Dosen Pengampu :
2019
ARBITRAGE PRICING THEORY
Ross (1976), merumuskan suatu teor yang disebut dengan Arbitrage Pricing Theory
(APT). APT mendasarkan diri atas pemikiran yang sama sekali berlainan dengan CAPM. APT
pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa ada dua kesempatan investasi
yang mempunyai karakteristik yang identic sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda.
Konsep yang digunakan hal tersebut adalah hukum satu harga (the law of one price). Artinya,
apabila aktiva yang karakteristiknya sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda, maka
akan didapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga
murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga
memperoleh laba atau risiko.
Misalkan saham ABDA diperdaagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES). Apabila saham tersebut aktif diperdagangkan dan ternyata harga di BEJ Rp.
925 dan BES 950, maka pemodal akan memperoleh laba tanpa menanggung risiko dengan
melakukan arbitrage. Yaitu membeli saham ABDA di BEJ dan menjualnya di BES. Jika dalam
transaksi ini tidak terdapat biaya transaksi maka seharusnya harga saham tersebut sama di kedua
bursa tersebut.
Terdapat perbedaan antara kedua model tersebut yang terletak pada perlakuan APT
terhadap hubungan antar tingkat keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat
keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industry.
Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Sebaliknya, meskipun CAPM mengakui adanya
korelati antar tingkat keuntungan, model tersebut tidak menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut. Baik CAPM maupun Apt berpendapat bahwa ada hubungan yang positif
antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan risiko.
1. Pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan yang diharapkan dalam model faktor
Tingkat keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan terdiri
dari dua komponen. Pertama, tingkat keuntungan yang normal atau yang diharapkan. Tingkat
keuntungan tersebut merupakan bagian dari tingkat keuntungan actual yang diperkirakan
(diharapkan) oleh pemegang saham. Tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh informasi
yang dimiliki olrh para pemodal. Kedua, adalah tingkat keuntungan tidak pasti atau berisiko.
Bagian tingkat keuntungan ini berasal dari informasi yang bersifat tidak terduga.
R = E(R) + U
Keterangan :
Dengan demikian setiap pengumuman dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu :
Poin utama dalam analisis disini adalah apakah informasi tersebut mengandung unsur
surprise ataukah tidak. Surprise tersebut dapat bersifat positif, namun dapat pula bersifat
negative.
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi, yaitu yang berasal dari surprise merupakan
risiko yang dihadapi para pemodal. Meski demikian, risiko dapat berasal dari berbagai faktor
yang mempengaruhi perusahaan, tetapi ada pula yang spesifik perusahaan tertentu. Sumber
risiko dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
2) Unsystematic risk, yang merupakan risiko yang mempengaruhi satu (sekelompok kecil)
perusahaan.
Karena systematic dan unsystematic risk tersebut akan mempengaruhi bagian keuntungan
yang unexpected, maka tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal dapat dituliskan sebagai
berikut :
R = E(R) + U
R = E(R) + m + e
Keterangan :
m = risiko sitematis, juga disebut sebagai risiko pasar atau market risk (mempengaruhi semua
perusahaan)
e = risiko yang tidak sistematis, spesifik untuk perusahaan tertentu.
Risiko tidak sistematis dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan risiko tidak sistematis
perusahaan B.
Tingkat keuntungan antar saham akan saling berkorelasi apabila resiko tidak sistematis
tidak saling berkorelasi atau resiko sistematis setiap perusahaan akan saling berkorelasi.
Contohnya jika tingkat bunga meningkat dari yang seharusnya atau yang diharapkan. Semua
perusaan akan terkena dampaknya walaupun akan berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Hal tersebut dapat diukur dengan beta untuk tingkat kepekaanya. Semakin
tinggi beta faktor tersebut, maka akan semakin peka terhadap perubahan. Apabila tingkat inflasi
naik dari yang diharapkan, tidak menutup kemungkinan perusahaan akan mengalami penurunan
harga sahamnya secara signifikan. Sehubungan dengan hal itu korelasinya akan bernilai negatif,
karena perusahaan-perusahaan memiliki negative interest rate beta. Faktor pertumbuhan
ekonomi atau (GNP) akan memiliki beta yang positif (positive GNP beta).
Sebagai contoh, ada dua faktor yang dipandang akan memberi pengaruh terhadap tingkat
return saham yaitu tingkat bunga (r) dan GNP. Dapat dituliskan persamaan untuk menilai tingkat
return sekuritas sebagai berikut:
R = E(R) + U
= E(R) + m + e
F = Menunjukkan surprise
Contoh: ketika akan memperkiraan return untuk periode satu tahun. Diperkirakan bahwa
tingkat bunga akan mengalami penurunan sebesar 2% dengan GNP meningkat sebesar 6%.
Tingkat kepekaan beta dapat diukur dengan cara:
Βr = -1,60
βGNP = 0,80
Ternyata pada tahun tersebut tingkat bunga tidak berubah dan GNP meningkat 7%
dengan nilai ϵ sebesar 5%. Menentukkan surprise Fr = 0-(-2%) = 1% dan FGNP = 7% - 6% = 1%.
Sehingga dapat dihitung pengaruh keseluruhan dari tingkat resiko sistematis terhadap tingkat
return saham:
m = βrFf + βGNPFGNP
Tingkat return yang berasal dari resiko sistematis dan tidak sistematis dapat diperoleh dengan:
m + ϵ = -2,4% + 5% = 2,6%
Apabila tingkat return yang diharapkan sebesar 13%, maka keuntungan total:
R = E(R) + m + ϵ
Para peneliti menggunakan model satu faktor ( one factor model ) dan menggunakan
indks pasar seperti IHSG atau S&P 500 sebagai faktor tunggal. Sehingga tingkat return dapat
dihitung dengan:
Misalkan kita akan membentuk portofolio dari sejumlah N saham dan menggunakan one
factor model untuk menjelaskan resiko sistematis. Untuk saham ke i akan memiliki return
sebagai berikut:
Ri = E(Ri) + βfF + ϵi
Ri-E(Rt) Β>1
Β=1
Β<1
Return pada
faktor F
Gambar diatas menunjukkan hubungan anatara excess returns suatu saham Ri-E(Rt) dan F
untuk berbagai nilai Beta dimana Β>1 . Jika ϵi = 0 maka garis memiliki kemiringan keatas.
X1 + X2 + X3 + . . . + XN = 1
Karena tingkat return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat return
saham-saham yang membentuknya, maka:
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat return dipengaruhi oleh:
Jika pemodal melakukan diversifikasi, maka rata-rata tertimbang untuk yang tidak
sistematis tidak perlu dihitung atau dihilangkan. Apabila dilakukan pembentukan portofolio yang
equality weighted dengan demikian, maka penambahan jumlah sekuritas akan menurunkan total
risk dari portofolio.
Contoh: Kita memiliki uang Rp. 1.000.000,00 dan akan melakukan lempar koin. Jika
bertaruh setiap lemparan koin sebesar Rp. 1.000, dengan pertaruhan 1.000 lemparan, jika kita
selalu memilih “ gambar rumah Minangkabau” untuk setiap lemparan, maka pada akhir taruhan
kita akan kembali memiliki (kurang lebih) Rp. 1.000.000,00. Hal ini terjadi, karena probabilitas
keluar “ gambar rumah Minangkabau” yaitu 0,50. Resiko yang muncul karena kebetulan akan
hilang.
Resiko total
Systemtic risk
Systemtic risk
Jumlah sekuritas
dalam portofolio
5. Beta dan tingkat keuntungan yang diharapkan
Beta merupakan pengukuran risiko yang relevan, san terdapat hubungan yang positif dan
linier antara ingkat keuntungan yang diharapkan dengan beta.
Suatu portopolio yang dapat dindetifikasikan dengan baik risiko semuanya adalah risiko
sistematis, dikarenakan risiko yang tidak sistematis sudah hilang terdiversifikasikan.
Berdasarkan hal tersebut implikasinya adalah ketika portopolio yang dimiliki oleh pemodal
sudah terverifikasi dengan baik dan salah satu saham dari saham-saham yang membentuk
portopolio ingin diganti, maka pemodal dapat mengabaikan risiko tidak sistematis dari saham
tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas bukan berarti suatu saham maupun portopolio tidak
mempunyai unsytematic risk, tidak berarti juga bahwa risiko tidak sistematis tidak
mempengaruhi keuntungan suatu saham tersebut. Suatu saham yang mempunyai risiko tidak
sistematis dantingkat keuntungan actual saham tergantung pada risiko tidak sistematis tersebut.
Tetapi pemodal dapat mengabaikan risiko tersebut karena risikonya akan hilang karean
diversifikasi, jika pemodal ingin menambah suatu saham dalam portopolio investasinya.
Karenanya, ketika pemodal mengabaikan suatu risiko tidak sistematis, maka yang dihubungkan
dengan tingkat keuntungan yang diharapkan adalah risiko sistematis.
Ketika suatu garis lurus menghubungkan dua titik, pada saat suatu aktiva mempunyai
beta sama dengan nol, aktiva tersebut akan memberikan suatu tingkat keuntungan sebesar Rf.
Kemudian, tingkat keuntungan yang diharapkan dari aktiva tersebut adalah E(Rf) yang
dirimuskan sebagai berikut :
Beta dalam sekuritas yang tredapat di APT dalam model satu faktor mengukur kepekaan
sekuritas terhadap faktor tersebut. Suatu portopolio yang terdiri sekuritas dengan banya apabila
terverifikasi secara baik, maka portopolio pasar akan berkorelasi sempurna dengan fakor tunggal.
Portopolio pasar yang merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan, maka
beta portopolio pasarakan sama dengan satu. Kondisi tersebut ditunjukan dengan gambar berikut
:
Beta dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari berbagai sekuritas dibawah
kondisi model satu faktor, dan faktor tersebut adalah portopolio
Persamaan tersebut menunjukan bahwa hubungan tingkat keuntungan yang diharapkan untuk
sekuritas searah ataupun hubungannya linier dengan beta.
E(R) = λ0 + λ₁b
1. Diketahui bahwa beta merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan, namun
harus dibedakan antara beta dalam lingkup CAPM dan beta dalam lingkup PTA.
2. Faktor yang mmpengaruhi terdapat lebih dari satu.
Dengan demikian bentuk umum persamaan dalam APT dapat dirumuskan sebagai berikut :
E(Rᵢ) = λ0 + λ₁bᵢ
dipertimbangkan
Jika seorang pemodal membuat atau membentuk portofolio yang didiversifikasikan dengan
baik, maka risiko residual akan mendekati nol serta hanya risiko sistematislah yang relevan. bi1
bi2 merupakan faktor-faktor yang memepengaruhi risiko sistematis pada persamaan tersebut.
Dikarenakan pemodal tersebut berkepentingan dengan tingkat keuntungan yang diharapkan serta
risiko, ia berkepentingan hanya dengan E(Rp), bp2 serta bp2+.
Dicontohkan apabila kita memiliki tiga portofolio serta memiliki karakteristik seperti berikut:
Masing-masing portofolio memiliki tiga variabel, yaitu E(Rp), b1, serta b2. Dengan demikian
kita memiliki tiga persamaan dengan tiga bilangan yang tidak diketahui. Yaitu
15 = a + 1,0bi + 0,6b2 untuk portofolio A
14 = a + 0,5bi + 1,0b2 untuk portofolio B
10 = a + 0,3bi + 0,2b2 untuk portofolio C
Jika ketiga persamaan tersebut terselesaikan, maka kita dapat memperoleh persamaan
sebagai dibawah ini :
E(Rp) = 7,75 + 5biI + 3,75bi2
Tingkat keuntungan yang diharapkan serta risiko pada masing-masing portofolio dinyatakan
sebagai berikut :
E(Rp) = ∑ Xi E(Ri)
bp1 = ∑ Xi bi1
bp2 =1
Dikarenakan kombinasi dari bermacam titik yang ada pada suatu plane (dimana penjumlahan
bobot pada setiap titik sama dengan satu) oleh karena itu semua portofolio yang terdiri dari
kombinasi A, B, serta C akan berada dalam plane tersebut.
Permasalahan wpenerapan dari teori tersebut adalah bahwa teori tersebut tidak menyebutkan
faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi return tersebut. Faktor-faktor yang ada tersebut
berupa harga, tingkatb bunga dan sebagainya. Tingkat keuntungan pasar bisa jadi merupakan
salah satu faktor yang ada, tetapi tingkat keuntungan pasar juga bisa jadi bukan faktornya. Agar
faktor yang mempengaruhhi tersebut dapat diidentifikasi atau dideteksi maka perlu dilakukan
nalisis yaitu matriks koefisien korelasi, yang dengan menerapkan teknik tertentu dapat
diidentifikasikan jumlah faktor serta kofisien faktor-faktor tersebut. Faktor loadings dapat
digunakan untuk menaksir bi sapai dengan b2 pada persamaan dasar APT yang telah kita
ketahui. Dikarenakan hal tersebut pada tahap ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keuntungan saham sebearnya merupakan variabel yang tidak dapat diamati.
Dari saham-saham, beberaoa saham mungkin akan lebih peka terhadap faktor tertentu jika
dibandingkan dengan saham-saham yang lain. Jika bI mewakili suatu faktor sedangakan saham
PT.X lebih peka terhadap perubahan faktor tersebut.
Untuk saham-saham terdapat dua sumber risiko. Yang pertama adalah risiko yang berasal
dari faktor-faktor makro ekonomi, dan risiko yang kedua adalah risiko yang berasa dari berbagai
peristiwa yang unik, tetapi tidak dapat menghilangkan risiko yang bersumber dari faktor-faktor
makro. Dikarenakan risiko unik tersebur dapat dihilangkan, maka pemodal apabila menjual atau
membeli saham, dapat mengabaikan risiko ini jika mereka melakukan diversifikasi yang bagus.
Premi risiko yang diharapkan daris uatu saham akan dapat dipengaruhi oleh faktor atau risiko
makro ekonomi.
7. Perbandingan CAPM dan APT
APT memiliki kesamaan dengan CAPM yaitu menekankan bahwa tingkat keuntungan yang
diharapkan bergantung pada pengaruh faktor-faktor makro ekonomi serta tidak diperoleh risiko
unik. Portofolio-portofolio yang secraa khusus yang dipengaruhi bersama (common influence)
juga dapat kita anggap faktor-faktor yang ada dalam arbritase pricing. Jika expected risk
premium pada setiap portofolio tersebut proporsional dengan market beta portofolio, maka
AOOT serta CAPM dapat memberikan hasil yang tidak berbeda. Jika tidak, maka hasilnya juga
akan berbeda pula.
Hal yang menarik dari APT merupakan bahwa kita tidak perlu mengidentifikasikan market
portofolio (yang pada CAPM diperlukan guna menghitung beta). Dikarenakan hal tersebut kita
tidak perlu cemas dengan perhitungan market portofolio, serta secara teoritis kita dapat menguji
APT walaupun saham yang kita miliki hanya saham yang berisiko. Selain hal tersebut, APT juga
memungkinkan penggnaan lebih dari satu faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang
diharapkan.
Walaupun demikian, faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dengan APT btidak dapat
dikenali. Atau juga dapat dikatakan APT tidak menjelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pricing. Hal ini lah yang menjadi keunggulan CAPM yang menyajikan semua
faktor makro pada satu faktor yaitu retuirn market portofolio. AT juga akan sangat bermanfaat
jika kita dapat :
1) Tidak terlalu banyak mengidentifikasi faktor-faktor makro ekonomi.
2) Mengukur expected return dari masing-masing faktor tersebut.
3) Mengukur kepekaan setiap saham terhadap faktor-faktor tersebut.
APT dapat menggunakan faktor yang lebih dari satu. APT tidak dapat menerangkan berapa
faktor yang dapat memepengaruhi tingkat keuntungan. Faktor-faktor yang ada harus dicari
menggunakan berbagai penelitian empirik. Roll dan Ross (1984) melaporkan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yaitu :
1) Perubahan inflasi yang tidak dapat dicegah atau diantisipasi
2) Perubahan produksi industri yang tidak dapat dicegah atau diantisipasi
3) Perubahan pada premi risiko yang tidak dapat dicegah atau diantisipasi
4) Perubahan slope dari kurva hasil yang tidak dapat diantisipasi.
8. Ringkasan
Arbitage Pricing Theory (APT) didasarkan pada prinsip hukukmm satu harga yang
mengemukakan atau menyatakan bahwa sekuritas yang memiliki karakteristik yang tidak
berbeda, tidak akan dapat dihargai dengan harga yang tidak sama. Hal ini tidak sama dengan
Capital Asset Pricing Modeln (CAPM) yang menerapkan asumsi bahwa portofolio pasar adalah
portofolio yang efisien, APT tidak menerpakan asumsi apapun tentang portofolio pasar. APT
hanya menerapkan bahwa tingkat keuntungan suati saham akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu, yang jumlahnya dapat lebih dari satu.
Tetapi, teori ini tidak dapat menjelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat memepengaruhi
pembentukan harga sekuritas. Teknik statistik tersebut sebagai faktor analysis dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi berapa faktor yang terdapat dalam persoalan, tetapi tidak
menerangkan apa faktor-faktor yang diungkapkan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, S. (2001). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Tandelilin, Eduardus. 2001. ANALISIS INVESTASI DAN MANAJEMEN PORTOFOLIO. BPFE-
Yogyakarta.