PENYEDERHANAAN ANALISIS
PORTOFOLIO
Nama Anggota:
01 02
Safira Dita Prawesti Destia Ayu Wahyuni
1922100014 1922100025
03
Asri Putri Kurniawati
1922100043
Masukan untuk Analisis Portofolio
Ri = αi + βi Rm
dan e mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat keuntungan suatu
salam sekarang bisa dinyatakan sebagai.
Model Indeks Tunggal untuk
portofolio
Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang perlu
ditaksir karena utnuk portofolio indeks tunggal mempunyai karakteristik
sebagai berikut: Beta potofolio (βp) merupakan rata rata tertimbang dari
beta saham saham yang membentuk portofolio tersebut
Dinyatakan dalam rumus:
βp = Ʃ Xi βi
Dengan demikian alpha portofolio adalah αp = Ʃ Xi α i
Apabila pemodal menginvestasikan dananya dengan proporsi yang sama
pada N saham, maka variance portofolio dapat dinyatakan sebagai:
Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua
dari persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan risiko sisa
(residual risk atau unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko
sisa terhadap risiko portofolio menjadi makin kecil apabila kita memperbesar
jumlah saham yang ada dalam portofolio.
Menaksir Beta
Menaksir Beta Historis
Persamaan Ri = αi + βi Ri + ei
Persamaaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana
yang bisa dipecahkan dengan rumus regresi. Informasi yang diperlukan
adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham (Ri) dan tingkat
keuntungan indeks pasar (Rm).
Beta menunjukkan kemiringan garis regresi tersebut dan α
menunjukkan intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin
curam juga kemiringan garis tersebut. Penyebaran titik titik pengamatan
disekitar garis regresi tersebut menunjukkan resiko sisa (σ ei2) sekuritas
yang diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut,semakin besar risiko
sisanya.
Menyesuaikan Taksiran Beta Historis
Blume (1971) mengamati beta dari berbagai portofolio pada dua periode yang
berurutan ,yaitu beta pada periode Juli 1954 - Juni 1961 dan periode Juli 1961 -
Juni 1968.
Tabel tersebut menunjukkan ada kecenderungan bahwa apabila pada
periode pertama beta suatu portofolio kecil, yaitu dibawah 1 maka periode
berikutnya akan terjadi kenaikan. Semisal beta portofolio pertama 0,393
pada periode pertama kemudian beta portofolio ini meningkat menjadi 0,620
pada periode kedua. Kalau beta pada periode tersebut diregresikan maka
akan diperoleh persamaan:
βi2 = 0,343 +0,677 βi1
Dalam hal ini βi2 menunjukkan beta untuk sekuritas I pada periode 2 dan
βi1 menunjukkan sekuritas i pada periode 1. Jadi apabila menghitung beta
suatu sekuritas pada periode pertama sebesar 2 maka periode yang akan
datang kita akan memperkirakan bahwa beta sekuritas tersebut adalah
0,343 + 0,677 (2) = 1,697 dan bukan 2.
Beta Fundamental
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang
harus ditaksir dan penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan)
lebih bisa diandalkan, tetapi penggunaan beta juga memungkinkan kita
mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi
beta tersebut. Faktor-faktor fundamental ini yang tidak bisa
diidentifikasikan kalau kita menggunakan matrik koefisien korelasi historis.
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat
keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa
faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang
saham perusahaan tersebut.
Faktor-faktor yang diidentifikasikan mempengaruhi nilai beta:
1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan
dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya. Semakin besar proporsi ini semakin
besar operating leveragenya
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah
perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi
hutang yang dipergunakan, semakin besar financial leverage-nya.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba merumuskan
beberapa variabel akuntansi untuk memperkirakan beta. Variabel yang dipergunakan
diantaranya adalah:
(l) Dividend Payout (yaitu perbandingan antara dividen per lembar saham dengan
laba
per lembar saham).
(2) Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
(3) Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
(4) Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
(5) Asset size (yaitu nilai kekayaan total).
(6) Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price ratio).
(7) Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time series laba perusahaan
terhadap rata-rata keuntungan semua (atau sampel) perusahaan.
Variabel (1) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif dengan
beta. Variabel (2) dan (3) diharapkan mempunyai hubungan yang
positif. Variabel (4) diharapkan mempunyai hubungan negatif, dan
variabel (5) dan (6) mempunyai hubungan positif. Beta akunting
diharapkan mempunyai hubungan yang positif dengan beta pasar.
Regresi
Dalam analisis ekonomi, sering kita merasa tidak cukup dengan
sekedar mengetahui bagaimana hubungan (association) antara suatu
variabel dengan variabel yang lain. Kita ingin memperkirakan apa yang akan
terjadi dengan suatu variabel apabila variabel (atau variabel-variabel) yang
lain berubah. Hubungan fungsional ini dikenal sebagai regresi. Kadang-
kadang hubungan fungsional tersebut bersifat linier dan kadang-kadang
tidak. Meskipun demikian, dalam analisis portofolio kita menggunakan
hubungan yang bersifat linier.
Misalkan Y adalah tingkat keuntungan dari suatu saham dan X adalah tingkat
keuntungan portofolio pasar (atau indeks pasar).
Persamaan regresi yang dirumuskan adalah,
Y = a + bX
Sedangkan
dan
a = Y – bX
Misalkan data yang kita miliki selama 12 bulan pengamatan adalah sebagai
berikut (data ini sama dengan data pada Apendiks Bab 3)
Dengan rumus tersebut kita bisa menghitung,
Nilai ini merupakan nilai slope (kemiringan) garis regresi tersebut. Sedangkan
untuk nilai a kita bisa menghitung,
X = 1,99/12 Y = 2,39/12
= 0, 1658 = 0,1991
a = 0,1991 – (0,580)(0,1658)
= 0, 1028
Sesi 2
2. Fauzi 31
Jelaskan konsep dasar pemikiran penggunaan model indeks tunggal ?