Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah salah satu sumber keuangan yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara dalam menyelenggarakan

pemerintahan. Oleh karena itu partisipasi dan kesadaran dari masyarakat untuk

membayar pajak sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara

dari sektor perpajakan. (Songsong Kenconowati, 2015) Pemerintah memerlukan

dana untuk membiayai pembelanjaan negara yang semakin lama semakin

bertambah besar. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara

adalah laju pertumbuhan ekonomi yang dapat mencerminkan kemampuan

pertambahan pendapatan nasional dari waktu ke waktu (Todaro dan Smith, 2011).

Penerimaan negara tersebut dapat diperoleh dari segenap potensi sumber daya

yang berasal dari dalam negeri tanpa harus bergantung dengan bantuan atau

pinjaman luar negeri. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan negara harus

dibiayai dari pendapatan negara, dalam hal ini yaitu penerimaan pajak.

Melihat begitu besarnya peranan dari sektor pajak, membuat pemerintah

dalam hal ini Dirjen Pajak berupaya untuk meningkatkan penerimaan perpajakan.

Pemerintah berupaya untuk memodernisasi sistem administrasi perpajakan Wajib

Pajak Orang Pribadi. Dimana modernisasi sistem administrasi perpajakan dibuat

secara self assessment system. Maksud dari perubahan sistem perpajakan dari

1
Official Assessment menjadi Self Assessment, memberikan Wajib Pajak akses untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh

pemerintah.

Salah satu teori yang merumuskan pengaruh penggunaan sistem informasi dan

biasanya digunakan untuk menjelaskan penerimaan yang dilakukan oleh

individu untuk menggunakan sistem informasi disebut metode penerimaan

teknologi informasi atau biasa disebut Theory Acceptance Model (TAM). Slemrod

dan Kopczuk (2002) menyatakan bahwa modernisasi administrasi perpajakan ini

akan efektif jika diikuti dengan perancangan dan pelaksanakan hukum pajak

secara konsisten. Ghimire (2006) menyatakan bahwa prosedur pajak perlu dibuat

lebih sederhana dan mudah dalam upaya peningkatan kepatuhan. Diharapkan

dengan memodernisasi sistem administrasi tingkat kapatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi menjadi meningkat dan membentuk suatu negara agar memiliki

perekonomian yang mandiri sehingga mampu dalam membiayai pembangunan

nasional.

Perkembangan administrasi perpajakan saat ini lebih berfokus pada kebutuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi, karena mereka merasa sebagai pihak diatas yang

dibutuhkan aparat pajak, maka sudah sewajarnya mereka menuntut pelayanan dari

petugas pajak (fiskus) yang sebaik-baiknya. (Sasmita, Sentya N Arum, 2006)

Kualitas pelayanan pajak juga dapat mengancam kepatuhan wajib pajak karena

wajib pajak akan menuntut pelayanan pajak yang maksimal jika mereka sudah

2
membayar pajak dengan baik. Pelayanan yang cepat, ramah serta adanya kepastian

hukum dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat didambakan oleh wajib

pajak. lima dimensi kualitas pelayanan fiskus tersebut adalah (1) keandalan

(reliability), yaitu kemampuan untuk melaksanakan layanan yang dijanjikan secara

tepat dan terpercaya, (2) jaminan (assurance), yaitu pengetahuan dan kesopanan

santunan karyawan serta kemampuan organisasi dan karyawannya untuk

menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, (3) responsif (responsiveness), yaitu

kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan dengan cepat kepada

pelanggan, (4) empati (empathy), yaitu kepedulian atau perhatian pribadi yang

diberikan organisasi kepada pelanggannya, dan (5) berwujud (tangibles), yaitu

penampilan fisik, peralatan, personil dan media komunkasi. (Riano Roy

Purnaditya,2015)

Wajib Pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan

cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Hal ini menjadi dasar adanya

perkiraan bahwa pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak untuk melaporkan dan membayar

nilai pajak. Tingginya kepatuhan wajib pajak disebabkan karena pengetahuan yang

baik tentang perpajakan, sehingga mengurangi potensi penggelapan pajak. Hal ini

sejalan dengan Richardson (2006: 91) yang melakukan penelitian terhadap 45 negara

di dunia, diketahui bahwa pendidikan secara umum memiliki hubungan negatif

dengan penggelapan pajak, di mana kecenderungan untuk menghindari pajak akan

berkurang dengan tingkat pendidikan yang lebih baik. Untuk mewujudkan kepatuhan

3
secara sukarela, wajib pajak perlu diberikan sosialisasi secara teratur untuk menambah

pengetahuan wajib pajak (Berhane, 2011).

Menurut Brown dan Mazur dalam Martin (2010), kepatuhan perpajakan adalah

ukuran secara teoritis dengan memperhatikan tiga jenis kepatuhan yakni kepatuhan

pembayaran, penyimpanan, dan kepatuhan pelaporan. Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi dapat dikaitkan dengan sikap Wajib Pajak pada dasarnya teori atribusi yang

relevan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak. Teori

atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu mengamati perilaku seseorang,

mereka mencoba untuk menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau

eksternal (Robbins, 1996). Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dari pemahaman

terhadap semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi

formulir dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan

benar, membayar dan melaporkan pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak diharapkan dapat

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. (Yuli Anita Siregar,2007)

Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas tersebut penelitian ini dilakukan

kembali karena penguji ingin mengetahui kembali bagaimana pengaruh modernisasi

sistem administrasi, pelayan fiskus, dan tingkat pemahaman terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Denpasar Timur

1.2 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah ada pengaruh modernisasi sistem administrasi pajak, pelayanan fiskus

dan tingkat pemahaman Wajib Pajak secara simultan terhadap kepatuhan

wajib pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Denpasar

Timur?

2. Apakah ada pengaruh modernisasi sistem administrasi pajak, pelayanan fiskus

dan tingkat pemahaman Wajib Pajak secara parsial terhadap kepatuhan wajib

pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Denpasar Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakanng dan rumusan masalah yang telah diuraikan di

atas maka tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan,

pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi secara

simultan terhadap kepatuhan wajib pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang

terdaftar di KPP Denpasar Timur.

2. Untuk menganalisis pengaruh modernisasi sistem administrasi pajak,

pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi secara

parsial terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP

Denpasar Timur.

1.4 Kegunaan Penelitian

5
1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman

yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, serta sebagai

referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, menambah

pengetahuan dan pemahaman terhadap pihak-pihak yang berkepentingan

mengenai pengaruh modernisasi sistem administrasi pajak, tingkat pelayanan

fiskus dan tingkat pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi.

Anda mungkin juga menyukai