Anda di halaman 1dari 8

Perkembangan Standar Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah bukan lagi hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Basis syariah sudah
merambat dalam banyak segi kehidupan, tak terkecuali pada lembaga keuangan baik perbankan
maupun non perbankan. Akuntansi syariah digunakan sebagai tonggak pencatatan transaksi,
penyusunan laporan, sampai pengambilan keputusan untuk perusahaan berbasis syariah. Ada
beberapa prinsip yang mendasari perusahaan dan akuntansi syariah digunakan. Prinsip-prinsip
tersebut kerap kali tidak dijadikan pedoman bagi organisasi maupun perusahaan dengan basis
non syariah. Berbicara tentang lembaga keuangan syariah, bagaimana dengan perkembangan
akuntansi syariah sendiri di Indonesia? Nampaknya cukup menarik untuk dibahas
mengingat tren ini baru muncul dan menyebar pada tahun milenial ini. Pembahasan tentang
perkembangan akuntansi syariah di Indonesia akan disampaikan melalui beberapa poin besar
berikut ini.

Teori Akuntansi Syariah


Pengertian akuntansi syariah bisa bermacam-macam. Para ahli merumuskan
pengertiannya menurut pandangan masing-masing. Akuntansi syariah bisa dipahami sebagai
akuntansi dengan 3 komponen prinsip yang terdiri dari prinsip pertanggung jawaban, prinsip
keadilan, dan prinsip kebenaran dengan dasar hukum syariah dan sifatnya universal (Muhammad
dalam Pengantar Akuntansi Syariah, 2012:11).

Definisi lain yang menggambarkan istilah Akuntansi Syariah menurut Sofyan S. Harahap
(Akuntansi Sosial Ekonomi dan Akuntansi Islam:56) adalah penggunaan akuntansi untuk
menjalankan syariah Islam secara nyata yang sudah diterapkan sejak era Nabi Muhammad SAW,
Khulaurrasyidiin, serta pemerintah Islam lainnya.

Definisi baku dari Akuntansi Syariah sendiri masih belum ada sampai saat ini. Namun jika
bisa diambil kesimpulan dari banyaknya para ahli yang memberikan definisi masing-masing
tentang istilah ini, Akuntansi Syariah bisa dipahami sebagai proses akuntansi yang didasarkan
pada prinsip syariah, mulai dari cara membuat jurnal umum, proses identifikasi, pengukuran,
hingga pelaporan informasi yang mendukung proses penilaian dan pengambil keputusan.

Seperti apa prinsip-prinsip syariah yang dimaksud hingga Akuntansi Syariah maupun
lembaga keuangan perbankan yang kini banyak berbasis syariah begitu patuh? Pengertian
prinsip syariah sendiri adalah aturan tentang perjanjian berdasarkan hukum Islam di antara bank
dan pihak lain guna menyimpan dana, pembiayaan usaha, serta berbagai kegiatan lain yang
dinyatakan telah sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan prinsip-prinsip syariah tersebut
antara lain:

1. Prinsip Setiap Hamba Berhubungan Langsung dengan Allah


2. Prinsip Menghadapkan Khitbah Kepada Akal
3. Prinsip Memagari AKidah dengan Akhlak Karimah
4. Prinsip Menjadikan Segala Macam Beban Hukum Demi Kebaikan Jiwa dan Kesucian
5. Prinsip Keselarasan antara Agama dan Masalah Hukum
6. Prinsip Persamaan
7. Prinsip Menyerahkan Masalah Tazir Kepada Pertimbangan Penguasa
8. Prinsip Toleransi
9. Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan

Masuk dan di Gunakannya Akuntansi Syariah


Pertama kali istilah akuntansi dikenal adalah pada sekitar tahun 1960-an. Akuntansi ini
pun masih merupakan akuntansi konvensional, mengacu pada berbagai literatur yang
menyebutkan bahwa pertama kali ilmu ini berkembang di negara Italia. Kepercayaan ini seolah-
olah menutupi cerita detil perkembangan akuntansi yang dipengaruhi oleh kondisi peradaban
sebelumnya.

Lantas sejak kapan akuntansi syariah menjadi marak digunakan di Indonesia?

Akuntansi syariah dikenal dan banyak digunakan ketika lembaga keuangan perbankan
berbasis syariah banyak menjamurdi negeri ini. Berdirinya bank-bank berbasis syariah ini adalah
titik tolak penggunaan akuntansi syariah yang sampai sekarang sudah dikenal masyarkat. Proses
kelahiran akuntansi syariah dari berdirinya bank-bank syariah akan dijelaskan sebagai berikut.

Bank syariah merupakan lembaga keuangan dengan asar hukum dan prinsip operasional
yang sedikit berbeda dari bank-bank konvensional. Bukan hanya tunduk pada hukum normal
yang berlaku di Indonesia, bank syariah juga mematuhi pedoman dan aturan yang didasarkan
pada Kitab Suci Al-Quran. Hal ini termasuk dengan kepercayaan bahwa riba bukan sebuah hal
yang baik sehingga proses pembagian untung akan melalui proses perjanjian antara pihak bank
dengan nasabah.
Dikarenakan prosesnya yang berbeda ini, akhirnya muncul banyak kesulitan terutama
dalam pelaporan operasional yang harus seturut dengan pedoman-pedoman yang berlaku. Tentu
menjadi masalah baru, bagaimana menyusun laporan keuangan yang harus dipublikasikan dan
di saat bersamaan juga menyusun berdasarkan aturan-aturan operasional yang diperbolehkan.
Maka dari itu, sekitar tahun 2002, muncul pemikiran untuk menggunakan sistem Akuntansi
Syariah di lembaga keuangan perbankan. Sistem ini digunakan baik secara pengetahuan umum
maupun penggunaan secara teknis. Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI akhirnya juga turun tangan
membentuk Komite Akuntansi Syariah di Indonesia pada tahun 2005. Tugas komite ini
adalah merumuskan standar akuntansi syariah.

Pro dan Kontra Penggunaan Akuntansi Syariah


Akuntansi Syariah merupakan jawaban bagi pengaturan operasional lembaga keuangan
perbankan berbasis syariah saat ini. Prinsip dan aturan dalam istilah ini sangat membantu
lembaga perbankan menjalankan fungsi akuntansi biaya mereka dengan basis yang mereka pilih
tanpa mengurangi fungsi dasar mereka dalam kehidupan masyarakat. Meski terlihat sudah
menjawab kebutuhan dan kondisi saat ini, keberadaannya masih diperdebatkan terkait pro dan
kontra yang muncul.

Permasalahan pertama yang muncul adalah perbedaan prinsip antara Akuntansi Syariah
dengan Akuntansi Konvensional yang mengacu pada standar internasional IFRS. Standar IFRS
memiliki perbedaan dengan standar yang digunakan untuk Akuntansi Syariah. Akuntansi Syariah
dikenal lebih memiliki orientasi dan pertanggung jawaban sosial. Maka dari itu, pengintegrasian
standar IFRS dengan standar pada Akuntansi Syariah tidak bisa sempurna.

Satu masalah ini akhirnya merembet ke hampir seluruh lini yang berkaitan dengan
Akuntansi Syariah di Indonesia. Selain masalah prinsip yang mencakup banyak sekali aturan
yang berbeda di antara keduanya, masalah lain muncul karena perbedaan antara Akuntansi
Syariah dan Akuntansi Konvensional.

Resistensi akibat keterlambatan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAKS) muncul


dari penerapan standar yang berbeda. Pengukuran Net Present Value atau NPV pun memiliki
dasar penghitungan dengan parameter bunga, di mana pada sistem Akuntansi Syariah hal ini
tidak diperbolehkan karena sama saja dianggap dengan riba. Jika kelak menerapkan kaidah bagi
hasil, tentu saja hal ini menuntut pemahaman dan penerapan sistem akuntansi yang rasional
namun rumit. Akuntan dengan basis syariah harus memperhatikan masalah sampai sedetil
ini. Tiga hal tersebut baru merupakan perbedaan yang paling terlihat di antara kedua istilah
dengan basis berbeda ini. Meskipun memiliki banyak perbedaan dengan standar Akuntansi
Konvensional yang sudah banyak diketahui lebih dulu, toh tetap saja Akuntansi Syariah bisa
digunakan dengan fleksibilitas dalam berbagai hal.
Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

1. 1. #Komala Bibasitinuri 21110183 #Astri Fitrihartini S 21110705 #Elba Akbar Iswandi


21110720 #Tubagus Afsal C 21110740 #Lisnawati 21111087 #Arsista Kanczha Surianto
21112040 #Putri Yulia Rochman 21112050 #Siti Mauliani 21114700
2. 2. Littleton mendefinisikan, tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan
perhitungan periodik antara biaya (usaha) dari hasil (prestasi). Konsep ini merupakan inti
dari teori akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan dalam
mempelajari akuntansi. APB (Accounting Principle Board) Statement No. 4 mendefinisikan
sebagai berikut : Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang
dimaksud untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam
memilih di antara beberapa alternatif. AICPA (American Institute of Certified Public
Accountant) mendefinisikan sebagai berikut: Akuntansi adalah seri pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter,
transaksi dan kejadian umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilnya.
Menurut Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid dalam buku Akuntansi Syariah mendefinisikan
akuntansi sebagai berikut : Muhasabah, yaitu suatu aktifitas yang teratur berkaitan dengan
pencatatan transaksi- transaksi, tindakan-tindakan, keputusan- keputusan yang sesuai
dengan syariat dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta
berkaitan dengan pengukuran dengan hasil-hasil keuangan yang berimplikasi pada
transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut untuk membantu
pengambilan keputusan yang tepat. Menurut Sofyan S Harahap dalam (Akuntansi Social
ekonomi dan Akuntansi Islam ) mendefinisikan : Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah
pada hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam.
3. 3. Kriteria Akuntansi Syariah Akuntansi Konvensional Dasar Hukum Hukum etika yang
bersumber Al-Quran & As-Sunnah Hukum Bisnis Modern Dasar Tindakan Keberadaan
hukum Allah Keagamaan Rasionalisme ekonomi Sekuler Tujuan Keuntungan yang wajar
Maksimalisasi Keuntungan Orientasi Kemasyarakatan Individual atau kepada pemilik
Tahapan Operasional Dibatasi dan tunduk ketentuan syariah Tidak dibatasi kecuali
pertimbangan ekonomis Akuntansi syariah juga dibutuhkan dan berbeda dengan akuntansi
konvensional mengingat dilahirkan dari sistem nilai dan aturan yang berbeda, sebagaimana
dijelaskan oleh Harahap (2004) dapat disimpulkan sebagai berikut :
4. 4. Prinsip Pertanggungjawaban Prinsip Keadilan Prinsip Kebenaran
5. 5. Sejarah membuktikan bahwa Ilmu Akuntansi telah lama dipraktekkan dalam dunia islam,
seperti istilah jurnal (dahulu zornal), telah lebih dahulu digunakan pada zaman khalifah islam
dengan istilah jaridah untuk buku catatan keuangan. Begitu juga dengan double entry yang
ditulis oleh Luca Pacioli. Dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata Islam lebih dahulu
mengenal sistem akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800
tahun lebih dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494. Setelah
munculnya Islam di Semenanjung Arab dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW, serta telah
terbentuknya daulah islamiyah di Madinah (tahun 622M atau bertepatan dengan tahun 1H),
mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan muamalah maaliah (keuangan) dari
unsur-unsur riba dan dari segala bentuk penipuan, pembodohan, perjudian, pemerasan,
monopoli dan segala usaha pengambilan harta orang lain secara batil. Bahkan Rasulullah
lebih menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara khusus
beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus,
yaitu hafazhatul amwal (pengawas keuangan). Dalam perkembangan selanjutnya, ketika
ada kewajiban zakat dan ushr (pajak pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah
sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil
pertanian dari muslim), maka Rasulullah mendirikan Baitu Maal pada awal abad ke-7.
Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut diaman seluruh penerimaan dikumpulkan
secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan untuk kepentingan
negara. Dalam hal ini, para sahabat Rasul dan pemimpin umat islam juga menaruh
perhatian yang tinggi terhadap pembukuan (akuntansi) ini, sebagaimana yang terdapat
dalam sejarah Khulafaur-Rasyidin. Adapun tujuan pembukuan bagi mereka di waktu itu
adalah untuk mengetahui utang-utang dan piutang serta keterangan perputaran uang,
seperti pemasukan dan pengeluaran. Juga, difungsikan untuk merinci dan menghitung
keuntungan dan kerugian, serta untuk menghitung harta keseluruhan untuk menentukan
kadar zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing individu.
6. 6. Abu Bakar As-sidiq Umar bin Khattab Utsman bin Affan Ali Bin Abi Thalib Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana, dimana
penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga hampir tidak pernah ada
sisa. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah Diwan
yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan
yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa
akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar
masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah diputuskan di daerah-daerah taklukan islam. Pada
masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan tentang istilah khittabat al-Rasull wa
sirr yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan pelaksanaan
agama dan moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang bertanggung
jawab atas lembaga al hisbah, misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan,
orang yang tidak banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan
termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk perhitungan
atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk. Pada masa pemerintahan Ali
yaitu adanya sistem administrasi Baitul Maal difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan
baik, surplus pada Baitul Maal dibagikan secara profesional sesuai dengan ketentuan
Rasulallah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan
berlangsung dengan baik. Khalifah Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi
umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas.
7. 7. Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses
pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan landasan
awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah. Pendirian ini dimulai
dengan serangkaian proses perjuangan sekelompok masyarakat dan para pemikir Islam
dalam upaya mengajak masyarakat Indonesia bermuamalah yang sesuai dengan ajaran
agama. Kelompok ini diprakarsai oleh beberapa orang tokoh Islam, Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada waktu itu, sekitar
tahun 1990-1991. Perkembangan lembaga keuangan syariah selanjutnya di Indonesia
hingga tahun 1998 masih belum pesat, karena baru ada 1 (satu) Bank Syariah dan 78 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No.
10 tahun 1998 yang memberikan landasan hukum lebih kuat untuk perbankan syariah.
Melalui UU No. 23 tahun 1999, pemerintah memberikan kewenangan kepada Bank
Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan UU
No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 Tahun 1999, perkembangan perbankan syariah
meningkat tajam terutama dilihat dari peningkatan jumlah bank/kantor yang menggunakan
prinsip syariah dan peningkatan jumlah aset yang dikelola. Pertambahan jumlah bank
syariah berasal dari diberikannya izin bagi 2 bank syariah baru yaitu : Bank Syariah BRI dan
Bank Bukopin Syariah. Sedangkan Bank Syariah baru yang telah beroperasi adalah Bank
Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Dengan demikian, berdasarkan
data dokumen, dapat diinterpretasikan bahwa keberadaan sejarah pemikiran tentang
akuntansi syariah adalah setelah adanya standar akuntansi perbankan syariah, setelah
terbentuknya pemahaman yang lebih konkrit tentang apa dan bagaimana akuntansi syariah,
dan terbentuknya lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada akuntansi syariah. Jadi
secara historis dari tahun 1992-2002 perbankan syariah belum memiliki PSAK khusus, sejak
tahun 2002 barulah muncul ide pemikiran dan keberadaan akuntansi syariah, baik secara
pengetahuan umum maupun secara teknis. Sebagai catatan, IAI baru membentuk Komite
Akuntansi Syariah di Indonesia.
8. 8. Pada tahun 1429 angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia. Luca
Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti seorang ahli
matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai
rujukan. Pada tahun 1484 M, Paciolli pergi untuk bertemu dengan temanya Onforio Dini
Florence yaitu seorang pedagang yang suka berpergian ke Afrika Utara dan Konstatinopel,
sehingga diduga Paciolli mendapatkan ide double entry tersebut dari temannya. Bahkan,
Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat mengenai adanya pengaruh pedagang Arab
terhadap Italia. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Luca Paciolli, bahwa setiap
transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah debit, atau diawali
dengan menulis kredit terlebih dahulu kemudian debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa
Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bangsa Arab yang menulis dari sisi kanan.
9. 9. KEUANGAN SYARIAH STANDAR AKUNTANSI
10. 10. Periode Perkembangan Standar Akuntansi Syariah di Indonesia : 1. Periode sebelum
tahun 2002 Walaupun Bank Muamalat sudah beroperasi sejak tahun 1992 namun dengan
sampai tahun 2002 belum ada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang
mengatur, sehingga pada periode ini masih mengacu pada PSAK 31 tentang akuntansi
perbankan walaupun tidak dapat digunakan sepenuhnya terutama paragraf-paragraf yang
bertentang dengan prinsip syariah seperti perlakuan akuntansi untuk kredit. Selain itu juga
mengacu pada accounting Auditing Standard for Islamic Financial Institution yang disusun
oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, suatu badan
otonom yang didirikan 27 Maret 1991 di Bahrain 2. Periode tahun 2002 2007 Pada periode
ini sudah ada PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah. Yang dapat digunakan
sebagai acuan akuntansi untuk bank umum syariah. Bank perkreditan rakyat syariah dan
kantor cabang syariah sebagaimana tercantum dalam ruang lingkup PSAK tersebut. 3.
Tahun 2007 sekarang Pada periode ini DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan)
mengeluarkan PSAK syariah yang merupakan perubahan dari PSAK 59. KDPPLKS
(Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) dan PSAK
syariah, digunakan baik oleh entitas syariah maupun entitas konvesional yang melakukan
transakssi syariah baik sektor publik maupun sektor swasta. Dengan demikian, saat ini di
indonesia selain memiliki PSAK syariah juga ada standar akuntansi keuangan (PSAK)
konversi IFRS, SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang diluncurkan secara
resmi pada tanggal 17 juli 2009 dan standar Akuntansi Pemerintahan.
11. 11. Akuntansi Perbankan Syariah Penyajian Laporan Keuangan Syariah Akuntansi
Murabahah Akuntansi Salam Akuntansi Isthisna Akuntansi Mudharabah Akuntansi
Musyarakah Akuntansi Ijarah Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Akuntansi Zakat dan
Infaq/Sedekah Akuntansi Hawalah Akuntansi Asuransi Syariah
12. 12. Perkembangan awal islam dimulai dari Negara Madinah, karena pada saat itu Madinah
belum memiliki pemasukan dan pengeluaran maka Negara membuat kegiatan yang
dilakukan secara kerjasama. Pada abad ke 7 Nabi Muhammad membentuk baitul maal yang
berfungsi sebagai penyimpanan hasil pembayaran wajib zakat dan ushr. Kemudian
dipaparkan pula adanya hubungan antara akuntansi modern dan akuntansi syariah karena
adanya interaksi antara Luca Paciolli dan pedagang Arab yang memunculkan dugaan
mengenai konsep double entry. Bukti-bukti dan istilah yang digunakan Paciolli juga sama
dengan para pedagang Arab. Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari proses pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI)
merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah.
Pendirian ini diprakarsai oleh beberapa orang tokoh Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada waktu itu, sekitar tahun
1990-1991. PSAK 59 sebagai produk DSAK IAI merupakan awal dari pengakuan dan
eksistensi Akuntansi Syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tgl 1 Mei 2002, berlaku mulai 1
Januari 2003 atau pembukuan yang berakhir tahun 2003. Berlaku dalam jangka waktu 5
tahun. Setelah itu lahirlah PSAK 101-106 yang disahkan tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku
mulai tanggal 1 Januari 2008 atau pembukuan tahun yang berakhir tahun 2008.

Anda mungkin juga menyukai