PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem keuangan Islami merupakan bagian dari konsep yang lebih luas
tentang ekonomi Islam, yang tujuannya adalah memperkenalkan sistem nilai
dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena dasar etika ini, maka
keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan
sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial
itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai kewajiban agamis.
1
Banyak dari mereka yang melakukan kajian mendalam terhadap
perekonomian yang berlandaskan prinsip-prinsip Syariat Islam. Sistem yang
bersumber dari ajaran Allah SWT, ini terbukti tetap tangguh menghadapi
permasalahan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Yang artinya :
3
Larangan yang dilakukan pada sistem keuangan syariah yaitu melarang
adanya riba, perjudian, monopoli, penipuan, gharar, penimbunan barang dll.
Oleh karena itu, segala aktifitas keuangan pada sistem ini harus sesuai dengan
prinsip syariah sebagaimana sudah diatur melalui Al Qur’an dan sunah.
1. Larangan Riba
2. Pembagian Risiko
4
3. Uang sebagai Modal Potensial
4. Larangan Spekulatif
5. Kontrak/Perjanjian
5
Dari prinsip sistem keuangan tersebut, maka muncul dan berkembang
instrumen-instrumen keuangan syariah terkait dengan kegiatan investasi
maupun jual-beli sesuai dengan ketentuan syariah. Hal ini membantu pelaku
ekonomi dalam memahami berbagai produk keuangan syariah dan ketentuan-
ketentuan syariah dari setiap produk keuangan tersebut.
C. Akad/Kontrak/Transaksi
Akad dalam bahasa arab ‘al- aqd ,jamaknya al-uqud berati ikatan atau
mengikat (al-rabth). Menurut terminologi hukum islam, akad adalah pertalian
antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang di benarkan oleh
syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Menurut abdul
Razak Al-sanhuri dalam nadhariyatul ‘aqdi ,akad adalah kesepakatan dua bela
pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak
dan kewajiban yang mengikat pihak-pihak yang terkait langsung maupun
tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.(Ghufron Mas’adi,2002)
Jenis-jenis Akad :
6
• Qardh merupakan pinjaman yang di berikan tampa mensyaratkan apapun ,
selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu .
• Rahn meruakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk
atau jumlah tertentu.
• Hiwalah adalah benuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari
pihak lain.
2). Meminjamkan jasa
Meminjamkan jasa berupa keahlian atau keterampilan termasuk akad
tabarru’. Ada minimal 3 jenis pinjaman,yaitu :
• Wakalah memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk
melakukan sesuatu atas nama orang lain.
• Wadi’ah merupakan bentuk turunan akad wakalah,dimana pada akad ini
telah di rinci tentang jenis pemeliharaan dan penitipan.
• Kafalah juga merupakan turunan wakalah dimana pada akad ini terjadi
atas wakalah bersyarat.
3). Memberikan sesuatu
Dalam akad ini pelaku memberikan sesuatu ke orang lain. Ada minamal 3
bentuk akad.
• Wakaf merupakan pemberiaan dan penggunaan pemberian yang
dilakukan tersebut untuk kepentingan umu dan agama, serta pemberian itu
tidak dapat di pindah tangankan
• Hibah, shadaqah merupakan pemberiaan sesuatu secara suka rela kepada
orang lain.
2. Akad Tijarah (compensational contract)
7
satu,kemudiaan menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan
keuntungan.
Dalam subbab ini akan di bahas struktur dari sebuah sistem keuangan yang
berdasarkan prinsip – prinsip Islam. Sistem keuangan Islam hadir untuk
memberikan berbagai macam jasa keungan yang dapat di terima secara reliligius
kepada komunitas – komunitas muslim. Menurut Chapra (1985) tujuan dari
sistem keuangan Islam adalah sistem ini akan memberikan kontribusi secara
pantas kepada pencapaian tujuan sosio-ekonomi Islam dengan utama.
8
c. Promosi pembangunan ekonomi
Struktur ideal dari sistem keuangan Islam menurut Chapra (1985), meliputi
beberapa institusi berikut:
1) Bank Sentral
2) Bank Komersial
3) Lembaga Keuangan Non Bank
4) Institusi Kredit Khusus
5) Korporasi asuransi Deposit
6) Korporasi audit Investasi
2. Kerangka Ismail
Struktur ideal sistem keuangan yang kedua diusulkan oleh Abdul Halim
Ismail (1986), yang mengusulkan pembagian tanggung jawab yang lebih
cermat. Ia membuat sketsa sistem ekonomi Islam yang meliputi tiga sektor,
yaitu:
1) Siasi, yaitu sektor pemerintah meliputi dana publik dan bank sentral.
2) Ijtima’i, yaitu sektor kesejahteraan yang bertanggung jawab atas
administrasi pajak.
3) Tijari, yaitu sektor komersial meliputi semua aktivitas komersial sektor
swasta.
9
1. Peranan Lembaga Keuangan Islam Era Sahabat
Lembaga keuangan Islam atau asalnya adalah Baitul Mal mulai diadakan
pada zaman khalifah Abu Bakar. Munculnya Islamic Financial System
sebenarnya diawali dengan berdirinya institusi keuangan dalam sebuah
pemerintahan. Gagasan tersebut lahir ketika Abu Hurairah datang kepada
Umar r.a. dengan membawa kekayaan dari Bahrain sebanyak 500 ribu
dirham. Umar r.a. meminta pendapat dari para sahabat tentang cara
pengelolaan dan pendistribusian harta tersebut. Khalid bin walid
menginginkan agar di bentuk sebuah institusi yang mengelola harta yang
terkumpul. Sehingga khalifah Umar bun Khattab r.a. merupakan konseptor
pertama dalam pembentukan Baitul Mal sebagai institusi penyimpanan dan
pengalokasian harta kekayaan kaum muslimin dalam pengertian luas.
Berdasarkan dana yang ada, Baitul Mal saat itu terbagi menjadi:
1. Baitul Mal Zakat, berfungsi untuk menampung semua dana dari zakat.
3. Baitul Mal Fa’i, berfungsi menyimpan harta yang berasal dari kharaj,
jizyah, usur dan pajak.
a. Gaji para gubernur dan hakim, para pegawai pemerintahan, para petugas
yang memberikan pelayanan publik,dan termasuk di antaranya adalah
Amirul Mukminin sendiri dan khalifah.
10
c. Persiapan pasukan dan alat – alat seperti persenjataan, amunisi, kuda, dan
segala peralatan yang dapat menggantikan kedudukan keduanya.
f. Pemberian subsidi dan santunan kepada fakir miskin, anak yatim, janda,
orang – orang yang tidak memiliki tempat tinggal.
11
4. Pembinaan kebiasaan menabung di kalangan umat Islam.
5. Penataan ktivitas bisnis yang dapat diterima oleh dan sesuai dengan
syari’ah.
6. Kerja sama dengan lembaga keuangan Islam lain di luar negeri untuk
mendorong pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial masyarakat
muslim.
Dalam Lembaga Keuangan Islam atau syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam. Setiap akad dalam Lembaga Keuangan Islam, baik dalam hal
barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi
ketentuan akad, yaitu:
Syarat, seperti;
2. Struktur Organisasi
3. Operasional
13
Perbedaan Lembaga Keuangan Islam dan Lembaga Keuangan Konvensional
dari segi operasional.
Untuk jasa – jasa lainnya pihak Untuk jasa – jasa bank lainnya pihak
perbankan konvensional perbankan syariah menggunakan atau
menggunakan atau menerapkan menerapkan sistem upah, jual beli,
biaya – biaya dalam nominal atau bukan presentasi uang.
presentase tertentu.
14
Lembaga Keuangan Islam tidak dapat menerima simpanan dari orang – orang
yang ingin mendapatkan keuntungan dari simpanannya tanpa menanggung
resiko apapun. Lembaga Keuangan Islam biasanya memandang bahwa
simpanan itu diperlukan sekali, bahkan sebuah kewajiban di dalam pencarian
ini bagi pembangunan ekonomi dan sosial komunitas muslim, dimana
mengarahkan simpanan untuk sektor produktif ekonomi dipandang sebagai
salah satu dari faktor yang paling penting yang kondusif bagi pembangunan.
2. Likuiditas berlebihan
Lembaga Keuangan Islam bekerja dengan hukum dan peraturan yang ketat
dan memilih investasi yang sah. Alasannya:
15
Untuk meminimalisasi potensi kerugian yang timbul dari investasi
mudarabahnya.
Untuk mengamankan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari
lembaga keuangan atau bank – bank yang barasas bunga.
4. Problema pendanaan pinjaman untuk konsumsi
BAB III
PENUTUP
16
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini yang dapat kami buat, kami sebagai manusia biasa tentu
masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami sangat
berharap teman-teman terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Pengantar
Ilmu Ekonomi untuk memberi saran yang membangun untuk kelompok kami.
DAFTAR PUSTAKA
17
(di unduh tgl 25 Oktober 2019)
Rinriani Bandung 02 Maret 2018 alamat web
https://rinrinriani-desu08.blogspot.com/2018/04/makalah-sistem-keuangan-
islami.html (di unduh tgl 25 Oktober 2019)
Efa April 2013 alamat web
http://efa-mbem.blogspot.com/2013/04/makalah-sistem-keuangan-
syariah.html
(di unduh tgl 25 Oktober 2019)
Course Hero alamat web
https://www.coursehero.com/file/p3ftacge/Sistem-keuangan-syariah-A-
KONSEP-MEMELIHARA-HARTA-KEKAYAAN-Memelihara-harta/
(di unduh tgl 25 Oktober 2019)
Ariefraiham 20 september 2015
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/09/lembaga-keuangan-
syariah.html
(di unduh tgl 25 Oktober 2019)
18