Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN LABA

(EARNING MANAGEMENT)
14 December 2016

Praktek Manajemen Laba


Laporan Keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan
bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang
dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter penting dalam laporan
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan
perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu
informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power
perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini
disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba
tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang, yang salah satu bentuknya
adalah earnings management.

Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham


dan debtholders, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka sendiri. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini
seringkali menimbulkan masalah-masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency
problem). Manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya
pemisahan antara pemegang saham dengan manajemen perusahan.

Parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor dari
laporan keuangan adalah laba dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua ukuran kinerja
akuntansi keuangan tersebut, investor dan kreditor harus yakin bahwa ukuran kinerja yang
menjadi fokus perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi
ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan dimasa depan dengan lebih baik. Oleh karena
itu, selain kedua ukuran kinerja tersebut investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan
karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar
perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua
perusahaan.

Corporate governance merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan sebagai suatu alat yang
bisa memecahkan masalah dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban perusahaan modern.
Corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang digunakan untuk membatasi
timbulnya masalah keagenan. Dengan informasi yang dimiliki, pengelola bisa bertindak yang
hanya menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik. Hal ini
mungkin terjadi karena pengelola mempunyai informasi mengenai perusahaan, yang tidak
dimiliki pemilik perusahaan (assymmetric information).

Corporate governance diperlukan untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar


bertindak tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik
perusahaan, atau dengan kata lain untuk menyamakan kepentingan antara pemilik perusahaan
dengan pengelola perusahaan. Kepentingan utama pemilik dana adalah return yang memadai atas
dana yang ditanamkan. Pengelola akan mengutamakan kepentingan pemilik apabila aktivitas
yang dilakukan dan keputusan yang diambil ditujukan untuk meningkatkan nilai perusahaan, hal
ini berarti juga akan meningkatkan kekayaan pemilik.

Good Corporate Governance secara difinitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
pemegang saham. Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate
governance ini, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara
konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Prinsip good corporate
governance yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa
kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental
perusahaan.

Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan
khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba:
1. perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utulitasnya dalam kompensasi,
kontrak, dan kos politik.
2. perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua
yang terlibat dalam kontrak.
Earnings management sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Earnings management terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi
yang mengubah laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang
kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang
mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan.

PENGERTIAN MANAJEMEN LABA MENURUT


AHLI
1. Pengertian manajemen labamenurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk. (2006)
yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu
dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat
(sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
2. Pengertian manajemen laba  menurut Assih dan Gudono (2000) manajemen labaadalah
suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting
Principles (GAAP)  untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.
3. Pengertian manajemen laba  menurut Fischer dan Rozenzwig (1995) manajemen
labaadalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit
yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau
penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
4. Pengertian manajemen laba  menurut Healy dan Wallen (1999) manajemen laba terjadi
ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi
untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholderstentang kinerja
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang
tergantung pada angka akuntansi.
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan.
Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak
selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu
dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong
dikaitkan dengan  pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen
untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba,
menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang
cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya (Ashari dkk,
1994 dalam Assih, 2004).
Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi:
minimalisasi biaya politik (political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan manager
(manager wealth maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing
cost). Berbagai bentuk manajemen laba seperti taking a bath, perataan laba (income smoothing),
maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan
memanfaatkan peluang yang ada dalam standar akuntansi seperti penerapan kebijakan akuntansi
atau pemilihan metode akuntansi yang digunakan. Adanya kemungkinan manipulasi ini karena
adanya fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP dan karena sulit untuk menekankan pelaporan
keuangan yang fleksibel.
MANAJEMEN LABA
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan
atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka
panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen
laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru
kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan
membahayakan perusahaan.

Definisi earnings management menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit. Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings.
2. Definisi luas. Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab,
tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit
tersebut.
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan
keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba
terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan
transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang
tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan
kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA MANAJEMEN LABA


Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktek manajemen laba yaitu:

1. Manajemen Akrual (accruals management). Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala
aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi
merupakan wewenang dari para manajer (managers discretion).
2. Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib. Faktor ini berkaitan dengan
keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan
oleh perusahaan yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.
3. Perubahan Aktiva Secara Sukarela. Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer
untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode
yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (Generally
Accepted Accounting Principles).
MOTIVASI MANAJEMEN LABA
Faktor-faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba adalah
sebagai berikut:

1. Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan


perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk
memaksimalkan bonus mereka.
2. Kontrak Hutang Jangka Panjang. Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggan hutang,
manajemen akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba
periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
perusahaan mengalami technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).
3. Motivasi Politis (political motivation). Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup
orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya
dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode
kemakmuran tinggi.
4. Motivasi Pajak (taxation motivation). Salah satu insentif yang dapat memicu manajer
untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak
yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk
mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer). Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu
penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan
melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
6. IPO (Initial Public Offering). Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya
dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan
nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan
sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen
perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh
harga lebih tinggi atas sahamnya.
POLA MANAJEMEN LABA
Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:

1. Taking a Bath. Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk
adanya pergantian CEO baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan
melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat
dilimpahkan kepada manajer lama.
2. Income Minimization. Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini
dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan
datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode
sebelumnya.
3. Income Maximization. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang
besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing. Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor
lebih menyukai laba yang relatif stabil.
KAJIAN PENELITIAN
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP REAKSI PASAR (STUDI PADA
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO PERIODE 2009-2010)
 

Berdasarkan hasil analisis pola manajemen laba yang dilakukan terhadap perusahaan yang
melakukan IPO periode tahun 2009-2010, terdapat 17 perusahaan yang melakukan manajemen
laba dengan pola income maximization atau pola dengan menaikkan laba lebih
tinggi dari periode sebelumnya hal ini dapat diketahui dengan nilai DAC yang positif, dan
sisanya sebanyak 10 perusahaan melakukan manajemen laba dengan pola income
minimization atau menurunkan laba dari periode sebelumnya atau dengan koofisien DAC
negatif.
Berdasarkan analisis reaksi pasar yang ditunjukkan dengan nilai averageabnormal return dengan
menggunakan pendekatan market adjusted model sebanyak 17 perusahaan memiliki nilai rata-
rata abnormal return yang negatif, dan sisanya sebanyak 10 perusahaan
memiliki nilai abnormal return yang positif. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sebagian besar
harga saham perusahaan yang melakukan IPO periode 2009-2010 mengalami penurunan dalam
10 hari penjualan pertamanya. Dari hasil pengolahan statistik diperoleh nilai t sebesar -0,176.
Tabel menunjukkan bahwa nilai thitung berada dalam daerah penerimaan H0 atau thitung< ttabel
dimana -0,176< 2,060. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara manajemen laba terhadap reaksi pasar.
Apabila dilihat dari nilai koefisien regresi yang negatif maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen laba berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap reaksi pasar.
Sumber :

Ilmuakuntansi.web.id

http://www.kesimpulan.com/2009/04/praktek-manajemen-laba.html
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/14271/resume/pengaruh-manajemen-
laba-terhadap-reaksi-pasar-studi-pada-perusahaan-yang-melakukan-ipo-periode-2009-2010-.pdf
A.  Definisi Rekayasa Laba

Ketika mendengar kata rekayasa, maka yang akan terlintas dalam pikiran setiap orang pasti sesuatu yang
negatif. Memang benar seperti itu, lantas mengapa masih tetap dilakukan? Secara lebih jelasnya silakan
tanyakan para pelakunya yang biasanya adalah para manajer. Tapi, sebelum membuat kesimpulan,
alangkah bijaknya jika kita memahami terlebih dahulu apa itu rekayasa laba & apa yang dimaksud
dengan praktik rekayasa laba dalam akuntansi. Berdasarkan makna per katanya, menurut penulis
pengertian rekayasa laba memiliki dua arti. 

Pertama, rekayasa laba merupakan penerapan kaidah – kaidah ilmu dalam menentukan laba yang akan
dilaporkan dalam laporan keuangan. Menurut Levitt (1998) rekayasa laba merupakan sebuah trik
akuntansi di mana flesibilitas dalam penyusunan laporan keuangan digunakan atau dimanfaatkan oleh
manajer yang berusaha untuk memenuhi target pendapatan. 

Maksudnya dalam rekayasa laba ini, pihak manajer sebagai pembuat keputusan dan akuntan sebagai
yang mencatat diberikan fleksibilitas dalam menentukan angka laba yang dicatat dengan menggunakan
metode atau cara yang tidak melanggar aturan yang berlaku, seperti misalnya jika diinginkan laba yang
lebih besar maka biasanya akuntan akan menggunakan metode LIFO dalam pencatatan persediaannya
sedangkan jika ingin laba yang kecil maka biasanya akuntan menggunakan sistim pencatatan persediaan
dengan metode FIFO. 

Kedua,  rekayasa laba merupakan rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan pihak lain dan
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok terkait penyajian angka keuntungan dalam laporan
keuangan. Pengertian kedua inilah yang sering tafsirkan oleh masyarakat pada umumnya sehingga
ketika mendengar kata “rekayasa” langsung timbul pikiran yang negatif dan curiga. 

Contohnya pihak manajer memerintahkan untuk menunda atau tidak mencatatkan beberapa
pengeluaran dalam periode ini sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan terlihat lebih besar.
Rekayasa yang seperti ini tentunya berdampak negatif terhadap kualitas laba karena dapat mendistorsi
informasi keuangan perusahaan.

Secara singkat dan umum, hal – hal menjadi dasar penyebab para manajer melakukan rekayasa laba
adalah adanya bonus. Tugas seorang manajer adalah mengelola perusahaan, termasuk didalamnya
mengelola keuangan perusahaan. 
Kinerja dari seorang manajer umumnya diukur dari seberapa besar keuntungan yang mampu dicetak.
Apakah akan capai target yang ditetapkan atau tidak. Ketika capai target, maka manajer pun akan
memperoleh bonus. Di sisi lain terkadang tidak mudah mengelola perusahaan untuk mencapai target
yang telah ditetapkan, maka disinilah mulai muncul niat manajer untuk melakukan segala cara agar
dapat mencapai target dan memperoleh bonus yang besar.

B.  Klasifikasi Rekayasa Laba

Dalam praktiknya, rekayasa laba diklasifikasi menjadi 2 yaitu operation manipulations  dan accounting


manipulations. Operation manipulations  berkaitan dengan usaha untuk mengubah keputusan
operasional yang mempengaruhi aliran dana dan pendapatan bersih perusahaan pada suatu periode.
Berikut beberapa contohnya :

1. Menunda pengeluaran yang tidak penting agar perusahaan dapat memenuhi target laba tahun sekarang.

2. Memasukan pengeluaran yang sebelumnya direncakan untuk tahun depan ke tahun sekarang karena
laba tahun sekarang telah melebihi target.

3.  Menunda pengeluaran bulan februari dan maret ke bulan april untuk memenuhi target laba per kuartal.

4. Produksi barang dengan cara lembur untuk sebisa mungkin mengirim produk sebelum akhir tahun.

5.   Menjual aset yang berlebih untuk memperoleh laba tambahan.

Sedangkan accounting manipulations merupakan penggunaan fleksibilitas    


dalam metode akuntansi untuk merubah besarnya laba. Berikut beberapa contohnya :

1. Tidak melakukan pencatatan pembelian barang yang diterima dalam bulan desember hingga bulan
februari tahun depan misal karena penggunaan cash basis,  dalam contoh kasus kali ini pengeluaran baru
akan dicatat ketika perusahaan menerima kas.

2.  Bila laba tahun ini telah melebihi target, manajer memutuskan untuk membayar di muka pengeluaran –
pengeluaran tahun depan dan mencatatnya sebagai pengeluaran tahun ini. Dalam arti beban yang
tadinya akan diakui tahun depan maka di akui di tahun ini sebagai aset lancar yang memiliki nilai
ekonomi yang terus menyusut atau beban yang dibayar dimuka.

3.  Manajer meminta konsultan yang saat ini memberikan jasa konsultasi pada perusahaan, untuk tidak
mengirimkan tagihan atas jasa konsultasinya ke perusahaan sampai tahun depan. Dalam hal ini terkait
dengan pemberian jasa secara tunai dan bukti transaksi. Artinya meskipun suatu transaksi di lakukan
secara tunai, namun tidak ada atau belum ada bukti transaksi yang diserahkan maka pihak akunting
tidak dapat mencatatnya sebab bukti transaksi merupakan dasar terkuat bagi akuntan dalam melakukan
pencatatan.
          

C.  Alasan Rekayasa Laba Secara Spesifik

Secara lebih spesifik dan rapih, ada 4 alasan mengapa para manajer melakukan rekayasa laba, yaitu
sebagai berikut :

1.   Untuk memenuhi target internal atau yang ditetapkan perusahaan.

2. Untuk harapan pihak eksternal atau biasanya investor agar tetap melirik perusahaan tersebut.

3. Untuk melakukan perataan laba (income smoothing) agar terkesan stabil kinerjanya.

4. Agar laporan keuangan seolah – olah tampak baik (window dressing) biasanya demi memikat hati
investor atau kreditur.

Hal penting yang perlu di ingat ialah tidak melanggar aturan yang berlaku tidak menjamin itu baik &
halal. Pintar2 lah memilih & memilah. Semoga materi ini bermanfaat ya, khususnya bermanfaat dalam
iman dan perilaku kita agar tidak menghalalkan segala cara. . . :-)

https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-keuangan-pemahaman-rasio_5.html  
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-keuangan-memahami-analisis.html  
https://kazenime22.blogspot.com/2020/02/akuntansi-keuangan-wesel-tagih-dan.html  
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-keuangan-aktiva-tetap-tak.html    
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-keuangan-pencatatan-return.html    
https://kazenime22.blogspot.com/2019/12/akuntansi-keuangan-analisis-laporan.html      
https://kazenime22.blogspot.com/2019/02/akuntansi-keuangan-rekonsiliasi-bank.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/08/akuntansi-keuangan-metode-persediaan.html 
http://kazenime22.blogspot.com/2019/08/analisis-dan-perspektif-resiko-suku_12.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/12/bisnis-dan-investasi-cara-mudah.html 
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-keuangan-metode-biaya.html

Comments

Anda mungkin juga menyukai