Anda di halaman 1dari 4

Teori Kontrak dan Konflik Kepentingan pada Kasus Jouska

Jouska yang merupakan perusahaan penyedia jasa perencanaan keuangan dianggap telah
merugikan kliennya karena mengendalikan dana kelolaan investasi kliennya dimana posisi
Jouska serharusnya hanya sebagai penyedia jasa perencanaan keuangan bukan menjadi manajer
investasi. Berkaitan dengan ijin resmi Jouska diperoleh melalui dokumen pada Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan HAM, diinformasikan Jouska
disahkan pada tgl. 16-03-2018 dengan SK Pengesahan AHU-0014429.AH.01.01. bergerak di
bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan industri pengolahan bukan sebagai perusahaan
perencanaan keuangan seperti yang tercantum pada situs resminya.
Pemberitaan yang muncul beberapa bulan dimulai pada Bulan Juli ini yang menyebutkan
bahwa Jouska diberitakan buruk dikarenakan masalah penempatan dana yang merugikan klien.
Seharusnya perencana keuangan hanya berperan untuk memberikan nasihat atau edukasi terkait
pemilihan instrumen investasi, namun dalam pemberitaan media Jouska diduga mengelola dana
nasabah yang pada akhirnya nasabah merasa dirugikan. Sejumlah klien Jouska melaporkan
kerugian atas investasi saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) yang dibeli oleh Jouska
dengan mengelola langsung akun RDI (Rekening Dana Investor) nasabah pada broker PT Phillip
Sekuritas Indonesia.
Adapun kronologi permasalahan terkait Jouska adalah sebagai berikut:
1) Jouska meminta klien untuk menandatangani kontrak dengan PT Amarta Investa dan PT
Mahesa Strategies Indonesia (keduanya dikenalkan oleh Jouska sebagai Manajer
Investasi) namun komunikasi klien dengan Manajer Investasi tersebut melalui Jouska.
Ketika diketahui, ternyata perusahaan tersebut masih satu pemilik dengan Jouska yaitu
Aakar Abyasa dimana di dua perusahaan itu bertindak sebagai komisaris dan ijin manajer
investasi kedua perusahaan tersebut tidak terdapat di OJK sehingga kedua perusahaan
tersebut dapat dikatakan tidak memiliki ijin operasi sebagai Manajer Investasi dan illegal;
2) Jouska dapat mengakses dan melakukan transaksi di Rekening Dana Investor (RDI)
klien. Jouska dapat mengakses RDI klien dan bisa melakukan transaksi pembelian dan
penjualan saham dan klien diberitahu setelah transaksi tersebut dilaksanakan
3) Jouska melakukan pembelian saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) melalui
perantara efek PT Philip Sekuritas Indonesia. LUCK bergerak dalam usaha solusi
percetakan dan dokumen serta penjualan produk teknologi informasi dimana produk
berupa alat elektronik perangkat lunak dan perangkat keras. Hampir semua klien Jouska
menyampaikan bahwa dana mereka digunakan Jouska untuk membeli saham LUCK.
Tidak diketahui hubungan antara Jouska dan LUCK
4) Saham LUCK mengalami penurunan harga cukup drastis (harga awal IPO Rp428,00 pada
bulan November 2018) dimana pada bulan Juli 2019, saham LUCK berkisar antara
Rp1.900,00 - Rp2.020,00 dan setelah itu terus mengalami penurunan pada Desember
2019 menjadi Rp400,00 dan per September 2020 di kisaran harga antara Rp184,00 -
Rp226,00. Karena penurunan nilai saham ini menyebabkan banyak klien mengalami
kerugian cukup besar
5) Berdasarkan salah satu keterangan klien Jouska menjelaskan bahwa klien tersebut tidak
dapat mengintervensi keputusan Jouska termasuk alokasi investasi dalam berbagai saham
serta tanpa konfirmasi ke klien. Ketika klien tersebut meminta dilakukan penjualan
saham LUCK, adviser Jouska mengatakan saham tersebut jangan dijual dulu
6) Kasus ditangani oleh Satgas Waspada Investasi (SWI) bersama 13 Kementrian/ Lembaga
terkait karena Jouska tidak memiliki izin sebagai Manajer Investasi sehingga tidak berada
dalam pengawasan OJK.
Terkait peristiwa Jouska dengan kliennya ini dapat dilakukan analisis terkait dengan adanya
pelanggaran atas teori kontrak dimana terdapat pihak- pihak yang dirugikan (agen) dirugikan
karena tidak memberikan informasi yang sejelas-jelasnya terkait hak dan kewajiban masing-
masing pihak dan terkesan memiliki informasi asimetris yang menguntungkan pihak Jouska
(prinsipal) dan kemungkinan terdapat pelanggaran dengan melakukan tindakan yang berujung
kepada konflik kepentingan (perceived conflict of interest).
Jika dikembalikan ke Jouska sebagai perusahaan perencanaan keuangan maka memiliki tugas
membantu klien dalam melakukan perencanaan dan edukasi mengenai keuangan. Akan tetapi
dalam kegiatan operasionalnya Jouska selain sebagai perusahaan perencanaan juga bertindak
sebagai manajer investasi dan menjadi penasihat investasi dengan mendapatkan imbalan dengan
menempatkan dana pada saham tertentu dalam hal ini LUCK.
Beberapa tindakan yang dilakukan oleh Jouska terkait tugasnya sebagai perusahaan
perencanaan keuangan yang tidak sesuai dengan standar praktik perencanaan keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Tidak diperkenankan mengelola uang klien atau melakukan transaksi jual beli portfolio
klien meskipun dengan kuasa yang telah diberikan oleh klien. Untuk dapat mengelola
uang klien atau melakukan transaksi jual beli, dibutuhkan lisensi Wakil Manajer Investasi
(WMI) dan Wakil Perantara Pedagang Efek (WPE) serta bekerja di perusahaan efek
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
2) Perencana keuangan yang bekerja di perusahaan efek tidak dapat mendeklarasikan
dirinya sebagai independen
3) Tidak memiliki keterikatan atau tidak terafiliasi dengan institusi atau produk keuangan
manapun. Apabila perencana keuangan atau perusahaan memiliki afiliasi maka wajib
menginformasikan kepada klien perihal hal ini karena ada kemungkinan terdapat konflik
kepentingan
4) Jika perencana keuangan atau perusahaan menerima uang dalam bentuk
komisi/fee/lainnya dari sebuah institusi atau dari hasil penjualan produk keuangan maka
wajib diinformasikan ke klien karena adanya kemungkinan terdapat benturan
kepentingan
5) Perencana keuangan harus penuh kehati-hatian ketika melakukan perencanaan keuangan
dan harus menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan lainnya
6) Setiap perencanaan harus sesuai dengan profil resiko, tujuan keuangan dan jangka waktu
pencapaian. Setiap klien memiliki profil resiko yang berbeda sehingga belum tentu semua
klien berinvestasi pada produk keuangan yang sama. Tidak boleh menjanjikan hasil
investasi yang pasti kepada klien.

Terkait hal tersebut maka Jouska sebagai perusahaan perencanaan keuangan


mengindikasikan bahwa Jouska juga melakukan kegiatan sebagai manajer investasi. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan PT Mahesa Strategis Indonesia dan PT
Amarta Investa Indonesia. Menurut Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portfolio efek untuk
para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika hal tersebut benar adanya maka
Jouska berpotensi melanggar hukum pidana. Untuk dapat mengelola dana nasabah seorang
perencana keuangan membutuhkan lisensi khusus, yakni WMI dan WPPE. Selain itu orang
tersebut harus bekerja di salah satu perusahaan sekuritas.
Berdasarkan penelusuran lebih lanjut setelah kasus ini dilaporkan kepada SWI ditemukan
bahwa Jouska hanya memiliki izin usaha jasa pendidikan lainnya, dimana jenis izin tersebut
untuk usaha pendidikan seperti kursus.
Selain itu dari kasus ini juga terdapat unsur moral hazard dalam bentuk organizational
misconduct dimana terjadi pembohongan publik terhadap nasabah dan stakeholders dimana
Jouska bukan merupakan manajer investasi dan bukan perusahaan sekuritas yang berdasarkan
peraturan perundangan harus memiliki izin untuk mengelola dana nasabah. Selain itu OJK juga
menegaskan bahwa Jouska bukan merupakan lembaga keuangan yang terdaftar di OJK dan tidak
memiliki izin untuk mengelola dana nasabah/ klien.
Jouska juga diduga tidak hanya mengejar fee atau komisi melainkan juga insider trading atas
pengelolaan dana klien dengan penempatan saham LUCK. Insider Trading adalah transaksi jual
beli saham yang dilakukan dengan dasar informasi atau fakta material yang telah diketahuinya
terlebih dahulu sebelum informasi tersebut diinformasikan kepada publik, dengan tujuan
memperoleh keuntungan di pasar modal. Konflik kepentingan juga muncul karena terdapat
perbedaan informasi yang disampaikan kepada klien dari sisi portofolio dan kemungkinan
terdapat kepentingan yang bukan merupakan kepentingan untuk klien yang menjadi nasabah dari
Jouska.

Kesimpulan
Beberapa pelanggaran yang dilakukan jouska sebagai perusahaan penasehat keuangan yang tidak
sesuai dengan contract theory adalah jouska tidak memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam kontrak investasi, adanya pembohongan
publik yang dilakukan jouska terhadap nasabah dan stakeholders dimana Jouska juga berperan
sebagai manager investasi dan mengelola dana nasabah secara langsung dengan memberikan
informasi yang berbeda kepada klien dari sisi portofolio perusahaan manager investasi.
Sedangkan pelanggaran jouska terkait conflict of interest adalah jouska telah memberikan
informasi asimetris yang menguntungkan pihaknya dengan cara meminta klien menandatangani
kerjasama dengan dua perusahaan manager investasi serta membatasi komunikasi klien dengan
manager investasi dimana hanya dilakukan melalui perantara jouska sehingga client tidak
diberitahu jika dua perusahaan manager investasi tersebut masih terafiliasi dengan jouska. Selain
itu pembelian atas saham-saham menggunakan dana klien juga diinformasikan oleh pihak jouska
ke agen setelah transaksi pembelian selesai dilakukan.

REFERENSI :
 Berterns, K. 2009. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
 Thomas, Vincent Fabian. Janggalnya Jouska, yang Dikelola Perencana Keuangan Ilegal.
[internet]. [dikutip pada tanggal 8 November 2020]. Dapat diakses pada
https://tirto.id/janggalnya-jouska-yang-dikelola-perencana-keuanganilegal-fTGa.
 Thomas, Vincent Fabian. Kejanggalan Jouska, Pakai MI Ilegal & Pilih Saham yang Bikin
Rugi. [internet]. [dikutip pada tanggal 8 November 2020]. Dapat diakses pada
https://tirto.id/kejanggalan-jouska-pakai-mi-ilegal-pilih-saham- yang-bikin-rugi-fTGk.
 Thomas, VinFabian V. Jouska, Amarta, dan Mahesa di Bawah Kendali Aakar Abyasa.
[internet]. [dikutip pada tanggal 8 November 2020]. Dapat diakses pada
https://tirto.id/jouska-amarta-dan-mahesa-di-bawah-kendali-aakar- abyasa-fTWw.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
2003.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 1995.
 Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan.
Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai