TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dilema bisnis
2. Otonomi divisional,
3. Akuntansi pertanggungjawaban.
7. Jaringan pertanggungjawaban.
9. Pusat pendapatan
PENDAHULUAN
Organisasi merupakan suatu aktivitas bisnis yang menyediakan jasa maupun melakukan produksi yang
dijalankan oleh sekelompok orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan
organisasi, orang-orang yang terlibat dalam organisasi memiliki banyak ide, pengetahuan, dan
kepentingan yang berbeda-beda. Akan tetapi, hal terpenting dari semua itu dan perbedaan kepentingan
tersebut adalah bagaimana agar semuanya sesuai dengan pencapaian visi dan misi organisasi. Oleh
karena itu, sistem pengendalian yang baik diperlukan untuk memperkecil bentuk kepentingan tersebut
agar selaras dengan tujuan dan kepentingan organisasi. Sebagai usaha untuk mempermudah dalam
memahami isi topik ini maka terlebih dahulu diuraikan dilema bisnis sebagai berikut.
A. DILEMA BISNIS
PT Kertas Karton didirikan pada tahun 1983 adalah produsen karton dan papan kertas yang cukup
mapan, di mana sebagian besar produknya dijual dalam bentuk kemasan untuk produk konsumen.
Perusahaan tersebut mempunyai reputasi yang baik dalam hal kualitas produk dan layanan pelanggan.
Industri papan kertas dan karton ditandai dengan persaingan ketat karena potensi kapasitas berlebih
yang mungkin terjadi di semua pabrik. Oleh karena adanya kapasitas yang berlebih ini, kompetisi untuk
pemesanan dalam jumlah besar menjadi tajam, dan pemotongan harga menjadi hal yang umum.
Pabrik karton tersebut memiliki 10 departemen produksi. Setiap departemen terdiri atas sebuah mesin
cetak dan peralatan sejenis, serta dipimpin oleh seorang kepala departemen. Selain itu, terdapat lima
departemen jasa yang menjalankan fungsi seperti gambar
B. OTONOMI DIVISIONAL
Organisasi saat ini membutuhkan fleksibilitas, inovasi, dan kreativitas. Dengan demikian, menjadi
semakin penting bagi manajemen puncak untuk memutuskan tingkat otonomi.
Vancil (1979) mengembangkan desain alat yang membantu manajemen untuk mengomunikasikan
tingkat otonomi yang diinginkan. Alat ini membantu manajemen dalam merancang struktur dan proses
untuk mencapai tingkat otonomi yang sesuai. Dalam konteks ini, penting untuk mendiskusikan variabel
yang memengaruhi otonomi dalam sebuah organisasi. Variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
C. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) menurut Hansen dan Mowen (2006) adalah
sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawabannya.
D. SASARAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
Adapun sasaran akuntansi pertanggungjawaban untuk manajemen dapat dijelaskan dengan beberapa
cara sebagai berikut.
1. KEMUDAHAN IDENTIFIKASI
2. KEUNTUNGAN MOTIVASIONAL
3. KETERSEDIAAN DATA
4. KESIAPAN INFORMASI
1. Untuk menentukan kontribusi divisi sebagai sub-unit, dibuat untuk keseluruhan organisasi.
3. Untuk memotivasi manajer divisi untuk mengoperasikan divisinya dengan cara yang konsisten dengan
dasar tujuan organisasi secara keseluruhan
G. JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat dikendalikan dan
masalahnya hanya terletak pada penetapan titik pengendaliannya. Untuk tujuan ini, struktur organisasi
perusahaan dibagi ke dalam jaringan pusat pertanggungjawaban secara individual.
Untuk memastikan jaringan tanggung jawab dan akuntabilitas berfungsi dengan mulus
Untuk menciptakan struktur jaringan pertanggungjawaban yang efisien, tanggung jawab dan lingkup
wewenang untuk setiap individu dari eksekutif puncak sampai ke karyawan pada tingkat paling rendah
harus didefinisikan secara logis dan jelas.
Harus mengandung kesesuaian yang sempurna antara tanggung jawab dan wewenang dalam semua
tingkatan.
Pusat pertanggungjawaban tersebut dapat berupa pusat pendapatan (revenue center), pusat biaya (cost
center), pusat laba (profit center), atau pusat investasi (investment center). Jumlah dan jenisnya akan
bergantung pada ukuran perusahaan, struktur organisasi, preferensi manajemen puncak, serta gaya
kepemimpinannya
I. PUSAT PENDAPATAN
Pusat pendapatan adalah organisasi pemasaran yang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap laba.
Dalam organisasi fungsional, departemen pemasaran merupakan pusat pendapatan. Dalam organisasi
divisi, bagian pemasaran divisi juga merupakan pusat pendapatan. Setiap pusat pendapatan juga
merupakan pusat biaya karena sebenarnya mereka mengeluarkan biaya untuk terciptanya pendapatan.
J. PUSAT BIAYA
Pusat biaya merupakan bidang tanggung Jawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan
suatu jasa. Secara umum, pusat biaya dapat dibedakan menjadi pusat biaya teknik atau pusat biaya
standar dan pusat biaya kebijakan.
K. PUSAT LABA
Pusat laba adalah segmen di mana manajer memiliki kendali atas pendapatan maupun biaya.
UNIT FUNGSIONAL
PEMASARAN
MANUFAKTUR
UNIT PENDUKUNG JASA
ORGANISASI LAINNYA
L. PUSAT INVESTASI
Manajer pusat Investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aset serta pengendalian atas
pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai margin kontribusi dan target laba
tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aset.
Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat
imbal hasil atas aset (return on assets-ROA), rasio perputaran, dan laba residual. .
Tujuan pengukuran pusat Investasi hampir sama dengan tujuan pengukuran pusat laba, yaitu:
1. Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang
digunakan manajer divisi dan memotivasi manajer untuk melakukan keputusan yang tepat.
4. Sedangkan informasi atas dasar pusat investasi dapat memotivasi manajer divisi untuk:
a. Menghasilkan laba yang memadai dengan keleluasaan untuk mengambil keputusan tentang sumber
ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan
b. mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan imbal hasil
yang memadai
c. Mengambil keputusan untuk melepas investasi yang tidak memberikan imbal hasil yang memadai.
ASET LEASING
FASILITAS MENGANGGUR
BIAYA MODAL
Pendekatan yang digunakan dalam mendesain struktur organisasi dan dalam membebankan tanggung
jawab bervariasi dari perusahaan ke perusahaan bergantung pada pilihan manajemen puncak dan gaya
kepemimpinan.
Berbagal pendekatan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai struktur vertikal atau horizontal
STRUKTUR VERTIKAL
STRUKTUR HORIZONTAL
PEMILIHAN STRUKTUR
N. MENETAPKAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pada tahun 1956, komite konsep dan standar biaya dari American Accounting Association (AAA)
menerbitkan beberapa pedoman, tetapi sekaligus memperingatkan bahwa penerapannya harus disertai
dengan penilaian dan akal sehat yang baik. AAA merekomendasikan hal-hal sebagai berikut
1.Orang dengan wewenang atas akuisisi atau penggunaan barang dan jasa sebaiknya dibebankan
dengan biaya dari barang dan jasa tersebut.
2. Orang yang secara signifikan dapat memengaruhi jumlah biaya melalui tindakannya dapat dibebankan
dengan biaya tersebut.
3. Orang yang tidak dapat memengaruhi jumlah biaya secara signifikan melalui tindakan langsung, maka
dapat dibebankan dengan elemen yang diinginkan manajemen agar orang tersebut memperhatikannya.
Dengan demikian, ia akan membantu memengaruhi orang lain yang bertanggung jawab.
ANGGARAN PERTANGGUNGJAWABAN
AKUMULASI DATA
PELAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
Perencanaan pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan didasarkan pada beberapa
asumsi yang berkenaan dengan operasi dan perilaku manusia, meliputi:
4. Manajer dan bawahannya rela menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang dibebankannya
melalui hierarki organisasi.
1.Klasifikasi biaya.
3. Keterlambatan pelaporan.
4. Overloading informasi.
KESIMPULAN
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian akuntansi yang lebih memfokuskan diti
pada aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas pekerjaan, bagian atau segmen
tertentu. Tidak hanya hal itu, akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek keperitakuan dan
anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban dapat dipandang sabaga
alat pengendalian organisasi. Masing-masing individu, kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan
kinerjanya dari laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspek
keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansi pertanggungjawaban
Permasalahan yang terkait keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius
bagi individu dan organisasi Perilaku menyimpang dari yang apa diharapkan, rendahnya motivasi, dan
tidak layaknya manajer pusat pertanggungjawaban adalah contoh dari dampak yang dihasilkan akibat
gagalnya pusat pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek keperilakuan secara tepat Dengan
demikian aspek keperilakuan menjadi aspek penting lain selain