Anda di halaman 1dari 14

Tugas A.

Meringkas Ebook Studi Kelayakan Bisnis, penulis Sunarji Harahap

BAB I (Pendahuluan)

A. Pengertian Studi Kelayakan


Studi kelayakan dilakukan guna menilai kelayakan investasi pada suatu proyek
maupun bisnis yang sedang berjalan. Studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai
kelayakan sebuah proyek disebut studi kelayakan proyek, sedangkan studi kelaykan yang
dilakukan untuk menilai kelayakan dan pengembangan usaha disebut studi kelayakan
bisnis. Yang dimaksud layak disini adalah perkiraan proyek yang dapat atau tidak dapat
menghasilkan keuntungan yang layak jika telah beroperasi.
Adapun pengertian studi kelayakan menurut beberapa ahli, salah satunya menurut
Ibrahim J. (2013) studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan atau proyek
yang direncanakan.
B. Tujuan dan manfaat suti kelayakan bisnis
1. Tujuan studi kelayakan bisnis
Menurut kasmir dan Jakfar ada lima, yaitu :
a. Menghindari resiko kerugian.
b. Memudahkan perencanaan.
c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
d. Memudahkan pengawasan.
e. Memudahkan pengendalian.
2. Manfaat studi kelayakan bisnis
Dibedakan menjadi 2 karena pihak yang berkepentingan :
a. Pihak pertama (bagi analisis)
1) Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis (runtut)
dalam menghadapi suatu masalah.
2) Menerpakan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari dan
menjadikannya sebagai alat bantu dalam penghitungan, penilaian, dan
pengambilan keputusan.
3) Mengerjakan studi kelayakan berati mempelajari suatu objek bisnis secara
komprehensif.
b. Pihak kedua (bagi masyarakat)
1) Calon investor. Dalam menilai SKB, calon investor lebih terfokus pada
aspek ekonomis dan keuangan karena pada aspek ini mereka dapat
menentukan tingkat pengembalian modal, payback period, aliran kas, dan
proyeksi laba rugi.
2) Mitra penyerta modal. Hasil studi kelayakan ini akan membantu calon
investor dalam meyakinkan mitranya.
3) Perbankan. Dalam proses persetujuan perkreditan dari bank perlu
rekomendasi yang menyatakan proyek layak maka diperlukan SKB.
4) Pemerintah. Penilaian pemerintah biasanya menyangkut pada aspek
legalitas dan perizinan.
5) Manajemen perusahaan. SKB untuk pengembangan bisnis baru akan
berhubungan dengan pihak manajemen terutama direksi.
6) Masyarakat. Penilaian masyarakat biasanya menyangkut AMDAL
(dampak lingkungan) biasanya untuk proyek-proyek besar.
Menurut kamaluddin (2014) manfaat yang ditimbulkan dari adanya studi
kelayakan bisnis adalah manfaat finansial, manfaat ekonomi nasional, dan
manfaat sosial.
c. Faktor-faktor penyebab kegagalan suatu bisnis
1) Data dan informasi tidak lengkap.
2) Tidak teliti.
3) Salah perhitungan.
4) Pelaksanaan pekerjaan salah.
5) Kondisi lingkungan.
6) Unsur sengaja
d. Aspek-aspek penilaian
1) Aspek hukum
2) Aspek syariah/halal
3) Aspek pasar dan pemasaran
4) Aspek keuangan
5) Aspek teknis/operasi
6) Aspek manajemen
7) Aspek sosial/ekonomi
8) Aspek AMDAL
e. Tahap-tahap dalam studi kelayakan bisnis
1) Pengumpulan data dan informasi, yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
2) Melakukan pengolahan data, pengolahan data dan informasi dengan
metode yang lazim digunakan dan dicek ulang.
3) Analisis data, menentukan kriteria agar bisa digunakan secara umum dari
seluruh aspek.
4) Mengambil keputusan, terhadap hasil analisis yang dilakukan.
5) Memberikan rekomendasi, merekomendasikan kepda pihak-pihak yang
berwenang.
f. Sumber-sumber data dan informasi
1) Publikasi ekonomi dan bisnis yang diambil dari koran majalah.
2) Publikasi bank indonesia, dan lembaga keungan lainnya.
3) BKPM dan Bapepam.
4) Biro Pusat Statistik (BPS).
5) Asosiasi industri dan dagang.
6) Lembaga penelitian seperti LIPI ataupun swasta.
7) Departemen teknis.
8) Universitas dan perguruan tinggi.
9) Sumber-sumber lain yang sah.

BAB II (Perspektif Bisnis Islam)

A. Definisi bisnis secara umum


Dalam kamus besra bahasa indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha dagang,
komersial di dunia perdagangan dan bidnag usaha. Di zaman modern sekarang ini dunia
bisnis mengalami perkembangan dan bersifat kompleks, perlu waktu yang cukup lama
untuk mempelajari sampai mempraktikannya.
Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya
ekonomi secara efektif dan efisien. Adapun dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis
adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang serta
jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.
Dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dibuthkan oleh masyarakat, mencari profit, dan
mencoba memuaskan keinginan konsumen. Adapun dalam islam, bisnis dapat dipahami
sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah
kepemilikan hartanya termasuk profit, namun dibatasi dalam cara perolehan dan
pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).
B. Pengertian bisnis islam
Agama islam sangatlah menganjurkan setiap umat untuk bekerja. Tidak ada satu
kata pun yang menyebut bahwa orang islam yang beriman itu disarankan menjadi
pengangguran karena hal tersebut merupakan perilaku syaitan. Rasulullah SAW bersabda
dalam suatu hadis yang artinya bahwa bekerja mencari rejeki yang halal merupakan
kewajiban, setelah kewajiban ibadah. (HR. Ath Thabrani dan Baihaqi). Hadis ini
diperkuat dengan firman Allah dalam surat al-A’raff ayat 10, yang artinya “sesungguhnya
Kami menempatkan kalian sekalian di muka bumidan Kami memberikan kalian di bumi
itu (sumber) penghidupan.”
Dapat disimpulkan bahwa bisnis syariah islam adalah segala bentuk bisnis dengan
dibatasi oelh cara mendaptkan dan memberdayakan harta agar selalu halal dan
menolakhal-hal yang bersifat haram. Yusanto dan Wijayakusuma (2012) mendefinisikan
lebih khusus bahwa bisnis islam merupakan aktivitas bisnis ekonomi dengan berbagai
bentuk yang tidak ada batasan dalam hal kepemilikan harta namun dibatasi dalam cara
memperoleh dan pendayagunaan lantaran aturan halal dan haram menurut islam.
C. Pentingnya konsep bisnis islami
Para ulama berpendapat bahwa ada tiga alasan utama mengapa dibutuhkannya
konsep bisnis islami. Yang pertama, sifat manusia. Manusia memiliki dua potensi,
pertama adalah naik puncak spiritual yang besar dan kedua adalah hancur terperosok
terhadap jurang kekafiran. Berdasarkan sudut pandang islam, manusia memiliki tujuan
utama dibumi untuk melaksanakan ibadah (hubungan manusia dengan Allah). Setelah itu,
hukum Allah membawa harmoni ke dalam kehidupan umat manusia. Tapi ada
kenyataannya manusia hidup dalam keadaan penuh kelemahan, kelalaian, keserakahan,
tidak sabar, tidak kenal terimakasih, dan penuh arogansi pribadi yang menyebabkannya
tersesat.
Yang kedua, masyarakat yang amoral. Banyak masyarakat yang menjadi amoral
dan terjerumus dalam kenistaan, mereka memiliki keyakinan bahwa kebenaran dan
realitas hanya didasarkan pada pa yang disentuh, berbau, dilihat, didengar, dan dirasakan
(materialis). Hal ini yang mengakibatkan masyarakat yang kurang spiritualitas.
Yang ketiga, keterbelakangan masyarakat islam. Negara dengan penduduk
muslim yang banyak yang menjadi mayoritas, tergolong negara miskin. Negara dengan
mayoritas muslim mengalami krisis dalm ilmupengetahuan, penelitian, inovasi dan
standar pendidikan, memiliki PDB yang rendah, angkabuta huruf tinggi, infrastruktur
kurang, dan permasalahn lainnya.
D. Bisnis Dalam Al-qur’an
Konsep bisnis dalam islam banyak dijelaskan dalam al-quran dengan
mnggunakan beberapa terma, seperti tijarah, isytara dan tadayantum. Dari semua terma
tersebut menunjukkan bahwa bisnis dalam perspektif islam pada hakikatnya tidak
semata-mata bersifat material yang tujuannya hanya semata-mata mencari keuntungan
duniawi, tetapi juga bersifat immaterial yang tujuannya mencari keuntungan dan
kebahagiaan ukhrawi.
Untuk bisnis dalam islam disamping harus dilakukan dengan cara profesional
yang melibatkan ketelitian dan kecermatan dalam proses manajemen dan administrasi
agar terhindar dari kerugian, ia juga harus terbebas dari unsur-unsur penipuan (ghara),
kebohongan, riba dan praktik-praktiklain yang dilarang oleh syariah.
E. Komponen Model
Menurut Muhammad Akhram Khan, terdapat 3 model penting dalam organisasi bisnis
menurut ekonomi islam, yaitu:
1. Sole Proprietorship (Kepemilikan Tunggal)
Bentuk paling sederhana dari organisasi usaha. Hukum tidak menganggap bentuk
usaha sole proprietorship sebagai badan yang terpisah dari pemilik haknya (pemilik).
Dalam islam, sole proprietorship tidaklah dilarang selama tidak melanggar syariah.
2. Partnership
Hubungan antara dua orang atau lebih untuk mendistribusikan keuntungan dari hasil
usaha yang dijalankan oleh mereka. Dari definis tersebut pihak yang menjalankan
partnership sama-sama mengeluarkan sumber daya yang dimilki masing-masing, dan
membuat kesepakatan tertulis dalam perjanjian yang legal bertujuan untuk
mendistribusikan keuntungan sesuai dengan perjanjian.
Partnership dapat dibubarkan jika :
 Salah seorang berkehendak untuk bubar dengan catatan tidak mendzalimi
pihak lain.
 Salah satu pihak meninggal.
 Salah satu pihak menjadi gila.
 Salah satu pihak sakit sehingga tidak bisa menjalankan tugas.
 Periode kontrak habis.
3. Mudharabah
Bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih diaman pemilki modal (shahibul mal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian. Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul mal
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus berhati-hati
dan tanggungjawab atas kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan
modal untuk usaha halal.
a. Hak-hak pengusaha
1) Memiliki hak untuk menginvestasikan modalnya dalam bisnis.
2) Meminjam modal dari pihak ketiga untuk mudharabah.
3) Memiliki hak untuk masuk dalam partnership dengan pihak ketiga.
b. Konsep double mudharabah
Ketika seseorang memperoleh uang dari mudharabah, setelah itu selain
mempergunakannya sendiri, dia memberikan uang tersebut kepada pihak ketiga
untuk melaksanakn bisnis. Pada hal seperti ini, pengusaha pertama memilikidua
fungsi. Dia adalah pengusaha untuk proprietor. Tetapi untuk pengusaha yang
kedua, dia adalah proprietor. Dalam hal ini, dua kesepakatan mudharabah terjadi.
Hal ini merupakan sesuatu yang unik, tetapi hal ini sangat di terima oleh syariah.
1) Alokasi profit dalam double mudharabah.
2) Alokasi kerugian.
3) Double mudharabah dan perbankan modern.
F. Orientasi Bisnis Menurut Islam
Orientasi bisnis menurut islam sejatinya tidak bertentangan dengan tujuan penciptaan
manusia, proses penciptaan manusia, hakikat penciptaan manusia, konsep manusia dalam
islam, dan hakikat manusia menurut islam sesuai dengan fungsi agama. Tentu saja bisnis
islam berorientasi pada :
1) Keuntungan penjual dan pembeli.
2) Kemaslahatan masyarakat.
3) Terperdayakannya sosial.
4) Hilangnya pengangguran dan bertambahnya lahan pekerjaan.
5) Mengoptimalkan sumber daya alam yang telah Allah berikan.
G. Etika Bisnis Islam
Bisnis islam selalu mengedepankan kepada keadilan dan kompetisi yang fair. Bisnis
islam bukanlah hal yang sekedar mendapatkan keuntungan namun juga mengedepankan
nilai-nilai yang dimilki oleh syariah.
1) Menjauhi hal yang samar, hal samar ini adalah hal yang masih belum jelas kelak
ketika dijual.
2) Menghindari judi, dalam judi juga dipertaruhkan hal-hal yang tidak jelas dan tidak
ada usaha untuk mengoptimalkan lahan dan modal alam yang Allah titipkan.
3) Menghindari penindasan, bisnis yang kita lakukan haruslah dapat memberikan
manfaat yang besar bukan malah menjadikan orang semakin iskin dan lemah atau
berdampak buruk kepada sekitar kita.
4) Menjauhi riba, riba sendiri juga bisa termasuk dalam penindasan. Dengan riba,
seseorang telah mencekik orang yang berhutang padahal bisa jadi mereka juga
kesulitan untuk membayar dan menafkahi diri dengan harta yang ada.
5) Menajuhi penipuan, pelaksanaan bisnis menurut islam adalah dengan etika
harusberdasarkan kepada suka sama suka, menjelaskan produk atau jasa dalam
bisnis dnegan apa adanya.
6) Menjauhi barang atau produk haram, barang haram bukan hanya merugikan bagi
pembeli, namun juga merugikan masyarakat secara luas.
7) Menghindari monopoli bisnis, islam melarang manusia untuk melakukan
monopoli seperti melakukan penimbunan barang yang mebuat orang lain
mengalami kelangkaan atau kekurangan.

BAB III (Etika Bisnis Islam)

A. Definisi Etika
Secara etimologi berasal dari bahasa yunani ethikos yang memilki arti beragam, yang
pertama sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus,mesti, aturan-aturan
moral, benar, salah, wajib, dll. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan
moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.
Etika merupak studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar
yang benar atau didukung oleh penalaran yang baik. Etika mencoba mencapai
kesimpulan moral anatara yang benar dan salah serta moral yang baik dan jahat.
B. Definisi Bisnis
Kata bisnis dalam al-quran biasanya yang digunakan al-tijarah yang artinya perdagangan,
perniagaan. Al-tijarah juga bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari
keuntungan. Al-tijarah pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan
hanyabertujuan mencari keuntungan saja tetapi bersifat material sekaligus immaterial.
C. Definisi Islam
Islam adalah agama yag diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW untuk
mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan sesamanya. Islam
merupakan agama yang di ridhoi Allah SWT.
D. Definisi Etika Bisnis Islam
Etika bisnis islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang
benar dan salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan
produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan
perusahaan. Dalam membicarakan etika bisnis islam adalah menyangkut “Bussines
Form” atau “Bussines Person” yang memilki arti bervariasi. Berbisnis berati suatu usaha
yang menguntungkan. Jadi, etika bisnis islam adalah studi tentang seseorang atau
organisasi melakukan usaha ataukontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai nilai-
nilai islam.
E. Nilai Dasar dan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
Beberapa nilai dasar dalam etika bisnis islam yang disarikan dari inti ajaran islam itu
sendiri adalah :
1. Kesatuan (tauhid/unity)
Konsep tauhid yang memadukan kesulurhan aspek-aspek kehidupan muslim baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta
mementingkan konsep konsisttensi dan keteraturan yang menyeluruh.
2. Keseimbangan (equilibrium/adil)
Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat
curang atau berlaku dzalim.
3. Kehendak bebas (free will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis isla, tetapi kebebasan
itu tidak merugikan kepentingan kolektif.
4. Tanggung jawab.
5. Kebenaran, kebajikan, dan kejujuran.
Tugas B

1. Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat, mencari profit, dan mencoba memuaskan keinginan
para konsumen.
2. Bisnis islam adalah aktivitas bisnis ekonomi dengan berbagai bentuk yang tidak ada
batasan dalam hal kepemilikan harta baik itu barang maupun jasa, namun dibatasi dalam
cara memperoleh dan pendayagunaan harta lantaran aturan haram dan halal menurut
islam.
3. Jenis bisnis berdasar tujuannya :
a. Bisnis yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented/profit motive).
Contohnya : CV, PT, Firma, dsb.
b. Bisnis yang tidak berorientasi pada keuntungan atau nirlaba (non profit
oriented/non profit motive). Contohnya : yayasan,organisasi sosial, lembaga
swadaya masyarakat, dsb.
4. Jenis bisnis berdasar kegunaanya :
a. Form utiliy, untuk menghasilkan barang dan jasa.
b. Place utiliy, mendistribusikan atau menyalurkan suatu barang dan jasa.
c. Posesif utility, bisnis dijalankan untuk memenuhi kegunaan pemilikan terhadap
suatu barang atau jasa.
d. Time utility, penyimpanan dan pemasaran dari suatu barang agar saat dikeluarkan
bisa lebih bermanfaat dan bernilai tinggi.
5. Pandangan islam dalam bisnis : bisnis menurut islam adalah suatu yang dihalalkan
bahkan sangat dianjurkan oleh islam. Bisnis bahkan dilakukan oleh Nabi dan Sahabat
Rasulullah pada zaman dahulu. Islam memperbolehkan bisnis asalkan bukan hal-hal yang
mengarah kepada riba, judi, penyediaan produk atau layanan yang mengandung barang-
barang haram. Islam pun mengharapkan agar bisnis yang dilakukan oleh seorang muslim
tidak hanya memiliki keuntungan untuk diri sendiri melainkan memberi manfaat juga
kepada banyak orang.
6. Studi Kelayakan Bisnis yaitu penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan
secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak
ditentukan.
7. Studi Kelayakan Bisnis Islam adalah laporan sistematis penelitian dengan menggunakan
analisis ilmiah mengenai layak atau tidaknya usulan suatu usaha bisnis yang halal
menurut pandangan syariah islam dalam rangka rencana investasi perusahaan.
8. Perbedaan SKB konensional dan islam
a. SKB Konvensional
 Bersumber dari daya pikir manusia, artinya setiap bisnis akan memiliki aturan
dan pedoman yang berbeda-beda sesuai dengan aturan yang telah dibuat atau
disepakati.
 Berfokus untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga
hampir semua bisnis yang dilakukan dianggap halal.
 Tidak didahului oleh akad/perjanjian dalam pelaksanaanya.
 Keuntungan yang didaptkan oleh pelaku bisnis menggunakan sistem suku
bunga, dimana kedua pelaku bisnis belum tentu mendaptkan hak yang sama
atas keuntungan yang didapatkan.
b. SKB Islam :
 Bersumber dari Al-qur’an dan hadits, artinya semua proses yang terjadi dalam
sebuah bisnis harus sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Al-qur’an dan
hadits.
 Pelaku bisnis akan menjalankan suatu bisnisyang diperbolehkan (dihalalkan)
berdasarkan syariah islam dan tidak menjalan bisnis yang dilarang
(diharamkan).
 Selalu didahului oleh akad/perjanjian. Dalam akad tersebut ada unsur yang
harus terpenuhiyaitu sighat (pernyataan) akad, terdiri ijab dan kabul, kedua
belah pihak, dan hal yang diakadkan.
 Keuntungan yang didaptkan oleh kedua pihak menggunakan sistem bagi hasil,
dimana keuntungan yang didapatkan oleh pelaku bisnis sama besarnya
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
9. Manfaat mempelajari Studi Kelayakan Bisnis Islam :
a. Pihak pertama (bagi analisis)
 Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis dalam
menghadapi suatu masalah dan mencari jawabannya.
 Menerapkan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sebelumnya dan
menjadikannya sebagai alat bantu dalam penghitungan/pengukuran, penilaian,
dan pengambilan keputusan.
 Mengerjakan studi kelayakan berarti mempelajari suatu objek bisnis secara
komprehensif.
b. Pihak kedua (bagi masyarakat)
 Calon investor, lebih terkonsentrasi pada spek ekonomis dan keuangan karena
pada aspek inilah mereka dapat menentukan tingkat pengembalian modal,
payback period, aliran kas dan laba rugi.
 Mitra penyerta modal.
 Perbankan.
 Pemerintah.
 Manajemen perusahaan.
 Masyarakat.
10. Perbedaan SKB dan RB
a. SKB : studi yang dilakukan untuk menguji apakah bisnis yang dijalankan layak atau
tidak.
b. RB (Rencana Bisnis) : rencana yang akan dilakukan dalam melaksanakan bisnis
setelah bisnis itu dianggap layak dari studi kelayakan bisnis.
11. Pihak-pihak yang membutuhkan studi kelayakan bisnis :
a. Pihak investor, ketika sebuah SKB dinyatakan layak maka langkah selanjutnya
mencari investor atau penanam modal. Sebelum pihak investor menyetujui untuk
menanmkan modal pada bisnis tersebut, pihak investor akan mempelajari laporan
SKB yang diajukan.
b. Pihak kreditor, pihak yang akan dipinjami modal. Semisal yang akan dipinjami modal
adalah bank, maka bank tersebut berhak meninjau ulang SKB yang telah dibuat untuk
bahan pertimbangan.
c. Pihak manajemen perusahaan, memerlukan laporan SKB ketika SKB dilakukan oleh
pihak eksternal. Sebagai project leader dan tempat dijadikan proyek, tentu pihak ini
memerlukan SKB dari proyek bisnis tersebut.
d. Pihak pemerintah dan masyarakat, bagaimanapun juga pihak ini memerlukan SKB
karena secara langsung atau tidak langsungkebijakan pemerintah akan mempengaruhi
kebijakan perusahaan.
e. Tujuan pembangunan ekonomi, SKB juga perlu menganalisis biaya dan manfaat yang
akan ditimbulkan perusahaan terhadap pembangunan perekonomian nasional.
12. Langkah—langkah dalam menyusun SKBI :
a. Pengumpulan data dan informasi, yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
b. Melakukan pengolahan data, dengan metode-metode yang lazim digunakan kemudian
dicek ulang untuk memastikan kebenarannya.
c. Analisis data, untuk menentukan kriteria kelayakan agar bisa digunakan secara umum
dari seluruh aspek.
d. Mengambil keputusan, terhadap hasil analisis yang dilakukan. Jika layak maka dapat
direkomendasikan jika tidak maka sebaiknya dibatalkan.
e. Memberikan rekomendasi, merekomendasikan kepada pihak-pihak yang berwenang.
Sebaiknya disertai saran-saran, perbaikan yang dibutuhkan dan kelengkapan
dokumentasi.
13. Aspek-aspek yang perlu dikaji pada SKBI :
a. Aspek hukum : aspek yang pasti diteliti ketika studi kelayakan, hal ini menyangkut
pada semua hal yang berhubungan dengan legalitas atau ketentuan hukum dalam
mendirikan perusahaan.
b. Aspek syariah/halal : melihat apakah proses usaha, pengelolaan dan juga keuangan
menggunakan standar kehalalan secara islam.
c. Aspek pasar dan pemasaran : analisis yang dilakukan pada aspek ini akan menjawab
pertanyaan apakah produk yang dihasilkan memiliki peluang pasar.
d. Aspek keuangan : bagi sebagian bisnis, modal adalah hal utama yang harus dimiliki
sebelum membangun sebuah bisnis. Proses penganggaran adalah hal yang harus
dilakukan jika ingin melakukan perencanaan bisnis yang matang.
e. Aspek teknis/operasi : proses pembangunan suatu perusahaan secara teknis dan
pengoperasiannya setelah perusahaan dibangun.
f. Aspek manajemen : aspek ini berkaitan erat dengan operasional perusahaan baik itu
pembangunan maupun pengembangan.
g. Aspek sosial/ekonomi : untuk mengetahui pengaruh yang akan terjadi dengan adanya
perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan dan bidang
sosial masyarakat.
h. Aspek AMDAL : analisis yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang mungkin
ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif atau positif.
14. Ilmu-ilmu yang erat kaitannya dengan SKBI :
a. Hukum bisnis.
b. Sosiologi dan lingkungan.
c. Manajemen pemasaran.
d. Manajemen operasional.
e. Manajemen sumber daya manusia,
f. Manajemen keuangan dan akuntansi.
g. Metodologi penelitian, statistika, dan komputer.
15. Kapan pelaku bisnis perlu melakukan SKB : studi kelayakan bisnis biasanya dilakukan
ketika seorang pelaku bisnis harus membuat keputusan penting mengenai kelanjutan
usaha bisnis mereka. Keputusan tersebut didasari oleh beberapa kondisi yang bervariasi,
seperti perubahan lokasi bisnis, pembelian peraltan atau perangkat lunak baru,
mengakuisisi perusahaan lain, atau merekrut karyawan tambahan. Tetapi studi kelayakn
bisnis dilakukan bagi mereka yang sedang ingin meluncurkan bisnis baru.
16. Jenis bisnis yang saya minati dan menarik untuk membuat SKBI nya : bisnis kuliner
(makanan).

Anda mungkin juga menyukai