Akuntansi syariah bukan lagi hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Basis syariah sudah
merambat dalam banyak segi kehidupan, tak terkecuali pada lembaga keuangan baik perbankan
maupun non perbankan. Akuntansi syariah digunakan sebagai tonggak pencatatan transaksi,
penyusunan laporan, sampai pengambilan keputusan untuk perusahaan berbasis syariah. Ada
beberapa prinsip yang mendasari perusahaan dan akuntansi syariah digunakan. Prinsip-prinsip
tersebut kerap kali tidak dijadikan pedoman bagi organisasi maupun perusahaan dengan basis
non syariah. Berbicara tentang lembaga keuangan syariah, bagaimana dengan perkembangan
akuntansi syariah sendiri di Indonesia? Nampaknya cukup menarik untuk dibahas
mengingat tren ini baru muncul dan menyebar pada tahun milenial ini. Pembahasan tentang
perkembangan akuntansi syariah di Indonesia akan disampaikan melalui beberapa poin besar
berikut ini.
Definisi lain yang menggambarkan istilah Akuntansi Syariah menurut Sofyan S. Harahap
(Akuntansi Sosial Ekonomi dan Akuntansi Islam:56) adalah penggunaan akuntansi untuk
menjalankan syariah Islam secara nyata yang sudah diterapkan sejak era Nabi Muhammad SAW,
Khulaurrasyidiin, serta pemerintah Islam lainnya.
Definisi baku dari Akuntansi Syariah sendiri masih belum ada sampai saat ini. Namun jika
bisa diambil kesimpulan dari banyaknya para ahli yang memberikan definisi masing-masing
tentang istilah ini, Akuntansi Syariah bisa dipahami sebagai proses akuntansi yang didasarkan
pada prinsip syariah, mulai dari cara membuat jurnal umum, proses identifikasi, pengukuran,
hingga pelaporan informasi yang mendukung proses penilaian dan pengambil keputusan.
Seperti apa prinsip-prinsip syariah yang dimaksud hingga Akuntansi Syariah maupun
lembaga keuangan perbankan yang kini banyak berbasis syariah begitu patuh? Pengertian
prinsip syariah sendiri adalah aturan tentang perjanjian berdasarkan hukum Islam di antara bank
dan pihak lain guna menyimpan dana, pembiayaan usaha, serta berbagai kegiatan lain yang
dinyatakan telah sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan prinsip-prinsip syariah tersebut
antara lain:
Akuntansi syariah dikenal dan banyak digunakan ketika lembaga keuangan perbankan
berbasis syariah banyak menjamurdi negeri ini. Berdirinya bank-bank berbasis syariah ini adalah
titik tolak penggunaan akuntansi syariah yang sampai sekarang sudah dikenal masyarkat. Proses
kelahiran akuntansi syariah dari berdirinya bank-bank syariah akan dijelaskan sebagai berikut.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan dengan asar hukum dan prinsip operasional
yang sedikit berbeda dari bank-bank konvensional. Bukan hanya tunduk pada hukum normal
yang berlaku di Indonesia, bank syariah juga mematuhi pedoman dan aturan yang didasarkan
pada Kitab Suci Al-Quran. Hal ini termasuk dengan kepercayaan bahwa riba bukan sebuah hal
yang baik sehingga proses pembagian untung akan melalui proses perjanjian antara pihak bank
dengan nasabah.
Dikarenakan prosesnya yang berbeda ini, akhirnya muncul banyak kesulitan terutama
dalam pelaporan operasional yang harus seturut dengan pedoman-pedoman yang berlaku. Tentu
menjadi masalah baru, bagaimana menyusun laporan keuangan yang harus dipublikasikan dan
di saat bersamaan juga menyusun berdasarkan aturan-aturan operasional yang diperbolehkan.
Maka dari itu, sekitar tahun 2002, muncul pemikiran untuk menggunakan sistem Akuntansi
Syariah di lembaga keuangan perbankan. Sistem ini digunakan baik secara pengetahuan umum
maupun penggunaan secara teknis. Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI akhirnya juga turun tangan
membentuk Komite Akuntansi Syariah di Indonesia pada tahun 2005. Tugas komite ini
adalah merumuskan standar akuntansi syariah.
Permasalahan pertama yang muncul adalah perbedaan prinsip antara Akuntansi Syariah
dengan Akuntansi Konvensional yang mengacu pada standar internasional IFRS. Standar IFRS
memiliki perbedaan dengan standar yang digunakan untuk Akuntansi Syariah. Akuntansi Syariah
dikenal lebih memiliki orientasi dan pertanggung jawaban sosial. Maka dari itu, pengintegrasian
standar IFRS dengan standar pada Akuntansi Syariah tidak bisa sempurna.
Satu masalah ini akhirnya merembet ke hampir seluruh lini yang berkaitan dengan
Akuntansi Syariah di Indonesia. Selain masalah prinsip yang mencakup banyak sekali aturan
yang berbeda di antara keduanya, masalah lain muncul karena perbedaan antara Akuntansi
Syariah dan Akuntansi Konvensional.