Anda di halaman 1dari 12

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

TEORI-TEORI DALAM AKUNTANSI

OLEH KELOMPOK 4
KELAS : MAKSI 22B

KADEK DIVIARIESTY 1881611028 / Absen: 03


NI WAYAN SEPTIANA CANDRA DEWI 1881611029 / Absen: 04
DESAK PUTU ARY SAGITARINI 1881611032 / Absen: 07
GEDE AGUS WIDIARSANA 1881611042 / Absen: 17

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS UDAYANA
2018
TEORI-TEORI DALAM AKUNTANSI
1. AGENCY THEORY
a. Pengertian
Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya
bertindak terhadap hasil keuangan perusahaan sebagai peningkat investasi, sedangkan agen
diasumsikan sebagai penerima kepuasan yang berupa kompensasi keuangan beserta syarat-
syaratnya. Pengertian agency theory menurut Watts & Zimmerman, (1990) menyatakan
laporan keuangan sebagai angka-angka akuntansi yang diharapkan dapat meminimalkan
konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Manajemen laba pada akuisisi dapat
ditelusuri dari pengembangan agency theory yang mencoba menjelaskan bagaimana pihak-
pihak yang terlibat dalam perusahaan akan bersikap karena pada dasarnya mereka memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Menurut Anthony dan Govindrajan (2005) teori agensi
merupakan suatu hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi
diasumsikan kepentingan dari tiap-tiap individu sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent.
b. Konsep Teori Keagenan
Konsep agency theory sendiri merupakan suatu hubungan antara principal sebagai
pemilik atau pemegang saham dengan manajemen yang bertindak sebagai agen. Principal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama principal,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan
perusahaan. Pengaplikasian agency theory dapat terwujud dalam sebuah kontrak kerja yang
mengatur proporsi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan manfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat
aturan yang mengatur mekanisme bagi hasil, baik berupa keuntungan, return maupun resiko-
resiko yang telah disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja menjadi optimal apabila
dalam pelaksanaan kontrak dapat fairness (mencapai keadilan) antara principal dan agen yang
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif
imbalan khusus yang memuaskan dari principal ke agen.

Eisenhard (1989), menyatakan bahwa teori keagenan dilandasi oleh 3 asumsi yaitu:
1) Asumsi tentang sifat manusia. Asumsi tentang manusia yang memiliki sifat
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
2) Asumsi tentang keorganisasian. Asumsi tentang adanya konflik antar anggota organisasi,
efisiensi sebagai kriteria produktivitas, serta adanya Asymmetric Information (AI) antara
prinsipal dengan agen.
3) Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi yang dipandang sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan.

Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai bargaining position. Principal


sebagai pemilik modal memiliki hak atas akses terhadap informasi internal perusahaan,
sedangkan agen yang bertugas menjalankan operasional perusahaan memiliki informasi
terhadap kegiatan operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen
tidak memiliki wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan dikarenakan pengambilan
keputusan merupakan wewenang dari principal selaku pemilik perusahaan.

c. Agency theory dalam Praktik Akuntansi dan Aplikasinya pada Pengelolaan Perusahaan
Teori keagenan berperanan penting terhadap akuntansi dalam menyediakan informasi
setelah terjadinya suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan. Peranan
tersebut seringkali diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana
seorang agen melaporkan kejadian-kejadian di masa lalu kepada prinsipal. Hal tersebut akan
memberikan akuntansi nilai umpan balik selain nilai prediktifnya. Dalam memotivasi agen
prinsipal perlu merancang suatu kontrak sehingga dapat mengakomodasi kepentingan pihak-
pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak dikatakan efisien apabila memenuhi
faktor berikut :
a. Agen dan pinsipal memiliki informasi dengan kualitas dan jumlah yang sama sehingga
tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi.
b. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya kecil, artinya agen mempunyai
kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Namun pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer
berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai
perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan
sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Akibatnya kontrak efisien tersebut tidak
pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri
informasi.

d. Masalah Keagenan
Menurut Lins (2003) permasalahan keagenan yang terjadi antara pemegang saham
dengan manajer akan menimbulkan biaya keagenan ekuitas. Menurut Jesen dan Meckling
(1976) terdapat tiga macam biaya keagenan, yaitu monitoring oleh prinsipal, biaya bonding
oleh agen, dan residual loss. Biaya monitoring yang dikeluarkan oleh prinsipal bertujuan
untuk membatasi aktivitas agen yang berbeda dengan kepentingan prinsipal, selain itu agen
juga akan mengeluarkan sumber daya (bonding cost) untuk memberikan kepastian pada
prinsipan bahwa agen tidak akan melakukan tindakan yang akan merugikan investor. Masalah
keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang
dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari
perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan
untuk memaksimumkan perusahaan, sehingga nantinya akan menyebabkan biaya keagenan
(agency cost). Hampir mustahil sebuah perusahaan memiliki zero agency cost yang dapat
menjamin manajer dalam mengambil keputusan yang optimal dari
pandangan shareholders akibat adanya perbedaan kepentingan diantara mereka. Terkadang
untuk mencapai kepentingannya, manajemen dapat bertindak menggunakan akuntansi sebagai
alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan kepentingan diantara principal dan agen atau yang
sering disebut Agency Problem, salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric
Information.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) masalahan keagenan dibagi menjadi :

1) Moral Hazard yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal
yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja. Hal ini disebabkan karena adanya
kegiatan agent yang tidak sesuai dengan harapan principle sehingga agent dapat
melakukan manipulasi atau tindakan yang tidak sesuai dengan norma. Moral Hazard
biasanya dilakukan demi keuntungan pribadi bagi agent
2) Adverse Selection yaitu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah
keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah
diperolehnya atau dari kelalaian tugas. Perbedaan informasi yang dimiliki dapat
menimbulkan kerugian pada salah satu pihak yang memiliki informasi sedikit. Misalnya
agent memanipulasi atau menyembunyikan informasi keadaan perusahaan kepada
principle. Akibatnya principle merasa tidak yakin dengan keadaan perusahhan yang
sesungguhnya jika dibandingkan antara informasi yang diberikan agent dengan keadaan
perusahaan yang sebenarnya. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian bagi principle dan
perusahasan.

Jensen dan Meckling (1976) menambahkan pendapatnya mengenai :

1) The monitoring expenditures by the principle merupakan biaya monitoring yang


dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor prilaku agen melalui budget restriction,
compensation policies.
2) The bonding expenditures by the agent dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa
agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau
untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak
tindakan.
3) The residual loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen
setelah adanya agency relationship.
e. Cara Untuk Mengatasi Masalah Keagenan
Pada suatu keadaan yang ekstrim, manajer perusahaan dapat bertindak sepenuhnya
berdasarkan perubahan harga saham sehingga mengakibatkan biaya agen amenjadi rendah
karena manajer memiliki insentif besar untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang
saham, dalam keadaan ini menyewa manajer berbakat di bawah ikatan kontrak dapat
mengakibatkan pendapatan perusahaan akan dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak
berada di bawah kendali manajerial.
Didalam memotivasi manajer dan pemegang saham agar berperilaku untuk memajukan
tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi berupa :
a. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga agen
termotivasi untuk bekerja dengan kepentingan terbaik principal
b. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang
sedangkan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan
para pemegang saham.

Untuk mencegah terjadinya konflik dapat dilakukan beberapa cara berikut :


a. Menyusun standar yang jelas mengenai jabatan fungsional maupun struktural ataupun
posisi tertentu yang dianggap strategis dan kritis serta diiringi dengan sosialisasi dan
implementasi tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal.
b. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan
adil dan terbuka.
c. Akuntabilitas dan transparansi dalam setiap proses bisnis agar memungkinkan monitoring
dari setiap pihak sehingga adanya penyimpangan dapat diketahui dan diberikan sanksi
tanpa kompromi.

2. SIGNALING THEORY
Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal.
Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan
pihak- pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan
tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan
keuangan. Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan
keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan
bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan
kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena
prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.
Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan
perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi
asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang
berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat
menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan
yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan
pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas
atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang
berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan
(agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang
laporan keuangan.

3. TEORI PROPRIETARY/TEORI KEPEMILIKAN


Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen”, perwakilan atau susunan melalui
wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok
pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan
membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:

∑Asset – ∑Liabilities = Owners’ Equities

Pemilik berhak atas aktiva, setelah dikurangi dengan kewajiban. Kekayaan bersih
pemilik dihitung sebesar selisih antara aktiva dengan kewajiban. Konsep teori ini berorientasi
pada pos neraca. Aktiva dinilai dan neraca disajikan untuk mengetahui dan mengukur
perubahan yang terjadi dalam hak dan kekayaan pemilik. Beberapa contoh istilah akuntansi
dan metode pencatatan investasi yang dipengaruhi oleh konsep teori ini adalah dividends per
share, earnings per share, dan equity method. Teori proprietary dapat dianggap memiliki
paling tidak dua bentuk, yang menjadi dasar untuk membedakan siapa yang termasuk dalam
kelompok proprietary yaitu;
a. Bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang merupakan bagian dari kelompok
proprietary dan pemegang saham preferred tidak termasuk di dalamnya. Jadi, deviden
preferen dikurangkan ketika menghitung earnings pemilik. Bentuk kelompok proprietary
yang sempit ini identik dengan konsep ekuitas residual yang dikembangkan Staubus.
Konsisien dengan bentuk teori proprietary ini, net income diperluas dengan
mengurangkan deviden preferen untuk menghasilkan net income kepada ekuitas residual
yang menjadi dasar perhitungan laba per lembar saham.
b. Bentuk kedua, teori proprietary, baik saham biasa dan saham preferen termasuk dalam
ekuitas pemilik. Pandangan yang lebih luas tentang teori ini memfokuskan perhatian pada
bagian ekuitas pemegang saham dalam neraca dan jumlah yang dikreditkan pada semua
pemegang saham dalam laporan income.
4. TEORI ENTITAS
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak
yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik,
merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan
bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Dengan persamaan sebagai berikut:

∑Assets = ∑Equities (including liabilities)


Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset dan terdiri
dari utang dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham adalah pemilik
ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, kontrol risiko,
dan likuidasi. Jadi, income yang diperoleh merupakan properti entitas hingga didistribusikan
sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit bisnis bertanggung jawab untuk
memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut sebagai “berpusat pada income” dan
secara konsekuen berorientasi pada laporan laba rugi.
Peningkatan dalam ekuitas pemegang saham dipertimbangkan sebagai income bagi
pemegang saham hanya jika deviden telah diumumkan. Demikian halnya, laba yang tidak
dibagi (undistributed profit) tetap menjadi milik entitas karena mereka menunjukkan
“corporation’s proprietary equity in itself”. Sebagai catatan bahwa ketaatan yang kaku pada
teori entitas mendikte bahwa pajak penghasilan dan bunga pinjaman dianggap sebagai
distribusi income dan bukan expenses. Akan tetapi keyakinan umum dan interpretasi teori
entitas, adalah bahwa bunga dan pajak penghasilan adalah expenses. Teori entitas merupakan
teori yang paling dapat diterapkan pada perusahaan bisnis bentuk korporat, yang terpisah dan
berbeda dari pemiliknya.
Teori ini berorientasi pada laporan laba rugi (income statement oriented).
Pertanggungjawaban pada pemilik dilakukan dengan cara mengukur pestasi kegiatan dan
prestasi keuangan yang ditunjukkan perusahaan. Dengan demikian, income merupakan
kenaikan equity pemilik atau kenaikan kewajiban perusahaan kepada pemilik. Setelah
dikurangi hak kreditor kenaikan equity pemilik terjadi setelah dividen dikeluarkan dan laba
ditahan tetap dianggap sebagai hak milik perusahaan sampai suatu saat dibagikan. Dalam teori
ini pajak dan bunga pinjaman dianggap sebagai bagian laba untuk pemerintah dan kreditor.
Oleh karena itu, bukan biaya. Beberapa pengaruh teori ini pada pencatatan dan penyajian
akuntansi adalah:
 Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi. Metode ini lebih baik
dalam penentuan pendapatan dari pada FIFO di masa inflasi.
 Penyajian laporan keuangan konsolidasi
 Definisi tentang revenuedan expenses yang lazim sesuai dengan konsep ini

5. Residual Equity Theory


Konsep teori ini sebenarnya merupakan bagian dari entity theory atau bisa juga disebut
sebagi gabungan antara proprietory theory dan entity theory. Yang menjadi pusat perhatian
dari pelaporan akuntansi adalah pemegang saham biasa. Investor saham biasa merupakan
pemilik perusahaan yang sesungguhnya dalam perusahaan perseroan (corporation). Investor
saham biasa memiliki bagian atau hak kepemilikan sisa (residu) atas aktiva perusahaan,
setelah hak kreditor dan pemegang saham preferen dipenuhi. Menurut konsep teori ini,
persamaan akuntansi dirumuskan sebagai berikut:
∑Asset – ∑Specific Equity (including liabilities and preferred stock) = Residual
Equity

Setiap lembar saham biasa akan memberikan pemegang saham hak untuk menentukan perihal
perusahaan (memiliki hak suara), memperoleh bagian atas laba perusahaan (berupa dividen),
membeli lebih dahulu tambahan saham biasa baru yang diterbitkan oleh perusahaan agar
dapat mempertahankan besarnya persentase kepemilikan dalam jumlah yang sama (pre-
emptive right), dan hak untuk mendapatkan sisa klaim (residual claim) setelah klaim kreditor
dan pemegang saham preferen atas aktiva perseroan dipenuhi (pada saat terjadinya likuidasi).
Untuk menarik lebih banyak investor, perusahaan dapat menerbitkan jenis saham tertentu
yang memberikan beberapa hak istimewa kepada pemegangnya. Jenis saham ini dinamakan
saham preferen (preferred stock). Umumnya, pemegang saham preferen memiliki hak
prioritas dibandingkan pemegang saham biasa dalam hal pembagian dividen dan aktiva
perusahaan pada saat likuidasi. Kreditor dan pemegang saham preferen dianggap sebagai
specific equity, beda dengan pemegang saham biasa yang merupakan residual equity. Dengan
memutuskan perhatian pada residual equity, maka penyajian informasi akuntansi untuk
pengambilan keputusan akan menjadi lebih mudah dan terfokus pada kepentingan pemegang
saham biasa semata.

6. Teori Dana / Fund Theory


Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas, tetapi
kelompok aset dan kewajiban dan restriksi terkait, disebut dana, yang mengatur penggunaan
aset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta
kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya.

∑Assets = ∑Restrictions of Assets

Dalam konsep teori ini, unit akuntansi didefinisikan sebagai aktiva (unit dana), di mana
penggunaan atas aktiva ini sifatnya terbatas (tertentu). Kewajiban merupakan suatu pembatas
ekonomi secara hukum terhadap penggunaan aktiva. Konsep teori ini berorientasi pada
laporan sumber dana dan penggunaan dana, yaitu laporan yang menggambarkan dari mana
saja sumber dana diperoleh dan untuk apa saja dana dikeluarkan. Teori dana terutama berguna
untuk pemerintah dan organisasi nirlaba. Rumah sakit, universitas, unit kota dan
pemerintahan, sebagai contoh, dijalankan dalam operasi yang beraneka segi sehingga
memerlukan pemisahan dana. Setiap dana (selfbalanced fund) menghasilkan laporan terpisah
melalui sistem akuntansi yang terpisah dan serangkaian catatan yang memadai. Dana dapat
didefinisi sebagai: entitas fiskal dan akuntansi independen dengan pencatatan serangkaian
akun kas dan atau sumber daya lain yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban,
cadangan, dan ekuitas yang terpisah untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau mencapai
tujuan tertentu sesuai dengan aturan khusus, restriksi (pembatasan), atau limitasi.
Sebagai contoh, berikut ini terdapat delapan dana utama yang direkomendasikan untuk
administrasi keuangan unit pemerintahan yang baik:
 Dana Umum (General Funds) untuk mencatat semua transaksi keuangan yang tidak
layak dicatat dalam dana lain.
 Dana Penerimaan Khusus (Special Revenue Funds) untuk mencatat hasil atas sumber
penerimaan khusus (selain perkiraan khusus) atau untuk mendanai aktivitas tertentu yang
diminta oleh hukum atau aturan administratif.
 Dana Jasa Peminjaman (Debt Service Funds) untuk mencatat pembayaran bunga dan
pokok pinjaman jangka panjang selain iuran khusus (special assessment) dan revenue
bonds.
 Dana Projek Modal (Capital Projects Funds) untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang dan untuk memperoleh fasilitas modal selain yang dibiayai oleh iuran
khusus dan dana perusahaan.
 Dana Perusahaan (Enterprises Funds) untuk mencatat pendanaan jasa bagi masyarakat
umum, di mana sernua atau hampir sernua kos yang termasuk dibayarkan dalam bentuk
beban oleh pemakai jasa.
 Dana Perwalian dan Agen (Trust and Agency Funds) untuk mencatat aset yang dimiliki
unit pemerintahan sebagai bendahara atau agen individual, organisasi swasta, dan unit
organisasi pemerintahan lain.
 Dana Jasa antar Pemerintahan (Intragovermental Service Funds) untuk mencatat
pendanaan aktivitas khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi yang ditunjuk
dalam batas kekuasaan pemerintah.
 Dana luran Khusus (Spedal Assessment Funds) untuk mencatat iuran khusus yang
dipungut guna mendanai perbaikan masyarakat atau jasa yang bermanfaat bagi kekayaan
yang menjadi dasar pemungutan iuran tersebut.
Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunakan dana untuk
aktivitas yang bermacam macam seperti dana pelunasan (sinking funds), akuntansi untuk
kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional, pemisahan
aset dalam aset lancar atau tetap, dan konsolidasi

7. Commander Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi
akuntansi adalah bukan pada pemilik maupun entitas, melainkan pada pihak-pihak yang
memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan pengendalian ekonomi secara efektif
atas sumber daya perusahaan. Penekanan informasi menurut konsep teori ini adalah terletak
pada pertanggungjawaban atau stewardship, dengan kata lain bagaimana pihak-pihak yang
telah diberikan kepercayaan (commander) mengelola sumber daya perusahaan yang
dipercayakan tersebut.

8. Attribution Theory/Teori Atribusi


Teori atribusi merupakan sebuah teori yang mempelajari bagaimana seseorang
mengintepretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Lubis, 2011). Menurut
pencetus teori atribusi Heider (1958), teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan
tentang prilaku seseorang. Dalam teori ini menjelaskan mengenai bagaimana kita
menentukan penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri. Teori ini mengacu pada
bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri itu karena
disebabkan oleh faktor-faktor internal dan dapat pula disebabkan oleh faktor eksternal
(Luthans, 2005). Teori atribusi menjelaskan bahwa terdapat perilaku yang berhubungan
dengan sikap dan karakteristik individu, dengan kata lain kita dapat mengetahui sikap atau
karakteristik orang tersebut dan kita dapat memprediksi perilaku seseorang dalam
menghadapi situasi tertentu dengan hanya melihat perilaku yang ditunjukkan oleh setiap
individu. Penyebab perilaku dalam persepsi sosial dikenal dengan dispositional attributions
dan situational attributions.
Teori atribusi mendefinisikan bagaimana pemahaman dan reaksi seseorang akan
peristiwa yang sedang mereka hadapi. Teori ini juga menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara sikap dengan karakteristik individu, yang nantinya bisa digunakan untuk melihat dan
memprediksi bagaimana sikap dan perilaku seseorang di dalam menghadapi situasi tertentu.
Menilai orang lain berdasarkan sifat-sifat, tujuan atau kemampuan tertentu, mengharuskan
kita untuk membuat atribusi atau kesimpulan tentang mereka. Karena kita tidak memiliki
akses tentang pikiran-pikiran pribadi, motif ataupun perasaan orang lain, maka kita
cenderung membuat atribusi berdasarkan perilaku yang dapat kita amati. Dengan membuat
atribusi seperti itu kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam meramalkan apa yang
diperbuat oleh orang tersebut dikemudian hari (Weiner, 1982).

Anda mungkin juga menyukai