Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH

PENGAKUAN PENDAPATAN
PADA AKUNTANSI SEKTOR PEMERINTAH

Disusun oleh:
Aditya Putra

(01)

Akbar Satria

(02)

Bima Adhitya Ngudi Saputra

(08)

Cesar Samuel R. Radjagukguk

(09)

Irsan Elkana Manik

(18)

KELAS 8-G
PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan pemerintah menyajikan informasi yang secara umum bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Oleh karena itu,
laporan keuangan yang dibuat oleh pemerintah tidak untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari
masing-masing kelompok pengguna tersebut. Ada beberapa kelompok utama pengguna
laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada :
1.

masyarakat;

2.

wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

3.

pihak yang member atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan

4.

pemerintah.
Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi

yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi


keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, pemerintah mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual mulai tahun 2015 sesuai
dengan Lampiran I.02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Informasi mengenai pendapatan merupakan hal penting dalam membantu pengguna
dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja pemerintah. Membandingkan pendapatan
dengan pengeluaran membantu pengguna untuk menilai ekuitas dalam suatu periode
anggaran (yakni, apakah saat ini pendapatan yang diterima sudah cukup untuk menutup biaya
program dan layanan yang diberikan dalam periode tersebut). Informasi pada pendapatan
juga penting bagi pemerintah dalam membuat penilaian mengenai berbagai hal, misalnya
dampak perpajakan dan penerimaan lain pada perekonomian atau kebutuhan pinjaman dalam
jangka panjang. Pengakuan pendapatan suatu entitas pelaporan tergantung pada basis kas
yang digunakan.
Adapun konsep pendapatan yang dikembangkan pada sektor swasta telah
menimbulkan beberapa isu menarik ketika diterapkan pada entitas pemerintah. Sementara itu,
pemerintah mempunyai pendapatan yang berbeda dengan perusahaan bisnis (misalnya, arus
masuk yang timbul dari penjualan barang dan jasa, bunga, dividen), karena sebagian besar
pendapatan pemerintah adalah non-reciprocal transfer (transfer yang tidak memberikan
timbal balik secara kasat mata) dalam bentuk pajak, retribusi, bea dan denda yang diperoleh
2

sebagai alat pengelolaan negara. Pendapatan non-reciprocal lain dapat menyerupai hibah dan
sumbangan yang diterima oleh entitas non-pemerintah pada keadaan (misalnya, proses
anggaran pendapatan tahunan) sesuai kepentingan tertentu dalam pemerintahan. Selain itu,
praktek akuntansi yang berlaku umum untuk hibah dan sumbangan, belum diatur secara
khusus.

B. Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai pengakuan pendapatan pada sektor
pemerintahan, yaitu:
1. Apa saja alternatif basis akuntansi yang dapat diterapkan?
2. Apakah itu exchange revenue?
3. Apakah itu non-reciprocal revenue?
4. Bagaimanakah pengakuan suatu pendapatan?
5. Bagaimanakah klasifikasi suatu pendapatan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Alternatif Penggunaan Basis Akuntansi


Informasi mengenai pendapatan merupakan salah satu hal yang penting dalam
membantu pengguna menilai kondisi keuangan dan kinerja suatu entitas akuntansi, baik di
sektor privat maupun sektor publik. Membandingkan pendapatan dan pengeluaran membantu
pengguna untuk menilai ekuitas antar periode (yaitu, apakah pendapatan saat ini cukup untuk
menutupi biaya program dan layanan yang diesediakan pada periode berjalan). Informasi
pendapatan juga penting untuk pemerintah dalam membuat penilaian, misalnya dampak
perpajakan dan pendapatan lainnya terhadap perekonomian atau kebutuhan pinjaman jangka
panjang.
Pengakuan pendapatan maupun beban tergantung dengan basis akuntansi yang
digunakan oleh suatu entitas pelaporan. Basis akuntansi merupakan salah satu prinsip
akuntansi untuk menentukan periode pengakuan dan pelaporan suatu transaksi ekonomi
dalam laporan keuangan. Basis akuntansi yang umum dikenal ada empat, yaitu, basis kas
(cash basis), basis kas yang dimodifikasi (modified cash), basis akrual yang dimodifikasi
(modified accrual), dan basis akrual (accrual basis).
1. Basis kas (cash basis)
Menurut IPSAS, Cash basis means a basis of accounting that recognizes
transactions and other events only when cash is received or paid.
Menurut PSAP 01 Lampiran I.02 PP Nomor 71 Tahun 2010, basis kas adalah
basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar. Pada basis kas, pendapatan diakui ketika kas
diterima bukan ketika hak atas pendapatan tersebut timbul dan belanja diakui ketika
dibayar bukan ketika kewajiban untuk membayar timbul. Pada basis kas, pembelian
aset jangka panjang tidak dikapitalisasi tapi seluruhnya diakui sebagai belanja,
sehingga tidak ada pencatatan dan penyajian atas aktiva tetap dan penyusutan.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi berbasis kas biasanya
berbentuk laporan aktiva dan utang (a statement of assets and liabilities), yang hanya
terdiri dari kas dan kekayaan pemilik (cash and owners' equity), dan laporan
pendapatan, belanja, dan laba ditahan (the statement of revenues, expenses, and
retained earnings) yang terdiri dari pendapatan dari penjualan tunai dan pendapatan

kas yang berasal dari penjualan kredit tahun sebelumnya dikurangi semua belanja
dalam bentuk kas termasuk belanja modal.
2. Basis kas yang modifikasi (modified cash)
Menurut Hiltebeitel dan Kenneth M.
The modified cash basis is a hybrid method such combines features of both
the cash basis and the accrual basis. Modifications to the cash basis
accounting include such items as the capitalization of assets and the accrual
of income taxes. If these modifications are made, the resulting balance sheet
would include long-term assets, accumulated depreciation, and a liability for
income taxes. The income statement would report depreciation expense and
income tax expense. Modified cash basis financial statements are intended to
provide more information to users than cash basis statements while continuing
to avoid the complexities of GAAP
Basis kas yang dimodifikasi hampir sama dengan basis kas, hanya saja pada
basis kas yang dimodifikasi pembukuan untuk periode tahun berjalan masih ditambah
dengan waktu tertentu misalnya satu bulan setelah berakhirnya tahun berjalan.
Penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama waktu tertentu tersebut,yang
berasal dari transaksi tahun lalu diakui sebagai penerimaan dan pengeluaran atas
periode tahun sebelumnya. Arus kas yang telah diperhitungkan dalam periode
pelaporan tahun sebelumnya tersebut dikurangkan dari periode pelaporan tahun
berjalan.
Pada basis kas yang dimodifikasi, piutang dagang (Accounts receivable),
pembayaran dimuka (prepaid items), pendapatan pajak yang ditangguhkan (deferred
income taxes) dan sewa guna usaha (capital leases) dikeluarkan dari kemungkinan
modifikasi basis kas karena pos-pos tersebut lebih mengarah ke basis akrual.
Meskipun demikian, laporan keuangan pada basis kas yang dimodifikasi telah
mengakui adanya persediaan (yang dibeli secara tunai), mesin dan peralatan (plant
and equipment), serta akumulasi.
3. Basis akrual yang dimodifikasi (modified accrual)
Menurut Accounts and Reports, Filing No. 4.030 tahun 1998
Modified Accrual Basis accounting recognizes an economic transaction or
event as revenues in the operating statement when the revenues are both
measurable and available to liquidate liabilities of the current period.
Available means collectible in the current period or soon enough thereafter to
be used to pay liabilities of the current period. Similarly, expenditures are
generally recognized when an event or transaction is expected to draw on
current spendable resources

Menurut Freeman dkk Under the modified accrual basis, only those revenue that are
susceptible to accrual are recognized on the accrual basis; others are recognized
on the cash basis or are recorded initially as deferred revenues.
(Governmental and Nonprofit Accounting, Third Edition, Freeman, dkk hal. 73).
Pendapatan dipertimbangkan susceptible to accrual jika memenuhi dua hal,
yaitu: dapat diukur secara obyektif (objectively measurable) dan available to finance
current periode expenditures (tersedia untuk membiayai pengeluaran periode
berjalan). Kriteria tersedia (available) harus memenuhi dua hal, yaitu:
1) Secara sah dapat digunakan untuk membiayai expenditures tahun berjalan.
2) Akan diterima dalam periode berjalan atau dalam waktu dekat setelah
akhir tahun untuk membayar utang (liabilities) periode berjalan.
Pada basis akrual yang dimodifikasi hanya pendapatan yang memenuhi unsur
measurable dan available yang dapat diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya,
sedang pendapatan yang tidak memenuhi kedua unsur tersebut baru diakui pada saat
kas sudah diterima atau diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Sementara itu,
belanja diakui pada periode dimana kewajiban timbul.
4. Basis akrual (accrual basis)
Menurut IPSAS,
Accrual basis means a basis of accounting under which transactions and
other events are recognized when they occur (and not only when cash or its
equivalent is received or paid). Therefore, the transactions and events are
recorded in the accounting records and recognized in the financial statements
of the periods to which they relate. The elements recognized under accrual
accounting are assets, liabilities, net assets/equity, revenue, and expenses.
Akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi
ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan
dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut,
bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Laporan keuangan
yang disusun menggunakan basis akrual mengakui semua aset (termasuk aset fisik),
kewajiban, aktiva bersih atau ekuitas, pendapatan, dan biaya dari suatu entitas.
Berdasarkan basis akrual, arus masuk pembiayaan tidak termasuk dalam
pendapatan. Keuntungan atau kerugian atas penjualan aset keuangan dan non
keuangan diakui dengan menyandingkan hasil penjualannya dengan nilai buku bersih
barang yang dijual. Karena basis akrual mengakui peristiwa pada periode terjadinya,

memungkinkan adanya unrealized gain (contoh kenaikan nilai aset, kenaikan akibat
pertumbuhan ternak atau hutan) termasuk sebagai pendapatan.

B. Pendapatan Pertukaran (Exchange Revenue)


IASB mendefinisikan penghasilan (income) sebagai peningkatan keuntungan
ekonomis dalam periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau
penurunan kewajiban yang menyebabkan meningkatnya ekuitas, selain dari semua hal yang
berkaitan dengan kontribusi dari pemilik modal. Pengertian penghasilan menurut IASB
tersebut mencakup baik revenue (pendapatan) dan gain (keuntungan). IPSAS 9 sendiri
menggunakan istilah revenue, yang mencakup revenue dan juga gain, sebagai pengganti
income.
Entitas yang menyiapkan dan menyajikan laporan keuangan dengan akrual akan
memakai standar IPSAS 9 dalam hal akuntansi pendapatan dari transaksi:
1. Penyediaan Jasa
Biasanya melibatkan kemampuan entitas dalam menyediakan jasa kepada entitas lain
dalam waktu tertentu. Contohnya: penyediaan rumah murah, PDAM, jalan tol.
2. Penjualan Barang
Barang yang dijual adalah barang yang dihasilkan oleh entitas dengan tujuan untuk
dijual, barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali, seperti aksesoris, properti, dll.
3. Penggunaan Aset oleh Entitas Lain yang menghasilkan pendapatan dalam bentuk:
a. Bunga harga yang dibayar dalam penggunaan kas atau setara kas dari entitas
b. Royalti harga yang dibayar untuk peminjaman aset jangka panjang
perusahaan. Contoh: paten, merk, software, dll
c. Dividen penggunaan dana lebih ke perusahaan lain dalam bentuk investasi.
Pendapatan dalam sektor publik dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu: pendapatan
pertukaran (exchange revenue) dan pendapatan non-pertukaran (non-exchange revenue).
Dalam bagian ini akan lebih dibahas tentang pendapatan pertukaran. Dalam IPSAS 9 diatur
mengenai Pendapatan Pertukaran, sedangkan Pendapatan non-Pertukaran di atur di IPSAS 23.
Untuk membedakan keduanya, dapat digunakan inti substansi dari pengertian tersebut.
Contoh dari pendapatan non-pertukaran adalah penggunaan kekuasaan pemerintahan (pajak,
denda), bantuan dan hibah.
Pendapatan pertukaran (exchange revenue) dalam sektor publik adalah arus masuk
sumber daya pada entitas pemerintah yang berasal dari transaksi pertukaran. Transaksi
pertukaran dimaksud biasanya terjadi ketika masing-masing pihak yang bertransaksi
7

mengorbankan suatu nilai tertentu dan menerima return dengan nilai yang kurang lebih
sama. Exchange revenue juga biasa disebut sebagai earned revenue.
Transaksi pertukaran adalah transaksi dimana satu entitas menerima aktiva atau jasa,
atau mendapat pengurangan kewajiban dan secara langsung memberi kira-kira nilai yang
sama (terutama dalam bentuk kas, barang atau jasa atau penggunaan aktiva) kepada entitas
lain dalam pertukaran.
Transaksi Pendapatan Pertukaran tidak mengatur:
1. Leasing, dividen yang dihitung dengan metode ekuitas, keuntungan dari penjualan
properti, tanah dan bangunan.
2. Asuransi
3. Peningkatan nilai wajar ketika terjadi pelepasan
4. Peningkatan nilai wajar aset.
5. Peningkatan dari produk ternak, pertanian, dan kehutanan
6. Peningkatan dari eksplorasi barang tambang.
Kemudian berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, secara umum dalam basis
akrual pengakuan terjadinya transaksi atau kejadian apabila memenuhi kriteria:
1. terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan
yang bersangkutan
2. kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau
dapat diestimasi dengan andal
Sedangkan untuk pendapatan berdasarkan basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Sehingga secara umum,
untuk pendapatan dari penyediaan jasa dan penjualan barang diakui pada saat timbulnya hak
atas pendapatan tersebut, termasuk hak untuk menagih, atau saat pendapatan direalisasi yaitu
adanya aliram masuk sumber daya ekonomi.
Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, penggunaan aset oleh entitas lain yang
menghasilkan pendapatan dalam bentuk bunga, royalti, dan dividen atau pembagian serupa
lainnya disebut sebagai investasi.
Pengakuan hasil investasi pemerintah berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 antara lain:
1. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga
deposito, bunga obligasi, dandividen tunai (cash dividend), diakui pada saat diperoleh
dan dicatat sebagai pendapatan.

2. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah
yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil
investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba berupa
dividen tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil
investasi dan mengurangi nilai investasi pemerintah. Dividen dalam bentuk saham
yang diterima tidak akan menambah nilai investasi pemerintah.
Untuk negara lain seperti Australia dan Selandia Baru, Australia menggunakan
standar AASB (Australia Accounting Standard Board) 118, sedangkan Selandia Baru
menggunakan PBE (Public Benefit Entities) IPSAS 9. Secara garis besar, kedua negara
tersebut memiliki prinsip yang sama dengan IPSAS 9 dalam hal pengakuan pendapatan dari
pertukaran-pertukaran kepada entitas lain, termasuk dalam kaitannya dengan exchange
revenue.

C. Pendapatan Non-Resiprokal (Non-Reciprocal Revenue)


Transaksi non resiprokal adalah transaksi yang tidak terdapat pertukaran di dalamnya,
yaitu suatu entitas menerima aset/jasa/uang tunai, atau dihapuskan kewajibannya tanpa
langsung memberikan sesuatu yang nilainya setara.
Transaksi non resiprokal ini juga dikenal dengan istilah transaksi non-exchange.
Misalnya, pemerintah menerima pembayaran pajak dari wajib pajak. Disini wajib pajak
membayar pajak karena amanat undang-undang, dan sebagai gantinya pemerintah akan
menyediakan berbagai layanan publik kepada wajib pajak dimaksud, namun penyediaan
layanan publik tidak secara langsung diberikan setelah wajib pajak membayar pajak.
Selain itu, dalam PP 71 Tahun 2010 juga dinyatakan bahwa, Efisiensi pelayanan
yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan pungutan yang digunakan untuk pelayanan
dimaksud (pajak) sering sukar diukur sehubungan dengan monopoli pelayanan oleh
pemerintah. Dengan dibukanya kesempatan kepada pihak lain untuk menyelenggarakan
pelayanan yang biasanya dilakukan pemerintah, seperti layanan pendidikan dan kesehatan,
pengukuran efisiensi pelayanan oleh pemerintah menjadi lebih mudah. Pengukuran kualitas
dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan pemerintah adalah relatif sulit. Selain
penerimaan pajak, pemerintah juga dapat menerima hibah, bantuan dan pembayaran untuk
kepentingan pihak lain. Sebagai contoh: pemerintah dapat menerima bantuan atau hibah dari
pemerintah negara lain atau dari otoritas multinasional (IPSAS 23).
Apabila terdapat transaksi dimana tidak jelas apakah transaksi tersebut termasuk
transaksi resiprokal atau non resiprokal, kita dapat melakukan pemeriksaan substansi
9

transaksi dan memisahkan komponen-komponennya untuk menentukan apakah termasuk


transaksi resiprokal atau non resiprokal. Sebagai contoh adalah penjualan barang, umumnya
penjualan barang adalah transaksi resiprokal, namun ketika yang dijual barang bersubsidi,
misaecvlnya BBM bersubsidi maka transaksi dimaksud menjadi transaksi non resiprokal. Hal
ini dikarenakan pembeli menerima manfaat barang (BBM) tidak sama dengan nilai wajar
barang (sumber daya) tersebut yaitu karena adanya campur tangan subsidi pemerintah.
Pendapatan dari Transaksi Non Resiprokal meliputi arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi, jasa, atau piutang yang potensial diterima oleh entitas pelaporan, yang
mencerminkan peningkatan net aset/ ekuitas, di luar kontribusi pemilik. Menurut IPSAS 23 Revenue From Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers), pendapatan dari transaksi
non-exchange/non-resiprokral dibedakan menjadi dua yaitu dari pajak dan transfer.
1.

Pajak
Pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah. Pajak didefinisikan
sebagai manfaat ekonomi yang wajib dibayar atau terutang kepada badan sektor
publik (pemerintah), sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Di Indonesia,
jenis- jenis pemungutan pajak meliputi:
-

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26,
PPh Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 (withholding tax system)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Bea Meterai

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Pajak Propinsi (Pajak Kendaraan Bermotor)

Pajak Kabupaten/ Kota (Pajak Hotel, Restoran, Reklame)

Kemudian, fungsi pajak yaitu:


-

fungsi anggaran atau penerimaan (budgetair): pajak merupakan salah satu


sumber dana yang digunakan pemerintah dan bermanfaat untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran.

fungsi mengatur (regulerend): pajak sebagai alat untuk mengatur atau


melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

10

Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang


mewah dan minuman keras.
-

fungsi stabilitas: pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk


menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan
stabilitas harga dengan tujuan untuk menekan inflasi dengan cara mengatur
peredaran uang di masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak
yang lebih efisien dan efektif.

fungsi redistribusi pendapatan: penerimaan negara dari pajak digunakan


untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga
dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat.

2.

Transfer
Transfer adalah arus masuk manfaat ekonomi atau jasa potensial dari
transaksi non-exchange, selain pajak. Pembatasan aset yang ditransfer adalah
ketentuan yang membatasi atau mengarahkan tujuan penggunaan aset yang
ditransfer, tetapi tidak menentukan manfaat ekonomi atau jasa potensial di masa
depan yang diwajibkan kembali ke pentransfer jika tidak digunakan sebagaimana
ketentukan. Transfer meliputi pengampunan hutang dan kewajiban, warisan, hadiah,
donasi, dan hibah termasuk juga barang-barang dalam bentuk bantuan. Sebagai
contoh: pemerintah dapat menerima bantuan atau hibah dari pemerintah negara lain
atau dari otoritas multinasional. Komponen entitas dari pemerintah nasional dapat
menerima transfer dari pemerintah pusat yang di bawah kondisi tertentu dapat
dipandang sebagai hubungan pertukaran dengan pemerintah pusat namun pada
kondisi lain masih dapat dipandang sebagai transfer non-resiprokal.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam PP 71 Tahun 2010 terdapat aturan mengenai hibah yaitu:
-

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada
saat perolehan.

Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap ke
satu entitas, misalnya perusahaan nonpemerintah memberikan bangunan yang
dimilikinya untuk digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun.
Penyerahan aset tetap tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti
perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.

11

Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan asset tetap tersebut
dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah. Sebagai contoh, satu
perusahaan swasta membangun aset tetap untuk pemerintah dengan persyaratan
kewajibannya kepada pemerintah telah dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut
harus diperlakukan seperti perolehan aset tetap dengan pertukaran.

Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka perolehan
tersebut diakui sebagai pendapatan operasional.
Sebagai contoh di negara lain, yaitu Australia dan Selandia Baru. Australia
menggunakan standar AASB 1004, sedangkan Selandia Baru menggunakan PBE IPSAS 23.
Perbedaan antara Australia dan Selandia Baru dalam hal pendapatan non-resiprokal adalah
dari segi istilah yang digunakan, dimana Australia menggunakan istilah kontribusi,
meskipun terdapat perbedaan, namun secara esensi pengertian istilah tersebut selaras dengan
IPSAS. Sedangkan untuk Selandia Baru yang menggunakan PBE IPSAS 23, isinya secara
garis besar dengan IPSAS.

D. Pengakuan Pendapatan (Recognition of Revenue)


Pengakuan Pendapatan Berdasarkan Public Sector Committee (PSC) Study No.9
bahwa secara umum, kriteria pengakuan pendapatan adalah probable dan measureable.
1. (Probable) Terdapat kemungkinan terjadinya arus masuk (inflow) atau kenaikan lain
atau penghematan atas arus keluar (outflow) dari manfaat ekonomi dimasa mendatang.
2. (Measureable) Arus masuk (inflow) atau kenaikan lain atau penghematan atas arus
keluar (outflow) dari manfaat ekonomi dimasa mendatang, dapat diukur dengan andal.
Kemudian pengakuan pendapatan berdasarkan IPSAS dibagi menjadi dua, yaitu
transaksi pertukaran dan non-pertukaran.
1. Revenue from exchange transactions (IPSAS 9)
Tingkat penyelesaian transaksi (Jasa)
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi atau potensi jasa dari sebuah
transaksi mengalir masuk ke entitas
c. Tingkat penyelesaian sebuah transaksi pada saat tanggal pelaporan dapat
diukur dengan andal
d. Biaya yang terjadi karena transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
dapat diukur dengan andal

12

Penjualan barang-barang
a. Entitas telah mengalihkan risiko yang signifikan kepada pembeli dan manfaat
atas kepemilikan barang
b. Entitas tidak lagi pada tingkat memiliki atau memiliki kuasa atas barang yang
terjual
c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
d. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi atau potensi jasa dari sebuah
transaksi mengalir masuk ke entitas
e. Biaya yang timbul atau yang akan timbul sehubungan dengan transaksi dapat
diukur dengan andal
Bunga, royalti, dividen atau setara (hasil penggunaan aset oleh entitas lain)
a. Bunga harus diakui dengan dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil
efektif aset
b. Royalti harus diakui pada saat diperoleh sehubungan dengan substansi dari
perjanjian yang relevan
c. Dividen atau semacamnya harus diakui pada saat hak pemegang saham atau
entitas untuk menerima pembayaran telah muncul
2. Revenue from non-exchange transactions (IPSAS 23)
a. Masuknya sumber daya dari transaksi non-pertukaran yang diakui sebagai aset
harus diakui sebagai pendapatan, kecuali sampai sebuah kewajiban juga diakui
sehubungan dengan arus masuk yang sama.
b. Saat entitas meyakini kewajiban saat ini diakui sebagai sebuah kewajiban
sehubungan dengan masuknya sumber daya dari transaksi non-pertukaran yang
diakui sebagai aset, hal itu akan mengurangi nilai tercatat kewajiban yang diakui
dan mengakui jumlah pendapatan sama dengan pengurangan itu.
c. Ketika entitas mengakui peningkatan aktiva bersih sebagai hasil dari sebuah
transaksi non-pertukaran, maka entitas tersebut mengakui adanya pendapatan.
d. Waktu pengakuan pendapatan ditentukan oleh sifat dari kondisi dan penyelesaian
pendapatan tersebut.
Untuk PP 71 Tahun 2010, pendapatan disajikan dalam dua laporan yaitu dalam
Laporan Realisasi Anggaran (berbasis kas) dan Laporan Operasional (berbasis Akrual).
1. Pendapatan LRA
a. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
13

b. Pendapatan untuk badan layanan umum (BLU) diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
c. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
d. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatanLRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
e. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.
2. Pendapatan LO
a. Pengakuan pendapatan-LO pada saat timbul hak atas pendapatan.
b. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
c. Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang undangan diakui
pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.
d. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih imbalan.
e. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah diterima
oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
3. Pengakuan Pendapatan BLU
PMK Nomor 76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum.
a. Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya diakui pada saat
diterima atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat.
b. Pendapatan

dari

APBN

diakui

pada

saat

pengeluaran

belanja

dipertanggungjawabkan dengan diterbitkannya SP2D.


c. Pendapatan hibah berupa barang diakui pada saat hak kepemilikan berpindah.
d. Pendapatan hibah berupa uang diakui pada saat kas diterima oleh BLU.

14

E. Klasifikasi Pendapatan (Classification of Revenue)


Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut
sumber pendapatan. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat
dikelompokkan berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan, pendapatan
bukan pajak, dan pendapatan hibah. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk
pemerintah daerah dikelompokkan menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli
daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan
tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
Pendapatan PNBP terdiri dari:
1. Penerimaan sumber daya alam
2. Pendapatan bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
3. PNBP Lainnya
4. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Pendapatan Hibah diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pendapatan Hibah menurut mekanisme penganggaran
a. Hibah yang direncanakan
Hibah yang direncanakan adalah HIbah yang dilasanakan melalui mekanisme
perncanaan dan penganggaran dan diterima oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum (BUN atau BUD)
b. Hibah Langsung
HIbah langsung adalah HIbah yang diterima langsung oleh KL/SKPD tanpa
melalui entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan (BUN/BUD). Hibah ini
tidak masuk dalam perencanaan karena hibah diterima tanpa ada naskah perjanjian
sebelumnya. Namun demikian, hibah langsung yang diterima dalam periode tahun
berjalan dan dapat dimasukkan dalam dokumen perubahan anggaran pada saat
penyusunan perubahan anggaran, maka hibah langsung dimaksud dapat beralih
menjadi hibah yang direncanakan.
2. Pendapatan Hibah menurut bentuknya
a. Dalam bentuk uang berupa rupiah, valuta asing atau devisa yang dirupiahkan
b. Dalam bentuk surat berharga
c. Dalam bentuk barang
d. Dalam bentuk jasa termasuk asistensi, tenaga ahli, beasiswa dan pelatihan
3. Pendapatan Hibah menurut sumbernya
a. Pendapatan hibah dalam negeri yang berasal dari:
15

1) Pemerintah pusat bila diterima oleh pemerintah daerah


2) Pemerintah daerah bila diterima oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah
lainnya
3) Institusi/Lembaga di dalam negeri termasuk masyarakat dan kelompok
masyarakat
b. Pendapatan Hibah luar negeri yang berasal dari:
1) Negara asing
2) Lembaga donor multilateral
3) Lembaga keuangan asing
4) Lembaga non keuangan asing

Untuk IPSAS sendiri tidak secara spesifik memberikan klasifikasi untuk pendapatan.
Secara garis besar, sesuai contoh dalam IPSAS, diklasifikasikan sebagai berikut:

Pendapatan
1. Pajak
2. Biaya, denda, hukuman, dan lisensi
3. Pendapatan dari transaksi pertukaran
4. Transfer dari entitas pemerintah lain
5. Pendapatan lain-lain

Selanjutnya, berdasarkan PSC Study 9, pada appendix 1 diberikan contoh klasifikasi


pendapatan menurut IMF secara garis besar adalah sebagai berikut:

Penerimaan Pajak
1. Pajak atas penghasilan, laba dan keuntungan modal
2. Kontribusi jaminan sosial
3. Pajak atas gaji dan tenaga kerja
4. Pajak atas properti
5. Pajak lokal atas barang dan jasa
6. Pajak atas transaksi perdagangan internasional
7. Pajak lainnya

16

Penerimaan Bukan Pajak


8. Pendapatan kewirausahaan dan properti
9. Biaya administrasi, penjualan non-industri dan insidental
10. Denda dan
11. Kontribusi untuk pensiun dan dana kesejahteraan pegawai pemerintah
12. Penerimaan bukan pajak lainnya

Pendapatan Modal
13. Penjualan aset modal tetap
14. Penjualan saham
15. Penjualan aset tanah dan tidak berwujud
16. transfer modal dari sumber-sumber non-pemerintah

Hibah
17. Dari luar negeri
18. Dari tingkat lain dari pemerintah pusat
19. Dari otoritas supranasional ke negara-negara anggota 3
20. Untuk otoritas supranasional dari dan ke otoritas supranasional

Item Memorandum:
21. Pendapatan dari ekspor utama
22. Pajak Dalam Negeri atas barang yang dikumpulkan di impor
23. Pendapatan dari luar negeri (selain hibah)
24. surplus operasi Kas dari penjualan perusahaan departemen kepada masyarakat
25. Penerimaan dari kontribusi pemberi kerja pemerintah untuk jaminan sosial dari tingkat
yang sama pemerintah.

17

BAB III
KESIMPULAN

Dalam akuntansi pemerintahan, terdapat alternatif dalam memilih basis akuntansi


yang dapat diterapkan. Basis akuntansi yang umum dikenal ada empat, yaitu, basis kas (cash
basis), basis kas yang dimodifikasi (modified cash), basis akrual yang dimodifikasi (modified
accrual), dan basis akrual (accrual basis). Setiap basis akuntansi tersebut memiliki cara yang
berbeda untuk mengakui aset, kewajiban, pendapatan, dan beban.
Secara garis besar, pada akuntansi berbasis akrual yang diterapkan di sektor
pemerintah, pendapatan umumnya dibagi dalam pendapatan dari transaksi pertukaran
(exchange revenue) dan pendapatan dari transaksi non-resiprokal (non-reciprocal revenue)
sebagaimana disebutkan dalam IPSAS, PSAP (Indonesia), PBE IPSAS (Selandia Baru),
maupun AASB (Australia). Exchange revenue pada umumnya meliputi pendapatan dari
penyediaan jasa, penjualan barang, dan efek penggunaan aset seperti bunga, royalti, dan
dividen. Sedangkan non-reciprocal revenue pada umumnya terdiri dari pajak dan transfer
(termasuk hibah).
Pada umumnya, pendapatan diakui jika memiliki kemungkinan terjadinya arus masuk
atau penghematan arus keluar dari manfaat ekonomi di masa mendatang dan dapat diukur
secara andal. Sedangkan klasifikasi pendapatan pada umumnya mengacu pada pembagian
berdasarkan exchange revenue dan non-reciprocal revenue yang item-item sub-klasifikasinya
disesuaikan dengan keadaan pemerintah yang menerapkannya.

18

DAFTAR PUSTAKA

_____. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi


dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. 2008. Jakarta: Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.

_____. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
2010. Jakarta.

Hiltebeitel dan Kenneth M..1992. A look at the modified cash basis.


http://nysscpa.org/cpajournal/old/12106219.htm (diakses 25 Oktober 2014)

International Public Sector Accounting Standards Board. 2014. Handbook of International


Public Sector Accounting Pronouncements 2014 Edition. Volume 1. Amerika:
International Federation of Accountant.

International Public Sector Accounting Standards Board. 2014. Handbook of International


Public Sector Accounting Pronouncements 2014 Edition. Volume 2. Amerika:
International Federation of Accountant.

Kansas Office of Financial Management. 1998. Policy and Procedure Manual Filing
No.4,030. http://www.da.ks.gov/ar/ppm/ppm04030.pdf (diakses 25 Oktober 2014).

Suryanovi, Sri. Kajian Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintah Indonesia: Kontrversinya
Berdasarkan Perspektif Peraturan Perundang-Undangan.
http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10/Akuntansi-berbasis-akrual.pdf (diakses
24 Oktober 2014).

http://www.ifac.org/

http://www.xrb.govt.nz/

http://www.aasb.gov.au/

19

Anda mungkin juga menyukai