Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah pesan
sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilkau sebagaimana diarah. Telah disinggung di
Bab 1 dengan Gambar 1.9, teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh
informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi akuntansi. Informasi diharapkan
mempunyai pengaruh kalau informasi tersebut benar-benar digunakan oleh para pemakai karena
menurut persepsi pemakai (atau modal pengambilan keputusannya) informasi tersebut
mempunyai manfaat, kualitas, atau nilai informasi.
Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat atau apakah
informasi laba nyatanya digunakan. Kalau memang digunakan, untuk kepentingan apa informasi
laba digunakan sehingga angka laba benar-benar harus disediakan. Menanyakan langsung
kepada pemakai apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi merupakan salah satu cara
untuk mengetahui kebermanfaatan laba. Cara lain adalah dengan mengenali bagaimana informasi
laba nyatanya digunakan. Cara lain adalah dengan mengukur reaksi pasar modal terhadap
pengumuman laba akuntansi.
Prediktor Aliran kas Ke Investor
Telah disebutkan bahwa perekayasa akuntansi (misalnya FASB) yakin bahwa angka laba dan
komponennya yang diukur atas dasar asas akrual merupakan indikator kinerja yang lebih baik
daripada sekedar perubahan jumlah kas. Karena investor dan kreditor menjadi pihak utama yang
dituju dalam pelaporan keuangan, perekayasa berteori bahwa investor dan kreditor
berkepentingan dengan aliran kas yang masuk ke mereka atas investasinya. Hal ini dinyatakan
dalam tujuan pelaporan keuangan FASB sebagai berikut (lihat kembali Gambar 4.4. tujuan 2)
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor
dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah; saat terjadi, dan
ketidakpastian penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas
mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman.
Penjelasan diatas memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis antara laba (earnings) dan
aliran kas ke investor dan kreditor. Hubungan ini akan membantu investor dan kreditor dalam
mengembangkan modal untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau
kapitalnya.
Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
untuk menciptakan kas yang cukup untuk (a) membayar semua kewajiban pada saatnya, (b)
mendanai keperluan operasi, (c) reinvetasi, (d) membayar bunga, dan (e) membayar deviden.
Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan
mendatangkan laba (earnings) jangka panjang yang memadai. Oleh karena itu, investor dan
kreditor harus memprediksi kemampuan melaba (earning power) jangka panjang. Untuk itu,
investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk mem-prediksi laba masa datang.
Laba masa datang menjadi basis bagi investor untuk mempredikasi aliran kas masa datang dari
investasinya.
Aliran kas di mata investor (pemegang saham) dapat ditentukan atas dasar harapan harga saham
di masa datang. Bila perusahaan memperoleh laba yang memadai, dengan sendirinya nilai buku
aset bersih juga naik sehingga nilai buku persaham juga naik. Dengan demikian, secara teoritis
laba (berupa laba persaham atau earnings per share) akan berasosiasi dengan kenaikan kenaikan
harga saham. Secara teoritis, harga saham masa datang dapat menjadi proksi (estimator) aliran kas
masa datang. Kalau investor mampu memprediksi aliran kas dari investasinya. Argumen semacam
ini menjelaskan timbulnya berbagai teknik pemrakiraan laba (earnings forecasting) yang
digunakan analis sekuritas. Teknik-teknik tersebut pada umumnya menggunakan laba (laba
persaham) sebagai data masukan.
Gambar 10.6 dibawah ini melukiskan fungsi laba sebagai prediktor aliran kas ke investor. Secara
pragmatik laba memang bermanfaat karena sangat diperlukan oleh para analis keuangan atau
sekuritas untuk menyediakan angka prakiraan laba yang pada akhirnya membantu pemakai dalam
memprediksi aliran kas masa datang. Arti penting pemrakiraan laba telah memicu munculnya
beberapa institusi yang bergerak dalam usaha penyediaan jasa prakiraan laba (earnings forecast)
seperti Institusional Broker Estimates System (IBES) oleh Lynch, Jones, dan Ryan, The Earnings
Forecaster oleh Standard and Poor, The Icarus Service oleh Zacks Invesment Research, dan The
Value Line Invesment Survey.
Gambar 10.6
Hubungan Logis antara Laba dan Aliran Kas Ke Investor
Kesatuan Usaha
Laba Akuntansi
(Akrual)
Laba akuntansi menjadi prediktor
aliran kas ke investor melalui Prediksi
berbagai model prakiraan laba
(earnings forecasting models) Aliran Kas
Prediksi
Investor
Aliran Kas
(Dividen, kenaikan nilai investasi,
dan pengembalian atau penjualan
investasi)
Pendapatan Rp 20.000.000
Kos barang terjual (variabel) 12.000.000
Margin penjualan Rp 8.000.000
Biaya Variabel 3.000.000
Margin Kontribusi Rp 5.000.000
Biaya tetap terjadi di pusat laba (biaya
langsung) 2.000.000
Laba Langsung Rp 3.000.000
Alokasi kantor pusat terkendali 250.000
Laba Terkendali Rp 2.750.000
Alokasi kantor pusat lain 400.000
Laba Sebelum Pajak Rp 2.350.000
Berbagai Pajak 950.000
Laba Bersih Rp 1.400.000
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pasar (return saham) perusahaan
tertentu yang cukup mencolok pada saat pengumuman laba. Yang dimaksud mencolok adalah
terdapat perbedaan yang cukup besar return yang terjadi (actual return) dengan return harapan
(expected return). Dengan kata lain, terjadi return kejutan atau abnormal (unexpected return)
pada saat pengumuman laba. Berikut ini dibahas komponen-komponen penentu reaksi pasar serta
pengukurannya.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya dalam suatu perioda
yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung kapital (capital gain) yaitu kenaikan
nilai investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return
saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne, 1998, hlm.26) :
Bila tidak ada deviden dan harga (price) dinotasi dengan P, maka return perusahaan j pada
perioda t dapat dinyatakan sebagai berikut :
Rj.t merupakan return aktual. Untuk mengetahui adanya return abnormal, harus
ditentukan suatu pembanding yang dianggap sebagai return normal atau return harapan (expected
return). Terdapat berbagai macam modal estimasi untuk menentukan return normal baik yang
menggunakan hanya data perusahaan maupun yang menggunakan data pasar. Bila digunakan
hanya data perusahaan, return normal yang digunakan adalah rata-rata return perusahaan masa
lalu ( R ) . Model ini disebut return sesuaian-mean (mean-adjusted returns). Dapat juga
digunakan retus pasar (Rm) sebagai pembanding. Return pasar (Rm) adalah rata-rata berbobot-
nilai (value-weighted average) seluruh return saham perusahaan yang tercatat di bursa saham
pada saat tertentu. Model yang terakhir disebut dengan return sesuaian-pasar (market-adjusted
returns). Dengan pembanding tersebut, retusn abnormal (RA) perusahaan j pada waktu t
ditentukan sebagai berikut :
𝑡2
Untuk menguji kandungan informasi laba, dua pendekatan dapat dilakukan yaitu pendeketan
asosiasi dan pendekatan peristiwa. Penelitian yang mendasarkan pada pendeketan asosiasi sering
disebut studi asosiasi (association studies) sedangkan penelitian yang menekankan reaksi pasar
disebut studi peristiwa (event studies). Variabel-variabel diatas ditentukan untuk perusahaan
secara individual. Pengujiam harus dilakukan pada level pasar sehingga diperlukan beberapa
perusahaan sebagai sampel untuk mengujinya.
Perioda estimasi dalam model return sesuaian mean pada umumnya cukup panjang bahkan
dalam beberapa penelitian perioda estimasi mencapai 250 hari (misalnya hari -255 sampai
dengan hari -5). Dalam model return pasar sesuaian, perioda estimasi tidak diperlukan karena
setiap saat (hari) return pasar dapat ditentukan dan return pasar tersebut berfluktuasi mengikuti
dinamika pasar.
Pengujian Asosiasi
Studi asosiasi sering disebut pula studi koefisien responsa laba (earnings response coefficient
atau ERC). Koefisien responsa laba adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba
atau laba kejutan. Bila semua variabel dapat ditentukan untuk sampel perusahaan, model-model
pengujian berikut dapat digunakan :
Atau
RAi,t = β0 + β1 LKi,t + ɛ i,t (i = 1,2,3, ..., n)
Atau
Dalam model-model diatas, LK adalah laba kejutan dan β1 adalah koefisien asosiasi. Untuk
model terakhir (t1, t2) adalah jendela peristiwa. Model-model tersebut hanya menggambarkan
secara sederhana hubungan antara laba dan pasar modal. Dalam banyak penelitian akuntansi,
model-model yang lebih canggih telah banyak dikembangkan. Bila secara statistis β1 tidak sama
dengan nol, berarti secara umum terdapat asosiasi antara laba dan return saham. Pengujian ini
menunjukkan bahwa pada tataran pragmatik, laba memang mengandung informasi sehingga
bermanfaat bagi investor.
Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi atau korelasi antara laba dan return tidak begitu kuat
atau tidak sempurna. Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan hal ini. Pertama, angka
laba hanya merupakan sebagian kecil faktor yang mempengaruhi harga saham. Persepsi investor
terhadap resiko, kondisi ekonomi, dan sentimen politik juga menjadi faktor tertentu harga pasar.
Kedua, fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan perubahan ekonomik perusahaan tetapi
semata-mata merupakan perubahan metoda akuntansi. Ketiga, laba akuntansi dapat dipengaruhi
oleh manajemen dan inkonsistensi internal akuntansi sehingga angka laba mengandung
gangguan (noise). Perubahan laba akuntansi sering lebih merupakan perubahan kosmetik
daripada perubahan fundamental ekonomik dalam perusahaan. Keempat, investor tidak selalu
seragam dalam menginterprestasi informasi yang tersedia di pasar. Terakhir, pasar sering
berperilaku yang tak terprediksi (idiosinkratik).
Pengujian Peristiwa
Angka laba tidak lagi digunakan dalam pengujian ini karena yang menjadi fokus adalah
peristiwa pengumuman laba. Reaksi pasar diukur sebagai return abnormal mean/RAM (mean
abnormal returns) atau return abnormal kumulatif mean/RAKM (mean cumulative abnormal
return) untuk seluruh atau sampel perusahaan di pasar modal. RAM dan RAKM ditentukan
sebagai berikut :
𝑛
Reaksi pasar dianggap ada bilamana RAM atau RAKM secara statistis tidak sama dengan nol.
Bila RAM dan RAKM secara statistis positif berarti terjadi reaksi positif terhadap laba sehingga
laba dianggap membawa berita baik (good news) demikian pula sebaliknya.
Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba mempunyai efek pragmatik terhadap
perilaku pasar modal. Reaksi pasar paling tidak menujukkan bahwa secara empiris pelaku pasar
modal seolah-olah telah menggunakan laba sehingga dapat dikatakan bahwa laba bermanfaat
bagi investor.