Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian
dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar pemyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem
yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah kepada standar yang
konsisten, yang terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
Kerangkai dasar ini menyajikan konsep yang mendasari peyusunan dan penyajan laporan
keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berikut untuk sersua jenis transakst syariah
yang dilapor oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun
sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan berikut:
Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan llahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah).
Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai
illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk,
benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan cara ini, akan terbentuk integritas yang akhirnya
akan membentuk karakter tata kelola yang baik (good govenance) dan disiplin pasar (market
discipline) yang baik.
Implementast transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah
harus
1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling rida.
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib).
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
4. Tidak mengandung unsur riba.
5. Tidak mengandung unsur kezaliman.
6. Tidak mengandung unsur maysir.
7. Tidak mengandung unsur gharar.
8. Tidak mengandung unsur haram.
9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of mtoncy) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risko yang melekat
pada kegiatan usaha terscbut sesuai dengan prinsip Al-ghunmu bil ghurmi (no gains
without accompanying rist).
10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain. Sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua
transaksi bersamaan yang berkaitan (ta'alluq) dalam satu akad.
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar).
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap-menyuap (nisywak).
Karakteristik tersebut dapat diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat komersial maupun
yang bersifat nonkomersial.
posisi keuangan. Kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Beherapa
tujuan lainnya adalah:
laporan keuangan, serta dapat digunakan sebagai bentuk laporan dan pertanggungiawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
2. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas diasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah yang akan melanjutkan usahanya di masa depan, Oleh karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material
skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin
harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
Karakeristk kualitatif merupakan ciri khas yang membuat laporan dalam laporan
keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami,
relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.
1. Dapat dipahami
2. Relevan
Agar bermantaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan, kalau dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithyful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan.
Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut.
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut.
1. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu
menyeimbangkan manfaat relatif antar pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi
andal.
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat
terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara
substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses pertimbangan
(judgement process). Biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang menikmati manfaat.
Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain di samping oleh mereka yang
menjadi tujuan (target) penyampaian informasi.
Posisi keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut.
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas
syariah.
b. Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasi investasi berdasarkan
kesepakatan. Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban, karena
entitas syariah tidak berkewajiban untuk mengembalikan dana awal dari pemilik dana ketika
mengalami kerugian kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
d. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan
Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan berikut ini.
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi
yang
Berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai
berikut.
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumulah yang diterima sebagai penukar dari
kewajban (obligzation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untak memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang scharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajlban dinyatakan dalamjumlah kas (atau
setara kas) yang tidak di diskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuran ini walaupun dapat digunakan tetapi tidak
mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat ini. Mengingat manajemen harus menjamin
informasi yang disajikan adalah andal serta dapat dibandingkan.
(a) Neraca;
Kerangka dasar akuntansi disadari merupakan hal penting, dan untuk itu, AAOIFI telah
mengeluarkan Pernyataan No. 1 dan No. 2. Manfaat dengan ditentukannya tujuan akuntansi
keuangan untuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut.
1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar yang
konsisten.
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai
alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat pertimbangan pada
saat akan menyusun laporan keuangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna serta
meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan
kepercayaan atas lembaga keuangan syariah.
5. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten. Ini
seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.
Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir Islam dalam AAOIFI untuk menyusun tujuan
laporan keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara mengambil seluruh
pemikiran akuntansi kontemporer yang berlaku kemudian melakukan tes dan analisis apakah
pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan dengan syariah Islam.
1. Pemegang Saham.
2. Pemegang Investasi.
6. Pengelola Zakat.
Paradigma, asas dan karakteristik transaksi syariah tidak dapat dipisahikcan dari ekonomi
Islam, karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah Islam dalam konteks
muamalah. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi syariah seharusnya didasarkan atas prinsip
dasar ekonomi Islam dan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan syariah (maqashidus
shariah). Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurut Ibnu Al-Arabi adalah sebagai berikut.
Bentuk laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI pada prinsipnya sama dengan
yang terdapat dalam PSAK, tetapi AAOFI secara tegas menyatakan bahwa laporan keuangan
yang dimaksud adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah. Laporan keuangan yang
diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai berikut.
1. Relevan. Syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai alasan
utama disusunnya laporan keuangan.
2. Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan tingkat keandalan informasi yang
dihasikan.
4. Konsisten. Metode yang akan digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan akuntansi
yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
5. Dapat dimengerti. Informasi yang disajikna dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-rata
pengusaha laporan keuangan.
Perdebatan Para Pemikir Akuntansi mengenai Kerangka Akuntansi
Pada bagian ini pembahasan kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan
harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain (Belkoui, 2000). Terdapat
beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya adalah sebagai berikut.
a.. Proprietary Theory, di mana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin pada akun
ekuitas
b. Entity Theory, di mana pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari kepemilikan
perusahaan, karena pemilik adalah hanya salah satu yang berhak atas perusahaan, sehingga
Para ulama fikih baik lasik maupun kontemporer serta para pemikir akuntansi Islam, masih
berbeda pendapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung di antaranya adalah Adnan &
Gafikin (1997) Abdil Rahman (Napier, 2007) Atiah (1989), Konsep tersebut beralasan bahwa
dalam Islam ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah dari unit akuntansi seperti: wakaf,
baitul maal, zakat dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh para ulama fikih yang setuju
dengan konsep ini adalah firman Allah dalam QS 4:29. ".. kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu" ... dan hadis Nabi Muhammad SAW:
Orang mukmin itu (dalam urusan mereka) menurut syarat yang telah mereka sepakati, kecuali
satu syarat yaitu: menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Sedangkan mereka yang idak seuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling &
Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas
hukum yang tidak dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan
utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling memercayai dan masjid telah
menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat Islam.
Konsep berkelanjutan ini dijelaskan "mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus berlanjut
di masa yang akan datang" Konsep ini menegang peranan yang besar dalam standar akuntansi
serta penayusunan laporan keuangan, karena konsep ini akan berhubungan dengan konsep
harga perolehan dan penilaian aset tetap. Mereka yang menolak konsep ini (Adnan &
Gafikin 1997) beralacan bahwa semua makhluk adalah fana (tidak dapat hidup selamanya)
dan hanya Allah yang akan terus hidup selamanya. Pendapat ini ditolak oleh mercka yang
mendukung dengan mengatakan bahwa islam sangat mendukung orang yang bekerja dan
menabung untuk mengantisipasi hari di masa depan sebagaimana disampaikan dalam Qs 57:7
dan Al Hadis; "Allah menyayangi orang yang mencari wafitah yang baik dan
menafkahkannya secara sederhana serta menabung sisarya untuk persiapan pada hari ia
membutuhkan dan pada hari fakiya."(HR. Muslim).
3. Periodisasi
Menurut konsep ini, adanya perubahan atas kekayaan perusahaan pada laporan keuangan
harus dijelaskan secara periodik (Belkoui, 2000). Konsep ini berhubungan dengan konsep
kegiatan usaha yang berkelanjutan. Konsep ini diterima oleh AAOIFI dan para pemikir
akuntansi Islam.
Proses perhitungan dan konunilasi akivitas dlam perusahan hanya mencaat yang dapat
dihitung dengan satuan mata uang, dan secara implisit mengasumsikan bahwa daya beli mata
uang tersebut adalah stabil. Konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan akan
hanya memperhitungkan segala sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dalam mata uang serta
mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan dalam satuan mata uang. Kedua,
mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak selamanya sama karena adanya
inflasi. Perubahan harga akan menimbulkan dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah
penilaian dan masalah pengukuran.
5, Konservatif
Merupakan konsep yang digunakan oleh akuntan untuk melaporkan nilai yang rendah untuk
aset dan pendapatan serta nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban. Hal ini memiliki
dampak bahwa untuk transaksi yang berpengaruh terhadap kewajiban dan beban akan diakui
dengan cepat sedangkan untuk aset dan pendapatan sebaliknya.
6. Harga perolehan
Merupakan konsep di mana aset dicatat sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan pada
saat memperoleh sesuatu, sedangkan kewajiban dicatat pada jumlah uang yang akan diterima
dari
Merupakan konsep dimana pendapatan diakui pada suatu periode tertentu sesuai prinsip
pengakuan pendaratan secara bersamaan dengan pengakuan beban. Implikasi dari konsep ini
adalah beban harus diakui pada periode dimana pendapatan diakui.
6. Dasar akrual
Konsep ini mengatakakan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan saat suatu manfaat itu
diperoleh, bukan pada saat kas diterima. Hal yang sama terjadi untuk beban yaitu beban
diakui pada saat manfaat diterima dan bukan pada saat kas dibayarkan. Metode ini
berhubungan dengan konsep penandingan beban dengan manfaat. Konsep diterima oleh
AAOIFI dengan mengacu atas pendapat dari Khalifah Umar bin Khatab (Napier, 2007):
"Nilailah barang daganganmt dan bayarlah zakatnrya jika telah masuk hisab dant hairya). Hal
ini memberi implikasi bahwa zakat harus dibayar atas kekayaan yang meningkat dan konsep
ini paling baik untuk menilai kekayaan.
9. Pengungkapan penuh
Konsep ini mengharuskan pengungkapan informasi sesuai dengan kebutuhan informasi dari
mayoritas pembaca laporan keuangan. Seluruh stakeholders perusahaan memiliki hak untuk
menerima informasi perusahaan. Namun demikian, tidak berarti bahwa seluruh informasi
harus diungkapkan sehingga bisa membingungkan. Hal yang perlu dilihat adalah kewajaran
(fairness), kemadaian (adequacy) serta keterbukaan (Transparancy) informasi serta kepada
siapa informasi tersebut harus disajikan. Konsep ini diterima oleh para pemikir akuntansi
Islam bahkan dari sejak zaman awal Islam, karena Islam sangat mengutamakan prinsip
keadilan termasuk keadilan dalam memperoleh informasi, seperti mengenai pengelolaan
zakat yang sangat diperlukan oleh para muzaki dan mustahik.
Konsep ini mengungguli akuntansi bahwa hakikat dari suatu transaksi lebih penting dari
bentuk hukum transaksi itu sendiri. Penerapan substansi mengungguli bentuk pada akuntansi
konvensional adalah capital leasing.
1. Neraca yang Menggunakan Nilai Saat Ini (current value balance sheet), untuk mengatasi
kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola perhitungan zakat yang
mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Alasan lainnya, adalah dengan
menggunakan nilai sekarang akan mempermudah pengguna laporan keuangan untuk
mengambil keputusan karena nilai yang disajikan lebih relevan dibanding nilai historical cost.
IFRS (Imternational Financia! Reporting Standard) juga telah merekomendasikan nilai saat
ini (current value) untuk aset yang disajikan dalam laporan keuangan, dan negara-negara di
dunia sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan di negara
masing-masing.
2. Laporan Nilai Tambah (Value Added Statemen) sehagai pengant laporan laba atau sebagai
laporan tambahan atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa unsur terpenting di dalam akuntansi syariah bukanlah kinerja operasional (laba bersih)
tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai sosial yang dapat didistribusikan
secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai
tambah.
Nilai tambah sendiri didefinisikan oleh The British Discussion Paper the Corporate Report
(1975) sebagai:
"Value added is the wealth. the reporting entity has been able to create by its own and is
employees' efforts. This statement should show how value added has been used to pay those
contributing to its creation. It usefully elaborate on the proft and loss acoount and in time,
muy come to regarded as a preferable way of descritbing perforitahced”