Anda di halaman 1dari 10

TEORI PASAR MODAL

“BETA”

OLEH

IDA AYU MADE CHANDRA DEWI


1781611026
02

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. PENGERTIAN BETA
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return
portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian Beta merupakan pengukur risiko
sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Secara definisi
Beta saham merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap laba pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return – return suatu
sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Jika fluktuasi return – return
sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi dari return – return pasar, maka
beta dari sekuritas atau portofolio tersebut dikatakan bernilai 1 atau Beta = 1 artinya bahwa
setiap satu persen perubahan return pasar baik naik ataupun turun maka return saham atau
potofolio juga akan bergerak sama besarnya mengikuti return pasar. Saham yang mempunyai
nilai Beta > 1 dikatakan sebagai saham agresif, artinya tingkat kepekaan saham tersebut
terhadap perubahan pasar sangat tinggi atau dapat juga dikatakan memiliki risiko yang lebih
besar dari tingkat risiko rata-rata pasar. Saham yang mempunyai mempunyai Beta < 1
mengindikasikan bahwa saham bersifat defensif (conservative), artinya saham tersebut
kurang peka terhadap perubahan pasar dan memiliki risiko dibawah rata-rata pasar.

2. MENGESTIMASI BETA
Beta suatu sekuritas menunjukan resiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan
karena diversifikasi. Untuk menghitung beta portofolio, maka masing – masing beta sekuritas
perlu dihitung terlebih dahulu. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi
yang menggunakan data historis, dan selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi Beta
masa depan (Elton dan Gruber). Data historis yang digunakan untuk mengestimasi Beta,
dapat berupa data pasar (return saham dan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dan
laba indeks pasar) atau data fundamental (menggunakan variabel fundamental).

3. JENIS – JENIS BETA


Berdasarkan jenis-jenis data historis yang digunakan, beta dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a. Beta Pasar
Beta pasar merupakan beta yang dihitung dengan data pasar dan dapat diestimasi
dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama
periode tertentu (Jogiyanto, 2000). Deangan asumsi bahwa hubungan antara return – return
sekuritas dan return – return pasar adalah linier, Beta dapat diestimasi secara manual dengan
memplot garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi. Jika menggunakan teknik
regresi, maka variabel dependennya adalah return-return sekuritas dan variabel
independennya adalah return-return pasar. Jika Beta yang dihasilkan dari perhitungan
persamaan regresi bersifat stabil, maka semakin lama periode observasi yang digunakan di
persamaan regresi semakin baik (karena kesalahan pengukurannya semakin lebih kecil) hasil
dari Beta. Akan tetapi bila periode obeservasi terlalu lama, anggapan Beta konstan dan stabil
kurang tepat, karena sebenarnya Beta berubah dari waktu ke waktu. Persamaan regresi yang
digunakan untuk mengestimasi Beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau model
CAPM. Kelebihan dari Beta return pasar ini adalah Beta ini mengukur respon dari masing-
masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Beta pasar ini dihitung berdasarkan hubungan
data pasar dan tidak dihitung berdasarkan data karakteristik perusahaan seperti misalnya
pembayaran dividen.
1. Beta Akuntansi
Beta akuntansi merupakan Beta yang dapat diestimasi dengan menggunakan data
akuntansi seperti misalnya laba akuntansi. Beta akuntansi dapat diestimasi dengan
menggunakan persamaan regresi. Hal ini untuk pertama kalinya dilakukan oleh Brown dan
Ball (1969). Beta akuntansi diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen
perubahan akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indeks laba pasar untuk laba
akuntansi portofolio pasar.
2. Beta Fundamental
Beta fundamental merupakan beta yang dihitung berdasarkan variabel-variabel
fundamental perusahaan. Beta fundamental ini berhubungan secara langsung dengan
perubahan karakteristik perusahaan, karena beta ini dihitung menggunakan data karakteristik
tersebut. Jumlah dari variabel yang diteliti untuk membentuk Beta fundamental juga
bervariasi. Beaver, Kettler, dan Scholes menggunakan tujuh jenis variable, yaitu:
a. Dividend Payout
Dividend payout merupakan rasio yang membandingkan deviden yang dibayarkan
dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Terdapat dua alasan yang
menyatakan adanya hubungan negatif antara Beta dengan dividend payout, yaitu:
1) Perusahaan yang memiliki resiko tinggi cenderung untuk membayar dividen payout
lebih kecil supaya nanti tidak memotong deviden jika laba yang diperoleh turun.
2) Perusahaan yang membayar rasio deviden yang tinggi akan mempunyai resiko yang
lebih kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk laba yang ditahan.
b. Asset Growth (Pertumbuhan Aktiva)
Variabel pertumbuhan aktiva didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)
tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksikan mempunyai hubungan yang positif
dengan Beta dan hubungan ini tidak didukung oleh teori.
c. Leverage
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku hutang total jangka panjang dibagi dengan
total aktiva. Variabel ini diprediksikan mempunyai hubungan yang positif dengan Beta.
d. Liquidity
Liquidity diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar.
Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan Beta, hal ini didukung
dengan adanya pernyataan bahwa semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin kecil
resikonya.
e. Asset Size
Variabel ini diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Anggapan bahwa perusahaan
besar mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil
dengan alasan karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar
modal dan mempunyai Beta yang lebih kecil ini menunjukan bahwa asser size mempunyai
hubungan yang negative dengan Beta. Watts dan Zimmerman (1978) menghipotesiskan
bahwa perusahaan besar cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai
varian rendah dengan Beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan. Dengan
menginvestasikan dana ke proyek dengan Beta yang lebih rendah akan menurunkan resiko
dari perusahaan. Atas hipotesis diatas maka terbentuklah teori akuntansi yang disebut dengan
teori akuntansi positif yang menunjukan bahwa asset size memiliki hubungan yang negative
dengan Beta.
f. Earnings Variability
Variabilitas laba diukur dengan nilai deviasi standar dari PER (Price Earning Ratio)
atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba perusahaan). Variabel ini mempunyai
hubungan yang positif dengan Beta.
g. Accounting Beta
Beta akuntansi diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen perubahan
laba akuntansi dan variable independen adalah perubahan indeks laba pasar untuk laba
akuntansi portofolio pasar. Variabel ini mempunyai hubungan positif dengan Beta karena
Beta akuntansi dan Beta pasar keduanya adalah pengukur resiko yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian Beaver, Kettler dan Scholes, diperoleh bahwa dari tujuh
variable, empat diantaranya mempunyai korelasi dengan tingkat signifikan 1 %. Keempat
variabel itu adalah dividen payout, leverage, earnings variability, dan accounting beta.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara resiko
perusahaan yang diukur dengan Beta pasar dengan keempat variable fundamental. Ketiga
variable lain yang tidak signifikan merupakan variable – variable yang tidak didukung oleh
teori mengenai hubungannya dengan Beta pasar. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan
Beta fundamental adalah mendapatkan efek dari variabel – variabel fundamental ini dengan
Beta pasar secara serentak dengan menggunakan model multivariate.
4. BETA PORTOFOLIO
Beta portofolio dapat dihitung dengan cara rata - rata tertimbang (berdasarkan
proporsi) dari masing – masing individual sekuritas yang membentuk portofolio. Beta
portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan Beta tiap – tiap individual sekuritas.
Alasannya adalah sebagai berikut :
1) Beta individual sekuritas diasumsikan konstan dari waktu ke waktu. Kenyataannya
Beta individual dapat berubah – ubah dari waktu ke waktu. Beta portofolio akan
meniadakan perubahan Beta individual sekuritas dengan perubahan Beta individual
sekuritas lainnya. Dengan demikian jika Beta tidak konstan dari waktu ke waktu,
maka Beta portofolio akan lebih tepat dibandingkan Beta individual sekuritas.
2) Perhitungan Beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran atau
kesalahan acak. Pembentukan portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini, karena
kesalahan acak satu sekuritas akan ditiadakan oleh sekuritas lainnya.

REVIEW ARTIKEL

Judul : Analisis pengaruh Dividend Payout Ratio dan Capital Structure terhadap
Beta Saham
Authors : Evi Mutia dan Muhammad Arfan
Sumber : Simposium Nasional Akuntansi XIII
Tahun : 2010

1. LATAR BELAKANG
Pasar modal merupakan salah satu tempat yang dapat menjadi pilihan para investor
untuk menanamkan modal yang dimiliki. Perekonomian modern tidak akan mungkin bisa
eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir
dengan baik. Sehubungan dengan itu, ditengah kemerosotan tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional, yang juga berimbas ke sektor pasar modal selaku subsistem dari perekonomian
nasional Indonesia. Saat ini, industri pasar modal Indonesia mulai melirik pengembangan
penerapan prinsip-prinsip syariah islam sebagai alternatif instrumen investasi dalam kegiatan
pasar modal di Indonesia. Berdasarkan dat historis, kinerja indeks Jakarta Islamic Index (JII)
masih lebih baik dari indeks IHSG. Informasi ini setidaknya menjadi stimulus yang
konstruktif bagi institusi ini untuk menjadi semakin kompetitif di pasar global serta
mendorong optimisme investor untuk berinvestasi di JII. Selain itu, kapitalisasi pasar pada
akhir tahun 2004 mencapai Rp 263,8 triliun naik 4% menjadi Rp 1.249 triliun dengan
transaksi harian mencapai Rp 1,84 triliun pada akhir 2006. Hal ini tentu sangat menarik
investor baik dari dalam maupun asing. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan dan
meningkatkan performa institusi ini, maka sangat penting bagi perusahaan yang terdaftar
dalam JII untuk senantiasa memperhatikan kinerja perusahaan dan laporan keuangannya
sehingga dapat digunakan oleh investor, calon investor dan pemakai lainnya dalam
mengambil suatu keputusan. Pengaruh dari laporan keuangan pada harga saham telah
menjadi isu sentral dalam penelitian bidang akuntansi dan keuangan. Sejalan dengan
pengembangan teori portfolio selection oleh Harry Markowitz, CAPM oleh Sharp, Lintner,
dan Mossin telah menarik minat banyak peneliti dalam bidang keuangan. Menurut CAPM,
return masa depan yang diharapkan dari suatu asset merupakan kombinasi dari risk free dan
risk premium yang diharapakan oleh investor dari non diversifiable risk yang diukur dengan
beta. Beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau
portofolio. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membandingkan risiko
(beta) saham syariah dengan non syariah serta faktor yang mempengaruhinya dimana di
dalam penelitian ini faktor yang digunakan hanya dibatasi pada deviden payout ratio dan
capital structure. Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis
perusahaan (syariah dan non syariah), variabel deviden payout ratio dan capital structure
terhadap beta, serta efek masing-masing variabel tersebut terhadap beta saham.

2. LANDASAN TEORI
Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock)
maupun hutang (bonds) baik yang diberikan oleh pemerintah (public authorities) maupun
oleh perusahaan swasta (private sectors) (Husnan 2006). Secara umum saham (stock)
didefinisikan sebagai surat berharga keuangan (Financial Securities) yang diterbitkan oleh
suatu perusahaan saham patungan (Joint Stock Company) sebagai suatu alat untuk
meningkatkan modal jangka panjang. Sedangkan, saham syariah merupakan salah satu
bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam
hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Adapun salah satu feedback yang diperoleh
investor dalam berinvestasi adalah dalam bentuk dividen. Gitman (2003) menjelaskan bahwa
Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh
yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas. Berdasarkan
landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai
berikut:
H1. Terdapat pengaruh jenis perusahaan (syariah dan non syariah) terhadap beta saham
H2. Deviden payout ratio dan capital structure secara bersama-sama berpengaruh terhadap
beta saham
H3. Deviden payout ratio berpengaruh terhadap beta saham
H4. Capital structure berpengaruh terhadap beta saham
H5. Beta saham non syariah lebih tinggi dibandingkan dengan beta saham syariah.
H6. Efek Deviden Payout Ratio saham non syariah terhadap beta saham lebih besar
dibandingkan dengan saham syariah.
H7. Efek Capital Structure saham non syariah terhadap beta saham lebih besar dibandingkan
dengan saham syariah.

3. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh emiten non keuangan yang
dikelompokkan dalam saham syariah dan non syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2006 sampai dengan 2008. Penelitian ini menggunakan metode sensus dalam
pengamatannya. Akan tetapi karena analisis yang dilakukan mensyaratkan beberapa kriteria
tertentu, maka akan dilakukan pembatasan populasi dengan mengeluarkan beberapa emiten
yang tidak memenuhi kriteria-kriteria yang telah dipersyaratkan tersebut, dengan
menggunakan pool time-series cross-section, maka jumlah populasi sasaran dalam penelitian
ini menjadi 126 pengamatan-tahun. Emiten-emitan yang masuk dalam populasi sasaran tidak
selalu sama pada setiap tahun (unbalanced panel) dan ini diperbolehkan dalam time-series
cross-section analysis (Gujarati, 2003:640). Adapun data variabel-variabel penelitian
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Pusat Data Pasar Modal di
Fakultas Ekonomi, website mengenai pasar modal, Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia.
Setelah data diperoleh, untuk menguji hipotesis, model dasar regresi berganda yang
digunakan berdasarkan model dummy variable(Gujarati: 306,645).

4. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data yang telah diuraikan, dapat diambil
kesimpulan sebagi berikut:
a. Jenis perusahaan (syariah dan non syariah) memiliki pengaruh yang positif terhadap
beta saham. Hal ini bermakna bahwa risiko saham perusahaan syariah berbeda dengan
risiko saham perusahaan non syariah
b. Deviden Payout Ratio dan Capital Structure secara bersama-sama berpengaruh
terhadap beta saham dan secara parsial hasil pengujian juga menunjukkan bahwa
Deviden Payout Ratio dan Capital Structure mempunyai pengaruh terhadap beta
saham.
c. Risiko saham non syariah lebih tinggi dibandingkan dengan risiko saham syariah atau
sebaliknya. Artinya bahwa pada penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan dimana
saham-saham yang termasuk kedalam kelompok JII lebih rendah risikonya
dibandingkan dengan saham-saham yang tidak termasuk dalam kelompok JII.
d. Deviden Payout Ratio saham non syariah mempunyai efek yang lebih kecil terhadap
beta saham dibandingkan dengan saham syariah sedangkan Capital Structure saham
non syariah mempunyai efek yang lebih besar terhadap beta saham dibandingkan
dengan saham syariah

5. KETERBATASAN
Dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan non keuangan sebagai objek
oenelitian sehingga hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasi pada semua perusahaan yang
terdaftar di BEI. Penelitian ini hanya menggunakan variabel DPR dan CS sehingga mungkin
informasi yang didapat di luas. Periode penelitian hanya 3 tahun dengan jumlah sampel yang
sedikit karena munculnya Jakarta Islamic Index yang juga masih relatif baru. Oleh karena
itu, bagi penelitian selanjutnya perlu menambah variabel-variabel yang lain yang lebih
relevan dengan beta saham sehingga dalam membandingkannya nanti terdapat teori yang
kuat serta menambah sampel dan periode waktu penelitian.

DAFTAR REFERENSI

Jogiyanto, H.M. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 8. BPFE:
Yogyakarta.

Mutia, Evi dan Muhammad Arfan. 2010. Analisis pengaruh Dividend Payout Ratio dan
Capital Structure terhadap Beta Saham. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
REFERENSI

Suroto. 2015. Analisis Portofolio Optimal Menurut Model Indeks Tunggal. Media
Ekonomi dan Manajemen. Vol. 30. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai