merupakan persamaan regresi linier sederhana, yang bisa
dipecahkan dengan rumus regresi. Informasi yang diperlukan adalah series
tentang tingkat keuntungan suatu saham (Ri) dan tingkat keuntungan indeks pasar
(Rm).

Beta nunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α menunjukkan


intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis
tersebut, dan sebaliknya. Penyebaran titik – titik pengamatan di sekitar garis
regresi tersebut menunjukkan risiko sisa (σei2) sekuritas yang diamati. Semakin
menyebar titik – titik tersebut, semakin besar resiko sisanya. Beta juga dihitung
dengan menggunakan rumus βi = (σim/σin2) dan untuk alpha, bisa dihitung dengan
αi = E(Rit) – βi E (Rmt).
Nilai βi dan αi yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan taksiran dari
beta dan alpha yang sebenarnya. Taksiran tersebut tidak luput dari kesalahan
(subject to error). Berbagai properti statistik, seperti nilai-t, nilai F, dan koefisien
determinan perlu diperhatikan untuk menggunakan nilai – nilai taksiran tersebut.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinan yang lebih
rendah dari beta portofolio. Koefisien determinan menunjukkan proporsi
perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan demikian semakin besar
nilai koefisien determinan semakin akurat nilai estimated beta tersebut. Beta
portofolio umumnya lebih akurat dari beta sekuritas individual karena dua hal:
1. Beta mungkin berubah dari waktu ke waktu.
2. Penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak.
b. Menyesuaikan Taksiran Beta Historis
Pengamatan yang dilakukan oleh Blume (1971) menunjukkan fenomena yang
menarik. Sebagaimana disajikan tabel di bawah ini:

Blumen mengamati beta dari berbagai portofolio pada dua periode yang
berurutan, yaitu beta pada periode Juli 1954 – Juni 1961 dan periode Juli 1961 –
Juni 1968. Beta – beta periode pertama disusun menurut peringkatnya, dimulai
dari beta yang terkecil sampai dengan beta yang terbesar.
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada kecenderungan, apabila pada periode
pertama beta suatu portofolio kecil yaitu di bawah satu, maka pada periode
berikutnya akan terjadi kenaikan. Misalnya, beta portofolio pertama adalah 0,393
pada periode pertama, kemudian beta portofolio ini meningkat menjadi 0,620 pada
periode kedua. Sebaliknya untuk portofolio yang mempunyai beta tinggi, lebih
besar dari satu. Pada periode berikutnya beta portofolio tersebut menurun. Ada
kecenderungan bahwa nampaknya beta portofolio – portofolio tersebut dalam
jangka panjang akan bergerak disekitar satu.
Berdasarkan fenomena tersebut Blume kemudian merumuskan teknik untuk
menyesuaikan beta historis, yaitu meregresikan ke arah satu. Kalau beta – beta
pada periode kedua diregresikan dengan beta – beta pada periode pertama, akan
diperoleh persamaan: βi2 = 0.343 + 0,677βil
Dalam hal ini βi2 menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 2, dan βit
menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 1. Jadi apabila kita menghitung
beta suatu sekuritas pada periode pertama sebesar 2, maka pada periode yang akan
datang kita akan memperkirakan bahwa beta sekuritas adalah 0,343 + 0,677(2) =
1,697, dan bukan 2. Persamaan tersebut jika digambarkan seperti dibawah ini:

c. Beta Fundamental
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang harus
ditaksir dan penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan) lebih bisa
diandalkan, tetapi penggunaan beta juga memungkinkan kita mengidentifikasi
faktor – faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut.
Beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat
keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor
fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan
tersebut. Faktor – faktor yang diidentifikasi mempengaruhi nilai beta adalah:
1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaaan
dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat kondisi
perekonomian membaik, semua perusahaaan akan merasakan dampak
positifnya. Demikian pula pada saat resesi semua perusahaan akan terkena
dampak negatifnya. Yang membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan
yang segera membaik pada saat kondisi perekonomian membaik(memburuk).
Tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh. Perusahaan yang sangat peka
terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang
mempunyai beta yang tinggi dan sebaliknya.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin
besar operating leverage nya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage
yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan
yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang
dipergunakan, semakin besar financial leverage.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba meruuskan
beberapa variabel akuntansi untuk memperkirakan beta. Veriabel – variabel yang
dipergunakan diantaranya adalah:
1. Dividend payout (yaitu perbandingan antara dividen – dividen per lembar
saham dengan laba per lembar saham).
2. Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
3. Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
4. Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
5. Asset size (yaitu niali kekayaan total).
6. Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price ratio).
7. Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time seris laba perusahaan
terhadap rata – rata keutungan semua (atau sampel) perusahaan).
d. Ringkasan
Mean-Variance model memmpunyai kelemahan dalam dua hal:
1. Kita perlu menaksir variabel yang sangat banyak kalau kita membentuk
portofolio dengan jumlah sekuritas yang memadai.
2. Niali koefisien korelasi (yang sangat penting dalam penentuan risiko
portofolio) sangat sulit ditaksir dengan menggunakan data historis.

Anda mungkin juga menyukai