Anda di halaman 1dari 15

NAMA : RAFLY SULAIMAN

NIM : 2002126817

MATKUL : INVESTASI DAN MANAJEMEN PORTOFOLIO

BETA

Pendahuluan

Model indeks tunggal yang dibahas di lab sebelumnya, yaitu di bab10


menggunakan Beta untuk menghitung return ekspektasian sekuritas (rumus 10-3),
varian return sekuritas (rumus10-8), kovarian return antarsekuritas (rumus10-9), return
portofolio (rumus 10-10 dan 10-13) dan varian portofolio (rumus 10-14 dan 10-15).
Beta juga digunakan di model CAPM (lihat bab14) untuk menghitung return
ekspektasian. Bab ini akan membahas bermacam-macam bentuk dari Beta, yaitu Beta
pasar, Beta akuntansi dan Beta fundamental. Pembahasan dari Beta akan dilanjutkan di
bab selanjutnya, yaitu di bab 12. Di bab 12 akan dibahas lebih lanjut tentang
karakteristik dari Beta yang cenderung mengarah ke suatu nilai dan cara menyesuaikan
Beta sesuai dengan karakteristiknya. Juga pembahasan Beta untuk modal pasar yang
sedang berkembang akan di bahas di bab 12.

Pengertian Beta

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau
return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return
sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return
portofolio dengan return pasar. Dengan demikian Beta merupakan pengukur risiko
sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko
pasar.
Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas
atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Jika fluktuasi return-return sekuritas
atau portofolio secara statistik mengikuti mengikuti fluktuasi dari return-return pasar,
maka Beta dari sekuritas atau portofolio tersebut dikatakan bernilai 1. Karena fluktuasi
juga sebagai pengukur dari risiko (ingat bahwa varian return sebagai pengukur risiko
merupakan pengukur fluktuasi dari return-return terhadap return ekspektasinya), maka
Beta bernilai 1 menunjukkan jika return pasar bergerak naik (turun), return sekuritas
atau portofolio juga bergerak naik (turun), return sekuritas atau portofolio juga bergerak
naik (turun) sama besarnya mengikuti return pasar. Beta bernilai 1 ini menunjukkan
bahwa perubahan return pasar sebesar x% secara rata-rata, return sekuritas atau
portofolio akan berubah juga sebesar x%.

Mengestimasi Beta

Mengetahui Beta suatu sekuritas atau Beta suatu portofolio merupakan hal yang
penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Beta suatu sekuritas
menunjukkan risiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diverifikasi.
Untuk menghitung Beta portofolio, maka Beta masing-masing sekuritas perlu dihitung
terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari Beta masing-
masing sekuritas (lihat rumus 11-7). Mengetahui Beta masing-masing sekuritas juga
berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang
akan dibentuk.

Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan
data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat
digunakan untuk mengestimasi Beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan
bahwa Beta historis mampu menyediakan informasi tentang Beta masa depan (Elton
dan Gruber, 1944). Analis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian
menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi Beta masa
depan.
Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar
(return-return sekuritas dan return pasar), data akuntansi ( laba-laba perusahaan dan laba
indeks pasar) atau data fundamental (menggunakan variabel-variabel fundamental).
Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan Beta pasar. Beta yang dihitung
dengan data akuntansi disebut dengan Beta akuntansi dan Beta yang dihitung dengan
data fundamental disebut dengan Beta fundamental.

Beta Pasar

Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari
sekuritas dan return pasar dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60 bulan
untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan
antara return-return sekuritas dan return-return pasar adalah linier, maka Beta dapat
diestimasi secara manual dengan memplot garis diantara titik-titik return atau dengan
teknik regresi.

Beta dapat juga dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi
untuk mengestimasi Beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return-
return sekuritas sebagai variabel dependen dan return-return pasar sebagai variabel
independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series ini akan
menghasilkan koefisien Beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu selama masa
periode observasi. Jika Beta sifatnya adalah stabil, semakin lama periode observasi yang
digunakan di persamaan regresi, semakin baik (karena kesalahan pengukurannya
semakin lebih kecil) hasil dari Beta. Akan tetapi bila periode observasi terlalu lama,
anggapan Beta konstan dan stabil kurang tepat, karena sebenarnya Beta berubah dari
waktu ke waktu. Bogue (1972) dan Gonedes (1973) menginvestigasi hal ini dan
menyimpulkan bahwa untuk data return bulanan, 60 bulan merupakan periode yang
optimal.

Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi Beta dapat didasarkan


pada model indeks-tunggal atau model pasar di bab 10 atau dengan menggunakan
model CAPM (lihat bab 14). Jika digunakan model indeks tunggal atau model pasar,
Beta dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

Ri = αi + βi . RM + ei

Dari persamaan di atas, koefisien Bi merupakan Beta sekuritas ke-i yang


diperoleh dari teknik regresi. Variabel acak ei di persamaan regresi menunjukkan bahwa
persamaan linier yang dibentuk mengandung kesalahan. Dari bab 10 sudah diketahui
bahwa secara kontruksi E(ei) = 0. Akan tetapi ini bukan berarti untuk tiap-tiap observasi
nilai ei adalah sama dengan nol. Untuk tiap-tiap observasi , nilai kesalahan residu, ei,
menunjukkan perbedaan antara return observasi sesungguhnya dengan return estimasi
yang fberada di garis linier.

BETA AKUNTANSI
Data akuntansi seperti misalnya laba akuntansi (accounting earnings) dapat juga
digunakan untuk mengestimasi beta. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama
dengan beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return
dengan data laba akuntansi. Beta akuntansi dengan demikian dapat dihitung dengan
rumus:

hi = σlaba, iM
σ²laba, M

Keterangan:
hi : beta akuntansi sekuritas ke-i
σlaba, iM : kovarian antara laba perusahaan ke-i dengan indeks laba pasar
σ²laba, M : varian dari indeks laba pasar
Indeks laba pasar dapat dihitung berdasarkan rata-rata laba akuntansi untuk portofolio
pasar.
BETA FUNDAMENTAL

Beaver, Kettler dan Scholes (1970) mengembangkan penelitian Ball dan Brown
dengan menyajikan perhitungan Beta menggunakan beberapa variabel fundamental.
Variabel-variabel yang dipilih oleh mereka merupakan variabel-variabel yang dianggap
berhubungan dengan risiko, karena Beta merupakan pengukur dari risiko. Dengan
argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan menggunakan kombinasi karakteristik pasar
dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental perusahaan, maka kombinasi ini akan banyak
membantu mengerti Beta dan untuk memprediksinya. Oleh karena itu, Beaver, Kettler
dan Scholes menggunakan 7 macam variabel yang merupakan variabel-variabel
fundamental. Sebagian besar dari variabel-variabel tersebut adalah variabel-variabel
akuntansi. Walaupun variabel-variabel tersebut secara umum daianggap bervariasi
dengan risik, tetapi secara teori mungkin tidak semuanya berhubungan dengan risiko.
Ketujuh variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut ini.

1. Divident payout
Divident payout diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan
laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner (1956)
memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk
menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan
dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan
membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko
tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti
tidak memotong divident jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan
yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun
adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya
hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout rendah. Karena
Beta merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa Beta
dan dividend payout mempunyai hubungan yang negatif.
Alasan lain yang menyatakan hubungan negatif antara Beta dengan dividend
payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil dari
risikonya dibandingkan dengan capital gains (Elton dan Gruber, 1994).
Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan
mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan yang menahannya
dalam bentuk laba yang ditahan. Argumentasi ini sebenarnya didasarkan
oleh bird in the hand theory oleh Lintner (1962), Gordon (1963) dan
Batthacharya (1979). Teori ini menjelaskan bahwa investor menyukai
dividen yang tinggi karena dividen yang diterima seperti burung ditangan
yang risikonya lebih kecil dibandingkan dengan dividen yang tidak
dibagikan.

2. Asset Growth
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai perubahan
(tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi
mempunyai hubungan positif dengan Beta. Hubungan ini tidak didukung
oleh teori.

3. Leverage

Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total utang jangka panjang dibagi
dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positif
dengan Beta. Bowman (1980) menggunakan nilai pasar untuk total utang
dalam menghitung leverage dan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika
digunakan dengan nilai buku.
4. Liquidity
Likuiditas (liquidity) diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi
dengan utang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang
negatif dengan Beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid
perusahaan, semakin kecil risikonya.

5. Asset Size
Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari total aktiva.
Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan risiko.
Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan.
Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Alasannya adalah karena
perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal,
sehingga dianggap mempunyai Beta yang lebih kecil (Elton dan Gruber,
1994). Anggapan ini merupakan anggapan yang umum tidak didasarkan
pada teori. Bagaimanapun juga Watts dan Zimmerman (1978) mencoba
membuktikan hipotesis tentang hubungan ini untuk membentuk teori yang
disebut dengan teori akuntansi positif (positive accounting theory).
Perusahaan yang besar merupakan subjek dari tekanan politik. Perusahaan
besar yang melaporkan laba berlebihan menarik perhatian politikus dan akan
diinvestigasi karena dicurigai melakukan monopoli (Na’im, 1997). Watts
dan Zimmerman selanjutnya menghipotesiskan bahwa perusahaan besar
cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai varian
rendah dengan Beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan.
Dengan mengivestasikan ke proyek dengan Beta yang rendah akan
menurunkan risiko dari perusahaan. Dengan demikian dihipotesiskan
hubungan antara ukuran perusahaan dengan Beta adalah negatif.
6. Earnings variability
Variabilitas laba (earnings variability) diukur dengan nilai deviasi standar
dari PER (price earnings ratio) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan
laba perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan,
sehingga hubungan antara variabel ini dengan Beta adalah positif.

7. Accounting Beta
Beta akuntansi (accounting Beta) diperoleh dari koefisien regresi dengan
variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah
perubahan indeks laba pasar untuk laba akuntansi portofolio pasar seperti
tampak di persamaan (11-14). Karena Beta akuntansi dan Beta pasar
keduanya pengukur risiko yang sama, maka diprediksi keduanya mempunyai
hubungan yang positif. Selama dua periode. Periode yang pertama adalah
1947-1956 dan periode yang kedua adalah 1957-1965. Mereka memprediksi
hubungan antara Beta pasar dengan tujuh variabel-variabel fundamental di
atas untuk portofolio yang terdiri dari sebuah perusahaan dan portofolio
yang terdiri dari haan. Portofolio dibentuk dengan membuat rangking
berdasarkan nilai-nilai variabel fundamental. Lima perusahaan dengan nilai
terbesar dikelompokkan ke dalam portofolio pertama, perusahaan dengan
rangking keenam sampai dengan kesepuluh dikelompokkan ke dalam
portofolio kedua dan seterusnya sampai dibentuk 61 buah portofolio yang
masing-masing berisi lima perusahaan. Tabel berikut ini menunjukkan hasil
korelasi Spearman Rank dan product-moment antara Beta pasar dengan
masing-masing dari ketujuh variabel fundamental.

Dari hasil di Tabel 11.1, hanya sebuah koefisien korelasi (Spearman


Rank) yang tidak mempunyai tanda yang diprediksi, yaitu untuk variabel
likuiditas di periode kedua. Dari ketujuh variabel, empat diantaranya
mempunyai korelasi dengan tingkat signifian 1% baik untuk portofolio 1
perusahaan atau portofolio 5 perusahaan. Keempat variabel itu adalah
dividend payout, leverage, earnings variability dan accounting Beta. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara risiko perusahaan yang diukur dengan Beta pasar dengan keempat
variabel fundamental. Yang juga menarik diperhatikan disini adalah bahwa
ketiga variabel lainnya yang tidak signifikan merupakan variabel-variabel
yang tidak didukung dengan teori mengenai hubungannya dengan Beta
pasar.

BETA PASAR DAN BETA FUNDAMENTAL

Beta return pasar dan beta fundamental masing-masing mempunyai kelebihan


dan kekurangannya. Kelebihan dari beta return pasar adalah beta ini mengukur respon
dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Kelemahan dari beta return
pasar adalah tidak langsung mencerminkan perubahan dari karakteristik perusahaan
karena beta return pasar dihitung berdasarkan hubungan data pasar (return perusahaan
yang merupakan perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan tidak dihitung
berdasarkan data karakteristik (fundamental) perusahaan, seperti misalnya data
fundamental pembayaran dividen. Beta pasar mungkin menemcerminkan pembayaran
dividen secara tidak langsung, yaitu lewat perubahan harga saham jika ada. Berbeda
dengan beta fundamental yang mengukur perubahan pembayaran dividen secara
langsung.

Di lain pihak, beta fundamental mempunyai kebaikan bahwa beta ini secara
langsung berhubungan dengan perubahan karakteristik perusahaan, karena beta ini
dihitung menggunakan data karakteristik tersebut. Beta fundamental juga mempunyai
kelemahan, yaitu variabel-variabel karakteristik perusahaan mempunyai efek terhadap
beta fundamental yang sama untuk semua perusahaan. Misalnya dari contoh 11.7
didapat nilai â1 = -1,2 dan â2 = 1,5. Ini berarti bahwa perubahan sebesar 1% dari
dividend payout akan mempengaruhi beta fundamental sebesar -1,2% untuk beta semua
perusahaan. Demikian juga perubahan sebesar 1% dari asset growth akan
mempengaruhi secara sama sebesar 1,5% untuk beta setiap perusahaan.

Rosenberg dan Marathe (1975) kemudian menggabungkan data return pasar dan
data karakteristik perusahaan untuk menghitung beta. Dengan penggabungan ini
diharapkan kelemahan masing-masing perhitungan beta tertutup dan semua
kebaikannya tergabung, sehingga diharapkan daya prediksinya untuk menghitung beta
dimasa mendatang lebih akurat.

Rosenberg dan McKibben (1973) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang


kuat antara beta untuk industri-industri yang berbeda. Karena hasil ini, maka Rosenberg
dan MacKibben menambahkan efek dari industti sebagai variabel-variabel di dalam
perhitungan beta yang sudah dilakukan oleh Rosenberg dan Marathe sebelumnya. Hasil
akhir dari perhitungan beta ini melibatkan 101 variabel sebagai berikut: 14 variabel
untuk variabilitas pasar (misalnya volume perdagangan dan range dari harga saham), 7
buah variabel variabilitas laba, 8 buah variabel untuk evaluasi kesuksesan (ratio dari
nilai buku dengan nilai pasar, pertumbuhan laba dan lain sebagainya), 9 buah variabel
pengukur besarnya perusahaan (misalnya logaritma dari total aktiva), 9 variabel yang
berhubungan dengan orientasi pertumbuhan (misalnya dividend yield, P/E ratio), 9
variabel mengukur risiko keuangan (misalnya leverage dan likuiditas), 6 variabel
karakteristik perusahaan (misalnya tipe dari bisnis) dan 39 variabel merupakan dummy
variables. Variabel-variabel dummy menunjukkan sebanyak 40 industri yang ada di
dalam sampel dan variabel ini bernilai 1 jika peeusahaan yang diobservasi masuk
kedalam kategori industrinya dan bernilai 0 jika sebaliknya.
BETA PORTOFOLIO

Beta portofolio dapat dihitung dengan cara rata-rata tertimbang (berdasarkan


proporsi) dari masing-masing individual sekuritas yang membentuk portofolio sebagai
berikut:

βp = Σ wi . βi

Keterangan:

βp : beta portofolio

βi : beta individual sekuritas ke-i

wi : proporsi sekuritas ke-i

Beta portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan beta tiap-tiap


individual sekuritas. Alasannya adalah sebagai berikut ini.

1. Beta individual sekuritas diasumsikan konstan dari wkatu ke waktu. Kenyataannya


beta individual sekuritas dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan beta individual
sekuritas dapat berupa perubahan naik atau perubahan turun. Beta porotofolio akan
meniadakan perubahan beta individual sekuritas dengan perubahan beta individual
sekuritas yang lainnya. Dengan demikian jika beta tidak konstan dari waktu ke waktu,
maka beta portofolio akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekuritas.

2. Perhitungan beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran
(measurement error) atau kesalahan acak (random error). Pembentukan portofolio akan
mengurangi kesalahan acak ini, karena kesalahan acak satu sekuritas yang lainnya.
Dengan demikian, beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat dibandingkan
dengan beta individual sekuritas.
Pengaruh secara Parsial Current Ratio terhadap Beta Saham

Pengaruh secara parsial (uji t) dengan menggunakan α sebesar 5%, diperoleh


hasil bahwa probabilitas variabel Current Ratio lebih kecil daripada α (0.09% > 5%).
Hal ini berarti bahwa variabel likuiditas memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap risiko sistematis saham perusahaan.

Pengaruh secara Parsial Debt to Equity ratio terhadap Beta Saham

Pengaruh secara parsial (uji t) dengan menggunakan α sebesar 5%, diperoleh


hasil bahwa probabilitas variabel Debt to Equity ratio lebih kecil daripada α (1,45% >
5%). Hal ini berarti bahwa variabel solvabilitas memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap risiko sistematis saham perusahaan.

Pengaruh secara Parsial Return on Asset terhadap Beta Saham

Pengaruh secara parsial (uji t) dengan menggunakan α sebesar 5%, diperoleh


hasil bahwa probabilitas variabel Return on Asset lebih besar 0.1712 daripada α (17,1%
< 5%). Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap risiko sistematis saham perusahaan.

Pengaruh secara Parsial Price Earning Ratio terhadap Beta Saham

Pengaruh secara parsial (uji t) dengan menggunakan α sebesar 5%, diperoleh


hasil bahwa probabilitas variabel Price Earning Ratio lebih besar 0.2043 daripada α
(20,01% < 5%). Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap risiko sistematis saham perusahaan.

Price Earning Ratio umumnya digunakan untuk menentukan seberapa besar


harga yang harus dibayarkan investor untuk mendapatkan laba. Dengan nilai Price
Earning Ratio yang tinggi ini menandakan bahwa harga saham semakin mahal dan
menunjukkan bahwa perusahaan dapat tumbuh dengan baik. Akan tetapi perlu
diperhaikan bahwa nilai Price Earning Ratio yang tinggi bisa juga didapat karena
perusahaan tidak mampu mendapat laba yang optimal. Akan tetapi perusahaan yang
mempunyai prospek yang bagus karena mungkin perusahaan sedang melakukan
ekspansi usaha sehingga laba dialihkan untuk menutupi biaya operasional untuk
menjalankan ekspansi.

Risiko

Dalam membuat sebuah keputusan untuk berinvestasi, pada umumnya investor


akan melihat dua hal, yaitu pendapatan (return) dan risiko (risk). Return adalah
keuntungan yang diperoleh dari aktivitas investasi yang dilakukan. Sedangkan, risiko
adalah kemungkinan perbedaan antara keuntungan aktual yang diterima dengan
keuntungan yang diharapkan diperoleh oleh seorang investor.

Risiko Sistematik atau Beta merupakan suatu ukuran relatif dari risiko
sistematik saham individu dalam hubungannya dengan pasar secara keseluruhan yang
diukur dari fluktuasi pendapatan atau return. Dimana saham dengan koefisien beta sama
dengan satu berarti memiliki risiko yang sama dengan risiko rata–rata pasar. Sedangkan
koefisien beta lebih dari satu menunjukkan bahwa saham tersebut sangat peka terhadap
perubahan pasar atau memiliki risiko di atas risiko pasar, disebut sebagai saham yang
agresif. Saham yang mempunyai beta kurang dari satu disebut sebagai saham yang
defensif artinya saham tersebut kurang peka terhadap perubahan pasar (Jones : 1996-
284).

Risiko Sistematik

Menurut Annisa dalam (Jogiyanto : 1998-193).Risiko Sistematik atau Beta


merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio
terhadap return pasar. Dimana beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas
ke-i dengan return pasar dan beta portfolio mengukur volatilitas return portofolio
dengan return pasar. Oleh karena itu beta adalah sebuah pengukur risiko sistematik dari
suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap pasar.
G. Beta Sekuritas

Mengetahui beta (β) sebuah sekuritas atau portofolio dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk memasukkan suatu sekuritas ke dalam pembentukan portofolio.
Menurut Bergevin (2002: 563), “beta coefficient measure of the sensitifity of an asset’s
return to market movement. It is a mathematical measure of systematic risk of a
security”. Sehingga dapat diartikan bahwa beta merupakan pengukur sejauh mana
tingkat pengembalian sebuah saham berubah karena adanya perubahan pasar.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.e-journal.unair.ac.id/JESTT/article/view/13761

Jogiyanto H.M (JO). 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi kesembilan. BPFE
UGM Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai