Anda di halaman 1dari 132

BAB I

Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah


1. Makna yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 282 yang terkait
dengan bidang ilmu akuntansi adalah ayat ini berbicara tentang anjuran
atau menurut sebagian ulama kewajiban menulis utang piutang dan
mempersaksikannya dihadapan pihak ketiga yang dipercaya (notaris),
sambil menekankan perlunya menulis utang walau sedikit, disertai dengan
jumlah dan ketetapan waktunya. Perintah ayat ini secara redaksional
ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi yang dimaksud adalah
mereka yang melakukan transaksis hutang-piutang, bahkan yang lebih
khusus adalah yang berhutang. Ini agar yang memberi piutang merasa
lebih tenang dengan penulisan tersebut, karena menulisnya adalah perintah
atau tuntunan yang sangat dianjurkan, walau kreditor tidak memintanya.
Dengan hadirnya transaksi hutang piutang, banyak orang yang
memanfaatkan hal tersebut untuk memeras pihak-pihak yang sedang
membutuhkan pertolongan. Akan tetapi, akad tolong menolong tersebut
dipelintir menjadi suatu tambahan di dalam pelunasan hutang, sampai
akhirnya terjadi suatu tambahan yang dinamakan riba. Hal tersebut
dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, baik kelembagaan maupun
perorangan. Adapun syarat-syarat yang ditentukan oleh ayat ini untuk
traksaksi adalah sebagai berikut:
a. Untuk setiap agama, baik hutang maupun jual beli barang secara
hutang, haruslah tertulis dan berdokumen
b. Harus ada penulis selain dari kedua belah pihak yang bertransaksi,
namun berpijak pada pengakuan orang berutang
c. Orang yang berhutang dan yang memberikan pinjaman haruslah
memperhatikan Tuhan dan tidak meremehkan kebenaran dan menjaga
kejujuran
d. Selain tertulis, harus ada dua saksi yang dipercaya oleh kedua belah
pihak yang menyaksikan proses transaksi
e. Dalam transaksi tunai, tidak perlu tertulis dan adanya saksi sudah
mencukupi

2. Pengaruh perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat 282 terhadapa


praktik akuntansi di masa Rasulullah SAW dapat dicermati pada baitul
maal yang didirikan Rasulullah SAW sekitar awal abad ke-7. Pada masa
itu,baitul maal berfungsi untuk menampung dan mengelola seluruh
penerimaan negara, baik berupa zakat, ushr (pajak pertanian
dari muslim), jizyah (pajak perlindungan dari non-muslim yang tinggal di
daerah yang diduduki umat Muslim) serta kharaj (pajak hasil pertanian
dari nonmuslim). Semua pengeluaran untuk kepentingan negara baru dapat
dikeluarkan setelah masuk dan dicatat di baitul maal.
3. Praktik akuntansi pada masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa
kekhalifahan ditandai dengan terus dilanjutkannya baitul maal pada masa
kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. Hingga masa itu,
manajemen baitul maal masih sederhana dimana penerimaan dan
pengeluaran dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada
sisa. Perkembangan fungsi baitul maal mulai dilakukan dimasa
kekhalifahan Umar bin Khattab r.a.. Pada masa itu beliau memperluas
fungsi baitul maal dengan fungsi Diwan (dawwana yang berarti penulisan)
yang juga mengurusi mengenai pembayaran gaji. Pada masa itu baitul
maal tidak lagi dipusatkan di Madinah tapi juga di daerah-daerah yang
dikuasai Islam. Khalifah Umar bin Khattab r.a. juga membentuk 14
departemen dan 17 kelompok, di mana pembagian departemen tersebut
menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem keuangan dan
pelaporan keuangan yang baik.
Perkembangan baitul maal yang lebih pesat terjadi pada masa kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib r.a., dimana pada masa itu sistem administrasi baitul
maal sudah berjalan dengan baik di tingkat pusat dan lokal. Tidak hanya
itu, di masa kekhalifahan beliau juga telah terjadi surplus pada baitul
maal yang kemudian dibagikan secara sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan
telah berlangsung dengan baik.

4. Keterkaitan buku karangan Luca Pacioli yang berjudul Summa de


Arithmetica Geometria, Proportioni et Proportionalita dengan peradaban
Muslim ialah melalui bukunya, Luca Pacioli dianggap sebagai orang
pertama yang menggagas sistem buku berpasangan (double entri
bookeeping), yaitu sistem buku berpasangan dimana sisi kiri dan sisi
kanan atau sisi debet dan sisi kredit harus sama atau seimbang atau dengan
kata lain pencatatannya harus dilakukan dua kali (double) yaitu pada
kedua sisi.
Sistem tersebut dianggap sebagai revolusi dalam seni pencatatan dalam
bidang ekonomi dan bisnis. Akan tetapi banyak pertentangan di kalangan
peneliti tentang sejarah akuntansi di dalam buku Summa de Arithmetica
yang dibuat Pacioli, diantaranya adalah :

a. Have (1976) dalam Zaid (2001) beranggapan bahwa perkembangan


akuntansi sebagaimana ditulis oleh Luca Pacioli tidaklah terjadi di
Republik Italia kuno. Yang terjadi adalah italia mengetahui tentang
akuntansi dan ilmu itu sampai pada mereka dari bangsa lain. Dalam
bukunya Luca Pacioli hanyalah bagian dari apa yang ada pada saat itu,
yang beredar di antara guru dan murid sekolah aritmetika dan
perdagangan. Dengan demikian, Luca Pacioli bukanlah penemu
melainkan pencatat terhadap apa yang beredar saat itu.
b. Wolf (1912) dalam Zaid (2001), mengemukakan bahwa pada akhir
abad ke-15, Eropa sedang terhenti perkembangannya dan tidak dapat
diharapkan adanya kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi.
c. Heaps (1895) dalam Zaid (2001), mengemukakan bahwa bookkeeping
pastilah dipraktikkan pertama kali oleh para pedagang dan ia
beranggapan bahwa mereka berasal dari mesir.
d. Ball (1960) dalam Zaid (2001), menyatakan bahwa buku Pacioli
didasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang eropa pertama kali
menerjemahkan buku Aljabar yang ditulis dalam bahasa arab, yang
berisikan dasar-dasar bookkeeping.

Dalam sejarah Islam, lebih satu abad sebelum buku Luca Pacioli
diterbitkan, telah ada manuskrip tentang akuntansi yang ditulis oleh
Abdullah bin Muhammad bin Kiyah Al Mazindarani dengan judul Risalah
Falakiyah Kitab As Siyaqaat pada tahun 1363 M. Beberapa kaidah dalam
manuskrip tersebut yang terkait dengan praktik double entry adalah
sebagai berikut:

1) Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat


sumber-sumber pemasukan tersebut.
2) Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan
pengeluaran-pengeluaran tersebut

Beberapa ahli sejarah barat menyimpulkan bahwa masyarakat uang


dimaksud oleh Luca Pacioli dalam bukunya adalah masyarakat dan bahkan
pemerintah Italia. Pendapat ini dipandang bertentangan dengan fakta
terkait mengenai tidak operasionalnya angka romawi untuk digunakan
Dalam praktik akuntansi yang sedemikian maju. Sementara, masyarakat
muslim pada saat itu telah mengembangkan penggunaan angka nol, yang
kemudian disebut dalam dunia akademik sebgai angka arab,
mengembangkan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah
satu ilmu pada saat itu yang paling menonjol adalah ilmu matematika yang
dikenal dengan bidang aljabar.

5. 3 argumen yang disampaikan oleh sejarawan akuntansi syariah yang


menunjukan bahwa akuntansi modern telah lebih dahulu dikembangkan
oleh masyarakat.
a. Apabila kita pelajari sejarah Islam, bahwa setelah munculnya Islam
di Semenanjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan
terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah yang kemudian dilanjutkan
oleh para Khulafaur Rasyidin, terdapat Undang-undang yang
diterapkan untuk perorangan, perserikatan (syarikah) atau
perusahaan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta
dan anggaran Negara
b. Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik
secara khusus beberapa sahabat untuk menangani profesi akuntan
dengan sebutan hafazhatul amwal (pengawas keuangan)
c. Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah
ini sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat
terpanjang, yakni Surat Al Baqarah ayat 282 yang menjelaskan
fungsi-fungsi pencatatan dalam bermuamalah (bertransaksi),
penunjukkan seorang pencatat beserta saksinya, dasar-dasarnya, dan
manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah
hukum yang harus dijadikan pedoman dalam hal tersebut.

6. 3 jenis pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan akuntansi


syariah adalah:
a. Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer
Pendekatan ini biasa disingkat dengan pendekatan induktif, yang
dipelopori oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan
akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam
dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan
syariah.
b. Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam
Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi
syariah, antara lain Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan
beberapa pemikir lainnya. Mereka berpandangan bahwa tujuan
akuntansi syariah adalah pemenuhan kewajiban zakat. Pendekatan ini
diawali dengan menentukan tujuan berdasarkan prinsip ajaran Islam
yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah.
c. Pendekatan Hibrid
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan
ajaran Islam dan persoalan masyarakat yang akuntansi syariah
mungkin dapat bantu menyelesaikan. Pendekatan ini dipelopori oleh
pemikir akuntansi syariah Shahul Hameed. Pendekatan Hibrid secara
parsial telah diterapkan di lingkungan beberapa perusahaan
konvensional.

7. Kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada masing-masing


pendekatan yang ada dalam mengembangkan akuntansi syariah adalah:
a. Kelebihan Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer :
Pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang
memerlukannya. Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip
ibaha (boleh) yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terkait
dalam bidang muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada
larangan yang menyatakannya
Kekurangan Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer :
Tidak bisa diterapkan pada masyarakat yang kehidupannya wajib
berlandaskan pada wahyu dan dipandang merusak karena
mengandung asumsi yang tidak Islami.
b. Kelebihan Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam :
Pendekatan ini akan meminimalisasi pengaruh pemikiran sekuler
terhadap tujuan dan akuntansi yang dikembangkan.
Kekurangan Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam :
Pendekatan ini sulit dikembangkan dalam bentuk praktisnya
c. Kelebihan Pendekatan Hibrid :
Mengapresiasi perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan di
Eropa dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu perlu
diaplikasikan dalam akuntansi syariah.
Kekurangan Pendekatan Hibrid :
Perlu dilakukan oleh pemikir akuntansi Islam cara untuk
mengembangkan triple bottom line menjadi fourt bottom line
(ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesesuaian syariah).

8. Pendapat kami tentang pendekatan yang menurut kami tepat untuk


dikembangkan pada saat sekarang adalah pendekatan Induktif Berbasis
Akuntansi Kontemporer, karena Pendekatan ini menggunakan tujuan
akuntansi keuangan Barat yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan
mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan ketentuan syariah.
Sehingga lebih mudah untuk mengaplikasikannya pada zaman modern
pada saat ini

9. Pandangan beberapa pakar yang mengkritisi permasalahan yang terdapat


pada akuntansi konvensional sehingga perlu dikembangkan akuntansi
alternatif adalah kendati ada kesan bahwa pada mulanya pakar berbeda
pendapat dalam menilai urgensi perbedaan Akuntansi Syariah dan
konvensional, atau cukup merubah sedikit saja apa yang sudah ada dalam
akuntansi konvensional, namun dalam perkembangan berikunya,
gumpalan semangat untuk berbeda, ternyata lebih menguat. Ini memuncak
setelah dilakukan berbagai studi yang kemudian dijadikan landasan untuk
dibentuknya The Financial Accounting Organization for Islamic Bank and
Financial Institutions (FAO-IBFI) pada tahun 1990. Dalam
perkembangannya lembaga ini kemudian berganti nama menjadi The
Accounting and Auditing Organization for Islmic Financial Institutions
(AAO-IFI). Ada sejumlah argumentasi yang diajukan, mengapa Akuntansi
Syariah harus berbeda dengan akuntansi konvensional. Diantaranya
adalah karena faktor-faktor tujuan. Siapapun yang bertransaksi dengan
cara Islam, harus diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka
mematuhi perintah Allah dan sekaligus ridha-Nya. Ini tentu sangat berbeda
dengan tujuan yang biasa ingin dicapai akuntansi konvensional, yang
biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai keduniawian, tetapi kering dari
nilai-nilai ukhrawi. Secara lebih spesifik, dengan merujuk pada Statement
of Financial Accounting (SFA) No. 1, alasan yang dipakai menyusun
tujuan yang berbeda untuk Akuntansi Syariah adalah karena:
a. Islamic banks must comply with the principles and rules of Sharia in
all their financial and other dealings
b. The functions of Islamic banks are significantly different from those of
traditional banks who have adopted the Western model of banking
c. The relatioship between Islamic banks and the parties that deal with
them differs from the relatioship of those who deal with the traditional
banks. Unlike traditional banks, Islamic banks do not use interest in
their investment and financing transactions, whereas traditional banks
borrow and lend money on the basis of interest.

10. Tawaran akuntansi sebagai alternatif terhadap praktik akuntansi


konvensional yang berkembang saat ini selain akuntansi dalam perspektif
syariah menurut kami adalah Akuntansi Ekonomi Politik. Akuntansi
Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan
kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang
lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari
laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara
keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan
menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba,
kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu
pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari masyarakat
sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan
memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi,
akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru. Akuntansi akonomi politik
tidak seperti akuntansi konvensional dalam pengakuan modal, bagi
akuntansi ekonomi politik mengakui adanya dua dimensi modal:
a. Sebagai instrumen (fisik) dari produksi.
b. Sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam organisasi sosial.
11. Penjelasan tentang akuntabilitas primer dan akuntabilitas sekunder serta
implikasinya terhadap akuntansi syariah:
Akuntabilitas primer diwujudkan dalam bentuk manusia menaati
ketentuan Allah (Alquran dan Sunah), sedang akuntabilitas sekunder
diwujudkan dalam bentuk menajer mengidentifikasi, mengukur, dan
melaporkan aktivitas sosioekonomi yang berkaitan dengan masalah
ekonomi, sosial, lingkungan, dan syariah compliance kepada investor.
Dapat dilihat dari laporan keuangan dan non-keungan perusahaan
maupun disclosure perusahaan yang memperhatikan tidak hanya masalah
ekonomi, melainkan juga masalah sosial dan lingkungan dan
juga mengapresiasi perkembangan akuntasi sosial dan lingkungan di Eropa
dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu perlu diaplikasiakan
dalam akuntansi syariah.

12. Berikut ini penjelasan kamii akan implikasi dijadikannya zakat sebagai
dasar dalam pengembangan akuntansi syariah:
Gerakan zakat adalah gerakan kemanusiaan yang menitikberatkan kepada
kesejahteraan bersama, dan dengan kondisi tersebut berimplikasi. kepada
upaya mempercepat pembangunan dan pembinaan sumber daya di
kalangan ummat Islam, karena sumber daya manusia (SDM) memiliki
peranan penting bagi tercapainya kebangkitan ummat Islam. Upaya-upaya
yang sedemikian rupa seperti dipaparkan di atas dan didukung oleh
undang-undang zakat akan membuat zakat sebagai pilar utama ekonomi
ummat Islam, yang selama ini dianggap tidak mampu bersaing dengan
sistem ekonomi kapitalis, dan bahkan diasumsikan hanya sebagai
penopang kebutuhan yang bersifat konsumtif, dapat dibuktikan
kehandalannya dalam membangun dan memberdayakan ekonomi ummat
Islam, sebagai rakyat mayoritas di negeri ini, kekuatan ekonomi ummat
Islam berarti juga sebagai kekuatan ekonomi bangsa dan negara.
13. Jelaskan permasalahan yang mungkin timbul dalam penggunaan
akuntansi konvensional sebagai dasar pengembangan akuntansi syariah.
Jawab :
kerangka akuntansi konvensional, yang didasarkan pada ide-ide barat,
tidak sesuai diterapkan pada masyarakat islam. Ketidaksesuaiannya itu terlihat
pada aspek: pengeliminasian nilai-nilai agama; penggunaan rasionalitas sebagai
dasar pengambilan keputusan; dan penekanannya pada nilai pemilik modal pada
suatu perusahaan. Oleh karena itu kenyataannya masyarakat islam memiliki
alternatif atas keberadaan akuntansi konvensional, dan para sarjana muslim
mampu mengembangkan kerangka akuntansi yang sesuai dengannya dan
didasarkan pada nilai-nilai agamanya.
Sementara itu, paradigma stariah, menekankan pada aspek nilai hukum
dan etika islami dalam sistem akuntansi. Aspek ini diusulkan menjadi kerangka
yang sesuai dalam mengembangkan akuntasi syariah. Suatu hal yang sangat
penting untuk diperkenalkan adalah bahwa penerapan akuntansi syariah
berdasarkan pada paradigma syariah yng merupakan bagian yang sangat
berhubungan dengan tauhid al-ibadah mengakui ke-Esa-an Allah sebagai pemilik
Alam semesta ini). Denagn demikian, usaha berkelanjutan akan dilakukan oleh
setiap orang islam untuk menjabarkan syariah dalam kehidupannya. Hal yang
lebih penting adalah penjabaran tersebut diharapkan dapat diterima oleh semua
golongan, khususnya bagi kelompok non-muslim.
14. Beberapa sejarawan akuntansi syariah menyatakan bahwa konsep
double entry accounting telah diterapkan oleh masyarakan muslim pada abad
pertengahan. Evaluasilah bukti-bukti yang di ajukan oleh para sejarawan tersebut
dan berikan penilaian anda apakah setuju atau tidak setuju dengan pendapat
tersebut.
Jawab :
Praktik akuntansi pada masa Rasulullah SAW mulai berkembang setelah ada
perintah Allah melalui Al-Quran untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak
tunai (Al-Baqarah 282) dan untuk membayar zakat. Perintah Allah dalam Al-
Baqarah 282 tersebut telah mendorong setiap individu senantiasa menggunakan
dokumen ataupun bukti transaksi. Adapun perintah Allah untuk membayar zakat
mendorong umat Islam saat itu untuk mencatat dan menilai aset yang dimilikinya.
Berkembangnya praktik pencatatan dan penilaian aset merupakan konsekwensi
logis dari ketentuan membayar zakat yang besarnya dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari aset yang dimiliki seseorang yang telah memenuhi kriteria
nisab dan haul.
15. Ajaran islam sangat kondusif dengan penggunaan dan pengembangan
akuntansi dalam kehidupan manusia. Berikan argumentasi anda guna mendukung
pendapat tersebut.
Jawab :
Islam melalui Al Quran telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus
diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah
menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagai
ditegaskan dalam surat Al Baqaroh ayat 282. Disamping itu, Akuntansi Syariah
harus berorietasi sosial. Akuntansi Syariah tidak hanya sebagai alat ukur untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai
suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam
masyarakat Islam.
BAB II
Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah

1. Jelaskan kaitan Alquran dengan keberadaan lembaga keuangan syariah.

Dalam Al-Quran umat islam jelas di larang untuk melakukan transaksi riba.
Berikut ayat-ayat Al-Quran yang membahas tentang riba :

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan
penyakit jiwa (gila). Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . . . (Q.S. Al-Baqarah:
275)

Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah SWT
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.
(Q.S. Al-Baqarah: 276)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang beriman. (Q.S. Al-Baqarah:
278)





dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta
manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)

Transaksi keuangan pada bank bank konvensional sudah di katakan


riba, oleh sebab adanya lembaga keuangan syariah sanga t membantu
dalam era digital melakukan transaksi ekonomi. dan pada ayat alquran
juga telah di jabarkan tentang akuntansi syariah.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang
itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak
mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).
Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang
seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

2. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang terdapat pada masa Nabi


Muhammad SAW

Perkembangan keuangan dan lembaga keuangan Islam


Masa sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab telah dikenal
sebagai pedagang yang sangat ulung. Mereka melakukan aktifitas
perdagangan hingga ke berbagai Negara. Dari tanah Arab, mereka
membawa dagangannya hingga ke Benua Afrika, Asia Tengah, Asia
Tenggara, hingga ke Eropa.
Di masa jahiliyah tersebut, sistem perdagangan (ekonomi) jauh
dari prinsip-prinsip keadilan. Para pedagang berusaha mencari keuntungan
sebesar-besarnya tanpa memperdulikan apakah tindakan mereka itu benar
atau salah. Maka, ketika Islam datang, segala bentuk perdagangan yang
merugikan baik itu bersifat judi (maysir), tidak jelas (gharar), dan
berbunga (riba) dihapuskan. Sebab, hal itu bertentangan dengan ajaran-
ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin,adil dan transparan.
Muhammad ketika muda mengikuti pamannya, Abu Thalib,
berdagang ke Syam, ketika itu beliau telah mempraktekkan sistem
perdagangan yang jujur sehingga, masyarakat senang melakukan
perdagangan dengannya. Begitu juga ketika beliau turut membawa
dagangan Siti Khadijah. Dengan sifatnya yang dikenal jujur (al-amin),
barang dagangannya laku terjual.
Ketika Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul pada umur 25
tahun, beliau pun tetap melakukan sistem perdagangan yang jujur,
transparan, terbuka, dan berkeadilan. Sistem perdagangan ini masih
dilakukan secara pribadi dan kekeluargaan, belum melembaga dalam
sebuah sistem yang terstruktur. Karena itu, di zaman beliau belum ada
sebuah lembaga keuangan Islam yang mengatur sistem perdagangan
secara sistematis, kecuali selalu merujuk pada ajaran Islam yakni Al-
Quran. Beliau senantiasa mempraktekkan sistem perdagangan dengan
tujuan membantu kaum yang lemah (fakir miskin). Rasulullah SAW baru
mulai melirik permasalahan ekonomi dan keuangan negara, setelah beliau
menyelesaikan masalah politik dan urusan konstitusional di Madinah pada
masa awal hijrah.
Setelah selama tiga belas tahun di makkah, beliau hijrah
kemadinah. Pada saat hijrah kemadinah, kota ini masih dalam keadaan
kacau, belum memiliki pemimpin ataupun raja yang berdaulat. Dikota ini
banyak suku, salah satunya adalah suku yahudi yang dipimpin oleh
Abdullah bin Ubay. Ia berambisi menjadi raja di madinah. Suasana kota
ini sering terjadi pertikaian antar kelompok. Kelompok yang terkuat dan
kaya adalah yahudi, namun kondisi ekonominya masih lemah dan hanya
ditopang dari hasil pertanian. Oleh karena itu, tidak ada hukum dan aturan,
maka system pajak dan fiscal tidak berlaku.
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, maka Madinah dalam wakti
singkat mengalami kemajuan yang pesat. Rasulullah berhasil memimpin
seluruh pusat pemerintah Madinah, menerapkan prinsip-prinsip dalam
pemerintahan dan organisasi membangun intitusi-intitusi, mengarahkan
urusan luar negeri, membimbing para sahabatnya dalam memimpin dan
pada akhirnya melepaskan jabatannya secara penuh.
Pada masa Rasulullah SAW, dapat dilihat dari praktek dan
kebijakan yang terapkan oleh beliau dan para sahabat. Mengenai keuangan
public pada masa Rasulullah adalah berangkat dari kedudukan beliau
sebagai kepala Negara. Demikian halnya dengan para sahabat
Khulafaurrasyidin, juga yang ditempatkan sebagai kepala Negara. sebab,
kedudukan sebagai kepala negara adalah identik dengan kedudukan
melayani publik.
Sejarah perkembangan keuangan dan lembaga keuangan pada masa
nabi terbilang masih sangat sederhana, pemasukan-pemasukan negara baik
dari ghanimah, zakat dan lainnya masih bisa diatur dan diawasi oleh Nabi
sendiri. Pada masa awal Islam ini juga belum dikenal Baitul Mal dalam
bentuk lembaga. Hanya saja nilai-nilai tentang praktek Baitul Mal itu
sendiri telah dipraktekkan sendiri oleh Nabi. Sistem yang digunakan Nabi
ini masih terus berlangsung sampai pada masa khalifah Abu Bakar yang
kemudian ketika kekuasaan beralih pada Umar pendapatan negara semakin
bertambah dan dibuatlah kebijakan baru yakni membuat lembaga
keuangan berupa Baitul Mal yang mengurus diantaranya output dan input
khas Negara. Peranan ini pun masih diteruskan dan dikembangkan oleh
khalifah sesudah Umar, yang mana pada khalifah sesudah Umar dapat
dikatakan pasang surut perkembangannya. Kadang baik kadang juga
memprihatinkan. Berbeda pada masa Nabi sampai Umar yang dapat
dikatakan 90% selangkah lebih maju dari sebelumnya, karena ada inovasi-
inovasi baru yang dimunculkan dan membuahkan manfaat.
Pada abad ke 19 lembaga keuangan syariah mulai serius di bahas
dan di kerjakan oleh berbagai negara-negara uslim yang akhirnya
berdirilah bank-bank Islam termasuk diantaranya di Indonesia.
Perkembangan yang ada tahap ini bisa dikatakan sebagai kemajuan
meskipun ada hambatan dan pelan perkembangannya. Terbukti di dunia-
dunia barat pun sekarang sudah banyak yang mengadopsi sistem keuangan
syariah dan dalam negara kita banyak muncul akhir-akhir ini bank,
maupun lembaga keuangan Islam lainnya. Lembaga keuangan syariah di
indonesia semakin hari semakin bertambah peminatnya meskipun masih
dalam skala kecil jika dilihat tahapan-tahapannya.
Jika ditilik dari fungsinya, bank adalah lembaga yang
melaksanakan tiga fungsi utama, yakni menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Dalam
sejarah perekonomian umatmIslam, praktik-praktik seperti menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan
bisnis, dan melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak
zaman Rasulullah saw. Nabi sendiri dikenal dengan julukan al-amin,
sehingga dipercaya oleh masyarakat Makkah menerima simpanan harta.
Hal ini terbukti pada saat terakhir sebelum hijrah ke Madinah, beliau
meminta Ali bin Abi Thalib ra untuk mengembalikan semua titipan itu
kepada para pemiliknya. Dalam konsep ini, pihak yang dititipi tidak dapat
memanfaatkan harta yang dititipkan.
Berbeda dengan nabi, Zubair bin al-Awwam, salah seorang sahabat
Rasul, memilih tidak menerima titipan harta. la lebih suka menerimanya
dalam bentuk pinjaman, sehingga tindakan Zubair ini menimbulkan
implikasi yang berbeda, yakni pertama, dengan mengambil uang itu
sebagai pinjaman, ia mempunyai hak untuk memanfaatkannya; kedua,
karena bentuknya pinjaman, ia berkewajiban untuk mengembalikannya
secara utuh. Dalam riwayat lain disebutkan, Ibnu Abbas juga pernah
melakukan pengiriman uang ke Kufah dan Abdullah bin Zubair melakukan
pengiriman uang dari Makkah ke adiknya Misab bin Zubair yang tinggal
di Irak.
Dalam sejarah tercatat bahwa penggunaan cek juga telah dikenal
luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri Syam
dengan Yaman, yang berlangsung dua kali dalam setahun. Khalifah Umar
bin Khattab menggunakan cek untuk membayar tunjangan kepada mereka
yang berhak. Dengan menggunakan cek ini, mereka mengambil gandumdi
Baitul Mal yang ketika itu diimpor dari Mesir. Pemberian modal kerja
bebasis bagi hasil, seperti mudharabah, muzaraah, musaqah, telah dikenal
sejak awal di antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar.
Dengan demikian meskipun tidak melaksanakan seluruh fungsi
perbankan, jelas terdapat individu-individu yang telah melaksankan fungsi
perbankan di zaman Rasulullah saw. Ada sahabat yang melaksanakan
fungsi menerima titipan harta, ada sahabat yang melaksanakan fungsi
pinjam-meminjam uang, adasahabat yang melaksankan fungsi pengiriman
uang, dan ada yang memberikan modal kerja.
Dalam sejarah diriwayatkan bahwa Rasulullah menolak untuk
membentuk pasar yang baru khusus bagi kaum muslimin, karena pasar
merupakan sesuatu yang alamiah dan harus berjalan sesuai dengan
sunnatullah. Hal ini sama dengan penolakannya dalam penentuan harga.
Rasul pun tidak menciptakan mata uang sendiri. Namun demikian
Rasulullah membangun beberapa lembaga perekonomian sebagai berikut:

BaitulMal

Pembentukan lembaga penyimpanan yang dinamakan Baitul Mal


merupakan sesuatu yang berbeda dan revolusioner pada zaman itu. Sebab
pada umumnya pajak-pajak yang dikumpulkan oleh para penguasa di
kerajaan-kerajaan tetangga sekitar jazirah Arabia seperti Romawi dan
Persia umumnya dikumpulkan oleh seorang menteri dan dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan raja. Baitul Mai bertujuan untuk kesejahteraan
masyaarakat atau apa yang dikenal sekarang sebagai welfare oriented,
karena seluruh penerimaan pendapatan (revenue collection) dan
pembelanjaan (expenditure) dilakukan secara transparan.

Setidaknya ada dua pendapat yang berbeda tentang fungsi Baitul


Mal: ada yang berpendapat bahwa fungsi baitul mal mirip dengan bank
sentral seperti yang ada sekarang, walaupun tentu saja lebih sederhana
karena berbagai keterbatasan pada waktu itu. Pendapat yang lain
menyatakan bahwa baitul mal berfungsi seperti menteri keuangan atau
bendahara negara, karena fungsinya yang aktif dalam menyeimbangkan
antara pendapatan dan belanja negara, bukan hanya menf okuskan pada
pengaturan suplai dan moneter.

Dalam perkembangannya di tangan Umar bin Khattab baitul mal


dikonsepsikan sebagai institusi penyimpanan dan pengalokasian harta
kekayaan kaum muslimin dalam arti luas. Artinya baitul mal semakin
mapan bentuknya pada masa kekhalifahannya. Hal ini dilatarbelakangi
oleh melimpahnya kekayaan kaum muslimin pada akhir kekhalif ahan
Abu Bakar, yang kemudian menjadikan rumahnya sebagai tempat
pengumpulan dan penyimpanan harta negara. Di samping itu pada masa
kekhalifahan Umar bin Khattab daerah kekuasaan Islam semakin luas,
sehingga tanggungjawab pemerintah semakin banyak. Dari sisi
pendapatan, dana yang terkumpul dari zakat, kharaj dan sebagainya
semakin menumpuk. Pada masa pemerintahannya juga telah dibentuk
lembaga peradilan dan pemerintahan. Perhatiannya yang besar pada
kemakmuran, ditandai adanya pembanguan f asilitas umum, dan
keberhasilannya dalam menciptakan jalan penghubung antara sungai Nil
dan laut merah. Adapun sumber dana baitul mal adalah sebagai berikut:

Baitul Mal zakat, berfungsi menampung semua dana-dana


zakat.
Baitul Mal Akhmas, menyimpan ghanimah, pajak
pertambangan dan hasil laut.
Baitul Mal Fai, menyimpan kharaj, jizyah, usyr dan pajak.
Baitul Mal Dlawai, penyimpanan harta yang tidak diketahui
pemiliknya dan harta warisan yang tidak ada ahli warisnya.

Sedangkan sistem operasional baitul mal menggunakan sistem


desentralisasi, di mana setiap wilayah mempunyai baitul mal tersendiri
dan tidak tersentralisasi di wilayah pusat. Setiap baitul mal yang ada
memiliki sumber dana dan pengalokasian tersendiri sesuai dengan
ketentuan al-Quran, Sunnah dan ijtihad ulama. Baitul mal wilayah
merupakan pelengkap dan penyempurna bagi baitul mal pusat, dengan
lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat setempat, dan jika
terdapat kelebihan dana akan ditransfer ke pusat, dan begitu juga
sebaliknya[11].

Wilayatul Hisbah

Sistem pengawasan atau kontrol oleh negara terhadap aktifitas


ekonomi dianggap sebagai konsep yang sama sekali baru, mengingat pada
zaman itu, dimensi pengawasan di kerajaan-kerajaan Laut Tengah tidak ada
sama sekali. Raja-raja dan penguasa lokal seenaknya saja mengenakan upeti
dari rakyatnya, dan mempermainkan harga di pasar agar komoditas yang
mereka miliki mahal harganya, sementara barang-barang yang mereka
perlukan, harganya jatuh. Diriway atkan bahwa rasulullah menolak
permintaan para sahabatnya agar menentukan harga yang layak bagi kaum
muslimin karena harga-harga yang ada di pasar terlalu tinggi. Rasul pun
pernah menegur seseorang yang menjual kurmanya dengan harga yang
berbeda di pasar.

Awalnya sistem pengawasan dan kontrol oleh negara dipegang sendiri


oleh Rasulullah, namun kemudian beliau menentukan orang-orang yang
kredibel dalam menjalankan tugas hisbah (inspektur pasar). Rasulullah telah
mengangkat Said bin Saad bin al-Ash bin Umayah sebagai petugas yang
mengontrol pasar di Makkah dan Umar bin Khattab di Madinah. Umar bin
Khattab sendiri pada masa pemerintahannya mengangkat Saad bin Yazid
menjadi asisten Abdullah bin Utbah bin Masud sebagai pengawas pasar, dan
memberikan urusan pasar kepada Asyifa binti Abdullah al-Adawiyah al-
Qurasyiyah. Umar memberlakukan apa yang disebut dalam dunia perdagangan
internasional zaman sekarang sebagai principle of reciprocity, yakni
memberlakukan kuota kepada para pedagang yang datang dari Persia dan
Romawi, karena kedua negara tersebut memberlakukan hal yang sama kepada
para pedagang di Madinah[12].

Etika Bisnis

Rasulullah tidak saja meletakkan dasar tradisi penciptaan suatu


lembaga akan tetapi membangun sumber daya manusia dan etika (akhlak)
yang mendukung dan menjadi prasyarat dari lembaga itu sendiri. Sebab suatu
kelembagaan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya akhlak/etika.
Dalam hal ini rasulullah saw melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menghapus Riba
Meskipun di Madinah nabi telah dapat membangun infrastruktur dasar,
namun untuk membangun sektor ekonomi masih menghadapi kondisi yang belum
kondusif, dengan adanya praktik riba yang dilakukan oleh orang Yahudi yang
membuat masyarakat madinah resah dan sering perbuatan mereka mencekik leher.
Karena itu dengan bimbingan al-Quran nabi menyerukan untuk meninggalkan
riba. Dengan penghapusan riba tersebut akhirnya terbukti mampu menciptakan
kondisi yang kondusif untuk menumbuhkan ekonomi secara cepat. Madinah yang
pada awalnya merupakan kota miskin, ketika nabi wafat, menjadi kota baru yang
tumbuh berkembang menghidupi daerah-daerah sekitarnya.

b. Keadilan
Setiap kebijakan ekonomi nabi dapat dikatakan mementingkan prinsip
keadilan, keadilan yang berlaku bagi semua orang, bukan keadilan bagi kaum
muslimin saja. Hal ini ditunjukkan oleh bukti bahwa nabi menolak menetapkan
harga, dan membiarkan penetapan harga itu pada mekanisme pasar secara alami.

c. Prinsip dan etika bisnis lainnya


Sesungguhnya masih banyak prinsip dan etika bisnis yang mesti diperhatikan
selain yang sudah disebutkan di atas, yang dianjurkan nabi untuk senantiasa
berpegang pada sifat-sifat yang terpuji, seperti bersikap jujur, adil, ihsan, taawun,
amanah, tawakal, qanaah, dan sabar.

3. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang terdapat pada masa


keakhalifahan:

1) Pada masa Abu Bakar Sidiq


Selama menjadi khalifah kebutuhan keluarga Abu Bkara diurus
oleh kekayaan dari Baitul Maal dan ini terjadi selama sekitr 27 bulan
dimasa kepemimpinanya, Abu Bakar Siddiq telah banyak menangani
maslah murtad, cukai dan orang-orang yang telah menolak membayar
zakat kepada negara, Abu bakar Siddiq selau memperhatikan keakuratan
penghitungan zakat dan zakat terseebut selalu di distribusikan setiap
periode tanpa sisa, bahkan hingga beliau wafat hanya terdapat satu dirham
di perbendaharaan negara.
2) Masa kehalifahan Umar bin Khatab Al- Faruqi
Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan masalah
kebijakan keuagan negara pada masa khalifah umar, diantaranya adalah :
a) Properti baitul mal
di anggap sebagai harta kaum muslim sedangkan khalifah dan amil
nya hanyalah pemegang kepercayaan jadi merupakan tangung jawab
negara untuk menyediakan tunjangan yang berkesinambungan untuk
janda, anak yatim, anak terlantar, membiayai penguburan, orang miskin,
membayar utang orang-orang bangkrut, membayar uang diyat untuk
kasus-kasus tertentu dan untuk memberikan pinjaman tanpa bunga untuk
urusan komersial.[14]
Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Maal, Umar mendirikan
lembaga keuangan negara pertama yang disebut Al-diwan. sebenarnya itu
adalah sebuah kantor yang ditunjukkan untuk mengurusi pembayaran
tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pension serta tunjangan-
tunjangan lainnya dalam basis regular dan tepat.
b) Kepemilikan Tanah
Pada masa pemerintahan Umar banyak daerah yang ditaklukkan
melaui perjanjian damai. disinilah mulai timbul permasalahan bagaimana
pembagiannya, diantaranya ada sahabat yang menuntut agar kekayaan
tersebut di distribusikan pada para pejuang sementara yang lainnya
menolak. Oleh karena itu, dicarilah suatu rencana yang cocok bik untuk
mereka yang dating pertama baik yang terakhir. Setelah melakukan proses
syura, Umar memutuskan untuk memperlakukan tanah-tanah sebagai fay,
dan prisip yang sama diadopsi untuk kasus yang akan datang.

c) Zakat dan Ushr


Pada masa Umar gubnur taif kelaporkan bahwa pemilik sarang-
sarang tawon tidak membayar ushr, tetapi menginginkan sarang-sarang
tersebut dilindungi secara resmi. Umar katakan bila bahwa mereka mau
membayar ushr, maka sarang tawon mereka akan dilindungi. Apabila
tidak, tidak akan mendapat perlindungan. Menurut laporan Abu Ubayd,
Umar membedakan madu yang diperoleh dari daerah pergunugan dan
yang diperoleh dari ladang. Zakat yang tetapkan adalah seper duapuluh
untuk madu yang pertama dan seperduapuluh untuk madu jenis kedua.
Sebelum Islam, setiap suku atau kelompok suku yang tinggal
dipedesaan bisa membayar pajak (ushr) pembelian dan penjualan (maqs).
Setelah Negara Islam berdiri di Arabia, Nabi mengambil inisiatif untuk
mendorong usaha perdagangan dengan menghapus bea masuk antar
provinsi yang masuk dalam daerah kekuasaan dan masuk dalam perjanjian
yang ditandatagani oleh beliau bersama dengan suku-suku yang tunduk
kepada kekusaannya. Secara jalas dikatakan bahwa pembebanan
sepersepuluh hasil pertanian kepada pedagang Manbij (Hierapolis)
dikatakan sebagai yang pertama dalam mausia umum.
d) Pembayaran sedekah oleh non-Muslim
Tidak ada ahli kitab yang membayar sedekah atau ternaknya
kecuali orang Kristen Banu Taghlib yang kseluruhan kekayaan terdiri dari
ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar kaum
Muslimin. Banu Taghlib adalah suku Arab Keristen yang menderita akibat
peperangan. Umar menganal jizyah kepada mereka, tetapi mereka terlalu
gengsi sehingga menolak membayar jizyah dan malah membayar sedekah.
Ia mengatakan bahwa pada dasarnya tidaklah bijaksana memperlakukan
mereka pereti musuh dan seharusnya keberanian mereka menjadi aset
negara. Umar pun memanggil mereka dan menggandakan sedekah yang
harus mereka bayar, dengan syarat mereka setuju untuk tidak membaptis
seorang anak atau melaksanakannya untuk menerima kepercayaan
mereka.mereka dan menyetujui dan menerima membayar sedekah ganda.
[17]
3) Masa Usman bin Affan
Kholifah Usman tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya
beliau meingankan beban pemerintah dalam hal yang serius bahkan
menyimpan uangnya di bendahara negara. Hal ini menimbulkan kesalah
pahaman antara kholifah dan abdulah bin arqam, salah satu seprang
sahabat nabi yang terkemuka, yang berwenang melaksanakan kegiatan
bitul mal pusat. Beliau juga berusaha menigkatkan pengeluaran
pertahanan dan kelautan, menigkatkan dana pensiun dan pembangunan di
wilayah taklukan baru, kholifah membuat beberapa perubahan
administerasi.

4) Kholifah Ali bin Abi Thalib


Dalam hal penerimaan negara, Ali masih membebankan
pemungutan khums atas ikan atau hasil hutan. berbeda degan kholifah
umar, kholifah Ali mendisteribusikan seluruh pendapatan dibaitul mal
keprovinsi yang ada di baitul mal di madinah, busro dan kufah.
Dalam hal alokasi pengeluaran masih tetap sama sebagaimana halnya pada masa
kepemimpinan Umar. Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah jumlahnya
pada masa kepemimpinan Usman hampir dihilagkan seluruhnya kerena sepanjang
pantai peperti sirya, palistina dan mesir berada dikekuasaan Muawiyah.
Pasca khulafaurrasyidin.
Setelah terbunuhnya Sayyidina Ali, kepemimpinan umat Islam
berada di tangan Muawiyah bin Abi Sufyan yang kemudian tongkat estafet
kepemimpinan diserahkan kepada putra mahkota secara sepihak dalam
bentuk pewarisan tahta. Ketika dunia Islam berada di bawah
kepemimpinan Khalifah Muawiyah dan keturunannya yang sering disebut
dengan Bani Umayyah, kondisi Baitul Mal berubah. Jika pada masa
sebelumnya Baitul Mal dikelolah dengan penuh kehati-hatian sebagai
amanat Allah SWT dan amanat rakyat, pada masa pemerintahan ini Baitul
Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan khalifah tanpa adanya
transparansi kepada rakyat dan tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik
oleh rakyat.
Keadaan yang demikian ini berlangsung sampai datangnya masa
kepemimpinan khalifah ke delapan Bani Umayyah, yakni Umar bin Abdul
Aziz yang memerintah pada tahun 717-720 M. Umar berupaya untuk
membersihkan Baitul Mal dari pemasukan harta yang tidak halal dan
berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Umar
membuat perhitungan dengan para amir (setingkat gubernur) agar mereka
mengembalikan harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak
sah.
Pada masa keemasan dibawah kepemimpinan Umar bin Abdul
Aziz, kebijakan baru pun dimulai. Umar sebagai raja, mengembalikan
harta milik pribadinya ke Baitul Mal. Di antara harta itu, terdapat
perkampungan Fadak, desa di sebelah utara Makkah, yang sejak
Rasulullah SAW wafat dijadikan milik negara. Namun, pada masa
khalifah ke empat Bani Umayah (memerintah 684-685 M), harta tersebut
dimasukkan sebagai milik pribadi khalifah dan mewariskan harta tersebut
kepada keturunannya.[19]
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, khususnya ketika Umar
bin Abdul Aziz menjadi khalifah, fungsi Baitul Mal semakin meluas.
Baitul Mal tidak hanya sebatas menyalurkan dana tunjangan, tetapi juga
dikembangkan dan diberdayakan untuk menyalurkan pembiayaan demi
keperluan pembangunan sarana dan prasarana umum. Bahkan, Baitul Mal
juga dipakai untuk membiayai proyek penerjemahan buku-buku kekayaan
intelektual Yunani kuno. Di sinilah gelombang intelektual Islam dimulai.
Keberhasilan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat yang
dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz membuatnya tidak hanya
layak disebut sebagai pemimpin negara, tetapi juga sebagai fiskalis
muslim yang mampu merumuskan, mengelola, dan mengeksekusi
kebijakan fiskal pada masa kekhalifahannya.
Pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad, khalifah membangun
Perpustakaan, sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi, seperti Nizhomiyah.
Baghdad kala itu sudah menjadi kota metropolitan. Pada saat yang sama,
Barat masih gelap gulita.

4. Jelaskan sejarah pendirian lembaga keuangan syariah modern pertama kali


dan pengaruhnya terhadap dunia Internasional.

Setelah mengenyam kemerdekaan, ada sejumlah hegara yang mayoritas


berpenduduk muslim yang mendirikan lembaga keuangan alterriatif yang bebas
dari riba. Tujuan utama dari pendirianferribaga keuangaffber landaskan etika
Islam adalah sebagai upaya kaum mtlsliniin untuk rnendasari segenap aspek
kehidupan ekonominya berlandaskan al-Qulran dan sunnah. Ide untuk
mendirikan lembaga keuangan ini tersemai berkat gerakan kebangkitan Islam
Modern: Neo-revivalis (fundamentalis) dan Modernis. Usaha modern pertama kali
untuk mendirikan bank tanpa bunga dilakukan di Malaysia pada pertengahan
taruih l940-an, akaritetapi usaha ini gagal[17]. Eksperimen lain dilakukan di
Pakistan pada akhir tahun 1950-an, di mana suatu lembaga perkreditan tanpa
bunga didirikah di pedesaan negara itu.
Desember 1970, mesir mengajukan proposal untuk mendirikan bank
Islam. Proposal yang disebut Studi tentang Pendirian Bank Islam Internasional
untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and
Development) dan proposal pendirian Federasi Bank
Islam, dikaji oleh para ahli dari delapan negara Islam. Inti dari proposal
itu, mengusulkan sistem keuangan yang berdasarkan bunga harus diganti dengan
sistem kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian.
Proposal itu diterima dan sidang menyetujui rencana mendirikan Bank Islam
Internasional dan Federasi Bank Islam. Dan isi proposal itu antara lain
mengusulkan:

1. Mengatur transaksi komersial antarnegara Islam


2. Mengatur institusi pembangunan dan investasi
3. Merumuskan masalah transfer, kliring, serta settlement antarbank sentral
di negara Islam sebagai langkah awal menuju terbentuknya sistem
ekonomi Islam yang terpadu.
4. Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral Islam di negara Islam.
5. Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara Islam dalam hal
pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja
Islam.
6. Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat.
7. Mengatur kelebihan likuiditas bank-bank sentral.
8. Selain itu juga diusulkan untuk membentuk Badan Investasi dan
Pembangunan negara-negara Islam, yang berfungsi sebagai berikut:

9. Mengatur investasi modal Islam.


10. Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam.
11. Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan mengatur
penelitiannya.
12. Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang dirancang
untuk investasi regional di negara-negara Islam.

Ada satu rekomendasi tambahan dalam proposal itu, yakni mengusulkan


pembentukan perwakilan-perwakilan khusus: Asosiasi Bank- bank Islam
(Association of Islamic Banks) sebagai badan konsultatif untuk masalah-masalah
ekonomi dan perbankan Islam, yang tugasnya antara lain adalah menyediakan
bantuan teknis bagi negara-negara Islam yang ingin mendirikan bank Islam dan
lembaga keuangan Islam. Akhirnya pada oktober tahun 1975 terbentuklah Islamic
Development Bank (IDE) yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Bank ini
menyediakan finansial untuk pembangunan negara-negara anggotanya, membantu
mereka untuk mendirikan bank Islam, dan memainkan peranan penting dalam
penelitian ilmu ekonomi. Dan kini bank yang berpusat di Jeddah Arab Saudi ini
telah memiliki lebih dari 43 negara anggota. Agaknya mudah dimengeri apabila
perkembangan selanjutnya di tahun 1970-an usaha untuk mendirikan bank Islam
mulai menyebar ke banyak negara. Bahkan ada tiga negara (Pakistan, Iran, dan
Sudan) yang kemudian mengubah sistem keuangannya menjadi sistem nir-bunga.
Di negara Islam lain seperti Malaysia dan Indonesia, bank nir-bunga beroperasi
berdampingan dengan bank-bank konvensional.

Sekarang perbankan Islam telah mengalami perkembangan yang sangat


pesat dan menyebar ke banyak negara, termasuk negara Barat. The Islamic Bank
International of Denmark tercatat sebagai bank Islam pertama yang beroperasi di
Denmark (Eropa) pada tahun 1983. Kini bank-bank besar dari negara-negara
Barat, seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardien Flaming
telah membuka Jendela Islam (Islamic Window) dengan tujuan agar dapat
memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam.

Pembukaan Islamic window (atau cabang syariah di Indoesia) pada bank


umum didasari atas keuntungan semata, bukan dimotivasi untuk melaksanakan
syariat Islam. Karena itu kini, ekonomi Islam terkesan identik dengan konsep
tentang sistem keuangan dan perbankan. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh dua
faktor: pertama, petunjuk Tuhan dalam al-Quran dan sunnah yang paling banyak
dipahami oleh ulama dan cenedekiawan muslim, adalah doktrin transaksi non
ribawi. Kedua, peristiwa krisis minyak 1974 dan 1979 (dan sekarang) me-
nimbulkan kekuatan finansial negara-negara kawasan Timur Tengah, Afrika
Utara, termasuk Indonesia, Malaysia dan Brunei di Asia Tenggara. Melihat gejala
itu timbul pemikiran untuk memutar dana petrodollar tersebut melalui lembaga
keuangan Islam.
Lembaga Keuangan Syariah Modern
Macam-macam lembaga keuangan non bank diantaranya:
1) Lembaga zakat
Berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 1999, bahwa oragnisasi yang
berhak mengelola zakat terbagi menjadi 2 bagian, yakni orgaanisasi yang tumbuh
atas prakarsa masyarakat dan disebut juga Lembaga Amil Zakat (LAZ) serta
organisasi yang dibentuk oleh Pemerintah dan disebut Badan Amil Zakat (BAZ).
Kedua bentuk organisasi ini memiliki kesamaan tujuan, yakni bertujuan
mengelola dana zakat dan sumber-sumber dana sosial yang lain secara maksimal
untuk keperluan umat. Misi mulia yang diemban ini jangan sampai berbenturan
dalam pelaksanaan programnya. Masyarkat harus didoraong supaya membentuk
lembaga amil sebanyk-banyaknya.
Di Indonesia kita bisa menghubungi BAZNAS, Rumah Zakat dan
lembaga-lembaga amil zakat terpercaya lainnya yang dekat dengan kantor atau
rumah kita.
Zakat dapat dibayarkan dalam bentuk barang atau uang tunai. Di era ekonomi
modern ini membayar zakat dengan uang tunai akan lebih tepat, karena juga akan
memudahkan penerimanya untuk menerima zakat tersebut.[21]
2) Baitul Mal Wattamwil (BMT)
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan
baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan
baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan dan penyaluran dana komersial.
BMT sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
secara luas, tidak ada batasan ekonomi, sosial, bahkan agama. Semua komponen
masyarakat dapat berperan aktif dalam membangun sebuah sitem keuangan yang
lebih adil dan yang lebih penting mampu menjangkau lapisan pengusaha yang
terkecil sekalipun.
BMT tidak digerakkan dengan laba semata, tetapi juga motif sosial.
Karena beroperasi dengan pola syariaah, sudah barang tentu kontrolnya tidak saja
dari aspek ekonomi saja atau kontrol dari luar, tetapi agama atau akidah menjadi
faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan.[22]
Lembaga Zakat, Infak, Shadaqah dan Waqaf Lembaga ini merupakan
lembaga yang hanya ada dalam system keuangan Islam, karena Islam mendorong
umatnya untuk menjadi sukarelawan dalam beramal (volunteer). Dana ini hanya
bisa di alokasikan untuk kepentingan social atau peruntukan yang telah digariskan
menurut syariah Islam.[23]
5. Jelaskan peran lembaga lembaga internasional seperti Islamic
Development Bank (IDB), Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institution (AAOIFI), Islamic Financial Services Board (IFSB), dan
International Islamic Financial Market (IIFM) dalam pengembangan lembaga
keuangan syariah di dunia secara umum dan di Indonesia secara khusus.

Islamic Development Bank (IDB),

Tidak dapat dipungkiri, Indonesia selalu ikut aktif berperan dalam


aktivitas IDB, baik dalam hal memberikan dukungan moral, finansial, maupun
yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia. Dukungan moral,
antara lain terhadap masuknya beberapa negara menjadi anggota baru IDB,
bantuan pendanaan pada negara Palestina, dan negara anggota lain khususnya di
kawasan Afrika yang mengalami bencana alam, serta bantuan pembangunan
daerah Mindanau, Filipina selatan.
Sementara dukungan finansial, antara lain Indonesia berkontribusi dalam
permodalan IDB (ordinary capital resources), juga ke dalam modal Export
Financing Scheme (EFS)-IDB, dan penyertaan ke dalam modal The Islamic
Corporation for the Insurance of Investment and Export Credit (ICIIEC).
Dukungan yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia dapat
dilihat dari adanya dukungan terhadap penempatan national agency di Indonesia
yang dibutuhkan oleh IDB sebagai channeling, line atau executing agent IDB di
Indonesia. Tujuan penempatan national agency tersebut adalah untuk
memperlancar operasional IDB dalam hubungan bilateral, korespondensi,
komunikasi, pertukaran data dan informasi, pencairan dana dan pembayaran
kembali.
Meskipun kepemilikan saham tidak terlalu besar, Indonesia telah
memperoleh manfaat yang cukup besar dari keberadaan IDB. Sejak 1975 hingga
2016 (Januari), total pinjaman Indonesia ke IDB mencapai US$3.761,10 juta.
Adapun sektor terbesar yang mendapatkan pinjaman IDB terbesar adalah
pertanian, pendidikan, keuangan dan transportasi. Sedangkan untuk sektor-sektor
lainnya pada umunya sangat kecil. Adapun sektor terbesar yang mendapatkan
pinjaman IDB terbesar adalah pertanian (37,30%), pendidikan (22,94%),
keuangan (6,54%) dan transportasi (2,67%).
Baru-baru ini IDB mengestimasi bantuan pendanaan sekitar US$ 3-5
miliar yang bisa dimanfaatkan sebagai pembiayaan bagi pembangunan
infrastruktur nasional Indonesia, dan pemantaban inklusi keuangan syariah di
tanah air yang sudah mulai bertumbuh. Dalam 10 tahun terakhir industri
perbankan syariah berkembang signifikan, total aset naik hampir 14 kali lipat.
Dari Rp 21,5 triliun di tahun 2005 meningkat jadi Rp 296,2 triliun pada tahun
2015. (boz)
Accounting and Auditing Organitation for Islamic Finance (AAOIFI)

Lembaga ini merupakan lembaga yang menstandarisasi sistem akunting dan


audit keuangan lembaga-lembaga ekonomi syariah, khususnya lembaga
keuangan di dunia. Lembaga ini berkantor pusat di London, Inggris, dan diakui
oleh negara-negara yang memiliki lembaga keuangan syariah sebagai
benchmark akuntansi dan audit keuangan syariah.

Lembaga ini didirikan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Bahrain
Monetery Agency. AAOIFI memiliki misi untuk menciptakan sistem
keuangan syariah yang transparan, berkesinambungan, dan bersih.

Sejumlah standar akuntansi dan audit yang diterbitkan AAOIFI menjadi


dasar bagi lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Standar Akuntansi
Perbankan Syariah yang baru-baru ini disahkan Dewan Syariah Nasional
merupakan peraturan akuntansi perbankan yang merujuk pada standar AAOIFI.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LEMBAGA DUNIA YANG


TERKAIT DALAM KEUANGAN PERBANKAN ISLAM :

Kondisi ini setidaknya disebabkan oleh dua factor: pertama, semakin


banyaknya Negara baik muslim maupun non-muslim yang mengembangkan
industri keuangan syariah dan perkembangan industri tersebut menunjukkan
angka pertumbuhan yang sangat tinggi, sehingga diperkirakan dalam waktu yang
tidak lama industri ini akan memainkan peran yang signifikan dalam percaturan
industri keuangan dunia. Kedua, krisis keuangan yang menghantam banyak
Negara, tidak hanya negara-negara emerging market (1998 2005) tetapi juga
negara-negara maju (2008 2011), dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini
mendorong banyak pihak untuk mencari alternative system keuangan yang lebih
kuat. Alternative system keuangan tersebut diharapkan bukan hanya tahan dari
guncangan krisis tetapi juga mampu mencegah krisis itu terjadi.

PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI-KEUANGAN ISLAM DI DUNIA

Dengan dinamika yang ada pada aspek politik dan budaya, kebangkitan
negeri-negeri muslim dari kungkungan kolonialisme menjadi faktor penentu
bangkitnya kesadaran mengaplikasikan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip
Islam. Dan perkembangan keilmuan ekonomi-keuangan Islam mengikut
perkembangan aplikasinya dilapangan. Seperti yang banyak diketahui dari
sejarah, perkembangan ilmu ekonomi Islam modern berawal dari ketidakpuasan
tokoh agama Mesir khususnya para Guru di universitas Al Azhar Mesir atas
beroperasinya Bank Inggris menggunakan konsep riba dalam rangka pembiayaan
proyek Terusan Suez. Namun pada awal tersebut diskursus keilmuannya masih
terbatas pada ruang lingkup Ilmu Fikih dan Kalam. Hal ini wajar terjadi
mengingat saat itu, di dunia ilmu diskursus ekonomi-keuangan Islam masih
beredar dikalangan ahli hukum dan kalam (Fuqaha).

Kemudian pada dekade seanjutnya diskursus ilmu ekonomi-keuangan


Islam berhasil mulai mengekstrak prinsip-prinsip umum ekonomi yang kemudian
mampu memberikan gambaran lebih jelas seperti apa aplikasi dasar dari ekonomi-
keuangan Islam. Pada periode ini dimulai pula inisiasi pendirian lembaga
keuangan yang operasionalnya berpedoman pada prinsip-prinsip syariah
(Mitghamr Local Savings Bank yang didirikan oleh organisasi Ikhwanul
Muslimun di Mesir pada tahun 1963). Pada periode selanjutnya, perkembangan
keilmuan ekonomi-keuangan syariah berkembang sangat pesat dan lebih
kompleks. Ilmu ekonomi-keuangan Islam bukan hanya berkembang pada semua
aspek ekonomi dan keuangan tetapi juga semakin dalam diskursusnya, mengingat
pada periode tersebut telah muncul generasi baru ekonom muslim yang mencoba
melakukan eksplorasi keilmuan menggunakan wawasan keilmuan ekonomi yang
mereka miliki.

Disamping itu dukungan negara-negara muslim pada aplikasi ini semakin


terlihat baik secara individual maupun kolektif. Oleh sebab itu pada periode ini
muncul kesadaran diantara sekelompok negara-negara muslim yang tergabung
dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI/OIC) untuk mendirikan Islamic
Development Bank yang bertujuan membantu permasalahan pembangunan
negara-negara muslim anggotanya. Dan akhirnya pada dua dekade terakhir ini,
aplikasi ekonomi-keuangan Islam semakin meluas dan semakin bervariasi pula
aplikasinya. Aplikasinya tidak hanya terkonsentrasi pada aplikasi lembaga
perbankan syariah dan sektor moneter saja, tetapi juga sudah menyebar pada
aplikasi lembaga-lembaga keuangan non-bank seperti asuransi dan pasar modal,
serta aplikasi non moneter seperti zakat dan wakaf. Produk dan kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran pun semakin meluas dan berkembang.

Pada awal pengembangannya praktek ekonomi-keuangan Islam lebih


didominasi oleh praktek perbankan dengan produk yang mayoritas menggunakan
akad jual-beli (murabaha). Selanjutnya basis akad produk semakin bervariasi,
misalnya pada akad ijarah, takaful dan mudharabah-musyarakah (equities).
Bahkan saat ini sudah pula beredar produk Sukuk (Islamic Bonds) yang dapat
digunakan bukan hanya nasabah perorangan (retail) tetapi juga lembaga keuangan
dan pemerintah. Oleh karena itu, jika dilihat dari penggunanya, khusus aplikasi
keuangan Islam telah menjangkau semua segmen pengguna, dari kelompok retail,
high net-worth (VIP customers), lembaga keuangan syariah, lembaga non-bank,
pemerintah dan lembaga lainnya. Pada periode ini ada kesan dimana
perkembangan industri, khususnya industri keuangan syariah, berkembang dengan
sangat cepatnya. Sementara, kecepatan tersebut tidak diimbangi dengan
pembangunan sistem pendidikan yang mampu menopang perkembangan industri.
Dengan kondisi seperti itu, tentu muncul masalah-masalah yang mengganggu,
baik disektor industri maupun di sektor sistem pendidikan (akan dibahas pada
bagian selanjutnya).

Pada perkembangan terakhirnya, industri keuangan syariah hampir


meliputi semua aspek transaksi keuangan, dari jenis transaksi di perbankan,
asuransi, pasar modal, dana pension, reksadana, perusahaan pembiayaan sampai
dengan pegadaian. Secara kelembagaan aplikasi keuangan syariah memang
dipelopori oleh berdirinya bank-bank syariah sebagai berikut:

1. Mitghamr Local Savings Bank (1963) Shaikh Ahmad Al-Najjar


2. Tabung Hajji Malaysia (1967) Royal Professor Tunku Abdul Aziz
3. Islamic Development Bank (1974) Dr. Ahmed Mohamed Ali
4. Dubai Islamic Bank (1975) Sh. Saeed Lootah

Selanjutnya perkembangan aplikasi keuangan syariah di dunia menyebar


pada praktek-praktek non-bank seperti asuransi, pasar modal, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun, reksadana dan lain sebagainya. Sementara di
Indonesia sendiri aplikasi keuangan syariah dipelopori dengan berdirinya BPR
Syariah pertama di Bandung yaitu BPRS Berkah Amal Sejahtera (1988) dan Bank
Muamalat Indonesia Tahun 1992 (berdasarkan UU No. 7 Tentang Perbankan dan
PP No.72 tentang bank bagi hasil)

Saat ini perkembangan industri keuangan dan perbankan syariah di tanah


air menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Berdasarkan data akhir tahun
2010 pertumbuhan keuangan syariah nasional secara umum diprakirakan lebih
dari 30%, khusus untuk pertumbuhan perbankan syariah per-September 2011
mampu tumbuh mencapai 48%. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Maris
Strategies & The Bankers November 2010, industri keuangan syariah Indonesia
berdasarkan besarnya aset peringkatnya naik dari peringkat 17 tahun 2009
menjadi 13 dunia tahun 2010, dimana asetnya bertambah lebih dari dua kali lipat,
dari USD 3.3 miliar menjadi 7.2 miliar. Namun begitu, berdasarkan besarnya aset
saat ini belum ada satupun perusahaan keuangan syariah Indonesia yang mampu
menembus peringkat 25 besar dunia. Dengan karakteristik aplikasi keuangan
syariah yang erat dengan aktifitas usaha produktif ekonomi (sektor riil), diyakini
bahwa praktek keuangan syariah mampu berkontribusi positif dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan dan peningkatan daya tahan serta mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang
mampu mengakselerasi pengembangan industri keuangan syariah termasuk
perbankan syariaHnasional.

Islamic Financial Services Board (IFSB),


Di sela-sela sidang tahunan IMF di Washington DC, Amerika Serikat, 21
April 2002, telah disepakati akan dibentuk satu institusi keuangan islam
internasional. Sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut, pada tanggal 4
November 2002, delapan Gubernur Bank Sentral dari delapan negara Islam,
ditambah dengan Presiden IDB, telah menandatangani pendirian Islamic Financial
Services Board (IFSB) di Kuala Lumpur, Malaysia. Lembaga itu langsung
dipimpin oleh seorang bankir senior yang berasal dari Sudan, Prof. Rifaat Ahmed
Abdel Kari, Ph.D.
Lembaga multilateral yang akan memayungi lembaga keuangan syariah di
dunia itu, didirikan oleh Bank Sentral dan otoritas moneter dari Indonesia,
Bahrain, Iran, Kuwait, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Sudan, dan Islamic
Development Bank (IDB).
Kelahiran IFSB bukan gagasan liar yang muncul secara spontan dalam sidang
tahunan IMF tersebut. Tapi, gagasan ini sudah dirintis sejak lama dan embrionya
tumbuh padaConsultative Meeting for Islamic Financial Products, di Praha, Ceko,
23 September 2000. Dari situlah komitmen negara-negara pendiri semakin kuat
hingga dibentukTechnical Committee untuk mewujudkan lembaga tersebut.
Setelah melalui sejumlah pertemuan penting, akhirnya terwujud juga pada tahun
2002.
Bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan syariah dunia, kehadiran
IFSB ini memiliki arti sangat penting. Karena kini terdapat sekitar 200 lembaga
perbankanIslam yang sedang tumbuh di 48 negara, termasuk Amerika Serikat,
Eropa, dan Asia Barat. Bank-bank tersebut mengelola aset sekitar $ 170 miliar.
IFSB akan menyusun standar dan prinsip pokok pengawasan, pengaturan, dan
penerapan syariah Islam oleh lembaga keuangan syariah di seluruh Indonesia.
IFSB juga akan menjadi penguhubung sekaligus menjalin kerjasama dengan
lembaga penetapan standar di bidang moneter dan stabilitas ekonomi. Di antara
hal yang akan dilakukan, yang cukup penting adalah penyusunan standar
operasional yang selaras dengan Basel Accord II. Basel Accord II sendiri masih
dalam tahap persiapan akhir bagi pengimplementasian pada akhir tahun 2006,
yang dikendalikan secara eksklusif oleh Bank for International Settlements (BIS)
di Basel, Swiss. Intinya, fungsi IFSB seperti Bank for International Settlement
(BIS).
Bagi Indonesia, keberadaan IFSB sangat strategis. Ini untuk
menstandarisasi perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah di negeri ini
sehingga standar operasi dan produknya sama secara internasional. Selain itu,
melalui lembaga tersebut akan dapat dijalin kerja sama antar lembaga keuangan
syariah di dunia..

International Isntitute of Islamic Thought (IIIT)


International Institute of Islamic Thought (IIIT) adalah sebuah lembaga
nonprofit, lembaga pendidikan dan budaya, yang fokus terhadap gagasan-gagasan
ke-Islaman secara umum. Lembaga ini berdiri di Amerika Serikat pada 1981 atau
1401 H. Lembaga yang memiliki berbagai cabang di dunia ini, berkantor pusat di
Herndon, Virginia.
Lembaga ini memiliki visi mengembangkan umat melalui pendidikan, budaya,
dan mengintegrasikan, pengetahuan Islam dengan kemanusiaan dan etika Islam
dengan moral pengetahuan.
Seiring dengan pengembangan ekonomi syariah, IIIT juga turut berperan
mengembangkan konsep, mensosialisasikan, dan menstandarisasikan
ekonomisyariah. Salah satu program standarisasi ekonomi syariah adalah, The
Registered Fellow in Islamic Finance (RFIF) yang merupakan sertifikasi keahlian
keuangan syariah yang berskala internasional. Untuk menstandarisasi keahlian ini
di Indonesia bekerja sama dengan Karim Business Consulting.
6. Sebutkan berbagai jenis lembaga keuangan syariah yang terdapat di
Indonesia dan jelaskan karakteristiknya masing masing.

Karakteristik Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia


1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus
sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan
Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution (lembaga
perantara), berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur;
3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit
orianted, tetapi juga falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan di akhirat;
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi
komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial;
5. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.

Dapat juga dilihat dari karakteristik atau ciri yang melekat pada ekonomi syariah
1. Berdasarkan prinsip syariah.
2. Larangan melakukan praktek riba atau bunga. Karakteristik ini melekat
pada operasional lembaga keuangan syariah (LKS). Setiap lembaga
keuangan yang operasionalnya sesuai dengan syariah harus terhindar
dari praktek riba atau bunga. Selama lembaga keuangan tersebut masih
mempraktekkan riba atau bunga, maka operasional lembaga keuangan
itu belum syariah.
3. Menggiatkan praktek jual-beli. Karena, riba atau bunga dilarang dalam
syariah Islam, maka sebagai solusinya praktek jual-beli dibuka lebar
untuk dipraktekkan dalam operasional lembaga keuangan syariah.
4. Mempraktekkan bagi hasil. Selain jual beli, praktek bagi hasil juga
menjadi ciri khas dari praktek ekonomi syariah.
5. Instrumen zakat. Zakat menjadi satu bagian yang penting dalam
ekonomi Islam. Secara syari, zakat merupakan bagian kewajiban dan
menjadi pilar dalam Islam.
Bentuk Kelembagaan Lembaga Keuangan Syariah Non Bank di Indonesia
A. Asuransi Syariah
Asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk asset dan atau tabaru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.
Produk dan Mekanisme Operasional
Produk unggulan Asuransi Syariah agak berbeda dengan Asuransi Konvensional,
produk UnitLink (gabungan Asuransi dan Investasi) menjadi trend sementara pada
Asuransi Syariah Takaful pada setiap perusahaan memiliki produk unggulan yang
berbeda sesuai dengan permintaan nasabah. Di dalam pengelolaaan dana Asuransi
Syariah, yang sebenarnya terjadi adalah Takaful Umum.
Takaful Umum

Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi di bidang


kerugian seperti perlindungan dari kebakaran, pengangkutan, niaga, dan
kendaraan bermotor, dengan harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang
sejahtera dengan perlindungan asuransi yang sesuai Muamalah Syariah Islam.
Takaful Keluarga

Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi jiwa dan
keluarga, dengan harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera
dengan perlindungan asuransi yang sesuai Muamalah Syariah Islam.
Takaful lainnya
Fulnadi (Asuransi Pendidikan)

Adalah program asuransi perorangan yang bermaksud


menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang Rupiah dan US Dolar
untuk putra-putrinya sampai sarjana.
b) Dana Tunai Harian

Pemberian Dana Tunai Harian selama Peserta menjalani rawat inap


di rumah sakit. Karena sakit atau kecelakaan.
c) Santunan Kematian

Pemberian santunan bila Peserta meninggal karena sakit atau


kecelakaan
d) Santunan Cacat Tetap Total
Pemberian santunan bila Peserta mengalami Cacat Tetap Total
karena sakit atau kecelakaan sehingga tidak dapat melaksanakan
pekerjaan, memegang jabatan atau profesi apapun untuk memperoleh
penghasilan.
Tujuan berdirinya Asuransi Syariah
Tujuannya ialah sebagai berikut:
Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu
pihak.
Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu dan biaya.
Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
Menutup Loss of Earning Power (hilangnya daya produktif) seseorang atau
badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja)
Karakteristik Asuransi Syariah :
1. Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong
(taawuni) dan saling menanggung (takafuli) antara sesama peserta
asuransi.
2. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru dan
akad tijari. Akad tabarru digunakan diantara para peserta, sedangkan
akad tijari digunakan antara peserta dengan entitas asuransi syariah.
3. Pembayaran dari peserta dapat meliputi kontribusi; atau kontribusi dan
investasi.
4. Dana tabarru dibentuk dari akumulasi dari surplus underwriting dana
tabarru yang merupakan milik peserta secara kolektif yang dikelola
oleh entitas asuransi syariah.
5. Pembayaran manfaat asuransi/klaim berasal dari dana peserta kolektif
(dana tabarru) dimana risiko ditanggung secara bersama antara peserta
asuransi.
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional


No. Materi Pembeda Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
1 Akad Tolong-menolong dan Jual-beli (tabaduli)
investasi
2 Kepemilikan Dana yang terkumpul Dana yang terkumpul dari
dana dari nasabah (premi) nasabah (premi) menjadi
merupakan milik peserta, milik perusahaan.
perusahaan hanya Perusahaan bebas untuk
sebagai pemegang menentukan investasinya
amanah untuk
mengolahnya

3 Investasi dana Investasi dana berdasar Investasi dana


syariah dengan sistem berdasarkan bunga (riba)
bagi hasil (mudharabah)
4 Pembayaran Dari rekening tabarru Dari rekening dana
klaim (dana sosial) seluruh perusahaan
peserta

5 Keuntungan Dibagi antara Seluruhnya menjadi milik


perusahaan dengan perusahaan
peserta, sesuai prinsip
bagi hasil
6 Dewan pengawas Ada dewan pengawas Tidak ada
syariah syariah mengawasi
manajemen, produk, dan
investasi

B. Pegadaian Syariah
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai adalah
suatu hak yang diperoleh pihak yang mempunyai piutang atas suatu barang
bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan oleh pihak yang berutang kepada
pihak yang berpiutang. Pihak yang berutang memberikan kekuasaan kepada pihak
yang mempunyai piutang untuk memiliki barang yang bergerak tersebut apabila
pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat berakhirnya
waktu pinjaman.
Mekanisme Operasional Pegadaian Syariah
Teknis pelaksanaan kegiatan pegadaian syariah adalah sebagai berikut :
Jenis barang yang digadaikan:
Perhiasan
Alat-alat rumah tangga, dapur, makan-minum, kebun, dan
sejenisnya
Kendaraan

Biaya biaya:
Biaya administrasi pinjaman
Jasa simpanan

Proses pelelangan barang gadai


Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah tak dapat mengembalikan
pinjamannya. Teknisnya harus ada pemberitahuan 5 hari sebelum tanggal
penjualan.
Jasa dan Produk Pegadaian Syariah
Pemberian pinjaman atau pembiayaan atas dasar hukum gadai
yaitu mensyaratkan pemberian pinjaman dengan penyerahan benda
(benda bergerak) sebagai jaminan.
Penaksiran nilai barang merupakan pelayanan berupa jasa atas nilai
hatrta benda oleh pegadaian syariah. Jasa itu meliputi benda
bergerak dan tidak bergerak, biaya yang dikenakan kepada nasabah
adalah ongkos penaksiran barang.
Penitipan barang (ijarah) yaitu surat berharga dan atas jasa
penitipan gadai syariah memperoleh penerimaan dari pemilik
barang berupa sewa penitipan barang.
Gold counter yaitu jasa penyediaan fasilitas berupa penjualan emas
yang berkualitas eksekutif dan aman yang disediakan oleh
pegadaian syariah. Pembelian dilampiri sertifikat jaminan.

Karakteristik Penggadaian Syariah


1. Biaya administrasi berdasar barang bukan prosentase yang didasarkan
pada golongan barang.
2. 1 hari dihitung 5 hari bukan 15 hari
3. Jasa simpanan berdasarkan simpanan bukan uang pinjaman
4. Bila pinjaman tidak dilunasi, barang jaminan akan dijual kepada
masyarakat bukan lelang.
5. Uang pinjaman 90% dari taksiran bukan 92% sedangkan untuk golongan
A dan untuk golongan BCD 88 86%
6. Penggolongan nasabah D-K-M-I-L bukan P-N-I-D-L.
7. Jasa simpanan dihitung dengan konstanta dikali taksiran bukan dengan
prosentase dikali uang pinjaman
8. Maksimal jangka waktu 3 bulan bukan 4 bulan
9. Kelebihan uang hasil dari penjaualan barang tidak diambil oleh nasabah,
dan bukan menjadi milki pegadaian melainkan diserahkan kepada lembaga
ZIS.

C. Baitul Maal Wattamwil (BMT)


LKMS BMT adalah sebutan ringkas dari Lembaga Keuangan Mikro
Syariah Baitul Maal wat Tamwil atau Balai-usaha Mandiri Terpadu, sebuah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang memadukan kegiatan ekonomi
dan sosial masyarakat setempat.
Kegiatan LKMS BMT adalah mengembangkan usaha usaha ekonomi
produktif dengan mendorong kegiatan menabung dan membantu pembiayaan
kegiatan usaha ekonomi anggota dan masyarakat lingkungannya. LKMS BMT
juga dapat berfungsi sosial dengan menggalang titipan dana sosial untuk
kepentingan masyarakat, seperti dana zakat, infaq dan sodaqoh dan
mendistribusikannya dengan prinsip pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.
BMT mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling bawah untuk anggota dan lingkungannya.
2. Bukan lembaga sosial tetapi dimanfaatkan untuk mengaktifkan
penggunaan dana sumbangan sosial, zakat, infaq dan sadaqah bagi
kesejahteraan orang banyak secara berkelanjutan.
3. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran partisipasi dari masyarakat
sekitar.
4. Milik bersama masyarakat setempat dari lingkungan LKMS BMT itu
sendiri, bukan miliki orang lain dari luar masyarakat itu.
5. LKMS BMT mengadakan kajian rutin pendampingan usaha anggota
secara berkala yang waktu dan tempatnya ditentukan (biasanya di balai
RW/RT/desa, kantor LKMS BMT, rumah anggota, masjid, dsb), biasanya
diisi dengan perbincangan bisnis para nasabah LKMS BMT, disamping
pendampingan mental spiritualnya terutama motive berusaha.
Peran BMT di masyarakat :
1. Motor penggerak ekonomi dan social masyarakat banyak
2. Ujung tombak pelaksanaan system ekonomi syariah
3. Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhuafa (miskin)
4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang
barakah.

Fungsi BMT di masyarakat:


1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola
menjadi lebih professional, salaam, dan amanah sehingga semakin
utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha menghadapi tantangan
global.
2. Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki
oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan luar
organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-
produk anggota
5. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi
dan sosial rakyat banyak.

D. Koperasi Syariah
Koperasi sebagai sebuah istilah yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia dari kata Cooperation (Inggris). Secara semantic koperasi berarti kerja
sama. Kata koperasi mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam
bahasa Arab.[5] Syirkah ini merupakan wadah kemitraan, kerjasama,
kekeluargaan, kebersamaan usaha yang sehat baik dan halal yang sangat terpuji
dalam islam.
Fungsi dan Peran Koperasi Syariah[6]
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi
lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen
(istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam
dan prinsip-prinsip syariah islam;
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan
dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta;
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu
bekerjasama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif;
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;
7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

Landasan Koperasi Syariah


1. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
2. Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.
3. Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan as-
sunnah dengan saling tolong menolong (taawun) dan saling
menguatkan (takaful).

Karakteristik Koperasi Syariah


1. Mengakui hak milik individu terhadap modal usaha
2. Tiadanya transaksi berbasis bunga (riba)
3. Berfungsinya institusi zakat
4. Mengakui mekanisme pasar
5. Mengakui motif mencari keuntungan
6. Mengakui kebebasan berusaha
7. Mengakui adanya hak bersama.

E. Reksa Dana Syariah


Secara bahasa Reksa dana tersusun dari 2 konsep, yaitu reksa yang berarti
jaga atau pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan demikian
secara bahsa reksa dana berarti kumpulan uang yang dipelihara.[8] Reksadana
(mutual fund) adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana
masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek
oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham, obligasi,
instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.[9]
Reksa Dana Syariah merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh
manajer investasi. Manajer investasi menawarkan Reksa Dana Syariah kepada
para investor yang berminat, sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut
dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi
syariah yang dinilai menguntungkan.
Tujuan berdirinya Reksadana Syariah
Tujuan berdirinya reksadana syariah ini sebenarnya lebih didasari kepada
permintaan pasar (masyarakat) untuk mengadakan investasi yang bergerak di
pasar modal dalam Lembaga keuangan non Bank. Dimana kita tahu selama ini
produk investasi di indonesia banyak yang dikeluarkan oleh perbankan, serta
untuk menyediakan beragam Instrumen Syariah yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Prinsip Transaksi dan Aplikasinya
Pada prinsipnya, pokok-pokok aturan investasi reksadana syariah mencakup:
1. Investasi hanya pada efek-efek dari perusahaan yang kegiatan
usaha utamanya sesuai dengan pedoman Syariah Islam. misalnya
tidak memproduksi makanan dan minuman yang haram dan
syubhat atau tidak memberikan jasa keuangan yang mempraktikan
riba.
2. Perusahan yang berfungsi sebagai manajer investasi haruslah
perusahaan yang bergerak dalam bisnis yang halal.
3. Prinsip operasional yang digunakan di reksa dana syariah adalah
prinsip wakalah (akad penyerahan kekuasaan).

Bagian-bagian Reksa Dana Syariah


a) Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip prinsip
syariah dalam kegiatan transaksinya dan terbatas dari hal-hal yang dilarang,
seperti riba, perjudian, spekulasi dan lain sebagainya.[10]
Menurut metwally (1995, 177) fungsi dari keberadaan pasar modal syariah:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
risikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada
pasar modal konvensional
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga
saham.
Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah
(Metwally, 1995, 178-179) adalah sebagai berikut :
1) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek
2) Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang
3) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di
Bursa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan
(account) keuntungan dan kerugian serta neraca keuntungan kepada
komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan
4) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
5) Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
6) Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST
7) Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang
terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
8) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu
periode perdagangan setelah menentukan HST
9) Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangan, dan dengan harga HST

b) Pasar Uang Syariah


Pasar uang (money market) adalah pasar di mana di dalamnya diperdagangkan
surat-surat berharga jangka pendek.
Diantara keputusan fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-MUI/X/2002,
tentang pasar uang antar bank berdasar prinsip syariah adalah sebagai berikut
Pertama : Ketentuan Umum
1. Pasar uang antar bank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar
uang antar bank yang berdasarkan bunga.
2. Pasar uang antar bank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antar bank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
4. Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3 adalah:
bank syariah sebagai pemilik atau penerima dana.
bank konvensional hanya sabagai pemilik dana.

Kedua : Ketentuan Khusus


1. Akad yang dapat digunakan dalam pasar uang antar bank berdasarkan
prinsip syariah adalah: mudharabah (muqadharah)/Qiradh; musyarakah;
qard; wadi'ah; al-Sharaf.
2. Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang (sebagaimana tersebut
dalam butir 1) menggunakan akad-akad syariah yang digunakan dan
hanya boleh dipindahtangankan sekali.

Ciri Pasar Uang Syariah:


Menekankan pada pemenuhan dana jangka pendek.
Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang
mempunyai kelebihan dana dan yang membutuhkan dana.
Tidak terikat pada tempat tertentu seperti halnya pasar modal.

Manfaat Reksadana Syariah


Reksa Dana memiliki beberapa manfaat yang apabila menyimpan dana reksadana
adalah sebagaiberikut :
1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat
melakukan diversitifikasi investasi dalam efek,sehingga dapat
memperkecil resiko.
2. Reksadana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar
modal. Menentukan saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan
yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri.
3. Efesiensi waktu, dengan melakukan investasi pada reksadana dimana
dana tersebut dikelola oleh manajer investasi professional maka
pemodal tidak perlu memantau kinerja investasinya hal tesebut telah
dialihkan kepada manajer investasi tersebut.

Ciri-Ciri Reksa Dana


1. Lembaga = Bentuk Hukum Investasi sebagai intermediasi dari Investor
2. Periode Investasi menengah dan Jangka panjang
3. Beresiko
4. Lebih transparan
5. Pembukuan ditutup setiap hari
6. Nasabah bisa menarik/memasukkan dana setiap hari.
7. Return > tingkat bunga deposito
8. Hasil yang diperoleh Neto No Pajak
9. Perbedaan Reksa dana Syariah dan Konvensional
10. Ada beberapa hal yang membedakan antara reksa dana konvensional
dan reksa dana syariah. Dan tentunya ada beberapa hal yang juga harus
diperhatikan dalam investasi syariah ini.
a. Kelembagaan
Dalam syariah islam belum dikenal lembaga badan hukum seperti
sekarang. Tapi lembaga badan hukum ini sebenarnya mencerminkan
kepemilikan saham dari perusahaan yang secara syariah diakui. Namun
demikian, dalam hal reksa dana syariah, keputusan tertinggi dalam hal
keabsahan produk adalah Dewan Pengawas syariah yang beranggotakan
beberapa alim ulama dan ahli ekonomi syariah yang direkomendasikan
oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dengan
begitu proses didalam akan terus diikuti perkembangannya agar tidak
keluar dari jalur syariah yang menjadi prinsip investasinya.
b. Hubungan Investor dan Perusahaan
Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan
sistem mudharabah. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian
tersebut karena kecurangan atau kelalaian pengelola maka pengelola harus
bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Dalam hal ini transaksi jual beli,
saham-saham dalam reksa dana syariah dapat diperjual belikan. Saham-
saham dalam reksa dana syariah merupakan yang harta (mal) yang
dibolehkan untuk diperjual belikan dalam syariah. Tidak adanya unsur
penipuan (gharar) dalam transaksi saham karena nilai saham jelas. Harga
saham terbentuk dengan adanya hukum supply and demand. Semua saham
yang dikeluarkan reksa dana tercatat dalam administrasi yang rapih dan
penyebutan harga harus dilakukan dengan jelas.
c. Kegiatan Investasi Reksa Dana
Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat
melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan syariah, diantara
investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan adalah investasi dalam
bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan minuman yang
diharamkan, lembaga keuangan ribawi dan lain-lain yang ditentukan oleh
Dewan Pengawas Syariah. Dalam kaitannya dengan saham-saham yang
diperjual belikan dibursa saham, BEJ sudah mengeluarkan daftar
perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam
atau saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII). Dimana
saham-saham yang tercantum didalam indeks ini sudah ditentukan oleh
Dewan Syariah.
Dalam melakukan transaksi reksa dana syariah tidak diperbolehkan
melakukan tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar
seperti penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya.

7. Identifikasilah kaitan kerja sama yang mungkin dilakukan oleh bank


syariah dengan lembaga lembaga keuangan syariah lainnya.

Bank Indonesia (BI) mendorong bank-bank syariah melakukan kerja sama


atau program linkage dengan lembaga keuangan mikro syariah seperti Baitul Maal
wa Tamwiil (BMT) dan koperasi jasa keuangan syariah.

Kepentingan membangun kerja sama antara bank syariah dengan lembaga


keuangan mikro syariah bersifat mutual benefit atau timbal balik dan bertujuan
mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Untuk mendukung kemitraan ini, BI sejak 2011 melakukan pemetaan


BMT dan koperasi syariah, mengidentifikasi kunci sukses dan bentuk pola
kemitraan terbaik antara bank syariah dengan lembaga keuangan mikro syariah.

Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah mengatakan masih banyak


masyarakat yang belum terlayani jasa keuangan, padahal potensi UMKM sangat
besar.

"Berbagai kebijakan dan inistiatif pengembangan koperasi dan lembaga


keuangan mikro termasuk yang berpola syariah penting menjadi prioritas
pembangunan ke depan," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika,
Senin (17/6).

Menurut dia, urgensi keberadaan industri keuangan mikro bagi sektor


usaha mikro-kecil nasional disadari betul pemerintah. Banyak upaya penguatan
industri keuangan mikro yang telah dan terus dilakukan.

Antara lain adalah penguatan landasan hukum keuangan mikro dengan


penerbitan UU No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian dan UU No 1 tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro.
"Dua UU ini diharapkan dapat mendorong industri keuangan mikro yang di
dalamnya terdapat berbagai bentuk lembaga keuangan dalam memberikan
pelayanan bagi usaha mikro-kecil," katanya.

Pada sisi lain, kepastian hukum bagi lembaga keuangan sektor mikro-kecil
akan memudahkan lembaga dalam melakukan kerja sama dengan institusi lain
seperti melakukan kemitraan dengan bank syariah.

Halim mengatakan kedua UU tersebut memberikan banyak tugas bagi


otoritas dan stakeholders perkoperasian dan keuangan mikro untuk dilaksanakan.

Selain itu, terdapat sejumlah isu seperti pemilahan kewenangan dan tanggung
jawab lembaga-lembaga pemerintah dalam pembinaan, pengaturan dan
pengawasan lembaga keuangan mikro.

Khusus bagi lembaga keuangan mikro syariah dengan format BMT,


terdapat isu penting mengenai kejelasan posisi BMT dalam kedua UU tersebut.
BMT secara eksplisit tertulis sebagai lembaga keuangan mikro yang akan diawasi
OJK dalam UU LKM.

Namun pada realitasnya banyak BMT beroperasi dengan badan hukum


koperasi juga menjadi objek yang diatur UU Perkoperasian dengan
mengelompokan lembaga tersebut sebagai Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
berdasarkan prinsip ekonomi syariah.

BI berharap ke depannya lembaga keuangan mikro syariah dapat


meningkatkan kemitraan dan aliansi strategis dengan lembaga keuangan syariah
lainnya, termasuk bank syariah sehingga mampu melayani sektor usaha mikro-
kecil secara maksimal.

Kerja sama antara lembaga zakat dengan keuangan syariah makin erat di
Tanah Air. Kedua lembaga bisa saling memberikan keuntungan demi kemajuan
zakat dan lembaga keuangan syariah sendiri.

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Didin Hafidhuddin,


mengatakan untuk mendorong ekonomi syariah di Tanah Air pihaknya telah
bekerja sama dengan lembaga keuangan syariah, mulai dari bank syariah, asuransi
syariah, dan bank pembiayaan rakyat syariah setiap tahunnya. ''Lembaga
keuangan syariah menjadi faktor penting dalam keuangan, lembaga zakat juga
bagian penting dari ekonomi syariah. Kerja sama dengan lembaga keuangan
syariah ini menjadi mutual benefit,'' ujarnya di Jakarta, Selasa (20/7).

Ia mengungkapkan dengan kerja sama bersama lembaga keuangan syariah,


lembaga zakat dapat mensosialisasikan lembaga keuangan syariah terkait. Di sisi
lain lembaga zakat pun terdorong memberi pelaporan, sehingga ada keterbukaan.
''Sinergi lembaga zakat dan lembaga keuangan syariah ini menjadi suatu kekuatan
luar biasa,'' tegas Didin.

Baznas bekerja sama di antaranya dengan Bank Muamalat, BRI Syariah,


Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Ssyariah, Bank Jabar-Banten Syariah. Didin
menuturkan setiap tahunnya penghimpunan zakat terus meningkat hampir dua kali
lipat. Pada 2007 jumlah zakat yang terkumpul sekitar Rp 400 miliar, lalu
meningkat menjadi Rp 900 miliar pada 2008. Di tahun berikutnya jumlah zakat
yang terhimpun sebesar Rp 1,2 triliun dan di tahun ini diharapkan dapat mencapai
Rp 1,5 triliun. Hingga semester I 2010 penghimpunan zakat di Baznas telah
mencapai lebih dari Rp 500 miliar.

8. Jelaskan peran institusi seperti BI, Departemen Keuangan, MUI, dan IAI
terhadap pengembangan industri perbankan syariah.

Secara umum, peranan bank sentralsangat penting dan strategis


dalamupaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien.
Perludiwujudkannya sistem perbankan yang sehat itu, karena dunia perbankan
adalahsalah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Sedangkansecarakhusus, bank sentral mempunyai peranan yang penting dalam
mencegahtimbulnya risiko-risiko kerugian yang diderita oleh bank itu sendiri,
masyarakatpenyimpan dana, dan merugikan serta membahayakan kehidupan
perekonomian.
Pengawasan lembaga perbankan selama ini dilakukan oleh Bank
Indonesia. Berdasar Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, Bank
Indonesia memiliki kewenangan yang besar. Bank Indonesia
menetapkanperaturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatanusahatertentu dari bank, melaksanakanpengawasan bank dan
mengenakansanksiterhadap bank sesuai denganperaturan perundang-
undangan.Kewenanganpengawasan bank oleh Bank Indonesia tidak hanya diatur
dalamUndang-UndangNomor 23 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004, namun jugadiatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
juncto Undang-UndangNomor 10 Tahun 1998. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998menyebutkan bahwa, Pembinaan dan pengawasan Bank
dilakukan oleh Bank Indonesia, juga Pasal 50 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentangPerbankan Syariah (untuk selanjutnya disebut Undang-Undang
Nomor 21 Tahun2008), menyatakan bahwa, Pembinaan dan pengawasan Bank
Syariah dan UUSdilakukan oleh Bank Indonesia
Sebagai pengawas dan pembina bank, Bank Indonesia bertindak
sebagaiseorang bapak kepada anaknya. Bila seorang anak keliru dalam melakukan
suatu tindakan maka seorang bapak yang baik akan berusaha memberitahukan
kepadaanaknya perihal kekeliruannya itu bahkan lebih dari itu bapak tersebut
akanmengusahakan supaya anaknya tidak keliru dalam mengambil suatu
tindakan.Demikian juga halnya Bank Indonesia dalam menjalankan tugas
pengawasanperbankan syariah di Indonesia.Bank Indonesia yang memegang
otoritas pembinaan dan pengawasan bank dibekali dengankewenangan yang
berkaitan dengan perizinan, mengeluarkanketentuan-ketentuan yang memberi
landasan kerja yang sehat bagi bank sertamengawasi dan memberikan pembinaan
kepada bank dalam menjalankan segalausaha bank tersebut dengan tujuan
mendorong terwujudnya sistem perbankanyang sehat.Pada pokoknya,Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral mempunyai tigabidang tugas, yaitu
(1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
(2)mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan
(3) mengatur danmengawasibank.Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur
dan mengawasi bank,menurut ketentuan Pasal 24 Undang-Undang No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia.
Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izinatas
kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank. Menurut ketentuan Pasal29
ayat (1) Undang-Undang Perbankan, kegiatan Pembinaan dan pengawasanbank
dilakukan oleh Bank Indonesia. Pengertian yang dimaksud denganpembinaan
adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan cara menetapkanperaturan yang
menyangkut aspek kelembagaan, kepemilikan, pengurusan,kegiatan usaha,
pelaporan serta aspek lain yang berhubungan dengan kegiatanoperasional bank.

Disamping itu, bank Indonesia berwenang menetapkanketentuan-ketentuan


perbankan yang memuat prinsip kehatihatian (Pasal 25),dimana prinsip kehati-
hatian tersebut bertujuan untuk memberikan rambu-rambubagi penyelenggaraan
kegiatan usaha perbankan, guan mewujudkan sistemperbankan yang sehat
Oleh karena itu, peraturan-peraturan di bidang perbankan yang
ditetapkanoleh Bank Indonesia harus didukung oleh penerapan sanksi-sanksi yang
adil.Berkaitan dengan kewenangan di bidang pengawasan, sesuai ketentuan Pasal
26Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Perbankan.Tujuan pembinaan dan
pengawasan perbankan oleh Bank Indonesiamencakup empat aspek, yaitu sebagai
berikut:
1) Power to Licence;
2) Power to Regulate;
3) Power to Control;
4) Power to Impose Sunction.
Keempat aspek pengawasan yang menjadi otoritas Bank Indonesia
berlakubagi semua jenis bank sesuai Undang-Undang Perbankan, termasuk
didalamnyabank syariah. Esensi pengawasan itu juga tampak relevan dengan misi
dan nilai-nilai ekonomi Islam untuk menegakkan hukum keadilan, profesionalitas
dantanggung jawab.Dalam perspektif ekonomi syariah, selain keempat aspek
pengawasanBank Indonesia tersebut, masih diperluas lagi dengan adanya elemen-
elemen yangterdapat dalam perbankan syariah yang tidak ditemukan dalam
perbankankonvensional, yakni posisi, kewenangan, fungsi dan tanggung jawab
DewanPengawas Syariah (DPS), serta hubungannya dengan Majlis Ulama
Indonesia(MUI). DSN-MUI merupakan salah satu lembaga yang diakui oleh
pemerintahuntuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan produk-produk
syariah dilembaga keuangan syariah.Ketika bank syariah ingin meluncurkan suatu
produk layanan jasakeuangan, maka selama ini terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan shariah compliance Dari DPS.
Jika produk yang akan diluncurkan oleh suatu bank syariah belum
mendapat persetujuan kesesuai dengan prinsip syariah dariDPS maka Bank
Indonesia tidak akan memberikan izin produk layanan jasa
keuangantersebutDalammenjalankan tugas otoritas tunggal pengawasan jasa
keuanganperbankan, Bank Indonesia memiliki kewenangan melakukan
pemeriksaan ataspelaksanaan tugas setiap pihak yang terafiliasi dengan bank
syariah, khususnyadalam hal ini adalah tugas dalam menjalankan prinsip syariah.
Yang termasuk pihak terafiliasi dengan bank syariah, salah satunya adalah
DPS.Hal di atas dapat dipahami, bahwa prinsip-prinsip syariah
(shariahompliance) setelah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia melalui
DSN-MUI,selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia. Artinya,
pelanggaranterhadap prinsip syariah, secara langsung adalah pelanggaranterhadap
PeraturanBank Indonesia, sehinggasebagai otoritas jasa keuangan perbankan
sebelum OJK,Bank Indonesia memiliki kewenangan tertinggi dalam menjatuhkan
sanksi padasektor perbankan, termasuk mencabut izin usaha dan izin orang
perorangan.
9. Dengan melihat data perbankan syariah yang dikeluarkan oleh BI,
simpulkanlah perkembangan bank syariah di Indonesia dan prospeknya dalam
sepuluh tahun ke depan.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah memasuki babak


baru. Pertumbuhan industri perbankan syariah telah bertransformasi dari hanya
sekedar memperkenalkan alternatif praktik perbankan syariah menjadi bagaimana
bank syariah menempatkan posisinya sebagai pemain utama dalam peraturan
ekonomi di tanah air. Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi
pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi mereka. Hal ini
ditunjukan denagn akselerasi pertumbuhan dan perkembangan bank syariah di
Indonesia.

Industri perbankan syariah 2010 mengalami pertumbuhan yang lebih baik


dibanding 2009. hal ini merujuk pada hasil analisis terhadap kondisi fundamental
makro ekonomi dalam situasi perekonomian dunia yang cenderung pulih, serta
dinamik internal industri perbankan syariah.

Faktor-faktor pendukung industri perbankan syariah mencakup


pertumbuhan secara un-organic akibat penambahan pemain baru dalam industri,
baik bank umum, unit usaha syariah (UUS) maupun BPRS. Pada tahun 2009,
jumlah bank umum syariah yang beroperasi bertambah dengan adanya konversi
usaha 3 bank, yaitu Bank jasa Artha, Bank Persyarikatan dan Bank Hasfa yang
masing-masing diakusisi oleh BRI, Bukopin dan Panin menjadi Bank Umum
Syariah.

Pertumbuhan secara un-organic tersebut juga didukng dengan


pertumbuhan organic melalui pertumbuhan volume usaha yang di dukung oleh
peningkatan jumlah jaringan kantor bank syariah. Per awal November 2009 silam,
masyarakat dapat menikmati layanan jasa perbankan melalui 1.101 kantor bank
syariah yang dioperasikan oleh 6 Bank Umum Syariah dan 25 UUS dan 138 BPR
Syariah.

Tahun 2010 membuka peluang besar lagi bagi peningkatan volume usaha
dan kenerja perbankan syariah. Pasalnya, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
setahun kedepan masih relatif tinggi, seiring dengan credit rating yang mengalami
peningkatan. Gencarannya progam edukasi dan diseminasi perbankan syariah oleh
Bank Indonesia, perbankan syariah maupun pihak-pihak terkait lainnya makin
menciptakan situasi yang kondusif bagi industri pasar modal ini.

Berdasarkan suatu penelitian pada sebuah bank syariah terhadap sekitar


3.200 nasabah di seluruh Indonesia, diketahui bahwa lebih dari 70 % nasabah
memilih bank syariah dalam melakukan transaksi perbankan dengan alasan utama
sesuai keyakinan agama. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat
yang menginginkan dalam melakukan transasksi keuangan tidak bertentangan
dengan keyakinan agama. Alasan utama lainnya yang menyebabkan nasabah
memilih bank syariah adalah karena pelayanan bank syariah yang cepat dan
memuaskan sebesar 38% serta karena lokasi kantor bank strategis sebesar 30%, di
samping alasan-alasan rasional lainnya.

Memperhatikan hal di atas, sebenarnya prospek ekonomi syariah


cukup menjanjikan dimasa depan. Hal ini, disebabkan adanya kesadaran sebagian
masyarakat, terutama yang berpendidikan tinggi untuk menjalankan kehidupan
sosial ekonomi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Kondisi tersebut harus
diantisipasi dengan kesiapan sarana dan prasarana guna mendukung
berkembangnya perekonomian secara optimal di masa depan. Sarana dan
prasarana tersebut, tidak hanya bersifat material, tetapi juga non material, serta
sistem pendidikan yang mengakomodasikan kebutuhan tersebut, sehingga tercipta
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam membangun dan
mengembangkan ekonomi syariah di masa depan

Secara spesifik kinerja perbankan syariah nasional pada aspek pendanaan


(dana pihak ketiga) menunjukan pertumbuhan yang cukup menggembirakan.
Industri perbankan syariah masih mampu menjaga pertumbuhan tinggi dari DPK
perbankan syariah, dimana angka pertumbuhan year on year hingga bulan
Oktober 43 %. Diperkirakan pada tahun 2011 DPK perbankan syariah masih akan
tumbuh dengan pesat mengingat jaringan kantor perbankan syariah akan
signifikan meningkat sebagai implikasi dari munculnya bank syariah baru pada
tahun sebelumnya.

Sementara itu, sisi pembiayaan perbankan syariah, diperkirakan akan pula


mengalami peningkatan pertumbuhan yang tinggi. Hingga Oktober tahun 2010
secara YoY pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah nasional mencapai 39
%, jauh di atas pertumbuhan kredit perbankan nasional. Angka ini tentu sedikit
banyak mempresentasikan kontribusi perbankan syariah terhadap dunia usaha
nasional, khususnya dunia usaha mikro.

Meskipun perbankan syariah mengalami high growth, namun industri


perbankan syariah masih harus mengatasi beberapa tantangan, agar dapat
mempertahankan pertmbuhan yang tinggi tersebut secara lebih
berkesinambungan. Setidaknya ada 5 tantangan utama perbankan syariah selain
tantangan-tantangan lainya yang juga perlu dihadapi.

1. Pertama, sumber daya manusia. Dengan semakin meningkatnya


kapasitas ekspensi BUS dan UUS di masa depan, maka semakin
menuntut penambahan SDM berkualitas dalam jumlah
memadai.

2. Ketiga, aspek regulasi. Pengembangan perbankan syariah tidak


terlepas dari aspek regulasi. Jika ketentuan perundang-undangan
tidak kondusif bisa menghambat pertumbuhan perbankan
syariah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini sangat
mendesak untuk dipenuhi. Untuk itu masyarakat ekonomi
syariah dan ikatan ekonomi Islam Indonesia serta MUI harus
mengawal dan mendesak terus janji pemerintah untuk segera
mengeluarkan beberapa UU yang terkait.

3. Keempat, optimalisasi jaringan pelayanan. Kebijakan


pembukaan office chaneling bank syariah yang dimulai bulan
Maret 2006, sepanjang tahun 2007 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Kebijakan office chanelling pada dasarnya
terfokus untuk menjawab masalah cakupan pelayanan
perbankan yang terbatas. Namun, sangat disayangkan
pembukaan office chanelling tersebut tidak diimbangi dengan
progam edukasi dan sosialisasi.
4. Kelima, inovasi produk. Keberhasilan sistem perbankan syariah
di masa depan akan tergantung kepada kemampuan bank-bank
syariah menyajikan produk-produk yang menarik, kompetitif,
sesuai kebutuhan masyarakat, tetapi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, karena itu perbankan syariah harus lebih kreatif
dan inovatif dalam mendesign pro duk-produknya.

Menurut identifikasi Bank Indonesia, yang disampaikan pada seminar


Akhir Tahun perbankan syariah 2005, kendala-kendala perkembangan bank
syariah di samping imbas kondisi makro ekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal
sebagai berikut :

1. Jaringan kantor pelayanan dan keaungan syariah masih relatif terbatas.


2. SDM yang kompeten dan profesional masih belum optimal.
3. Pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah sudah cukup baik, namun minat
untuk menggunakannya masih kurang.
4. Sinkronisasi kebijakan dengan intitusi pemerintah lainnya berkaitan dengan
transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal.
5. Rezim suku bunga tinggi pada tahun 2005.

Bank Indonesia dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa
pengembangan bank syariah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi,
jika kendala jaringan dapat diatasi. Hal tersebut diyakini karena peluang yang
besar dan dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :
1. Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan
menggunakan prinsip-prinsip syariah.
2. Pengembangan instrumen keuangan syariah yang diharapkan akan semakin
menarik investor/ pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri perbankan
syariah nasional.
3. Potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri perbankan
syariah nasional.

Tantangan yang sangat jelas terlihat pada masa yang akan datang dari
perbankan syariah nasional adalah bagaimana menjaga laju pertumbuhan
pembiayaan ini dengan kinerja yang juga baik dalam menekan tingkat
pembiayaan bermasalahnya. Di samping itu, tantangan yang lain juga harus
diperhatikan adalah pembiayaan perbankan syariah masih terkonsentrasi
menggunakan akad beresiko kecil yaitu produk-produk menggunakan akad
berbasis jual beli serta masih berada pada sektor-sektor ekonomi yang belum
variatif, yaitu masih dominan berada pada sektor jasa dan perdagangan.

Di luar perkembangan fisik yang terlihat ini, diharapkan pada tahun-tahun


mendatang perkembangan industri perbankan syariah nasional juga semakin
memperlihatkan keberkahannya berupa kemanfaatan bagi masyarakat dhuafa.
Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diperkenalkan pula variabel/ angka
perkembangan berupa derajat kemanfaatan ini sebagai parameter kemanfaatan
perbankan syariah nasional bagi masyarakat yang selama ini tidak terjangkau oleh
industri perbankan yang terbilang mapan. Semoga usaha-usaha pengembangan
industri ini oleh pihak-pihak terkait, semakin dimudahkan oleh Allah swt.
Sehingga perbankan syariah nasional mampu berperan signifikan dalam
perkembangan nasional dan lebih luas lagi dalam mendukung perekonomian
nasional.

10. Identifikasilah permasalahan yang dihadapi oleh industry perbankan


syariah Indonesia pada saat ini.

Beberapa masalah dan problematika yang dihadapi oleh industri


perbankan syariah, hampir sama dengan masalah yang dihadapi oleh beberapa
bank umum atau konvesional. Bedanya adalah dari penerapan aturan yang ada
pada bank itu sendiri, bank syariah memakai aturan kesyariahan yang bersumber
pada hukum-hukum islam, sedangkan bank umum atau konvesional menggunakan
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh bank sentral. Adapun beberapa
problematika yang muncul seiring dengan berkembangnya industri perbankan
syariah dapat kita kategorikan pada beberapa masalah yang diantaranya adalah :
Pertama, adalah kurangnya deposito. Perbankan yang beroperasi secara
syariah tidak dapat menerima simpanan dari orang-orang yang ingin mendapat
keuntungannya tanpa menanggung resiko apapun. Karena sesuai syariah, berbagi
keuntungan tidak dibenarkan tanpa berbagi resiko. Jenis deposan seperti ini pada
umumnya lebih cenderung untuk mendepositokan uangnya pada bank-bank yang
beroperasi dengan system bunga / riba atau pada pasar modal (stock market).
kedua, masalah yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah likuiditas
berlebihan (excessive liquidity). Tentu saja bank Islam akan lebih cenderung
mempertahankan rasio yang tinggi antara uang tunai dengan simpanannya bila
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Ini dilakukan untuk
mengantisipasi penarikan rekening tabungan yang dilakukan nasabah sewaktu-
waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kemudian tidak semua nasabah bank
Islam yang potensial menyetujui meminjamkan uangnya berdasarkan prinsip
musyarakah atau kemitraan. Pada umumnya nasabah lebih senang meminjam
dana atas dasar mudarabah, atau bahkan meminjam dari bank konvensional
dengan system bunga. Sebaliknya bank Islam akan lebih senang dengan alasan
resiko berinvestasi atas dasar musyarakah ketimbang mudarabah, karena dalam
mudarabah, jika suatu usaha mengalami kerugian maka bank akan menanggung
beban kerugian yang lebih besar ketimbang partnernya. Sikap konservatif investor
dan bank tersebut akan menimbulkan likuiditas berlebihan. Bank Islam pun
cenderung menahan lebih banyak cadangannya (baik pada kasnya sendiri maupun
bank sentral) sebagai perlindungan atas kerugian dan menjaga kepuasan para
nasabah potensialnya.
Ketiga, adalah problematika biaya dan profitabilitas. Bank Islam bekerja
dengan aturan yang sangat ketat dan memilih investasi yang halal dan sesuai
syariah saja. Implikasinya adalah bank Islam harus melakukan supervisi dan
terkadang mengelola secara langsung operasional suatu proyek yang didanainya.
Ini dilakukan untuk mereduksi pengeluaran manajerial. Akibatnya bank Islam
harus memikul biaya tambahan yang tidak pernah terdapat pada pembukuan bank-
bank berasas bunga. Bank Islam pun harus mampu meminimalisir potensi
kerugian dari investasi mudarabahnya dan mengamankan tingkat keuntungan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank riba. Hal ini menyebabkan
bank Islam terdorong untuk mencari proyek yang segera memberikan keuntungan.
Long gestation project (proyek dengan masa menunggu yang lama) dan proyek
infrastruktur adalah proyek-proyek yang kurang menarik minat perbankan Islam,
dimana bank Islam harus membayar keuntungan yang besar setiap tahun terhadap
simpanan.
keempat yang dihadapi selanjutnya adalah masalah pendanaan pinjaman
untuk konsumsi. Bank Islam terkadang kesulitan untuk memberi pinjaman yang
bertujuan konsumtif. Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya dana yang dapat
dipinjamkan tanpa memperoleh keuntungan. Kemudian bank-bank Islam yang ada
saat ini masih kesulitan untuk mengumpulkan dana zakat, infak, maupun
shadaqah pada skala yang besar, padahal dana zakat ini merupakan potensi yang
sangat luar biasa, dan bisa dijadikan sebagai salah satu sumber pendanaan
pinjaman untuk tujuan konsumtif.
kelima adalah masih minimnya sumberdaya manusia yang memahami
secara komprehensif segala hal yang berkaitan dengan industri perbankan syariah.
Dalam kasus ini industri perbankan syariah pun juga banyak mengalami masalah
dalam sistemnya, karena selama ini hanya bank umum atau konvesional saja yang
mendapatan sorotan lebih dari para pakar ekonomi tentang masalah dan
problematika yang sedang dihadapi.

11. Jelaskan peran Indonesia dalam pengembangan bank syariah di tingkat


internasional.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah dalam
perbankan syariah sudah semakin nampak. Hal ini terbukti adanya UU No.7
Tahun 1992 dan perubahannya UU perbankan No. 10 Tahun 1998 yang mengatur
dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Tidak hanya sebatas itu peran pemerintah
juga memberikan kontribusi dana untuk dikelola oleh bank syariah yaitu tentang
dana haji yang sebelumnya dikelola oleh bank-bank nasional. Disamping itu
pemerintah telah memberikan izin kepada bank-bank syariah dan konvensional
untuk membuka cabang atau unit yang lebih luas. Dengan demikian diharapkan
bank syariah mampu tumbuh dan berkembang dengan pesat dan memberikan
perubahan kepada perekonomian nasional sehingga Indonesia menjadi Negara
yang lebih maju.
Untuk mencapai hal tersebut Pemerintah harus proaktif mengundang
investor mancanegara (terutama dari Timur Tengah) untuk berinvestasi di industri
perbankan syariah Indonesia. Pemerintah Indonesia dapat mencontoh pemerintah
Singapura yang rajin melakukan pendekatan personal kepada para investor Timur
Tengah. Terkait dengan hal ini, Pemerintah terlebih dulu harus merevisi Undang-
undang tentang Pajak Pertambahan Nilai agar transaksi murabahah di bank
syariah tidak dikenakan pajak ganda. Karena untuk menjaring investor asing,
Indonesia perlu membuat regulasi yang mengakomodasi pertumbuhan perbankan
syariah.
Selain itu, agar peran Pemerintah bisa optimal maka diperlukan juga
sinergi antar instansi Pemerintah dan stakeholder perbankan syariah (seperti Bank
Indonesia) untuk bergotong royong mengembangkan industri perbankan syariah
Indonesia.

12. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang boleh dikembangkan oleh
masyarakat Muslim hanyalah Baitul Maal sebagaimana yang dikembangkan nabi
dan para khalifah pemerintahan Islam, adapun bank syariah dan lembaga
keuangan syariah lain tidak memiliki dasar syariah yang kuat untuk
dikembangkan. Setujukah anda dengan pendapat tersebut dan berikan argument
guna menerima atau menolak pandangan tersebut.
Tidak setuju, karena selain baitul maal lembaga keuangan yang lain juga
sudah sesuai syariat islam. Dan apabila di katakan bidah termasuk ke dalam
bidah yang hasanah .

13. Identifikasilah kelemahan yang terdapat pada bank konvensional.


kelemahan yang terdapat pada bank konvensional.

1. Faktor manajemen yang ditandai oleh inkonsistensi penyaluran kredit,


campur tangan pemilik yang berlebihan dan manager yang tidak
professional.
2. Kredit bermasalah karena prosedur pemberian kredit tidak potensi dan
penampakan pemberian kredit pada grup sendiri dan kalangan tertentu.
3. Praktik curang seperti bank dalam bank dan transaksi fiktif.
4. Praktik spekulasi yang terlalu ambisius dan tanpa perhitungan.

SISTEM BUNGA
Perbedaan utama yang paling mencolok antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional yakni pembagian keuntungan. Bank konvensional sepenuhnya
menerapkan sistem bunga atau riba. Hal ini karena kontrak yang dilakukan bank
sebagai mediator pemilik dana dengan peminjam dilakukan dengan penetapan
bunga. Ada dua macam bunga yang diberikan oleh bank yaitu bunga simpanan
yang diberikan oleh bank sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank dan bunga pinjaman yang diberikan oleh bank kepada para
peminjam. Karena nasabah telah mempercayakan dananya, maka bank harus
menjamin pengembalian pokok beserta bunganya. Selanjutnya keuntungan bank
adalah selisih bunga antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Jadi para
pemilik dana mendapatkan keuntungan dari bunga tanpa keterlibatan langsung
dalam usaha. Demikian juga pihak bank tidak ikut merasakan untung rugi usaha
tersebut.
Hal yang sama tak berlaku di bank syariah. Dana masyarakat yang
disimpan di bank disalurkan kepada para peminjam untuk mendapatkan
keuntungan. Hasil keuntungan akan dibagi antara pihak pemilik dana dan pihak
bank sesuai perjanjian yang disepakati. Dari perbandingan itu terlihat bahwa
dengan sistem riba pada bank konvensional pemilik dana akan menerima bunga
sebesar ketentuan bank. Namun pembagian bunga tak terkait dengan pendapatan
bank itu sendiri. Sehingga berapapun pendapatan bank, nasabah hanya
mendapatkan keuntungan sebesar bunga yang dijanjikan saja.
Dalam sistem bunga, jika terjadi kerugian, maka kerugian itu hanya
ditanggung si peminjam (debitur) saja, berdasarkan pembayaran bunga tetap
seperti yang dijanjikan, sedangkan pada sistem bagi hasil, jika terjadi kerugian,
maka hal itu ditanggung bersama oleh pemilik modal dan peminjam. Pihak
perbankan syariah menaggung kerugian materi, sedangkan si peminjam
menanggung kerugian tenaga, waktu dan pikiran.
Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana adalah memperoleh
imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang
saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga
simpanan dan suku bunga pinjaman. Dilain pihak kepentingan pemakai dana
adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah. Dengan demikian terhadap ketiga
kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit diharmoniskan.
Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga perantara saja.
Sedangkan pada Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan
pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam. Bank syariah
menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang
sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar
hubungan antara nasabah dan bank.

14. Identifikasilah 3 kelebihan yang dimiliki oleh bank syariah yang


diperkirakan dapat mengatasi kelemahan bank konvensional.

1. Adanya fasilitas pembiayaan yang tidak membebani nasabah sejak awal


karena tidak diharuskan membayar biaya secara tetap.
2. Adanya sistem bagi hasil yang membuat bank syariah menjadi lebih
mandiri.
3. Keuntungan yang didapat nasabah bisa meningkat apabila pendapatan
yang diperoleh bank tersebut juga meningkat

15. Jelaskan dan evaluasilah tahapan perkembangan bank syariah yang


direncanakan oleh BI dalam cetak biru pengembangan bank syariah. Berikan
saran anda dalam upaya pengembangan bank syariah.

BI menerlahkan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia.


Cetak biru (blue print) ini dibuat untuk memberikan arahan yang ingin dicapai
serta tahapan-tahapan untuk mewujudkan sasaran pengembangan jangka panjang.
Berikut adalah sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011 yang
ingin digariskan dalam cetak biri tersebut:
a. Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan.
b. Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional
perbankan syariah
c. Terciptanya sistem perbankan yang kompetitif dan efisien
d. Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan
bagi masyarakat luas.
Pengembangan perbankan syariah yang dituangkan dalam Cetak biru
pengembangan perbankan syariah di Indonesia dibagi atas tiga tahap. Ketiga
tahap tersebut memilik fokus yang berbeda-beda. Inisiatif strategis pada tahap
pertama dilakukan pada tahun 2002-2004 dengan fokus pada pembentukan
kerangka dasar sistem pengaturan yang disesuaikan dengan karakteristik
operasional pebankan syariah yang sehat.
Adapun tahap kedua pengembangan perbankan syariah (2004-2008)
difokuskan apda realisasi kegiatan yang telah direncanakan dalam tahap pertama
program pengembangan. Sementara itu, tahap ketiga (2008-2011) merupakan
finasisasi implementasi inisiatif sistem perbankan syariah.

Kebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkan dengan berpedoman


pada starategi pengembangan jangka panjang. Kebijakan tersebut tertuang dalam
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan Perbankan Syariah yang dimulai sejak
tahun 2005. Kebijakan yang ditempuh dalam berapa tahap tersebut difokuskan
pada upaya memperkuat struktur industri perbankan syariah. Disamping itu,
kebijakan yang ditempuh diarahkan untuk mengantisipasi tantangan dan
perkembangan yang terjadi di tingkat nasional maupun internasional guna
menjaga momentum pertumbuhan syariah. Kebijakan terkini yang dilakukan oleh
Bank Indonesia adalah Kebijakan Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah
2007-2008 yang merupakan langkah ketujuh dari delapan langkah yang tercantum
dalam Arah Kebijakan Perbankan Tahun 2007. Adapun tujuan dari program
Akselerasi Pengembangan perbankan Syariah (PAPBS) adalah tercapainya share
perbankan syariah sebesar 5% dari total asset seluruh perbankan di Indonesia pada
akhir tahun 2008 dengan tetap mempertahankan prinsip kehati-hatian dan
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Kebijakan dimaksud lebih difokuskan pada
pencapaian target kuantitatif melalui terobosan paket kebijakan dan program
inisiatif yang dapat memberikan perubahan pertumbuhan aset bank secara
signifikan dalam jangka pendek.
Sehubungan dengan itu, maka sasaran kebijakan dan program akselerasi 2007-
2008 tersebut adalah mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand,
memperkuat permodalan, manajemen dan SDI bank syariah, mengoptimalkan
peranan pemerintah serta melibatkan seluruh stakeholder perbankan syariah untuk
bepartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai dengan kompetensinya
masing-masing. Selanjutnya, upaya konkrit tersebut tercakup dalam 6 (enam) pilar
program akselerasi pengembangan perbankan syariah sebagai berikut :
1. Penguatan Kelembagaan Bank Syariah
2. Pengembangan Produk Bank Syariah
3. Intensifikasi edukasi publik & aliansi mitra strategis
4. Peningkatan peranan pemerintah & penguatan kerangka hukum Bank Syariah
5. Penguatan Sumber Daya Insani (SDI) Bank Syariah
6. Penguatan Pengawasan Bank Syariah
Dalam mengimplementasikan program-program akselerasi di atas, maka
telah dibentuk Working Group yang beranggotakan Bank Indonesia dan Bank-
bank Syariah. Secara berkala Working Group tersebut mengadakan pertemuan
untuk membahas langkah-langkah yang akan dilakukan dalam upaya pencapaian
target yang telah ditentukan tersebut.

Hasil Kerja Bank Indonesia Dalam Mengembangkan Perbankan Syariah Nasional


Perjalanan perbankan syariah di Indonesia telah memasuki tahun ke 14
sejak diberlakukannya UU No.7 tahun 1992. Dalam kurun waktu tersebut
perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.
Seperti telah diuraikan dimuka, bahwa Bank Indonesia dari waktu ke
waktu senantiasa berupaya mencari terobosan untuk menjaga kinerja industri
perbankan syariah tetap baik. Berbagai langkah kebijakan telah ditempuh oleh
Bank Indonesia, dalam rangka meningkatkan peran bank syariah dalam
perekonomian nasional. Guna memelihara momentum pertumbuhan yang pesat
dari lembaga perbankan syariah dan untuk menjawab tantangan-tantangan yang
akan dihadapi oleh perbankan syariah di Indonesia, Bank Indonesia telah
menyusun Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, dengan
kerangka waktu perencanaan 10 tahun kedepan. Cetak Biru tersebut meletakkan
posisi serta cara pandang Bank Indonesia dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para stakeholder perbankan syariah. Selanjutnya seperti telah diuraikan terdahulu,
Bank Indonesia juga telah membuat kebijakan akselerasi pengembangan
perbankan syariah tahun 2007-2008.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2002-2006) perkembangan
jaringan kantor perbankan syariah di Indonesia meningkat cukup pesat, dari 101
jaringan menjadi 531 jaringan kantor. Hal tersebut ditunjang dengan
bertambahnya jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu dari 3 UUS menjadi 20
UUS, dan BPRS juga tumbuh dari 81 menjadi 105 BPRS. Saat ini, juga terdapat
cukup banyak permohonan pembukaan kantor bank Syariah yang sedang diproses
oleh Bank Indonesia. Total asset Bank Syariah secara nasional akhir Desember
2006 mencapai Rp 26,7 Triliun (1,58% dari total asset seluruh perbankan)
Potensi pengembangan lembaga perbankan syariah yang cukup besar
antara lain adalah di Jawa Barat. Sesuai dengan hasil penelitian Potensi,
Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah, menyebutkan bahwa
sebanyak 45 persen dari responden di Pulau Jawa mengatakan bahwa sistem
bunga tidak sejalan dengan agama, sementara itu 94 persen dari responden di
Jawa Barat menilai bahwa sistem bagi hasil adalah sistem universal dan dapat
diterima karena menguntungkan bank maupun nasabah.
Kualitas pelayanan dan kedekatan lokasi bank dari pusat kegiatan
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap
bank syariah di Jawa Barat.
Di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia (KBI) Bandung terdapat 2 Bank
Umum Syariah (BUS) dan 8 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan 30 buah kantor
cabang. Disamping itu terdapat 12 BPR Syariah (BPRS) dengan 18 buah jaringan
kantor.
Total asset perbankan syariah di Jawa Barat tiga tahun terakhir meningkat
dari Rp 1,98 Triliun menjadi Rp 3,39 Triliun atau tumbuh 71,21%.

Proyeksi & Prospek Pengembangan Perbankan Syariah Nasional


Market share perbankan syariah masih dapat lebih ditingkatkan yaitu apabila
sudah terdapat kelengkapan infrastruktur legal (UU BS, UU Pajak, UU Sukuk,
Lembaga hukum dan arbitrase). Selanjutnya, diperlukan juga dukungan penuh
dari pemerintah dalam pembenahan sektor riil dan iklim investasi serta
pengembangan Bank Syariah melalui bank-bank pemerintah. Selain itu,
diperlukan pula dukungan dari stakeholder lainnya dengan menjadikan Bank
Syariah sebagai aset bangsa serta peningkatan kualitas sistem pengawasan Bank
Syariah yang menjamin Bank Syariah tumbuh secara sehat, hati-hati dan patuh
terhadap prinsip syariah.
Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
BPRS sebagai bagian dari sistem perbankan syariah nasional telah memiliki
positioning tersendiri yaitu melayani usaha mikro dan kecil serta masyarakat
berpenghasilan rendah (dhuafa). Untuk dapat melayani segmen tersebut, beberapa
persyaratan mendasar perlu dipenuhi, yaitu pertama, keberadaan BPRS harus
mendekati dengan lokasi nasabah. Kedua, local content sangat penting. Hal ini
dapat dilakukan hanya apabila BPRS fokus melayani regional tertentu, sehingga
terjadi proses saling memahami antara BPRS dengan nasabah. Oleh karena itu
konsep pengembangan BPRS adalah Community bank yaitu bank yang dimiliki
masyarakat lokal dan melayani kebutuhan masyarakat lokal. BPRS sebagai
sebuah community bank, antara lain harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peranan local community sebagai shareholder
2. Peranan local shareholder sebagai sumber utama Sumber Daya Insani
(SDI) BPRS
3. Memprioritaskan melayani kebutuhan akan jasa perbankan syariah dan
masyarakat setempat.
4. Pengembangan jaringan kantor BPRS
5. Menempatkan local community sebagai stakeholder utama BPRS.
1. Adapun program pengembangan external dan internal BPRS antara lain
adalah sebagai berikut :

External :
1. Menyusun dan menyempurnakan aturan yang mengacu kepada prinsip kehati-
hatian dan kepatuhan kepada prinsip syariah dengan memperhatikan karakteristik
operasional BPRS.
a. Exit policy, selesai 2007
b. Tingkat Kesehatan (TKS), selesai 2007
c. Good Corporate Governance (GCG), selesai 2007
d. Kelembagaan, selesai 2007

2. Memperkuat daya saing BPRS melalui pemberian bantuan teknis untuk


pengembangan SDM dan BPRS Net.
a. Program sertifikasi, paling lambat tahun 2009
b. Pengembangan Islamic Micro Banking School, berdiri paling lambat 2009
c. Program Penguatan Infrastruktur TI BPRS, telah terintegrasi paling lambat
2009
d. Penguatan struktur permodalan BPRS dengan melibatkan Pemda dan
masyarakat setempat, target s/d tahun 2010
e. Pengembangan BPRS Net, diharapkan akan berfungsi efektif 2008

3. Mendorong pendirian BPRS sehingga dapat tersebar secara merata ke seluruh


kabupaten di Indonesia dengan konsep community banking. Target satu
kabupaten, minimal terdapat 1 BPRS tercapai tahun 2015.
4. Mendorong tumbuh dan berkembangnya infrastruktur industri BPRS, yang
meliputi, program pemberdayaan asosiasi bank syariah, perluasan jaringan
Basyarnas, peningkatan kerjasama dengan lembaga certif, pemerintah dan
peningkatan peranan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ).
Internal :
1. Menjalankan fungsi pengawasan BPRS dengan ukuran-ukuran yang
sesuai dengan karakteristik operasional BPRS
2. Mengembangkan produk dan layanan BPRS yang sesuai dengan
kebutuhan nasabah UMK.
3. Meningkatkan jangkauan pelayanan (outreach) BPRS dengan melakukan
linkage dengan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) serta bekerjasama dengan lembaga terkait yang dapat membantu
meningkatkan kualitas pelayanan termasuk dalam memberikan jasa
asistensi di bidang spiritual, manajemen dan teknologi.

BAB III
Prinsip Dasar Bank Syariah
1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah
Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk
keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga
keuangan syariah (DSN-MUI, 2003). Definisi ini menegaskan bahwa
suatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan
syariah Islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan.

2. Empat Prinsip Hukum Muamalat:


a. Prinsip Mubah > Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah
mubah, kecuali yang ditentukan lain oleh Al-Quran dan Sunah
Rasul
b. Prinsip Sukarela > Mumalah dilakukan atas dasar sukarela dan
tanpa mengandung unsur-unsur paksaan.
c. Prinsip mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat
> Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindarkan mudarat dalam hidup masyarakat.
d. Prinsip Keadilan > Muamalah dilaksanakan dengan memelihara
nilai keadilan, menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur
pengambilan kesempatan dalam kesempitan.
3. Tiga contoh transaksi yang haram zatnya yang sangat
mungkin biasa dilakukan di bank konvensional:
a. Transaksi yang mengandung barang atau jasa yang diharamkan.
b. Transaksi yang tidak sah akadnya.
c. Transaksi yang mengandung sistem dan prosedur memperoleh
keuntungan yang diharamkan, seperti:
Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)
Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)
Ikhtikar (rekayasa pasar dalam pasokan)
Bai Najsy (rekayasa pasar dalam permintaan)
Maysir (judi), dan
Riba (tambahan yang disayaratkan)

4. Perbedaan antara tadlis dan gharar:


Pada dasarnya, kedua transaksi ini sama-sama memiliki empat hal pokok
dalam hal jual beli, yaitu kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan.
Perbedaannya adalah:

a. Tadlis merupakan transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang


tidak diketahui oleh salah satu pihak (unknown to one party),
sedangkan
b. Gharar merupakan transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang
tidak diketahui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli.
5. Contoh transaksi yang sangat mungkin terjadi di masyarakat,
akan tetapi masuk dalam kategori tadlis dalam kategori harga,
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan:
a. Harga > Ketika harga beras turun dan pembeli tidak mengetahui
bahwa harga beras sudah turun, disini penjual memanfaatkan hal
tersebut dengan tetap menjual harga beras sebesar harga beras aslinya /
pada saat sebelum turun
b. Kualitas > Dalam jual beli handphone, dan sesungguhnya handphone
tersebut memiliki cacat yang diketahui oleh penjual dan tidak diketahui
oleh pembeli. Dan penjual tidak memberi tahu kepada pembeli
bahwasannya ada cacat di handphoe tersebut. Disini penjual
memanfaatkan ketidaktahuan pembeli mengenai kualitas barang
tersebut sehingga bisa menjual handphone sesuai harga aslinya (tidak
dikurangi dengan nilai cacat handphone)
c. Kuantitas > Salah satu pihak (penjual) mengurangi takaran barang
yang telah disepakati antara penjual dan pembeli. Pengurangan takaran
ini hanya diketahui oleh penjual
d. Waktu penyerahan > Seorang kontrakstor berjanji bisa menyelesaikan
pembangunan rumah dinas dalam jangka waktu 5 bulan, padahal
kontraktor tersebut memahami bahwa waktu penyelesaian lebih dari 5
bulan

6. Contoh transaksi yang sangat mungkin terjadi di masyarakat,


akan tetapi masuk dalam kategori gharar dalam kategori harga,
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan:
a. Harga > Misalnya, dalam jual beli mobil secara kredit. Jika mobil
tersebut dilunasi dalam jangka waktu yang lebih cepat maka bunga
yang dikenakan adalah lebih kecil. Sedangkan bila dilunasi dalam
jangka waktu lebih dari lama, maka akan dikenakan bunga lebih besar.
Disini, penjual dan pembeli tidak mengetahui kapan mobil tersebut
akan terlunasi
b. Kualitas > Misalnya, penjualan sapi yang masih dalam perut
induknya. Dalam hal ini, kedua belah pihak baik pembeli maupun
penjual tidak mengetahui bagaimana kualitas sapi itu nantinya ketika
lahir. Apakah pembeli akan diuntungkan atau dirugikan
c. Kuantitas > Misalnya adalah pembelian seluruh hasil panen ketika
pohon atau tanaman belum menunjukkan hasilnya. Dalam hal ini,
kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui
berapa kuantitas hasil panen yang akan diperjualbelikan. Nilai jual
hasil panen bisa lebih tinggi dan bisa lebih rendah dari nilai yang
diserahterimakan
d. Waktu penyerahan > Misalnya penjualan mobil yang sedang hilang
dicuri dengan akad pembeli membayar seharga tertentu dan berhak
atas mobil yang sedang hilang dilarikan pencuri. Dalam hal ini, kedua
belah pihak baik pembeli maupun penjual tidak mengetahui kapan
barang akan diserahterimakan
7. Jelaskan yang dimaksud dengan riba dan berilah 3 contoh bisnis yang
ada di masyarakat yang beroprasi dalam konsep riba
Jawab :
Riba adalah tambahan yang yang disyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut.
Contoh :
a. Bank Konvensional
b. Praktek lintah darat (rentenir)
c. Jual beli emas pada pedagang eceran yang dinilai harga beli yang
jauh lebih rendah
8. Jelaskan perbedaan antara bai itikhar dan berilah masing masing 2
contoh yang mungkin masih ada di masyarakat.!
Jawab :
- bai najasy merupakan tindakan menciptakan permintaan palsu,
seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk,
sehingga harga jual produk naik. Sedangkan bai ikhtiar
mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun.
- Contoh Bai najasy yaitu perdagangan saham di bursa efek atau
pasar modal dan produksi barang-barang yang banyak dimintai
masyarakat dengan terbatas guna menaikkan harga barang tersebut.
- Contoh Bai Ikhtiar yaitu Penjualan beras, minyak tanah atau
barang-barang pokok lainnya yang sengaja ditimbunkan agar dapat
menaikkan harganya
9. Jelaskan yang dimaksud dengan masyir dan berilah 3 contoh praktik
masyir yang mungkin masih ada di masyarakat !
Jawab :
Masyir merupakan sebuah permainan dimana satu pihak akan
memperoleh keuntungan sementara pihak lain akan memperoleh
kerugian.
Contohnya :
- Melakukan taruhan terhadap suatu pertandingan dimana akan ada
salah satu pihak yang dirugikan.
- Praktek sms berhadiah dimana hadiah tersebut diperoleh ketika
menang undian.
- Permainan yang mengharuskan bagi para pemainnya menyetor dana
tertentu untuk dapat memperoleh hadiah tapi dengan cara permainan
tersebut diacak

10. Jelaskan rukun sahnya akad !


Jawab :

1. Aqid, adalah orang yang berakad terkadang masing-masing pihak


terdiri dari satu orang, terkadang terdiri dari beberapa beberapa
orang.
2. Maqud adalaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-
benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah
(pemberian), gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad
kafalah.
3. Maudhu al-aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan
akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad.
4. Shighat al-aqd, ialah ijab Kabul, ijab ialah permulaan penjelasan
yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran
kehendaknya dalam mengadakan akad. Kabul ialah perkataam
yang keluar dari pihak yang berakad pula yang diucapkan setelah
adanya ijab.
11. Jelaskan perbedaan antara riba fadhl dan riba nasiah
Jawab :
Para ulama menyebutkan bahwa nasiah artinya mengakhirkan dan
menangguhkan yaitu memberi tambahan pasa suatu barang dari dua
barang yang tertukar (jaul beli) sebagai imbaan dari diakhirkannya
pembayaran sedangkan Riba Fadhi ialah memberi barang dari salah
satu barang yang ditukar (jualbelikan)yang sam jenisnya dan ini
hukumnya haram.
12. Berikan contoh praktik riba qardh dan riba jahiliy !
Jawab :
Contoh praktik dari Riba Qardh : Vna memeberikan pinjaman pada Zia
sebasar Rp 500.000 dan wajib mengembalikan sebesar Rp 700.000
saat jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak jwlas untuk apa.
Sedangkan Contoh Riba Jahiliyah Pada jaman Jahikiyah para kreditur,
apaila hutang sudah jatuh tempo, akan berkata keada debitur
Lunaskan hutang-hutang anda sekarang, atau anda tunda pembayaran
itu dengan tambahan maka pihak debitur harus menambah kewajiban
pembayaran hutng nya dn kreditur menunggu waktu pembayaran
kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan baru

13. Jelaskan yang dimaksud dengan taaliuq dan beri contoh ?


Jawab :
Taalluq adalah ketergantungan akad dengan akad lainnya. Kesahihan
suatu akad tidak boleh ada ketergantungan dengan akad yang lain.
Taalluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling
dikaitkan, di mana berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2.

Contoh: misalkan A menjual barang X seharga Rp120 juta secara


cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual
barang X tersebut kepada A secara tunai seharga Rp100 juta.
Transaksi tersebut haram, karena ada persyaratan bahwa A bersedia
menjual barang X ke B asalkan B kembali menjual barang tersebut
kepada A. Dalam kasus ini, disyaratkan bahwa akad 1 berlaku efektif
bila akad 2 dilakukan. Penerapan syarat ini mencegah terpenuhinya
rukun. Dalam terminologi fikih, kasus di atas disebut bai al-Inah.

14. Transaksi short selling telah dinyatakan terlarang oleh Bapepam.


Transaksi ini pada dasarnya juga dilarang oleh syariat islam.
Jawab :
Short Selling atau penjualan cepat dapat digolongkan ke dalam Bai
Najasy dimana short selling merupakan prektek perjanjian penyerahan
syrat berharga yang dilakukan sebelum tanggal yang ditentukan agar
dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih murah sebelum tanggla
penyerahan

15. Jelaskan hubungan antara ekonomi gelembung yang terjadi pada


system ekonomi kapitalis dengan berbagai transaksi yang dilarang
syariah, tetapi dibolehkan kapitalis?
Jawaban :
Ekonomi Gelembung merupakan spekulasi harga terhadap asset-asset
barang mewah dengan nilai fundamental yang lebih rendah namun
harga jual yang lebih tinggi. Hal ini sangat dilarang oleh syariah
karena termasuk dalam tadlis dan riba, dimana tadlis itu sendiri
menspekulasi harga dan tidak diketahui oleh salah satu pihak.
Kemudian termasuk riba yang dilarang oleh syariah karena praktek
ekonomi gelembung mengupayakan keuntungan yang begitu besar
jauh melebihi nilai instrinsiknya.
BAB IV
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH

1. Jelaskan landasan hukum pendirian bank syariah di indonesia ?

Jawaban :

Saat ini, titik kulminasi landasan hukum perbankan syariah telah tercapai
dengan disahkannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah, yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang
akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin mengkonversi dari
sistem konvensional menjadi sistem syariah.
1. Pendirian kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru, atau
2. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Demikian secara ringkas lahirnya landasan hukum perbankan syariah di


Indonesia. Penjelasan lengkap dapat dibaca pula di Perkembangan
Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah.

2. Jelaskan perbedaan antara BUS dengan BPRS ?


PERBEDAAN BUS, DAN BPRS MENURUT UU PBI

UU PBI PERIZINAN
11/3/PBI/2009 1. memperoleh izin dari Bank Indonesia
BANK UMUM 2. modal utama minimal 1 triliun
SYARIAH 3. milik WNI/Badan hukum Indonesia
4. WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA menjalin
kemitraan dengan maksimal saham 99%.
5. pemerintah daerah
11/23/PBI/2009 1. milik WNI 100% saham milik WNI
BPRS 2. milik WNI dan pemerintah daerah
3. pemerintah daerah
4. modal minimal,
2 milyar Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan
Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
1 milyar diluar kota provinsi yang dicantumkan diatas
500 juta di wilayah diluar yang disebutkan diatas.

UU PBI DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, DAN PEJABAT


EKSEKUTIF
11/3/PBI/2009 1. Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi wajib
BANK UMUM memenuhi persyaratan integritas, kompetensi, dan
SYARIAH reputasi keuangan.
2. uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
3. Jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3
(tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah
anggota Direksi
4. satu dari dewan komisaris wajib tinggal di Indonesia
5. Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari jumlah
anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen
6. anggota direksi bersama-sama dilarang memiliki
saham melebihi 25%
7. Penambahan Dewan Pengawas Syariah.
11/23/PBI/2009 1. wajib memenuhi persyaratan kopetensi, integritas, dan
BPRS reputasi keuangan
2. Dewan Komisaris wajib mendorong Direksi BPRS
untuk memenuhi prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah
3. Dewan Komisaris paling sedikit 2 (dua) orang dan
paling banyak 3 (tiga) orang
4. satu anggota dewan komisaris wajib berdomisili di
dekat kantor BPRS
5. Direktur utama minimal 2 tahun berpengalaman di
pendanaan atau pembiayaan di perbankan syariah
6. 3 tahun sebagai direksi atau setingkat dengan direksi
di lembaga keuangan mikro syariah.

UU PBI PEMBUKAAN KANTOR CABANG


11/3/PBI/2009 1. pembukaan kantor cabang (KC) mendapat izin dari
BANK UMUM pimpinan BI
SYARIAH 2. pembukaan KC dicantumkan dalam recana bisnis
Bank
3. plaksanaan pembukaan KC paling lambat 10 hari
setelah penerbitan perizinan.
11/23/PBI/2009 1. Pembukaan Kantor Cabang hanya dapat dilakukan
BPRS dengan izin Bank Indonesia.
2. berlokasi dalam 1 (satu) wilayah propinsi yang sama
dengan kantor pusatnya;
3. telah tercantum dalam rencana kerja tahunan BPRS
4. didukung dengan teknologi sistem informasi yang
memadai
5. menambah modal disetor paling kurang sebesar 75%
(tuju puluh lima persen) dari ketentuan modal minimal
BPRS sesuai dengan lokasi pembukaan Kantor Cabang.

UU PBI PERUBAHAN NAMA BANK


11/3/PBI/2009 1. Perubahan nama Bank wajib dilakukan dengan
BANK UMUM memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku
SYARIAH dan mendapat persetujuan dari BI
2. Permohonan diajukan oleh Bank kepada Bank
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
perubahan nama disertai dengan dokumen pendukung
11/23/PBI/2009 1. diajukan oleh Direksi BPRS paling lambat 30 (tiga
BPRS puluh) hari setelah perubahan nama mendapat persetujuan
dari instansi berwenang
2. sesuai uu yang berlaku dan melakukan permohonan
perubahan nama ke Bank Indonesia
3. diumumkan maksimal 10 hari setelah diizinkan oleh
BI.

UU PBI PENCABUTAN IZIN USAHA ATAS KEINGINAN


PEMEGANG SAHAM
11/3/PBI/2009 1. harus berdasarkan rapat pemegang saham
BANK UMUM 2. harus clear dalam memenuhi kewajiban bank terhadap
SYARIAH segala urusan seperti nasabah
3. Apabila Bank telah menyelesaikan kewajibannya
kepada seluruh nasabah, Direksi mengajukan permohonan
pencabutan izin usaha Bank kepada Bank Indonesia
disertai dengan dokumen pendukung.
11/23/PBI/2009 1. sama seperti BPR di BPRS juga terdapat hal yang
BPRS sama mengenai pencabutan izin.
3. Jelaskan perbedaan antara BUS dengan UUS ?

UU PBI PERIZINAN
11/1/PBI/2009 1. memperoleh izin dari Bank Indonesia
BANK UMUM 2. modal utama 3 triliun
3. milik WNI/Badan hukum Indonesia
4. WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA menjalin
kemitraan dengan kepemilikan saham maksimal 99% dan
minimal 30 milyar untuk WNI

11/3/PBI/2009 1. memperoleh izin dari Bank Indonesia


BANK UMUM 2. modal utama minimal 1 triliun
SYARIAH 3. milik WNI/Badan hukum Indonesia
4. WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA menjalin
kemitraan dengan maksimal saham 99%.
5. pemerintah daerah
11/10/PBI/2009 1. memperoleh izin dari Bank Indonesia dalam bentuk
UNIT USAHA izin usaha
SYARIAH 2. rencana pembukaan UUS harus dimasukan ke dalam
rencana bisnis BUK
3. modal kerja UUS minimal 100 milyar
4. modal kerja harus disisihkan dalam bentuk tunai
5. BUK yang telah mendapatkan izin usaha UUS wajib
mencantumkan secara jelas frase Unit Usaha Syariah
setelah nama BUK dan logo iB pada kantor UUS yang
bersangkutan
4.
UU PBI DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, DAN PEJABAT
EKSEKUTIF
11/3/PBI/2009 1. Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi wajib
BANK UMUM memenuhi persyaratan integritas, kompetensi, dan
SYARIAH reputasi keuangan.
2. uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
3. Jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3
(tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah
anggota Direksi
4. satu dari dewan komisaris wajib tinggal di Indonesia
5. Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari jumlah
anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen
6. anggota direksi bersama-sama dilarang memiliki
saham melebihi 25%
7. Penambahan Dewan Pengawas Syariah.
11/10/PBI/2009 1. Penunjukan dan/atau penggantian Direktur yang
UNIT USAHA bertanggung jawab penuh terhadap UUS (Direktur UUS)
SYARIAH wajib dilaporkan oleh BUK paling lambat 10 (sepuluh)
hari setelah tanggal pengangkatan dan/atau penggantian
efektif
2. Direktur dapat merangkap tugas BUK selama tidak
ada benturan
3. Direktur UUS wajib mengikuti proses wawancara
4. Dewan Pengawas Syariah paling kurang 2 orang
paling banyak 3 orang
5.
UU PBI PEMBUKAAN KANTOR CABANG
11/3/PBI/2009 1. pembukaan kantor cabang (KC) mendapat izin dari
BANK UMUM pimpinan BI
SYARIAH 2. pembukaan KC dicantumkan dalam recana bisnis
Bank
3. plaksanaan pembukaan KC paling lambat 10 hari
setelah penerbitan perizinan.
11/10/PBI/2009 1. Pembukaan KCS dapat beralamat yang sama dengan
UNIT USAHA kantor cabang atau kantor cabang pembantu BUK,
SYARIAH sepanjang memenuhi persyaratan tertentu
2. UUS wajib melaksanakan pembukaan KCS dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
izin diberikan.
3. Pelaksanaan pembukaan KCS wajib dilaporkan oleh
UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal
pembukaan.
4. Pembukaan KCS hanya dapat dilakukan dengan izin
Bank Indonesia.
5. Rencana pembukaan KCS harus dicantumkan dalam
rencana bisnis UUS.
6.
UU PBI PERUBAHAN NAMA BANK
11/3/PBI/2009 1. Perubahan nama Bank wajib dilakukan dengan
BANK UMUM memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku
SYARIAH dan mendapat persetujuan dari BI
2. Permohonan diajukan oleh Bank kepada Bank
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
perubahan nama disertai dengan dokumen pendukung
11/10/PBI/2009 1. UUS wajib mencantumkan secara jelas nama dan jenis
UNIT USAHA status kantor pada masing-masing kantornya.
SYARIAH 2. UUS wajib mencantumkan logo iB pada masing-
masing kantor, Layanan Syariah dan Kegiatan Pelayanan
Kas Syariah
3. meminta izin ke Bank Indonesia
7.
UU PBI PENCABUTAN IZIN USAHA ATAS KEINGINAN
PEMEGANG SAHAM
11/3/PBI/2009 1. harus berdasarkan rapat pemegang saham
BANK UMUM 2. harus clear dalam memenuhi kewajiban bank terhadap
SYARIAH segala urusan seperti nasabah
3. Apabila Bank telah menyelesaikan kewajibannya
kepada seluruh nasabah, Direksi mengajukan permohonan
pencabutan izin usaha Bank kepada Bank Indonesia
disertai dengan dokumen pendukung.
11/10/PBI/2009 1. mendapatkan izin dari Bank konvensional yang
UNIT USAHA menaungi UUS
SYARIAH 2. sudah memenuhi kewajiban terhadap nasabah dan aktor
di dalam UUS

4. Jelaskan Perbedaan fungsi bank syariah dengan bank konvensional


Ada beberapa perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang perlu Anda
ketahui, berdasarkan beberapa poin berikut ini:
1. Akad
Berdasarkan akad sendiri, bank syariah dan bank konvensional memiliki
perjanjian atau akad yang berbeda sesuai dengan landasannya. Bank konvensional
dibuat sesuai dengan perjanjian yang berpatokan terhadap hukum positif,
sedangkan akad atau perjanjian bank syariah dibuat sesuai dengan hukum Islam.
Bank syariah sendiri memiliki berbagai macam ketentuan, seperti adanya rukun
dan adanya syarat. Rukun yang dimaksudkan di sini berupa penjual, pembeli, ijab
qobul, harga dan barang. Sementara untuk syarat sendiri terdiri dari sifat barang
maupun jasa yang harus halal, dan juga harga barang maupun jasa yang juga harus
jelas.
2. Bunga dan Bagi Hasil
Perbedaan yang paling mencolok antara bank syariah dan bank konvensional
adalah sistem pada pendapatan usahanya. Bank syariah sendiri menerapkan sistem
pendapatan usaha dengan sistem bagi hasil. Syariah sendiri mengharamkan riba
dan lebih mendorong sistem bagi hasil. Meskipun keduanya bertujuan sama untuk
memperoleh keuntungan dari pemilik dana, akan tetapi caranya berbeda. Adapun
perbedaan antara bunga bank dan bagi hasil adalah sebagai berikut:
Bagi hasil, biasanya jumlahnya dibuat ketika waktu akad atau perjanjian
berdasarkan pedoman yang berpatokan pada untung rugi. Besarnya bagi
hasil ini disesuaikan berdasarkan besarnya keuntungan yang didapatkan.
Sistem bagi hasil ini tergantung dari keuntungan proyek, sehingga
apabila merugi maka kerugian tersebut ditanggung secara bersama oleh
semua pihak. Sistem bagi hasil ini bisa meningkatkan pembagian laba
berdasarkan peningkatan pendapatan.
Bunga bank, biasanya ditentukan saat waktu perjanjian berdasarkan
asumsi untuk selalu untung. Besarnya persentase bunga bank disesuaikan
dengan jumlah dari modal yang di kreditkan. Pembayaran bunga
biasanya tetap tidak melihat untuk maupun rugi. Pembayaran bunga tak
akan meningkat walaupun keuntungan semakin meningkat.
3. Dewan Pengawas
Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah sendiri terletak
pada dewan pengawas. Dimana, bank syariah sendiri mewajibkan untuk
menetapkan DPS atau Dewan Pengawas Syariah, sedangkan bank
konvensional tidak menetapkan adanya dewan pengawas. DPS sendiri
adalah dewan berupa ulama dan pakar ekonomi yang memiliki
pemahaman atau menguasai fiqh muamalah bertugas untuk mengawasi
sistem operasional bank beserta segala produknya.
5. jelaskan aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer
investasi, maksudnya adalah bahwa bank syariah tersebut merupakan manajer
investasi dari pemilik dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian,
kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Fungsi ini tidak banyak
diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh para bankir yang bekerja di bank syaria
(bukan Bankir syariah), yang kebanyakan masih mempergunakan paradigma pola
kerja bank konvensional. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah yang
diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada pemilik
dana. Jika investasi yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang
tidak lancar bahkan sampai macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang
diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun
menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh bank
syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik
dana yang dihimpun.
6. jelaskan fungsi investor pada bank syariah
Bank-bank menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana
pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi
yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah tersebut
meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa, musyarakah, akad Mudharabah, akad
salam atau istisna, pembentukan perusahaan atau akuisisi pengendalian atau
kepentingan lain dalam rangka mendirikan perusahaan, memperdagangkan
produk, dan investasi atau memperdagangkan saham yang dapat diperjual belikan.
Keuntungan dibagikan kepada pihak yang memberikan dana, setelah bank
menerima keuntungan Mudharibnya yang sudah disepakati sebelum pelaksanaan
akad.

7. Jelaskan aplikasi fungsi manager investasi pada bank syariah


Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer
investasi, maksudnya adalah bahwa bank syariah tersebut merupakan manajer
investasi dari pemilik dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian,
kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Fungsi ini tidak banyak
diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh para bankir yang bekerja di bank syaria
(bukan Bankir syariah), yang kebanyakan masih mempergunakan paradigma pola
kerja bank konvensional. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah yang
diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada pemilik
dana. Jika investasi yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang
tidak lancar bahkan sampai macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang
diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun
menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh bank
syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik
dana yang dihimpun.
8. Ada dua prinsip yang dapat digunakan dalam penghimpunan dana oleh
bank syariah, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Jelaskan
perbedaan kedua prinsip tersebut dalam aktifitas penghimpunan.
perbedaan akad mudharabah dan wadiah dalam bank syariah itu,
Nasabah pada akad mudharabah bisa memperoleh bagi hasil (nisbah),
sedangkan akad wadiah tidak. Dapatnya cuma bonus suka rela dari pihak
bank.
Pada akad mudharabah, nasabah berperan sebagai shahibul mal (pemilik
modal), sedangkan pada wadiah berperan sebagai muwadi (penitip
uang/barang).
Dana pada akad mudharabah bisa dibilang sebagai investasi karena bisa
mendapatkan bagi hasil atau nisbah, sedangkan pada wadiah hanya
bersifat titipan/simpanan.
9. Jelaskan Perbedaan antara wadiah yad-dhamanah dengan wadiah yad-
amanah. Akad mana kah yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan
penghimpunan dana pada bank syariah?
Wadiah Yad al-Amanah. Wadiah Yad al-Amanah (tangan amanah)
artinya, akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan
tidak diperkenankan menggunakan barang atau uang tersebut. tapi orang
yang dititipi barang (wadi) tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau
kerusakan yang terjadi barang titipan selama bukan akibat dari kelalaian
atau kecerobohan yang bersangkutan dalam pemeliharaan barang titipan
(karena sebab-sebab factor diluar kemampuannya). Hal ini dikemukakan
dalam sebuah Hadis Rasulullah: jaminan pertanngungjawaban tidak
diminta dari peminjam yang tidak menyalahgunakan (pinjaman) dan
penerima titipan yang tidak lalai.
Wadiah Yad adh Dhamanah. Wadiah Yad Dhamanah adalah akad
penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan dengan atau
tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan barang atau uang yang
dititipkan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau
kerusakan barang tersebut. Akad wadiah ini berlaku apabila orang yang
dititipi barang (Wadi) tidak lagi meng-Idle-kan asset atau barang titipan
tersebut, tetapi penggunaanya dalam perekonomian tertentu setelah
mendapat izin dari orang yang memiliki harta (Muwaddi), dengan
demikian akad wadiah yang berlaku adalah wadiah yand
dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala
kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang tersebut.

10. Jelaskan perbedaan mudharabah muthlaqah dengan mudharabah


muqayyadah dalam penghimpunan dana bank syariah ?

Dalam penghimpuana dana dengan prinsip Mudharabah mutlaqah,


Kedududkan bank syariah adalah sebagai mudharib (pihak yang mengelola
dana), sedangkan penabung atau deposan adalah pemilik dana (shahibul
maal). Selanjutnya, hasil usaha yang diperoleh bank dibagi antara bank
dengan nasabah pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati
dimuka.

Dalam penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah muqayyadah,


kedudukan bank hanya sebagai agen, karena pemilik dana adalah nasabah
pemilik dana mudharabah muqayyadah, sedangkan pengelola dana adalah
nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah, sedang pengelola dana
adalah nasabah pembiaya mudharabah muqayyadah. Pembagian hasil
usaha dilakukan antara pemilik dana mudharabah muqayyadah dengan
nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank sebagai agen dalam
hal ini menerima fee.

11. Sebutkan 3 alasan kenapa mudharabah muqayyadah tidak cocok untuk


diterapkan pada penghimpunan dana tabungan dan deposito ?
Alasannya dapat disimpulkan dari prinsip mudharabah muqayyadah sendiri :
a) kedudukan bank hanya sebagai agen saja,
b) karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah
muqayyadah, sedang pengelola dana adalah nasabah pembiayaan
mudharabah muqayyadah.
c) Pembagian hasil usaha dilakukan antara nasabah pemilik dana
mudharabah muqayyadah dengan nasabah pembiayaan mudharabah
muqayyadah. Bank sebagai agen dalam hal ini menerima fee saja.

12. Jelaskan perbedaan antara investasi terikat channeling dan pola investasi
terikat executing ?

Pola chaneling adalah apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana
dan bank sebagai agen tidak menanggung risiko apapun.
Pola executing adalah apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko.
Prinsip mudharabah muthlaqah dapat diterapkan dalam kegiatan usaha
bank syariah untuk produk tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.
13. Jelaskan perbedaan antara tabungan, deposito dan giro ?

Giro adalah cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan
pemindahbukuan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan syarat tertentu yang disepakati, tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Deposito, yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

14. Jelaskan perbedaan antara tabungan mudharabah dengan tabungan


konvensional ?

Akad

Akad di sini adalah perjanjian antara nasabah dengan pihak bank. Akad pada
bank konvensional berpatokan hukum positif, sedangkan bank syariah
berdasarkan hukum agama islam. Ya seperti akad wadiah dan mudharabah di
atas contohnya.

Bunga dan bagi hasil

Perbedaan bank konvensional dengan bank syariah pada poin kedua ini juga
sudah cukup singkat dijelaskan di atas. Bank umum menerapkan sistem bunga
yang jumlahnya ditetapkan sekian persen dari saldo nasabah. Jumlah bunga ini
tidak terpengaruh apakah pihak bank memperoleh laba banyak atau bahkan
justru rugi.

Sedangkan bagi bank syariah, sistem bunga seperti itu adalah riba yang harus
dihindari oleh umat muslim. Sebagai gantinya, bank islami ini menerapkan
sistem nisbah pada akad mudharabah dan bonus untuk akad wadiah.
Dewan pengawas

Agar memperoleh keuntungan, pihak bank menggunakan uang nasabah untuk


modal usaha. Di bank syariah diwajibkan adanya dewan pengawas untuk
mengawasi apakah usaha dan operasional yang dilakukan pihak bank sesuai
aturan islam atau justru berlawanan. Sedangkan pada bank konvensional tidak
harus adanya dewan pengawas seperti ini.

Hubungan pihak bank dan nasabah

Hubungan antara pihak bank syariah dengan nasabahnya lebih erat dibanding
di bank konvensional. Mengapa? Ya karena bank syariah memperlakukan
nasabah sebagai partner atau mitra usaha. Selain itu nasabah bank syariah
punya hak untuk tau uang simpanannya digunakan untuk apa saja.

Promosi

Promosi yang dilakukan bank syariah biasanya disampaikan kepada


masyarakat lebih jelas isinya, transparan dan tidak ambigu. Demikianlah
pengertian dan perbedaan bank konvensional dengan bank syariah. Jangan
lupa baca artikel menarik lainnya di bawah ini.

15. Jelaskan 3 perbedaan antara tabungan wadiah dengan tabungan


mudharabah ?

1. Akad kedua Produk Penghimpun dana tidak sama. Pada Tabungan Wadiah
menggunakan akad Wadiah, lebih tepatnya akad wadiah Yad Adh-dhamanah,
Sedangkan pada Tabungan Mudharabah menggunakan akad Mudharabah.
2. Karena akadnya adalah wadiah yg merupakan akad sukarela/sosial atau
tabarru' maka tidak ada keuntungan bagi hasil bagi nasabah. Sedangkan Pada
mudharabah Keuntungan di bagi melalu bagi hasil.
3. Pada Tabungan Wadiah bank syariah dapat memberikan bonus yang langsung
ditempatkan ke rekening milik nasabah, Bonus wadiah memiliki 2 syarat
yaitu: Tidak diperjanjikan di awal, dan tidak ditentukan besarnya di awal
karena sifatnya adalah bonus dan sukarela.
4. Sedangkan Tabungan Mudharabah adalah tabungan yang sifatnya mengikat
adanya kerjasama antara bank dan nasabah.

16. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) pun telah
mengeluarkan fatwa tentang produk tabungan di bank syariah. Dalam Fatwa DSN
MUI No 2 Tahun 2000 tentang Tabungan, ketentuan umum tabungan berdasarkan
mudharabah yaitu pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening, bank sebagai mudharib
menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan
yang menjadi haknya, dan bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
17. Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapatdilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi
tidak dapat ditarikdengan cek atau alat yang dapat dipersamakan degan itu seperti
dijelaskan dalam butir tabungan wadiah.
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib,bank dapat melakukan
berbagaimacam usaha yang yang tidak bertentangan degan prinsip syariah
dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah degan
pihaklain.
3. Modal harus dinyatakan degan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.

DEPOSITO MUDHARABAH adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat


dilakukan padatertentu menurut perjanjian antara penyimpanan degan bank yang
bersangkutan
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib bank dapat melakukan
berbagaimacam usaha yang tidak bertentangan degan prinsip syariah
danmengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah degan
pihaklain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.

Persamaan:
Sama-sama merupakan Simpanan yang di dasarkan dengan syariat islam
18. 3 skema yang digunakan dalam penyaluran dana bank syariah

1. Pendanaan/Penghimpunan dana: Wadiah dan mudharabah.


a. Wadiah (titipan)

Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank


syariah. Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh
bank syariah untuk beragam keperluan (yang sesuai syariah).
Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank syariah
berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya skema
wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian jenis tabungan.
BSM menggunakan skema ini untuk BSM Giro, BSM
TabunganKu dan BSM Tabungan Simpatik.

b. Mudharabah (investasi)

Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya


kepada bank syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSM
berfungsi sebagai manajer investasi bagi nasabah dana. Nasabah
mempercayakan pengelolaan dana tersebut untuk keperluan bisnis
yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil keuntungan dari
bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana dengan
BSM sesuai nisbah yang telah disepakai di muka.
BSM menggunakan skema ini untuk BSM Deposito, Tabungan
BSM, BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Mabrur, BSM
Tabungan Investa Cendekia dan BSM Tabungan Kurban.

2. Pembiayaan/Penyaluran
dana: Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah, musyarakah dsb.
a. Murabahah

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah.


Bank syariah akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk
kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan marjin
yang telah disepakati. Harga jual (pokok pembiayaan + marjin)
tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang
disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena harga jual
sudah disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap
selama jangka waktu pembiayaan.
Hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM Griya, BSM
Oto) menggunakan skema ini. Skema ini juga banyak
dipergunakan BSM dalam pembiayaan modal kerja atau investasi
yang berbentuk barang. Sekitar 70% pembiayaan bank syariah
menggunakan skema murabahah.

b. Ijarah
Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank
syariah membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk
kemudian disewakan kepada nasabah. Umumnya, nasabah
membayar sewa ke bank syariah setiap bulan dengan besaran yang
telah disepakati di muka.
BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Pembiayaan Eduka
(pembiayaan untuk kuliah) dan BSM Pembiayaan Umrah.
Beberapa pembiayaan investasi juga menggunakan skema ijarah,
khususnya skema ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT).

c. Istishna

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah,


namun barang yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan.
Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan
mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar pembiayaan barang
ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran pokok
dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode,
melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank
syariah memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.

d. Mudharabah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah


menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi.

e. Musyarakah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak


menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi
(biasanya sekitar 70 s.d. 80%).

f. Lainnya
3. Jasa: Wakalah, rahn, kafalah, sharf dsb.
a. Wakalah

Wakalah berarti perwalian/perwakilan. Artinya BSM bekerja untuk


mewakili nasabah dalam melakukan suatu hal. BSM
mengaplikasikan skema ini pada beragam layanannya semisal
transfer uang, L/C, SKBDN dsb.

b. Rahn

Rahn bermakna gadai. Artinya bank syariah meminjamkan uang


(qardh) kepada nasabah dengan jaminan yang dititipkan nasabah
ke bank syariah. Bank syariah memungut biaya penitipan jaminan
tersebut untuk menutup biaya dan keuntungan bank syariah.
BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Gadai Emas iB.
c. Kafalah

Dengan skema kafalah, bank syariah menjamin nasabahnya. Bila


terjadi sesuatu dengan nasabah, bank syariah akan bertanggung
jawab kepada pihak ke-3 sesuai kesepakatan awal.
BSM mengaplikasikan skema ini pada produk BSM Bank Garansi.

d. Sharf

Merupakan jasa penukaran uang. BSM mengaplikasikan skema ini


untuk layanan penukaran uang Rupiah dengan mata uang negara
lain, semisal US$, Malaysia Ringgit, Japan Yen dsb.

e. Lainnya

19. Murabahah adalah jual belibarang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan/margin yang disepakati. Akad yang banyak mendapat penilaian
tentang kehalalan pelaksanaannya adalah murabahah, yaitu jual beli dengan
harga jual terdiri dari harga beli dan keuntungan yang sudah disepakati Pada
murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara
pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.
as-salam atau as-salaf Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu (barang) yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih
awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari atau bentuk jual beli
dengan pembayaran dimuka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced
payment atauforward buying atau future sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah,
kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya
dalam perjanjian.

Al-Istishna adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen /


pengrajin / penerima pesanan ( shani)dengan pemesan ( mustashni) untuk
membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu) dimana
bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen
sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau akhir.
Secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai as-salam juga
berlaku pada bai al-istishna.Menurut Hanafi, bai al-istishna termasuk akad
yang dilarang karena mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok
kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan
dalam istishna, pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual.

20. Inti dari pembiayaan berdasarkan pada akad jual beli adalah bahwa nasabah
yang membutuhkan suatu barang tertentu, maka padanya akan menerima barang
dari pihak bank dengan harga sebesar harga pokok ditambah besarnya keuntungan
yang dikehendaki oleh bank (profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan
mengenai harga tersebut oleh kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli,
dimana barangnya sudah ada, sedangkan dalam salam dan istishna adalah jual
beli dengan pemesanan terlebih dahulu

21. Al-Istishna adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin /
penerima pesanan ( shani)dengan pemesan ( mustashni) untuk membuat suatu
produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu) dimana bahan baku dan
biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan sistem
pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau akhir.

Istishna Paralel Dalam sebuah kontrak bai al-istishna, bisa saja pembeli
mengizinkan pembuat menggunakan subkontraktor untuk melaksanakan kontrak
tersebut. Dengan demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna kedua
untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak baru ini dikenal
sebagai istishna paralel.
22. Jelaskan perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli salam paralel
?

Secara terminologi, jual beli salam ialah menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari. Jual beli salam ialah
menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan dengan sifat,
barang itu ada di dalam tanggungan si penjual. Misalnya si penjual berkata,
Saya jual kepadamu satu meja tulis dari jati, ukurannya 140x100 cm,
tingginya 75 cm, sepuluh laci, dengan harga Rp. 100.000,- . Pembeli pun
berkata, Saya beli meja dengan sifat tersebut dengan harga Rp. 100.000,-.
Dia membayar uangnya sewaktu akad itu juga, tetapi mejanya belum ada.
Jadi, salam ini merupakan jual beli utang dari pihak penjual dan kontan dari
pihak pembeli karena uangnya telah dibayarkan sewaktu akad.

Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi bai as-salam antara


bank dan nasabah, dan antara bank dan pemasok (suplier) atau pihak ketiga
lainnya secara simultan. Dewan pengawas syariah Rajhi Banking dan
Investment Corporation telah menetapkan fatwa yang membolehkan praktik
salam paralel dengan syarat pelaksanaan transaksi salam kedua tidak
bergantung pada pelaksanaan akad salam yang pertama. Beberapa ulama
kontemporer memberikan catatan atas transaksi salam paralel, terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus. Hal
demikian diduga akan menjurus kepada riba.

23. Jelaskan perbedaan prinsip investasi dengan skema mudharabah dan


investasi dengan skema masyarakat ?

Mudharabah (Trustee Profit Sharing)

Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang


memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan
perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian,
sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah


bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal
kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang
dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli,
dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit).

Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu
di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dari resiko akan di tanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan .
Maka bisa di simpulkan bahwa Musyarakah adalah perjanjian kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu. Masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana. Keuntungan atau kerugian akan
ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sejak awal.
24. Jelaskan perbedaan antara prinsip sewa dengan skema ijarah dan
prinsip sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamlik ?

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna),


bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah
sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek
transaksinya.
Pada dasarnya, ijarah didefinisikansebagai hak untuk memanfaatkan
barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan
Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barangatau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang tiu sendiri.

Skema Pembiayaan Ijarah


Keterangan:
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah
2. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah
sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai
barang objek ijarah, tariff ijarah, periode ijarah, dan biaya
pemeliharaannya, maka akad pembiayaanijarah ditandatangani. Nasabah
wajib menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4. Bank menyerahkan barang objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan
objek ijarah tersebut kepada bank.
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai wal ijarah), setelah
periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai
asset yang dapat disewakan kembali.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah
paralel), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut
dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik.
Al-bai wal ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua
buah akad al-baidan akad ijarah muntahia bittamlik (IMBT). Al-bai
merupakan akad jual-beli, sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara
sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah diakhir masa sewa. Dalam
ijarah mintahia bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah
satu dari dua cara berikut ini:
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
Pilihan untuk menjual barang diakhir masa sewa (alternatif 1)
biasanya diambil bila kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa
relatif kecil. Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai
sewayangsudah dibayarkan sampai akhir periode sewa belum mencukupi
harga beli untuk menutupi kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin
memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu diakhir periode.

25. Dalam kondisi apakah skema ijarah dan skema ijarah muntahiya
bittamlik cocok digunakan ?
Pengertian Ijarah : Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu.
Pengertian IMBT (Ijarah Muntahiyah bit Tamlik) : Ijarah yang berakhir
dengan kepemilikan.

Contoh Ijarah :
seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon
kepada Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu. Maka nasabah akan
membayar sewa alat2 berat tersebut kepada Bank syariah

Contoh IMBT :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon
kepada Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu.Akan tetapi, jika ternyata
alat-alat tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan untuk
membelinya, dia bisa melakukannya dengan ijarah muntahia bit-tamlik, yaitu
menyewa peralatan tersebut dan pada akhir masa sewa, nasabah membelinya.
BAB V
Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

1. Jelaskan tujuan kerangka dasar penyusunan dan penyajian


laporan keuangan syariah bagi penyusun standar, penyusun laporan
keuangan, auditor,
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujan
lainnya adalah :
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi mengenai
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social entitas syariah termasuk
pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

3. Jelaskan yang dimaksud dengan asas ukhuwah, adalah, mashlahah,


tawazun, dan syumuliyah beserta kaitannya dengan akuntansi ?

Jawab:
Ukhuwah berarti Persaudaraan antar sesama. Akuntansi syariah
berasaskan ukhuwah memiliki makna bahwa akuntansi syariah
menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat
ekonomi (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh memperoleh
keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwahdalam akuntansi syariah
berdasarkan pada prinsip taaruf (saling mengenal), tafahum(saling
memahami), taawun (saling menolong), takaful (saling menjamin),
dan tahaluf(saling bersinergi).

Adalah berarti Keadilan. Akuntansi syariah berasaskan adalah memiliki


makna bahwa akuntansi syariah menempatkan sesuatu hanya pada
tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta
memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Lawan dari adalah (keadilan)
adalah dzulm (kedzhaliman). Adalah dalam akuntansi syariah adalah
menghindari transaksi yang mengandung unsur-unsur yang dilarang oleh
Islam. Melaksanakan transaksi yang dilarang dalam Islam sama saja
dengan berbuat tidak adil, karena akan merugikan pihak yang bertransaksi.
Unsur yang terlarang dalam transaksi syariah adalah riba (unsur bunga
dalam segala bentuk dan jenisnya), kezaliman (unsur yang merugikan diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan), maysir (unsur judi dan
spekulatif), gharar (unsur ketidakjelasan), dan haram (unsur haram baik
dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional terkait).

Mashlahah berarti kebermanfaatan/kemaslahatan. Akuntansi syariah


berasaskan mashlahah bermakna bahwa akuntansi syariah memiliki nilai
kebaikan dan manfaat yang berdimensi dunia dan akhirat, material dan
spiritual, serta individual dan kolektif. Mashlahah harus memenuhi unsur
kepatuhan terhadap syariah (halal) dan membawa kebaikan
(thayib).Akuntansi syariah dianggap mashlahah ketika dapat memenuhi
tujuan syariah (maqasid syariah) yaitu menjaga
agama (dien), akal (aql), keturunan (nasl), jiwa (nafs), dan harta (maal).

Tawazun berarti keseimbangan. Akuntansi syariah berasaskan tawazun


bermakna bahwa akuntansi syariah tidak terbatas pada satu aspek tetapi
mencakup banyak aspek baik material dan spiritual, privat dan publik,
sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, serta pemanfaatan dan
pelestarian. Selain itu akuntansi syariah tidak hanya menekankan pada
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan
pemilik (shareholder), tetapi pada semua pihak merasakan adanya
aktivitas kegiatan ekonomi dari suatu perusahaan.

Syumuliyah berarti universalisme atau bersifat menyeluruh. Akuntansi


syariah berasaskan syumuliyah bermakna bahwa akuntansi syariah dapat
dilaksanakan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan
tanpa membedakan agama, suku, ras atau golongan tertentu, sesuai dengan
semangat rahmatan lil alamin(rahmat bagi semesta alam). Dengan asas
ini, akuntansi syariah tidaklah hanya terkhusus bagi orang Islam semata,
namun bagi non muslim juga dapat menerapkannnya, karena
aspek muamalah maaliyah dalam Islam terbuka untuk semua manusia.

4. Transaksi syariah dapat berupa komersial dan non komersial.


Jelaskan kedua bentuk transaksi tersebut ?

Jawab:
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial
maupun aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah
komersial dilakukan antara lain berupa: investasi untuk mendapatkan bagi
hasil; jual beli barang untuk mendapatkan laba; dan atau pemberian
layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.

Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa: pemberian


dana pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dan penyaluran dana
sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah.

5. Sebutkanlah pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan ?

Jawab:
1. Investor, mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas syariah
untuk membayar dividen.
2. Pemberi dana qardh, pemberi dana qardh tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
3. Pemilik dana syirkah temporer, pemilik dana syirkah temporer yang
berkepentingan akan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
untuk mengambil keputusan investasi dengan tingkat keuntungan
yang bersaing dan aman.
4. Pemilik dana titipan, pemilik dana titipan tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
dana titipan dapat diambil setiap saat.
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf. Pembayar
dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta mereka yang
berkepentingan akan informasi mengenai sumber dan penyaluran dana
tersebut.
6. Pengawas syariah, pengawas syariah yang berkepentingan dengan
informasi tentang kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah.
7. Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas
syariah. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan entitas syariah dalam
memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya, pemasok dan mitra usaha lainnya
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat
jatuh tempo. Mitra usaha berkepentingan pada entitas syariah dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman qardh kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka
tergantung pada kelangsungan hidup entitas syariah.
9. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup entitas syariah, terutama kalau mereka
terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada,
entitas syariah.
10. Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di
bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya
dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas syariah.
Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas
syariah, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
11. Masyarakat, entitas syariah mempengaruhi anggota masyarakat dalam
berbagai cara. Misalnya, entitas syariah dapat memberikan kontribusi
berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir
kemakmuran entitas syariah serta rangkaian aktivitasnya.

6. Jelaskan yang dimaksud dengan pemberi dana qardh dan informasi


apakah yang diperlukannya dari laporan keuangan ?

Jawab:
Pemberi dana qardh adalah orang atau lembaga yang memberikan
pinjaman tanpa imbalan apapun karena meminjamkan uang untuk
memperoleh imbalan adalah riba.

Pemberi dana qardh tertarik dengan informasi keuangan yang


memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana qardh dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.

7. Jelaskan yang dimaksud dengan pemilik dana syirkah temporer dan


informasi apakah yang diperlukannya dari laporan keuangan ?

Jawab:
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas
syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana
tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

Pemilik dana syirkah temporer yang berkepentingan akan informasi


keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan
investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan aman.

8. Jelaskan yang dimaksud dengan pemilik dana titipan dan informasi


apakah yang diperlukannya dari laporan keuangan ?

Jawab:
Pemilik dana titipan adalah nasabah penabung, mereka harus memastikan
apakah dana yang dititipkan dapat diambil setiap saat. Hal ini terkait
dengan ketersediaan dana/kas pada entitas syariah yang ditunjukan dengan
rasio likuiditas.

Pemilik dana titipan tertarik dengan informasi keuangan yang


memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana titipan dapat
diambil setiap saat.
2. Uraikan maksud paradigma transaksi syariah ?

Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah berlandasan pada paradigma bahwa alam semesta


diciptakan oleh tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual (falah). Pradigma dasar ini menekankan
bahwa setiap aktifitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah
yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan
buruk, benar dan salahnya aktifitas usaha.

Syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas umat


manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksi vertikal dengan tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama
makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah
mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingan entitas
yang melakukan transaksi syariah.

Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:

Persaudaraan (ukhuwah);
Keadilan (adalah);
Kemaslahatan (masalah);
Keseimbangan (tawazun);
Universalisme (syumuliyah).
Prinsip ukhuwah berarti bahwa transaksi yang diadakan merupakan bentuk
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan
secara umum dengan semangat saling tolong menolong. Ukuhuwah dalam
transaksi syariah melingkupi berbagai aspek, yaitu:

Saling mengenal (taaruf),


Saling memahami (tafahum),
Saling menolong (taawun),
Saling menjamin (takaful), dan
Saling bersinergi (tahaluf).*

Karateristik Transaksi Syariah

Implementasi trasaksi yang sesuai dengan pradigma dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karateristik dan persyaratan antara lain:

Karateristik hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling


rida,
Prinsip kebebasan transaksi diakui sepanjang objeknya hal dan baik
(toyyib),
Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas,
Tidak mengandung unsur riba,
Tidak mengandung unsure kezaliman,
Tidak mengandung unsur maysir,
Tidak mengandung unsure gharar,
Tidak mengandung unsure haram,
Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan
resiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-
ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk),
Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta untuk keuntungansemua pihak tanpa merugikan orang lain sehingga
tidak diperkenenkan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
serta tidak menggunkan dua transaksi bersmaan yang berkaitan(taalluq)
dalam satu akad,
Tidak ada distori harga melalui rekayasa permintaan(najasy), mupun
melalui rekayasa penawaran, dan
Tudak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap(risywah).
9. Jelaskan Informasi yang diperlukan oleh pembayaran dari penerima zakat,
infak, sedekah, dan wakaf ?
Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta mereka
yang berkepentingan akan informasi mengenai sumber dan penyaluran
dana tersebut.

10. Jelaskan kepentingan pengawas syariah terhadap laporan keuangan


perusahaan ?
Pentingnya keberadaan pengawas syariah atau biasa disebut dengan audit
syariah tersebut untuk membantu LKS dalam menjalankan bisnis agar
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, meningkatkan kepercayaan
stakeholder, menjamin kehalalan atas keuntungan yang dihasilkan, serta
sebagai komitmen LKS dalam melakukan bisnis dengan prinsip syariah.

11. Apakah tujuan utama dan tujuan lain laporan keuangan syariah ?
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas syariah yang meliputi:
(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h)danakebajikan.
Tujuan lainnya adalah:
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha
b. Informasi kepatuhan entitas syariah tidak sesuai dengan prinsip
syariah, serta informasi aset, kewajiban pendapatan dan beban yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan
penggunaannya.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tangung
jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikan pada tingkat keuntungan yang layak
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas
termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

12. Apakah yang dimaksud dengan asumsi dasar akrual ?


Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh
transaksi dan peistiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan.Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu
yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepsesentasikan
kas yang akan diterima di masa depan. Namun, dalam penghitungan
pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas.
Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi
hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto
(gross profit).

13. Apakah yang dimaksud dengan asumsi kelangsung usaha ?


Laporan keuangan biasannya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahannya di masa depan.
Oleh karana itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara meterial skala
usahannya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang
digunakan harus diungkapkan.
Sedangkan menurut AAOIFI asumsi dasar akuntansi adalah :
1. Pengakuan Penghasilan (revenue)
2. Pengakuan biaya
3. Pengakuan laba dan rugi
4. Pengakuan laba dan rugi dari investasi terikat (bersyarat)

14. Jelaskan 4 karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah ?


1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
Untuk meksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan
dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untukdapat
dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini atau masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Relevan berarti juga harus berguna untuk
peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) atas transaksi
yang berkaitan satu sama lain.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai
berikut.
a. Penyajian jujur. Menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
dapat diharapkan untuk disajikan. Penggambaran tersebut harus
memenuhi kriteria pengakuan, walaupun terkadang mengalami
kesulitan yang melekat untuk mengidentifikasi transaksi baik
disebabkan oleh kesulitan yang melekat pada transaksi atau oleh
penerapan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna
transaksi atau peristiwa tersebut.
b. Substansi mengungguli bentuk. Dicatat dan disajikan sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan prinsip
dan bukan hanya bentuk hukumnya.
c. Netral. Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan
bukan pihak tertentu saja.
d. Didasarkan atas pertimbangan yang sehat. Adakalanya di dalam
menyusun sebuah laporan keuangan akan menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Oleh karena itu,
perlu pertimbangan yang mengandung unsure kehati-hatian pada
saat melakukan perkiraan atas ketidakpastian tersebut.
e. Materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian
untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang
diambil atas dasar laporan keungan. Materialitas tergantung pada
besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantunkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstament). Oleh karenanya,
materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atua titik pemisah
dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki
agar informasi dipandang berguna.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
Bila pemakai akan membandingkan posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan antarperiode, maka entitas perlu
menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.

15. Dalam bentuk apakah manfaat ekonomi masa depan dalam


suatu aset mengalir dalam entitas syariah?

Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung,
arus kas dan setara kas kepada entitas syariah. Potensi tersebut dapat berbentuk
sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional entitas
syariah. Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau
setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti
penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif.
Entitas syariah biasanya menggunakan aset untuk memproduksi barang atau jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan pelanggan; berhubung barang
atau jasa ini dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan ini, pelanggan bersedia
membayar sehingga memberikan sumbangan kepada arus kas entitas syariah. Kas
sendiri memberikan jasa kepada entitas syariah karena kekuasaannya terhadap
sumber daya yang lain

16. Dengan cara apakah penyelesaian kewajiban suatu entitas


syariah dapat dilakukan di masa depan?

Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan entitas syariah untuk


mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk
memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan:
(a) pembayaran kas;
(b) penyerahan aset lain;
(c) pemberian jasa;
(d) penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
(e) konversi kewajiban menjadi ekuitas.

17. Apakah yang dimaksud dengan dana syariah temporer?


Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik
sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik
dana, dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam
hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan
akibat dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup
kerugian atau kekurangan dana tersebut.

18. Sebutkan beberapa contoh dana syirkah temporer ?


Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, mudharabahmusytarakah, dan
akun lain yang sejenis.
1. Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul
maal)memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/Bank) dalam
pengelolaaninvestasinya.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasankepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan
atau obyek investasi.
3. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana
menyertakanmodal atau dananya dalam kerja sama investasi

19. Kenapa dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai


kewajiban maupun ekuitas
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena
entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk
mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau
wanprestasi entitas syariah.
Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena
mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak
kepemilikan yang sama dengan pemegang saham seperti hak voting dan hak atas
realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset non investasi (current
and other non investment accounts).

20. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penghasilan, beban dan hak
pihak ketiga atas bagi hasil
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues)
maupun keuntungan (gain).
Beban (expenses) dalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk
pelaksanaan aktivitas syariah maupun kerugian yang timbul.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syariah temporer adalah bagian hasil
pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah
dalam suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa
dikelompokkan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi).
Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan
kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan
entitas syariah.
21. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan
bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan
aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Suatu aset tidak dapat diakui dalam laporan posisi keuangan jika
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak
mungkin mengalir kedalam entitas syariah setelah periode akuntansi
berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini diakui sebagai beban.
22. Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar
kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation)
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
23. Pengakuan dana syirkah temporer dalam laporan posisi keuangan jika
entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang
diterima melalui pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi dan jumlah yan harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
Jumlah DST dapat berubah-rubah sesuai dengan hasil invetasi.
24. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yan berkaitan dengan peningkatan aset
atau penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan aset atau penurunan liabilitas.
25. Beban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
atau penurunan aset.
BAB VI
Teori Dan Praktik Kontemporer

1. Perbedaan antara penghimpunan dana pada bank syariah dengan


penghimpunan dana pada bank konvensional terdapat pada akad yang
digunakan jika di bank konvensional hanya mengenal sistem
penghimpunan dana lewat tabungan maupun giro dengan tambahan
berupa bunga yang sudah dipatok dari awal besarannya sedangkan di
perbankan syariah juga sama dengan sistem tabungan dan giro tapi
menggunakan akad mudharabah dan wadiah, kedua akad tersebut dapat
diaplikasikan dalam tabungan dan giro dengan tambahan yang didasari
bonus bukan bunga layaknya yang diterapkan di bank konvensional.
2. Jelaskan yang dimaksud dengan giro wadiah ?
Giro Wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,
yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki. Sarana penyimpanan dana dengan pengelolaan
berdasarkan prinsip al-Wadiah Yad Dhomanah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro.
Dengan prinsip tersebut titipan akan dimanfaatkan dan diinvestasikan
Bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis
usaha dari usaha kecil dan menengah sampai pada tingkat korporat secara
profesional tanpa melupakan prinsip syariah. Bank menjamin keamanan
dana secara utuh dan ketersediaan dana setiap saat guna membantu
kelancaran transaksi.

3. Jelaskan perbedaan mekanisme transfer antarkantor bank yang sama


dengan antarbank yang berbeda ?
Mekanisme terjadinya transfer adalah satu kantor bank memindah uang
kerekening nasabah lain dikantor bank yang sama tetapi berbeda wilayah
atau kantor cabang lain. Transfer bisa dilakukan dalam berbeda wilayah
maupun antar kota antar kota sama, satu cabang, bila langsung
mentransfer melalui RAK. perbedaannya terdapat pada jurnal tranksaksi
yang dicatat.
4. Akad apakah yang biasa digunakan untuk giro di bank syariah di
indonesia ? Jelaskan kelebihan dan kekurangannya ?
Tabungan yang paling umum adalah simpanan biasa atau berupa titipan.
Tabungan ini menggunakan akad WADIAH atau lebih khususnya adalah
WADIAH YAD DHAMANAH. Mengapa wadiah?

1. tabungan biasa ini adalah bukan berupa investasi berjangka yang


waktunya ditentukan tetapi tabungan biasa umumnya bersifat
simpanan berupa titipan, nasabah diijinkan untuk menyimpan dan
mengambil uang kapan saja baik melalui ATM atau langsung
datang ke kantor. Untuk itu, akad WADIAH lah yang paling sesuai
dalam produk tabungan biasa.
2. prinsip WADIAH untuk tabungan biasa, memang sudah sesuai
dengan yang di fatwakan oleh MUI / Dewan Syariah Nasional.
Dalam produk tabungan yang menggunakan prinsip WADIAH,
pihak bank tidak diwajibkan memberikan imbalan apapun kepada
nasabah yang menyimpan uang di bank, tetapi umumnya bank
memberikan bonus sesuai kebijakan.
Untuk produk tabungan yang menggunakan prinsip WADIAH sebagai
landasan, maka nasabah mengijinkan dananya untuk dipergunakan oleh
bank untuk kegiatan usaha syariah, akan tetapi setiap saat bank wajib
mengembalikan dana tersebut kepada nasabah bila nasabah mengambilnya
baik melalui cek atau ATM.

Produk - produk penghimpunan dana (funding) pada bank syariah yang


menggunakan prinsip WADIAH umumnya :

1. Tabungan biasa (bukan tabungan berjangka)


2. Giro

Kelebihan untuk wadiah yaitu nasabah tidak dikenai biaya administrasi


bulanan. Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada saldo
minimum. Nasabah bebas menabung berapa saja dan menyisakan saldo
berapa saja.
Kekurangan untuk wadiah adalah manfaat tabungan ini. Uang yang
dititipkan tidak akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan barang
terus uang bertambah. Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan
uang dalam jangka waktu yang lama, mengingat tiap hari nilai uang akan
semakin berkurang.

5. Akad apakah yang biasa digunakan untuk tabungan di indonesia ?


Jelaskan kelebihan dan kekurangannya ?
tabungan wadiah dan tabungan Mudharabah.

Kelebihan tabungan Wadiah ini dibanding Mudhaarabah adalah, nasabah tidak


dikenai biaya administrasi bulanan. Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus
ada saldo minimum. Nasabah bebas menabung berapa saja dan menyisakan saldo
berapa saja.
Kekurangan tabungan wadiah ini dibanding mudharabah adalah manfaat tabungan
ini. Uang yang dititipkan tidak akan bertambah. Tidak mungin kan kita
menitipkan barang terus uang bertambah. Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk
menyimpan uang dalam jangka waktu yang lama, mengingat tiap hari nilai uang
akan semakin berkurang. Jadi ini sangat kurang tepat untuk pilihan berinvestasi
dibanding tabungan mudharabah.
BAB VII
Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah
1. Mudharabah muthlaqah dapat diterapkan pada kondisi nasabah

membebaskan mudharib mengusahakan dananya, sehingga mudharib

dapat dengan leluasa mengelola dana tanpa ada batasan walaupun pastinya

dana yang dikelola harus dibidang yang halal dan sesuai dengan kaidah-

kaidah syariah.

Mudharabah muqqayadah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah

menetapkan batasan-batasan kepada mudharib, batasan-batasan yang

dimaksudkan yaitu mengenai dana, lokasi, cara dan/atau objek investasi.

Mudharabah musytarakah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah hanya

menitipkan dananya kepada bank untuk disimpan secara aman.

2. Dalil Al-quran landasan akad mudharabah yaitu :

Surah Al-Jumuah ayat 10 artinya

apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;

dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kami

beruntung

Surah Al-Baqarah ayat 283 artinya jika kamu dalam perjalanan (dan

bermuamalah tidak secara tunai) sedang kami tidak memperoleh seorang

penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang), akan tetapi jika sebagian kamu memercayai sebagian yang

lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

(utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan

janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian, Dan barang


siapa yang menyembunyikan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang

berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

3. Rukun Mudharabah:

1. Pihak yang melakukan akad (shahibul maal dan mudharib) harus

cakap hukum.

2. Modal yang diberikan oleh shahibul maal yaitu sejumlah uang atau

aset untuk tujuan usaha dengan syarat:

Modal harus jelas jumlah dan jenisnya.

Dapat berbentuk uang atau barang yang dapat dinilai pada waktu

akad.

Modal tidak berbentuk piutang. Modal harus dibayarkan kepada

mudharib baik secara bertahap maupun sekaligus sesuai dengan

kesepakatan dalam akad mudharabah.

3. Pernyataan ijab qabul, dituangkan secara tertulis yang menyangkut

semua ketentuan yang disepakati dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai

kelebihan dari modal yang telah diserahkan oleh shahibul maal kepada

mudharib, dengan syarat:

Pembagian keuntungan harus untuk kedua pihak (shahibul maal dan

mudharib).

Pembagian keuntungan harus dijelaskan secara tertulis pada saat akad

dalam bentuk nisbah bagi hasil.


Penyediaan dana menanggung semua kerugian kecuali kerugian akibat

kesalahan yang disengaja oleh mudharib.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan

(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana harus

memerhatikan hal-hal berikut:

Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib tanpa ada campur

tangan penyedia dana tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan

pengawasan.

Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola

sedemikian rupa yang dapt menghalangi tercapainya tujuan

mudharabah yaitu keuntungan.

Pengelolaan tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam

tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan harus

mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitasnya.

4. Transaksi bai al-istisna merupakan kontrak penjualan antara pembeli

dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima

pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain

untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah

disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak

bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran

dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu

pada masa yang akan datang.


5. Murabahah, salam, dan istishna merupakan jenis pembiayaan

berdasarkan akad jual beli. Inti dari pembiayaan berdasarkan pada akad

jual beli adalah bahwa nasabah yang membutuhkan suatu barang tertentu,

maka padanya akan menerima barang dari pihak bank dengan harga

sebesar harga pokok ditambah besarnya keuntungan yang dikehendaki

oleh bank (profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan mengenai

harga tersebut oleh kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli,

dimana barangnya sudah ada, sedangkan dalam salam dan istishna adalah

jual beli dengan pemesanan terlebih dahulu.


BAB VIII
Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah
1. Jelaskan Definisi Pembiayaan Musyarakah
Jawab :
Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian dimana terdapat pihak-pihak
yang saling menyumbangkan pembiayaan (dana / modal) dan manajemen
usaha, pada suatu usaha tertentu dengan proporsi bisa sama atau tidak.
Keuntungan / Laba dari usaha pembiayaan musyarakah tersebut dibagi
sesuai dengan kesepakatan antara para pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati, demikian juga dengan kerugian yang timbul dari usaha
tersebut dibagikan menurut proporsi modal.
2. Jelaskan Perbedaan antara transaksi dengan skema musyarakah dan yang
dengan skema mudharabah ?
Jawab :
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Musyarakah

3. Jelaskan rukun transaksi musyarakah!


Jawab :
Rukun akad musyarakah ada 4 yaitu:
a. Pelaku terdiri atas para mitra
b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
c. Ijab Kabul / serah terima
d. Nisbah keuntungan

4. Jelaskan perbedaan antara musyarakah menurun dengan musyarakah


permanen!
Jawab :
Perbedaan pada ketentuan penyertaan dana oleh mitra usaha dimana akad
musyarakah menurun bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga pada suatu saat kepemilikan atas
usaha akan didapati oleh satu pihak saja, sedangkan akad musyarakah
permanen penyertaan dana oleh mitra usaha selalu tetap hingga
berakhirnya akad.
5. Perbedaan Mendasar revenue sharing, profit sharing dan gross profit
sharing

PROFIT SHARING REVENUE SHARING GROSS PROFIT SHARING


1. Pendapatan yang akan 1. Pendapatan yang akan 1. Pendapatan n
didistribusikan adalah pendapatan didistribusikan adalah nominal keuntung
bersih setelah pengurangan total pendapatan kotor dari yang akan dibagi
Cost terhadap total revenue. penyaluran dana, tanpa harus nasabah adalah selur
di-kalkulasi-kan terlebih dahulu keuntungan kecu
dengan biaya-biaya administrasi, ak
pengeluaran operasional usaha . hiwalah dan qord

2. Biaya-biaya operasional akan 2. Biaya-biaya akan ditanggung 2. Tidak ada pengurang


dibeban ke dalam modal usaha atau bank Syariah sebagai biaya operasional, ma
pendapatan usaha, artinya biaya- Mudharib, yaitu pengelola metode gross profit share ak
biaya akan ditanggung oleh modal. memberikan nilai bagi ha
shahibul maal lebih besar kepada nasabah
3. Pendistribusian pendapatan yang 3. Pendapatan yang akan
akan dibagikan adalah seluruh didistribusikan hanya
pendapatan, baik pendapatan dari pendapatan dari penyaluran
hasil investasi dana atau dana shahibul maal, sedangkan
pendapatan dari fee atas jasa-jasa pendapatan Fee atas jasa-jasa
yang diberikan bank setelah bank syariah merupakan
dikurangi seluruh biaya-biaya pendapatan murni bank sendiri.
operasional. Dari pendapatan Fee inilah
bank Syariah dapat menutupi
biaya-biaya operasional yang
ditanggung bank syariah.
BAB IX
Akuntansi Transaksi Murahabah

1. Definisi Murabahah: Perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah.


Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian
menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah
dannasabah.

2. Murabahah cocok digunakan untuk transaksi jual beli, dan traksaksi jual beli
itu boleh dilakukan dengan:
1. Murabahah tanpa pesanan
Bank bertindak sebagai penjual barang yang diperolehnya tanpa adanya
pesanan
terlebih dahulu dari nasabah.
2. Murabahah berdasarkan pesanan
BANK (Membeli) ==> BARANG (Setelah) ==> NASABAH
(Pemesan)

Dan Murabahah umumnya dapat diterapkan juga pada produk


pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik
maupun luar negeri, seperti letter of credit (L/C). skema ini paling banyak
digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa
transaksi dengan dunia perbankan pada umumnya.
.3. Al Quran
Ayat ayat Al Quran yang secara umum membolehkan jual beli.
Diantaranya adalah firman Allah : dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah :275). Ayat ini munujukan bolehnya
melakukan transaksi jual beli dan Murabahah merupakan salah satu bentuk dari
jual beli. Dan firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali denga jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. (QS.An-
Nisaa:29)
Dari ayat Al quran diatas dapat diketahui bahwa jual beli (Bai) sah menurut
islam dan dapat menjadi landasan yang di halalkan dalam mencapai berkah
melalui jual beli.

4. Adapun rukun jual beli murabahah yang disepakati oleh jumhur ulama adalah:
a) Penjual (bai), yaitu pihak yang memiliki barang untuk dijual atau pihak yang
ingin menjual barangnya. Dalam transaksi pembiayaan murabahah di perbankan
syariah merupakan pihak penjual.
b) Pembeli (musytari) yaitu pihak yang membutuhkan dan ingin membeli barang
dari penjual, dalam pembiayaan murabahah nasabah merupakan pihak pembeli.
c) Barang/objek (mabi) yaitu barang yang diperjual belikan. Barang tersebut
harus sudah dimiliki oleh penjual sebelum dijual kepada pembeli, atau penjual
menyanggupi untuk mengadakan barang yang diinginkan pembeli.
d) Harga (tsaman). Harga yang disepakati harus jelas jumlahnya dan jika dibayar
secara hutang maka harus jelas waktu pembayaranya.
e) Ijab qabul (sighat) sebagai indikator saling ridha antara kedua pihak (penjual
dan pembeli) untuk melakukan transaksi.

5. Boleh, bank syariah boleh mengenakan denda terhadap nasabah mampu , tetapi
yang menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, dan pengakuan denda diakui
sebagai dana kebajikan pada saat diterima
BAB X
Akuntansi Transaksi Salam Dan Paralel

1. Salam merupakan transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan


belum ada. Maka dari itu barang diserhkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dilakukan secara tunai. Barang yang diperjualbelikan belum
ada pada saat transaksi dan harus diproduksi terlebih dahulu, seperti
produk-produk pertanian dan produk-produk fungible adalah barang yang
dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya

2. Kelebihan menggunakan akad salam antara lain:


a. Bagi petani
Skema salam pembayaran dimuka sangat membantu petani dalam pembiayaan
kebutuhan petani dalam memproduksi barang pertanian. Dengan demikian,
petani memiliki dorongan yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas
produksinya agar dapat menghsilkan produk pertanian yang lebih banyak,
sehingga disamping untuk diserahkan kepada pembeli sebanyak yang sudah
ditentukan, juga dapat digunakan untuk diri sendiri atau untuk dijual kepada
pihak lain.

b. Bagi pemerintah
Penggunaan skema salam dengan ciri pembayaran dimuka akan dapat
mempercepat pencapaian target target pemerintah dalam meningkatnkan
cadangan pengadaan produk pertanian. Skema ini dipandang dapat
mengantisipasi keengganan petanimenjual produknya kepada pemerintah
selama ini. Baik karena telah terbiasa menjual kepada tengkulak atau
pedagang besar. Keuntungan lainya bagi pemerintah ialah dengan
tercapainya target cadangan pengadaan produk pertanian dengan dana
yang terjangkau, maka akan mempercepat peran serta pemerintah dalam
ekspor produk keluar negeri.

c. Bagi pengusaha
Penggunaan skema salam bagi pengusaha berpotensi meningkatkan
efisiensi dan nilai penjualan pengusaha produk pertanian. Pengusaha,
dalam hal ini berperan sebagai penjual produk pertanian baik untuk
konsumsi local maupun ekspor, akan dapat memiliki produk pertanian dari
petani dengan harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan harga
pasar mengingat pembayaran yang dilakukan dimuka. Adanya harga
pembelian yang relative lebih murah tersebut akan memberikan
keuntungan bagi penguasaha untuk memperoleh margin yang menarik.
Keuntungan lain bagi pengusaha adalah adanya kepastian memperoleh
barang yang di inginkan, sehingga tidak perlu khawatir atas persaingan
mendapatkan mendapatkan barang saat panen dengan pengusaha lain.

d. Bagi bank syariah


Skema salam pada dasarnya sangat menguntungkan bagi bank syariah
mengingat pembeli sudah menyerahkan uangnya dimuka terlebih dahulu.
Dengan demikian resiko kegagalan membayar utang tidak ada ssama
sekali, walau transaksi ini menimbulkan resiko baru, yaitu kegagalan
menyerahkan barang dengan pengalaman dan jaringan petani yang
dimiliki bank resiko ini mestinya tidak sulit untuk diatasi oleh bank
syariah

Kekurangan menggunakan akad salam adalah :


Ketika pembayaran sudah dilakukan dimuka, tetapi proses penyiapan
barang sesuai dengan pesanan mengalami kendala sehingga sampai pada
jatuh tempoh sesuai kesepakatan, barang juga belum bisa dipenuhi,
akhirnya ada pihak yang dirugikan, ini seperti permasalahan metode just in
time dimana tidak ada persediaan barang, ketika mendapat pesanan barang
dengan pembayaran dimuka, pihak produsen baru berupaya memenuhi
barang pesanan dari konsumen.

3. a. Dalam jual beli salam, perlu ditetapkan periode pengiriman barang,


yang dalam jual beli biasa tidak perlu.

b. Dalam jual beli salam, komoditas yang tidak dimiliki oleh penjual
dapat dijual; yang dalam jual beli biasa tidak dapat dijual.
c. Dalam jual beli salam, hanya komoditas yang secara tepat dapat
ditentukan kualitas dan kuantitasnya dapat dijual, yang dalam jual beli
biasa, segala komoditas yang dapat dimiliki bisa dijual, kecuali yang
dilarang oleh Al Quran dan hadits.
d. Dalam jual beli salam, pembayaran harus dilakukan ketika mebuat kontrak;
yang dalam jual beli biasa, pembayaran dapat ditunda atau dapat dilakukan ketika
pengiriman barang berlangsung

4. Landasan Syari dibolehkannya transaksi salam.

Salam terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Dalam Al-Quran


dijelaskan pada surat al-Baqarah ayat 282 yang artinya: Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[3] tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya....

Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan


ayat tersebut dengan transaksi bai as-salam, hal ini tampak jelas dari
ungkapan beliau, Saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang dijamin utuk
jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan
diizinkan-Nya. Ia lalu membaca ayat tersebut di atas

Ketentuan syarI transaksi salam diatur dalam fatwa DSN nomor


05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli salam. Fatwa tersebut mengatur
tentang ketentuan pembayaran, barang, salam paralel, waktu penyerahan,
dan syarat pembatalan kontrak, ketentuan ketentuan tersebut akan dalam
aspek rukun salam berikut:

5. Rukun transaksi salam

Pelaksanaan baias-salam harus memenuhi sejumlah rukun berikut ini:

a) Muslam atau pembeli

b) Muslam ilaih atau penjual

c) Modal atau Utang

d) Muslam Fiih atau Barang

e) Sighat atau ucapan


BAB XI
Akuntansi Transaksi Isthisna dan Isthisna Paralel
1. Transaksi bai al-istisna merupakan kontrak penjualan antara pembeli

dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima

pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain

untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah

disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak

bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran

dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu

pada masa yang akan datang.

2. Murabahah, salam, dan istishna merupakan jenis pembiayaan

berdasarkan akad jual beli. Inti dari pembiayaan berdasarkan pada akad

jual beli adalah bahwa nasabah yang membutuhkan suatu barang tertentu,

maka padanya akan menerima barang dari pihak bank dengan harga

sebesar harga pokok ditambah besarnya keuntungan yang dikehendaki

oleh bank (profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan mengenai

harga tersebut oleh kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli,

dimana barangnya sudah ada, sedangkan dalam salam dan istishna adalah

jual beli dengan pemesanan terlebih dahulu.

3. Adapun rukun istishna sebagai berikut:

a. Al-Aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) harus memunyai

hak membelanjakan harta

b. Shighat, yaitu segala sesuatu yang menunjukkan aspek suka sama suka

dari kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli


c. Objek yang ditransaksikan, yaitu barang produksi.

4. Untuk keperluan apakah transaksi istishna sangat cocok untuk digunakan?

Jawab :

Transaksi Istishna sangat cocok untuk digunakan dalam transakasi Barang Manufaktur,
Bangunan, Rakit Mesin atau juga software.

5. Jelaskan perbedaan antara istishna dengan istishna paralel!

Jawab :

Pada transaksi Istishna Paralael terdapat tiga pihak, yiatu Bank, Nasabah dan
Pemasok.

Sedangkan pada transaksi Istishna hanya terdapat dua pihak yaitu Bank dan Nasabah
BAB XII
Akuntansi Transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiya bit Tamlik
1. ijarah berarti urusan sewa menyewa yang jelas manfaat dan tujuanya, yang
dapat diserah terimakan, dan boleh diganti dengan upah yang telah disepakati.
Transaksi ijarah itu sendiri pada dasarnya dilandasi dengan prinsip perpindahan
manfaat. Pemilik yang menyewakan manfaat disebut Muajjir (orang yang
menyewakan). Sementara itu pihak lain yang mendapatkan manfaat sewa disebut
Mustajir (orang yang menyewa = penyewa).
2. Perbedaan antara Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik.
Banyak orang yang menyamakan ijarah dengan leasing. Hal ini terjadi karena
kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada sewa menyewa. Kita akan
membahas perbedaan dan persamaanantara ijarah dan leasing.
1. Dari segi objeknya.
Bila dilihat dari segi objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk
sewa menyewa barang saja.
Sedangkan dalam ijarah objek yang disewakan bisa berupa barang dan
jasa/tenaga kerja.
2. Dari segi metode pembayaran.
Bila dilihat dari segi metode pembayarannya, leasing hanya memiliki satu
metode pembayaran yaitu, pembayaran sewa pada leasing tidak bergantung
kepada kinerja objek yang disewakan. Contohnya: Ahmad menyewa mobil X
pada Toyota Rent A Car untuk dua hari dengan tarif 1.000.000/hari. Dengan
mobil tersebut Ahmad berencana pergi ke Bandung. Bila ternyata Ahmad tidak
pergi ke Bandung, tetapi hanya ke Bogor Ahmad tetap harus membayar sewa
mobil tersebut seharga 1.000.000/hari. Dengan demikian, penentuan harga sewa
pada kasus diatas tergantung pada lamanyawaktu sewa, bukan apakah mobil
tersebut dapat mengantarkan kita ke Bandung atau tidak.
Dari segi metode pembayarannya ijarah, dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung kepada kinerja objek yang
disewanyadan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objeknya.
Contoh ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewakan
adalah: Adi ingin ke Bandung bersama keluarganya. Karena tidak ingin
mengemudikan mobilnya sendiri,ia menghubungi perusahaan travel. Kepada
perusahaan travel, Ahmad mengatakan, Tolong antarkan saya beserta keluarga ke
Bandung dengan mobil perusahaan Anda. Jika Anda bisa mengantarkan kami ke
Bandung anda akan kami bayar 500.000. Contoh untuk ijarah yang
pembayarannya tidak tidak tergantung pada kinerja objeknya sama seperti contoh
Ahmad diatas.
3. Dari segi perpindahan kepemilikan.
Dalam leasing ada dua jenis perpindahan kepemilikan, yaitu: operating
lease dan financial lease. Dalam operating lease, tidak terjadi perpindahan
kepemilikan aset, baik diawal maupun diakhir. Sedangkan financial lease diakhir
periode sewa si penyewa diberikan pilihan untuk membeli atau tidak membeli
barang yang disewa tersebut. Dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah
muntahia bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahannya kepemilikan).
Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.Karena itu dalam
ijarah muntahia bittamlik, pihak yang menyewakan berjanji diawal periode
kepada pihak penyewa, apakah akan menjual barang tersebut atau akan
menghibahkannya. Dengan demikian, ada dua jenis ijarah muntahia bittamlik:
a. Ijarah muntahia bittamlik dengan janji menghibahkan barang diakhir
periode sewa.
b. Ijarah muntahia bittamlik dengan janji menjual barang pada akhir periode
sewa.
3. Rukun ijarah ada 5, yaitu:
1. Mujir (orang/barang yang disewa).
2. Mustajir (orang yang menyewa).
3. Objek transaksi (manfaat).
4. Sighat (ijab dan qabul).
5. Imbalan atau upah.
4 Pengawasan
. Untuk menguji kesesuaian transaksi ijarah dan IMBT yang dilakukan bank
dengan fatwa dewan DSN, DPS suatu bank syariah akan elakukan pengawasan
syariah. Menurut Bank Indonesia, pengawasan tersebut antara lain berupa :
a. Memastikan penyauran dana berdasarkan pronsip ijarah tidak dipergunakan
untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah
b. Memastikan bahwa akad pengalihan kepemilikan dalam IMBT dilakukan
setelah akad ijarah selesai, dan dalam akad ijarah (waad) untuk pengalihan
kepemilikan harus dilakukan pada saat berakhirnya akad ijarah
c. Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa
menggunakan perjanjian sebgaimana diatur dalm fatwa yang berlaku tentang
multijasa dan ketentuan lainnya antara lain ketentuan standar akad
5 . Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika
dibandingkan dengan jenis akad lainnya yaitu:
1. Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam
hal objek transaksi.
2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha
yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap
BAB XIII
Akuntansi Transaksi Dana Zakat,Kebijakan dan Pinjaman Qardh
Kelebihan dari sistem Profit and Loss Sharing dan sistem Revenue Sharing
1. Merupakan alat yang terbaik untuk menghapus bunga dalam berbagai macam
transaksi dan pembiayaan jangka pendek;
2. Tingkat investasi lebih tinggi karena diberikan penawaran yang memadai
terhadap dana-dana yang dapat dipinjamkan, karena pengusaha dapat
mengabaikan kepastian bagian hasil usaha yang diberikan kepada pemberi
pinjaman yang disebabkan ketidaktentuan hasil produksinya. Sedangkan
kelemahan sistem profit and loss sharing dalam penerapannya menyebabkan
berbagai problem yang berkaitan dengan penggunaan profit and loss sharing
dalam aktivitas investasi bank-bank Islam.Berdasarkan teori perbankan Islam
kontenporer, prinsip mudharabah dan musyarakah dijadikan sebagai alternative
penerapan sistem bagi hasil (profit and loss sharing). Meskipun demikian, dalam
prakteknya, ternyata signifikasi profit and loss sharing dalam memainkan
operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa
pengamat perbankan Islam, hal ini terjadi karena beberapa alasan, diantaranya:
a. Standar moral
Terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang di kebanyakan
komunitas muslim tidak memberikan kebebasan penggunaan profit and loss
sharing sebagai mekanisme investasi. Hal ini berdasarkan argumentasi yang
mendorong bank untuk mengadakan pemantauan lebih intensif terhadap setiap
investasi yang diberikan. Yang demikian itu membuat operasional perbankan
berjalan tidak ekonomis dan tidak efisien. Berdasarkan alasan ini bank-bank Islam
menggunakan pembiayaan profit and loss sharing yang diberikan setelah
melakukan pemantauan yang mendalam terhadap bisnis yang akan dijalankan,
dana hanya akan diberikan kepada partner yang efisien dalam mengelola
bisnis,jujur dalam melakukan transaksi, proyek usaha yang dijalankan adalah
profitable, serta pembiayaan usaha tersebut umumnya untuk jangka pendek dan
bukan untuk pembiayaan jangka panjang serta bukan pembiayaan untuk lembaga.
b. Ketidakefektifan model pembiayaan profit and loss sharing
Pembiayaan profit and loss sharing tidak melayani berbagai macam kebutuhan
pembiayaan dari ekonomi kontemporer. Meskipun demikian, profit and loss
sharing yang diterapkan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah merupakan
alat yang terbaik untuk menghapus bunga dalam berbagai macam transaksi dan
pembiayaan jangka pendek. Namun kemungkinan untuk dilaksanakan ke dalam
kredit institusional menjadi terlambat. Berbagai problem yang berkaitan dengan
aplikasinya prinsip mudharabah dan musyarakah pada level kredit institusional
benar-benar tidak dapat di pakai. Alasannya adalah meningkatnya permintaan
pinjaman pemerintah untuk anggaran belanjanya, dengan demikian permintaan
pemakaian pinjaman dengan mengggunakan sistem profit and loss sharing
menjadi tidak terpenuhi.

c. Berkaitan dengan para pengusaha


Keterkaitan bank dengan peminjam, sistem profit and loss sharing dalam
membantu perkembangan usaha lebih banyak terlibat secara langsung dari pada
sistem lainnya pada bank konvensional. Bank-bank Islam memerlukan informasi
lebih detail tentang aktivitas bisnis yang mereka biayai dan besar kemungkinan
pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis partnernya.
Pada sistem lain, keterlibatan yang tinggi ini akan mengecilkan naluri pengusaha
yang sebenarnya lebih memita kebebasan yang luas dari pada campur tangan
dalam menggunakan dana yang mereka pinjamkan.
d.Dari segi biaya
Memberikan dana berdasarkan sistem bagi hasil profit and loss sharing
memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pada pihak bank dalam
menyalurkan dana-dananya. Bank-bank Islam kemungkinan besar meningkatkan
kualitas kepegawaian mereka dengan cara mempekerjakan para teknisi dan ahli
manajemen untuk mengevaluasi proyek usaha yang mereka pinjami untuk
mencermati lebih teliti dan lebih jeli dari pada teknis peminjaman pada bank
konvensional. Ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh para banker
dalam menjaga efisiensi kinerja perbankannya yang secara langsung akan
berimbas terhadap pengembalian dana pinjaman. Hal ini akan menimbulkan
beban yang lebih besar terhadap pemakai dana tersebut. Tambahan biaya yang
dikeluarkan oleh para banker yang digunakan untuk menjaga efektifitas
operasional perbankan Islam kemungkinan akan menghasilkan biaya ekstra yang
di tanggung oleh partner ketika mengembalikan dana pinjaman yang berdasarkan
sistem bagi hasil profit and loss sharing.
e. Dari segi teknis
Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi hasil profit and loss
sharing tampaknya berkaitan dengan pihak bank, nasabah (partner), dan
kualkulasi keuntungan (profit calculation). Pada satu sisi dari bank Islam sendiri,
profesional pegawai pada saat itu dari segi keahlian dan pengetahuan yang luas
tentang perilaku aktifitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan
yang akan diperoleh pada tiap-tiap jaringan serta mengetahui secara menyeluruh
tentang keadaan keuangan investor dan komitmennya dalam menjalankan proyek
usaha. Dari pihak nasabah (partner), kebutahurufan yang kebanyakan masih
menyelimuti masyarakat dunia muslim akan jelas menyulitkan untuk membuat
catatan-catatan akuntan yang mendetail.Permintaan untuk membuat catatan-
catatan akuntansi yang mendetail sulit dipenuhi, yang menjadikan masyarakat
lebih suka menggunakan sistem pembiayaan di bank konvensional dari pada
mengalami masalah membuat buku pegangan yang mendetail.

Kalkulasi keuntungan dalam menggunakan sistem bagi hasil profit and loss
sharing juga mengalami kesulitan. Meskipun di dalam khazanah fiqih dijelaskan
mengenai petunjuk perhitungan keuntungan tersebut, namun kenyataannya dalam
praktek kelihatannya tidak ada keseragaman di antara bank-bank Islam mengenai
cara melakukan perhitungan keuntungan, yang dalam istilah akuntannya bersifat
subyektif. Berbagai macam cara perhitungan keuntungan ini berpangkal dari
dalam penempatan pada modal aktifa dan tanggungan pasiva. Penilaian ini
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya tingkat penurunan modal tertentu
modal tertentu, serta kebijakan mengenai kebijakan cadangan dan persediaan.
Oleh karenanya, dlam bisnis yang sama dapat menunjukkan keuntungan yang
berbeda tanpa menaruh curiga, adanya kesalahan dalam perhitungan.
f. Kurang menariknya sistem profit and loss sharing dalam aktiva bisnis
Dalam lapangan bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang
diperoleh berdasarkan sistem profit and loss sharing tidak diketahui secara jelas
dan pasti. Hal ini akan menimbulkan terbongkarnya rahasia keuangan mereka oleh
pihak bank juga intervensi bank teradap urusan manajemn mereka. Keadaan ini
sangat berbeda dengan sistem pembiayaan berdasarkan bunga, dimana modalnya
aman terjaga, pendapatan yang diperoleh pasti, dan biaya pinjaman diketahui
dengan jelas.
g. Permasalahan efisiensi
Tingkat investasi mungkin lebih tinggi di bawah sistem profit and loss sharing
dari pada sistem lainnya, karena dalam sistem profit and loss sharing diberikan
penawaran yang memadai terhadap dana-dana yang dapat dipinjamkan. Karena
pengusaha dapat mengabaikan kepastian bagian hasil usaha yang diberikan
kepada pemberi pinjaman yang disebabkan ketidak tentuan hasil prodksinya, serta
tidak adanya kekhawatiran terjadinya penyelewengan dana pinjaman terhadap
investasi yang riil. Kesanggupan para pemberi pinjaman untuk turut menanggung
resiko kemungkinan akan mendorong investasi lebih berisiko. Meskipun
kesanggupan ini juga akan mengurangi penekanan biaya-biaya untuk efisiensi
kelangsungan bisnis yang pada tingkat kepentingan tertentu cukup mengesankan.

2. Dana kebajikan merupakan dana sosial diluar zakat yang berasal dari
masyarakat yang dikelola oleh bank syariah. Dana kebajikan bisa juga disebut
dengan dana qardh. PSAK 59 dan PAPSI menggunakan istilah qardh dan bukan
istilah dana kebajikan. Akan tetapi, pada PSAK 101, istilah ini diganti dengan
istilah Dana Kebajikan. Tidak ada keterangan resmi alasan penggantian istilah
ini dalam PSAK 101. Akan tetapi, adanya istilah dana kebajikan memberi
fleksibilitas dalam sumber maupun penggunaan dana tersebut, mengingat istilah
qardh lebih tepat digunakan untuk transaksi yang terkait dengan pinjam
meminjam tanpa bunga.
3. Infaq dan Shodaqoh dalam dana kebajikan ,Berdasarkan PSAK 101 paragraf
75, sumber dana kebajikan terdiri atas: Infak, Sedekah, Hasil pengelolaan wakaf
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Pengembalian dana kebajikan
produktif, Denda, Pendapatan non-halal, Sumbangan/hibah.
Infak dan sedekah yang dimaksud dalam dana kebajikan adalah semua jenis infak
dan sedekah baik yang peruntukannya ditentukan secara khusus oleh pemberi
infak dan sedekah maupun yang tidak. Denda merupakan sanksi berupa uang yang
dikenakan oleh bank syariah kepada nasabah yang mampu, tetapi dengan sengaja
menunda-nunda pembayaran kewajibannya kepada bank syariah. Semua
penerimaan bank syariah dari nasabah yang merupakan denda dimasukkan ke
dalam dana kebajikan. Sumbangan atau hibah pada dasarnya merupakan salah
satu bentuk sedekah sunah. Akan tetapi, istilah sumbangan atau hibah secara
terminologi dipandang universal, sehingga dapat menampung bantuan yang
mungkin berasal dari orang yang bukan beragama Islam ataupun dari instansi dan
lembaga yang cenderung memilih istilah yang umum dalam memberikan suatu
bantuan. Pendapatan non-halal merupakan sumber dana kebajikan yang berasal
dari transaksi bank syariah dengan pihak lain yang tidak menggunakan skema
syariah. Untuk keperluan lalu lintas keuangan, bank syariah dalam hal tertentu
harus memeiliki rekening di bank konvensional. Dengan memiliki rekening di
bank konvensional, baik yang ada didalam ataupun diluar negeri, adanya bunga
bank dari bank mitra merupakan suatu yang tidak dapat dihindari. Dalam hali ini,
bunga yang diterima tersebut tidak boleh menambah pendapatan bank syariah,
tetapi dimasukkan sebagai tambahan dana kebajikan.
Infaq dan Shodaqoh dalam Dana ZIS, Istilah Infaq dan Shodaqoh sering
digunakan secara bersamaan dalam beberapa pembahasan, seperti pembahasan
mengenai pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS) sehingga muncul
istilah Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (BAZIS) maupun Lembaga Amil
Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (LAZIS). Padahal istilah amil hanya digunakan dalam
konsep pengelolaan dana zakat. Namun demikian, praktik pengelolaan dana ZIS
sudah begitu popular di Indonesia sehingga seolah-olah dana ZIS tidak ada
bedanya satu dengan yang lain.
4. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
infak;
sedekah;
hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
pengembalian dana kebajikan produktif;
denda; dan
pendapatan nonhalal
Penggunaan dana kebajikan untuk:
dana kebajikan produktif;
sumbangan; dan
penggunaan lainnya untuk kepentingan umum. kenaikan atau penurunan
sumber dana kebajikan; saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.

5. Sumber dana ZIS


Entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
(a) dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki): (i) zakat dari dalam entitas
syariah; (ii) zakat dari pihak luar entitas syariah;

Penggunaan dana ZIS melalui lembaga amil zakat untuk:


fakir
miskin
riqab
orang yang terlilit utang (gharim)
muallaf
fii sabilillah;
orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
amil

6. Ketentuan syari transaksi pinjaman Qardh

Disyariatkannya qardh mengacu pada al-quran dan Sunah, Antara lain Q.S
Al-Baqarah:245 dan HR. Ibnu Hibban. Jadi didalam pinjaman Qardh tidak
dibolehkan disyaratkan tambahan pengembalian atas pinjaman. Akan tetapi asal
tidak dipersyaratkan pada saat akad, orang yang meminjam boleh saja
mengembalikan pinjaman lebih baik dari yang dipinjamkan ( Sesuai dengan yang
dianjurkan Rasullah kepada peminjam)
BAB XIV
Akuntansi Kas, Penempatan Bank Indonesia,Kliring dan Pajak

1. Bank belum mencatat transaksi tertentu :

a. Setoran dalam perjalanan (deposit in transit)


Perusahaan telah mencatat setoran ke bank, tetapi bank
belum mencatatnya sehingga tidak tercantum dalam
Laporan Bank,
b. Cek dalam peredaran (out standing checks)
Cek yang ditarik dan telah dibukukan oleh perusahaan,
tetapi bank belum mencatatnya karena pemegang cek
belum menguangkan ke bank,

Perusahaan belum mencatat transaksi tertentu :

a. Penerimaan kas melalui bank (inkaso)


Bank melakukan penerimaan kas (misalnya dari piutang/wesel
tagih) untuk dibukukan ke dalam rekening giro perusahaan,
b. Biaya administrasi bank
Biaya-biaya yang dibebankan oleh bank kepada perusahaan,
c. Pendapatan bunga atau jasa giro
Bunga yang diberikan bank kepada perusahaan atas saldo
rekeningnya,
d. Cek kosong dari konsumen atau debitur (cek yang tidak
cukup dananya)
Cek yang diterima perusahaan kemudian disetorkan bersama-sama
dengan uang tunai ke bank, akan tetapi dikembalikan bank karena
tidak cukup dana (not sufficient fund),
e. Cek yang dikembalikan kepada penyetor dengan alasan
lain
Cek yang dikembalikan dengan alasan-alasan :
(1) rekening penarik cek telah ditutup,
(2) cek telah daluarsa,
(3) tandatangan yang tercantum pada cek tidak sah,
(4) terdapat kesalahan dalam penulisan cek.

2. Apakah perbedaan akuntansi kas kecil system dana tetap


dengan system dana berfluktuatif ?
Jawab :
system dana tetap

Sistem dana tetap adalah sistem yang menetapkan dan menyisihkan dana
kas kecil dengan nilai yang tetap atau tidak berubah tiap periode
pengisiannya. Kecuali jika perusahaan menghendaki perubahan jumlah
dana kas kecil. Kondisi tersebut mungkin terjadi ketika perusahaan
merasakan kas kecil yang sudah disisihkan ternyata tidak dapat memenuhi
semua keperluan operasional kecil, sehingga perlu ditambah lagi nilaiya.
Atau bisa juga perusahaan merasa dana kas kecil terlalu besar untuk
operasional kecil perusahaan, sehingga perlu dikurangi jumlahnya.

Dengan adanya perubahan kebijakan atas nilai dana kas kecil tersebut,
maka perusahaan (akuntan) harus melakukan catatan penyesuaian atas
penambahan atau pengurangan nilai tersebut. Yang perlu diingat dalam
sistem dana tetap adalah pencatatan pengeluaran kas kecil tidak dicatat
seketika terjadi pengeluaran. Melainkan dicatat ketika terjadi pengisian
kembali kas kecil.

Contoh kasus, pimpinan perusahaan A menetapkan kebijakan membentuk


dana kas kecil untuk keperluan pengeluaran rutin sebesar Rp 1.000.000.
Pada akhir bulan, dana tersebut telah digunakan Rp 750.000. Maka sisa
pada akhir bulan (saldo) adalah Rp 250.000. Pada awal bulan berikutnya,
dana yang diterima adalah Rp 750.000. Jadi pada awal bulan jumlah dana
kas kecil yang ada adalah tetap sebesar Rp 1.000.000.

system dana berfluktuatif

Sistem dana fluktuasi adalah sistem yang menetapkan nilai dana kas kecil
sesuai dengan kebutuhan operasional. Artinya, saldo akun kas kecil ini
tidak tetap atau berfluktuasi sesuai dengan jumlah transaksi kas kecil. Jadi
nominal saldonya akan berubah tiap-tiap periode sesuai dengan kebutuhan
operasional perusahaan.

Misal, ketika menetapkan kebijakan kas kecil pertama kali, perusahaan


menetapkan jumlah kas kecil sebesar Rp. 1.000.000 (saldo awal).
Kemudian kas kecil tersebut digunakan untuk keperluan operasional
perusahaan hingga akhir periode. Pada awal periode berikutnya, kas kecil
diisi kembali dengan jumlah yang sama atau berbeda dengan saldo awal.
Berbeda dalam arti bisa kurang atau lebih dari nilai saldo awalnya. Hal ini
disesuaikan apakah kebutuhan perusahaan memerlukan tambahan dana kas
kecil atau pengurangan atau pun tidak perlu ada keduanya.

3. Apakah yang dimaksud dengan kliring?


Jawab :
Kliring adalah suatu kegiatan pertukaran warkat atau data keuangan
elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu (Penjelasan Pasal 16 UU
No. 23 Tahun 1999). Dalam penjelasan lanjutannya, dikatakan bahwa
sistem kliring antar bank meliputi sistem kliring domestik dan lintas
negara.
Dari definisi tersebut, dapat dipastikan kegiatan kliring ini adalah salah
satu kegiatan yang sangat penting bagi dunia perbankan.

Tujuan diselenggarakannya kegiatan kliring itu sendiri adalah untuk


mempermudah transaksi pembayaran yang aman dan cepat.

4. Dalam hal apasajakah kliring dilakukan?


Jawab :
Warkat-warkat yang dapat dikliringkan atau diselesaikan di lembaga
kliring adalah warkat-warkat yang berasal dari dalam kota. Artinya cek
atau Bilyet Giro yang dikliringkan harus berasal dari kota atau wilayah
kliring (clearing) yang sama.
Sedangkan warkat-warkat yang dapat dikliringkan oleh bank melalui
lembaga kliring adalah sebagai berikut :

Cek (cheque)
Bilyet Giro (BG)
Wesel Bank
Surat Bukti Penerimaan Transfer dari luar kota
Lalu Lintas Giral (LLG)/ nota kredit

5. Jelaskan objek pajak dan tarif pajak yang terdapat pada bank
syariah!
Jawab :
objek Pajak (Dharibah) adalah al-Maal (harta/penghasilan),
objek Jizyah adalah jiwa (an-Nafs), objek Kharaj adalah tanah (status
tanahnya) dan objek Ushr adalah barang masuk (impor). Oleh karena
objeknya berbeda, maka jika dipakai istilah Kharaj,
Jizyah, atau Ushr untuk pajak akan rancu dengan Dharibah. Untuk itu,
biarkanlah Pajak atas tanah disebut dengan Kharaj, sedangkan istilah yang
tepat untuk pajak yang objeknya harta/penghasilan adalah Dharibah.

Tarif pajak pada bank syariah


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pihak yang wajib memiliki NPWP di
Bank Syariah, yaitu: 1. Pegawai Bank yang penghasilannya telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 2. Kantor Cabang Utama 3. KCP
yang berbeda wilayah dengan Cabang Utama. Apabila Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) yang berlokasi di wilayah KCP berbeda dengan KPP-nya
Cabang Utama, maka KCP wajib memiliki NPWP sendiri. Namun KCP
yang memang ingin memiliki NPWP sendiri meskipun KPP-nya sama
dengan KPP Cabang Utamanya maka tetap berhak mendaftar NPWP. 4.
Nasabah Badan 5. Nasabah Perorangan Giro 6. Nasabah Perorangan
Pembiayaan > Rp 50.000.000,- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Status PTKP Tahunan PTKP Bulanan TK/0 Rp 24.300.000,- Rp
2.025.000,- TK/1 Rp 26.325.000,- Rp 2.193.750,- TK/2 Rp 28.350.000,-
Rp 2.362.500,- TK/3 Rp 30.375.000,- Rp 2.531.250,- K/0 Rp 26.325.000,-
Rp 2.193.750,- K/1 Rp 28.350.000,- Rp 2.362.500,- K/2 Rp 30.375.000,-
Rp 2.531.250,- K/3 Rp 32.400.000,- Rp 2.700.000,- Apabila orang pribadi
memiliki penghasilan bulanan di bawah PTKP bulanan, namun selama
setahun penghasilannya telah melebihi PTKP tahunan, maka wajib
memiliki NPWP. Beberapa kegunaan dan keuntungan jika memiliki
NPWP, antara lain: 1. Sebagai salah satu syarat membuka Rekening Giro
di Bank 2. Sebagai salah satu syarat pengajuan pinjaman di Bank 3.
Sebagai salah satu syarat pengajuan SIUP, tender, dll 4. Tidak dikenakan
kenaikan pajak 5. Seluruh WNI bebas biaya fiskal luar negeri (mulai 1
Januari 2011) Mekanisme Pemotongan Pajak Kewajiban pemotongan
pajak dilakukan oleh pemberi penghasilan (Bank Syariah) terhadap
penerima penghasilan yang antara lain: 1. Nasabah deposan (Bagi hasil,
hadiah, dan sejenisnya) 2. Rekanan/vendor (fee, komisi, honor, sewa, dan
sejenisnya) 3. Pegawai (gaji, lembur, tunjangan, dan sejenisnya)
Berdasarkan ketentuan perpajakan,
BAB XV
Perhitungan Bagi Hasil
1. Jelaskan tahapan perhitungan bagi hasil!

Tahapan Perhitungan Bagi Hasil


Untuk menghitung pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank maupun
nasabah dimana bank sebagai mudharib, sedangkan nasabah sebagai
sahibul maal dilakukan beberapa tahapan sebagai berkut:
1. Menentukan prinsip perhitungan bagi hasil,
2. Menentukan jumlah pendapatan yang akan didistribusikan untuk bagi
hasil,
3. Menentukan sumber pendanaan yang digunakan sebagai dasar
perhitungan bagi hasil,
4. Menentukan pendapatan bagi hasil untuk bank dan nasabah,
5. Akuntansi bagi hasil untuk bank syariah.
3. Yang dimaksud dengan:
Revenue Sharing: yang dijadikan dasar perhitungan adalah
penjualan/pendapatan usaha.

Profit Sharing: (disebut pula profit-and-loss sharing), yang dijadikan


dasar perhitungan adalah profit, yang merupakan selisih antara
penjualan/pendapatan usaha dan biaya-biaya usaha, baik berupa harga
pokok penjualan/biaya produksi, biaya penjualan, serta biaya umum dan
administrasi. Profit sharing dapat diartikan sebagai sistem pembagian
keuntungan yang didapat dari suatu usaha.

Gross Profit Sharing: yang dijadikan dasar perhitungan adalah gross


profit (laba kotor), yakni penjualan/pendapatan usaha dikurangi dengan
harga pokok penjualan/biaya produksi

4. Dasar bagi hasil yang umum digunakan perbankan syariah di


indonesiasaatiniadalah:
Menurut UU 10/1998, Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dapat disimpulkan bahwa secara umum prinsip-prinsip bagi hasil yang


digunakan dalam perbankan adalah mudharabah dan musyarakah.
Mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana salah
satu pihak menyediakan dana seluruhnya dan pihak lain menjadi pengelola
dan apabila terjadi kerugian di tanggung oleh pihak yang mempunyai
modal selama kerugian bukan kelalaian atau disengaja oleh pengelola,
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan. Keuntungan dan resiko akan di tanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan ditentukan di awal perjanjian.

4. Saldo rata-rata harian : Institusi keuangan mengukur dan menghitung


hutang rata-rata per hari dalam siklus tagihan Anda, dan menggunakan
jumlah rata-rata tersebut untuk menentukan jumlah bunga atas hutang
Anda untuk bulan tersebut. Setiap institusi keuangan menggunakan cara
yang berbeda dalam melakukan perhitungan ini.

5. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate) adalah suku bunga yang


besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga
mingguan), setiap bulan (bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga tahunan,
untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu,
yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan
penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Dalam Bank Syariah, klasifikasi penghimpunan dana yang utama tidak


didasarkan atas nama produk melainkan atas prinsip yang digunakan.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana
yang digunakan dalam bank syariah ada dua yaitu prinsip wadiah dan
prinsip mudharabah.

Prinsip wadiah dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada kegiatan


penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Di Indonesia, hampir
semua Bank Syariah menerapkan prinsip wadiah pada tabungan giro. Giro
wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank Syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu
ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.

Anda mungkin juga menyukai