Anda di halaman 1dari 26

MENGHITUNG RIKS AND

RETURN
MENGGUNAKAN
MODEL INDEKS TUNGGAL
KELOMPOK 3
1. Muhammad Sahroni
1212000171
2. Bonefasius radit doulet
1212000228
MATERI
1. Konsep model index tunggal
2. Konsep model index tunggal untuk
sekuritas individu
3. Konsep model index tunggal untuk
untuk portofolio
4. Menaksir beta
5. Beta historis
6. Beta fundamental
Dengan metode Markowitz untuk menghitung
risiko dari suatu potofolio kita harus menghitung
korelasi dan variasi yang sangat banyak yang
tentunya sangat merepotkan. Dengan metode/
model indek tunggal yang dikembangkan oleh
Reiner dan William Sharpe, teori tersebut
dikembangkan dan disederhanakan dalam
menghitung return dan risiko yaitu dengan
menggunakan common factor (faktor bersama)
yaitu market return. Dalam perhitungan statistik
kalau common faktor naik maka secara
bersama risiko juga naik.
KONSEP MODEL INDEK TUNGGAL

Model Indek tunggal didasarkan pada pengamatan


bahwa harga saham dari suatu sekuritas berfluktuasi searah
dengan Indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati
bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan
harga jika Indeks harga saham naik, demikian juga
sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan
suatu saham nampaknya berkorelasi dengan perubahan
pasar.
Kalau perubahan pasar dapat dinyatakan sebagai tingkat
keuntungan Indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu
saham dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ri = ai + bi. Rm

Notasi:
Ri= Return saham ke ,i
ai = Bagian dari keuntungan/return saham,I, yang
tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.
Rm= Tingkat keuntungan Indeks pasar (return indeks pasar).
bI = Beta, yaitu parameter yang mengukur
perubahan yang diharapkan pada ,Ri , kalau terjadi
perubahan pada ,Rm.
Model Indek Tunggal, membagi return dari suatu saham
menjadi dua komponen yaitu :

1. Komponen return yang unik yang diwakili oleh , ai yang


independent terhadap return pasar.
2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar
yang diwakili oleh,
bi Rm.

Bagian return yang unik (ai) hanya berhubungan dengan


peristiwa mikro (micro event) yang mempengaruhi
perusahaan tertentu saja, tetapi tidak mempengaruhi semua
perusahaan – perusahaan secara umum.
Contoh :
Pemogokan karyawan
Kebakaran yang terjadi dalam suatu perusahaan
Penemuan-penemuan penelitian dan pengembangan
(Research& Development).
Untuk sekuritas individu, penggunaan Model Indek Tunggal menghasilkan
tingkat keuntungan yang diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan
dan covariance antar saham sebagai berikut :

1. Tingkat keuntungan yang diharapkan

E (Ri) = ai + bi. Rm

2. Variance Tingkat keuntungan

σi2 = bi2.σm2 + σei2

3. Covariance tingkat keuntungan saham sekuritas i dan j.

σi.j = bi. bj. σm2

Ini berarti bahwa model Indek tunggal menunjukkan bahwa satu-satunya alasan
mengapa saham-saham bergerak bersama adalah bereaksi terhadap gerakan
pasar.
MODEL INDEKS TUNGGAL
UNTUK PORTOFOLIO
Salah satu alasan digunakan Indek Tunggal adalah untuk
mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Kalau
kita melakukan analisis portofolio pada dasarnya kita
harus menaksir E (Rp) dan σp, kalau kita mempunyai 10
sekuritas, maka kita perlu menaksir E (Ri) sepuluh
saham untuk mendapatkan E (Rp) dan 10 (10-1)/2 = 45
korelasi antar tingkat keuntunganyang dihitung dengan
rumus, [N(N-1)/2]. Model Indek Tunggal akan mampu
mengurangi jumlah variabel yang perlu ditaksir, karena
portofolio model Indek Tunggal mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
Beta portofolio (bp) merupakan rata- rata tertimbang dari beta
saham-saham yang membentuk portofolio tersebut demikian
pula α portofolio juga merupakan rata-rata tertimbang dari α
saham-saham pembentuk portofolio:

n
bp = ∑ Xi. bi
i=1
n
ap = ∑ Xi. ai
i=1

E (Rp) = ap + bp. E (Rm).


Untuk variance portofolio, σp2, rumusnya bisa dinyatakan
sebagai berikut:

σp2 = bp2. σm2 + ∑ Xi2.σei2

Apabila pemodal menginvestasikan dananya dengan


proporsi yang sama pada N saham, maka variance
portofolio bisa dinyatakan sebagai berikut:

σp2 = bp2. σm2 + {1/N ( ∑ ( 1/N ) (σei)2}

systematic Unsystematic risk


risk
Apabila nilai N, semakin besar (artinya semakin
banyak saham yang dipergunakan untuk membentuk
portofolio), makin kecillah nilai term ke dua dari
persamaan tersebut. Sehingga semakin banyak
jumlah saham yang ada dalam portofolio, semakin
kecil sumbangan risiko sisa (residual risk/
unsystematic risk)-----( mendekati nol. Sedangkan
term yang pertama disebut sebagai systematic risk.
Penjumlahan kedua risiko tersebut disebut sebagai
risiko total/total risk (σp2).
MENAKSIR BETA :

Penggunaan Model Indek Tunggal memerlukan


penaksiran beta dari saham-saham yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio. Para analis bisa
menggunakan judgement mereka dalam menentukan
beta. Kita juga dapat menggunakan data historis (beta
histories) untuk menaksir beta dimasa yang akan
datang.
BETA PORTOFOLIO, umumnya lebih akurat dari beta
sekuritas individual karena dua (2) hal :

1. Beta mungkin berubah dari waktu ke waktu.


Ada sekuritas yang betanya berubah menjadi besar, ada pula
yang mengecil. Pembentukan portofolio memungkinkan
perubahan tersebut menjadi saling meniadakan, atau paling
tidak mengecil.
2. Penaksiran beta selalu mengandung kesalahan acak
(random error).
Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut
diperkecil, karena itu semakin banyak sekuritas yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio semakin besar
nilai koefisien determinasi
MENAKSIR BETA HISTORIS

1. Menaksir Beta dengan persamaan regresi:

Ri = ai + bi. Rm + ei

Informsi yang dipergunakan adalah series tentang


tingkat keuntungan suatu saham (Ri) dan tingkat
keuntungan Indek pasar (Rm).
MENYESUAIKAN TAKSIRAN BETA HISTORIS

Akurasi penaksiran beta historis untuk keperluan estimasi


beta dimasa yang akan datang dapat diperbaiki. Hal ini
telah dilakukan oleh Blume 1971.
Blume melakukan pengamatan terhadap beta berbagai
portofolio pada 2 periode waktu yang berurutan yaitu :
7/54 – 6/61 dan 7/61 – 6/68, yang disusun berdasarkan
peringkat, mulai peringkat terkecil hingga yang terbesar.

Tabel. Berbagai portofolio yang disusun sesuai


peringkatnya untuk dua periode waktu yang berurutan.
Portofolio 7/54 – 6/61 7/61 – 6/68

1 0,393 0,620

2 0,612 0,707

3 0,810 0,861

4 0,987 0,914

5 1,138 0,995

6 1,337 1,169
Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa
apabila pada periode pertama beta suatu portofolio kecil
(dibawah satu) misal portofolio 1 (0,393), maka pada periode
ke dua akan terjadi kenaikan (0,620). Sebaliknya portofolio 5
yang mempunyai beta lebih besar dari satu (1,138), pada
periode berikutnya beta portofolio tersebut akan menurun
(0,995). Ada kecenderungan bahwa nampaknya beta
portofolio tersebut, dalam jangka panjang akan bergerak di
sekitar satu.

Dari hasil penelitiannya tersebut kemudian Blume


merumuskan teknik untuk menyesuaikan beta historis, yaitu
dengan meregresikan kearah satu.
Kalau beta pada periode ke dua diregresikan dengan beta pada
periode ke satu, akan diperoleh persamaan :
bi.2 = 0,343 + 0,677. bi.1

bi.2 = beta untuk sekuritas, I, pada periode ke 2

bi.1 = beta untuk sekuritas I pada periode ke 1

Jadi kalau kita hitung beta periode ke 1 = 2, maka pada


periode yang akan datang kita akan memperkirakan
bahwa beta tersebut adalah 0,343 + 0,677 (2) = 1,697 dan
bukan 2.
BETA FUNDAMENTAL :

Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari


hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham
dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa
faktor fundamental perusahaan dan faktor
karakteristik pasar tentang saham perusahaan
tersebut.
FAKTOR-FAKTOYANG
DIIDENTIFIKASIKANMEMPENGARUHI
BETA ADALAH :

1. CYCLYCALITY
Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu
perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur
perekonomian. Perusahaan yang sangat peka
terhadap perubahan kondisi perekonomian
merupakan perusahaan yang mempunyai beta
yang tinggi dan sebaliknya.
2. OPERATING LEVERAGE (OL)
Operating Leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin
besar proporsi ini, semakin besar pula Operating
Leveragenya. Perusahaan yang mempunyai Operating
Leverage yang tinggi cenderung mempunyai beta
yang tinggi dan sebaliknya.
3. FINANCIAL LEVERAGE (FL)
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah
perusahaan yang mempunyai Financial Leverage .
Semakin besar proporsi hutang yang digunakan semakin
besar Financial Leveragenya.
Kalau kita menaksir beta saham, maka kita menaksir
beta equity. Semakin besar proporsi hutang yang
dipergunakan oleh perusahaan, menyebabkan pemilik
modal sendiri akan menanggung risiko semakin besar,
Karena itu semakin tinggi Financial Leverage semakin
tinggi beta equitynya.
Thanks
you

Anda mungkin juga menyukai