Anda di halaman 1dari 7

CARA-CARA MENGUKUR MATERIALITAS OLEH BPK

Dalam sebuah pemeriksaan, pemeriksa pasti akan mengambil sebuah


keputusan apakah perusahaan yang menjadi obyek pemeriksaan telah
melaporkan laporan keuangan mereka sesuai dengan standar yang berlaku atau
tidak. Tentunya sebelum auditor mengambil kesimpulan tersebut, auditor pasti
memiliki hal-hal dan bukti- bukti yang menjadi pertimbangan dasar pengambilan
keputusan. Salah satu dari hal-hal tersebut adalah materialitas.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin
dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut. Keadaan yang melingkupi yang harus
dipertimbangkan pemeriksa dalam menetapkan materialitas diantaranya adalah
sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diperiksa. Karena adanya
kemungkinan ketidaksamaan antara tingkat materialitas suatu entitas dengan
entitas lainnya dan juga adanya kemungkinan berubahnya tingkat materialitas
dari suatu periode ke periode lainnya. Ada dua pertimbangan yang digunakan
dalam penetapan materialitas, yaitu pertimbangan kuantitatif dan pertimbangan
kualitatif.
Pertimbangan kuantitatif dalam menetapkan materialitas biasanya disajikan
dalam bentuk presentase atau angka tertentu yang diterapkan pada tahap awal.
Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah saji
yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan salah saji yang material. Jumlah
salah saji di bawah angka tersebut tanpa dilakukannya pengamatan lebih lanjut
dapat dinyatakan tidak material.
Pertimbangan kualitatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal
tanggapan pemeriksa terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya, kekeliruan
pada suatu akun yang tidak mempengaruhi akun-akun lainnya dalam laporan
keuangan (kekeliruan yang terisolasi), yang tidak material dalam pengolahan
data akuntansi atau penerapan penerapan prinsip akuntansi dianggap tidak
signifikan terhadap pemeriksaan. Sebaliknya, bila pemeriksa mendeteksi adanya
kecurangan, pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh (implikasi)
integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap
aspek pemeriksaan.
Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang baku, tetapi ada
faktor yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menentukan materialitas,
yaitu:
a. Tingkat kepentingan para pihak terkait terhadap obyek yang diperiksa,
b. Batasan materialitas untuk penugasan pemeriksaan.
Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji
agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan
laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar. Materialitas

tingkat akun merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang dapat
mnyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah saji material.

Pertimbangan Kuantitatif atas Materialitas


Dalam penetapan materialitas terdapat lima tahapan kegiatan, yaitu:
1) Penentuan dasar penetapan materialitas
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemeriksa adalah menentukan
dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan materialitas yang dapat
digunakan oleh pemeriksa di antaranya adalah nilai laba bersih sebelum pajak,
total aset, ekuitas, total penerimaan, atau total belanja/biaya.
Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa sebaiknya
mempertimbangkan:
a. Karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang
diperiksa;
b. Area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan;
c. Kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa adalah
sebagai berikut:
a. Total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba;
b. Laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan
mencari laba; dan
c. Nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun
berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau
keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan mengambil angka tahun
lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran. Cara lain
adalah dengan mengambil angka aktual pada saat perencanaan, kemudian
diiekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.Dalam memutuskan nilai
2) Penentuan tingkat materialitas
Setelah menentukan dasar penetapan, pemeriksa harus mempertimbangkan
tingkat yang akan digunakan dalam menghitung materialitas awal. Tingkat
materialitas dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk entitas nirlaba: 0,5% sampai dengan 5% dari total penerimaan atau
total belanja;
b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: 5% sampai dengan 10% dari
laba sebelum pajak atau 0,5% sampai dengan 1% dari total
penjualan/pendapatan; dan
c. untuk entitas yang berbasis aset: 1% dari ekuitas atau 0,5% sampai 1%
dari total aktiva.
Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai berikut:
a. 0,5% dari belanja atau pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada
saat pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi
Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas yang belum memadai. Pemeriksa

b.

c.

d.

e.

dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan


digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya sampai dengan
tingkat meaterialitas 5% dari total belanja atau pendapatan.
5% sampai 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10%
digunakan pada perusahaan nonpublik dan anak perusahaannya dan 5%
digunakan pada perusahaan publik.
0,5% sampai 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah
beroperasi pada atau mendekati titik impas dan keuntungan atau kerugian
bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang
menyebabkan likuiditas sebagai perhatian utama, atau pada saat
pengguna laporan keuangan lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas
dari pada hasil dari operasi..
0,5% sampai 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan
pada titik paling rendah.

Kepada pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat materialitas yang


paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan
entitas yang baru kali pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang
konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan keuangan
entitas-entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum
mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.
3) Penetapan nilai materialitas awal
Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh
merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna
Laporan Keuangan.
4) Penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi
Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas
awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap
akun dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok akun dalam
laporan keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan,
memastikan adanya kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari
penggabungan salah saji yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal,
dan mempertimbangkan risiko deteksi.
TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau
pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai
apakah ia perlu mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk
akun tertentu berdasarkan pengalamannya terutama mengenai kecenderungan
terjadinya salah saji pada akun-akun tertentu tersebut. Aturan umum yang
sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu akun tertentu tidak lebih dari
60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari dua kali nilai PM.
Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
- tentukan nilai PM

hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akan
diperiksa, kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti SILPA/SIKPA,
ekuitas dana, dan sebagainya.
alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus

TE=

PMN
T

Dimana:
TE = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
PM = Materialitas awal
N = Nilia akun
T = Total nilai akun-akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa
-

alokasikan kembali dengan menggunakan pertimbangan pemeriksa,


diantaranya dengan mempertimbangkan risiko inheren, risiko
pengendalian masing-masing akun, jumlah salah saji yang dapat
mempengaruhi pengguna laporan keuangan, serta biaya pemeriksaan
yang mungkin diperlukan untuk memverifikasi akun tersebut.

5) Pertimbangan atas penetapan materialitas awal


Penetapan materialitas awal (PM) pada tahap perencanaan pemeriksaan
sangat dipengaruhi oleh tingkat risiko pemeriksaan. Besarnya batas materialitas
berbanding terbalik dangan risiko pemeriksaan yang ditetapkan oleh pemeriksa.
Pada entitas yang menurut pertimbangan pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan
lebih tinggi, pemeriksa dapat menetapkan batasan materialitas yang lebih
rendah daripada batasan materialitas untuk entitas yang menurut pemeriksa
memiliki risiko pemeriksaan lebih rendah. Langkah-langkah untuk melakukan
analisis risiko pemeriksaan dapat dilihat pada juknis tentang analisis risiko.
Selain itu, PM dan TE pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat
berpengaruh terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus diperoleh atau
ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat materialitas berhubungan terbalik
dengan banyak bukti/ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat materialitas,
semakin sedikit bahan bukti yang harus diperoleh sehingga semakin sedikit
sampel yang harus diambil jika pemeriksa memutuskan untuk melakukan uji
petik.
Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta banyaknya bukti
yang harus diperoleh disajikan pada tabel berikut:

Materialitas
Tinggi
Resiko
pemeriksaa

Tinggi
Rendah

Rendah
X

n
Bukti

Banyak
Sedikit

X
X

Sepanjang tahap pelaksanaan, pemeriksa perlu terus menilai kesesuaian


tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tersebut dan
mengubah/memperbaharuinya jika memang diperlukan.
Materialitas awal dapat direvisi pada saat pengambilan kesimpulan
pemeriksaan dan dalam mengevaluasi temuan pemeriksaan dengan alasan
adanya:
(1) Perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
(2) Informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama berlangsungnya
pekerjaan lapangan.
Perubahan tersebut harus disetujui oleh penanggung
dikomunikasikan secara tertulis kepada pemberi tugas.

jawab

dan

Contoh penerapan perubahan materialitas adalah adanya indikasi kecurangan


dengan nilai di bawah materialitas awal. Misalnya, pada saat perencanaan
pemeriksaan, ditetapkan perencanaan awal materialitas sebesar Rp 8 milyar.
Sejalan dengan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan adanya kecurangan
yang melibatkan manajemen entitas yang diperiksa sebesar Rp 5 milyar, maka
dilakukan penambahan ruang lingkup pemeriksaan (ektensifikasi) dengan
menurunkan batas materialitas menjadi Rp 5 milyar.
Pada tahap pelaporan, materialitas baik pada tingkat laporan keuangan
maupun pada tingkat akun individual sangat berpengaruh pada opini yang akan
diberikan oleh pemeriksa.
Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan lebih kecil daripada PM, salah saji pada tingkat akun masingmasing
tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa dapat memberikan opini
wajar tanpa pengecualian, kecuali ada pertimbangan kualitatif yang
mengharuskan pemeriksa memberi opini lain.
Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa harus memberikan pendapat
tidak wajar.
Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar daripada TE
akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan
keuangannya, pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk memberi opini wajar

dengan pengecualian atas akun tersebut meskipun salah saji pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM, atau jika salah saji
pada akun tersebut menurut pertimbangan pemeriksa mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan, pemeriksa dapat memberikan opini tidak wajar.

Pertimbangan Kulitatif atas Materialitas


Selain penetapan batas materialitas secara kuantitatif seperti telah
diilustrasikan
sebelumnya,
pemeriksa
juga
perlu
mempertimbangkan
faktorfaktor kualitatif baik dalam menetapkan materialitas pada tingkat laporan
keuangan maupun pada pada tingkat akun.
Faktor kualitatif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan
tingkat materialitas pada tingkat laporan keuangan di antaranya adalah
pengendalian intern dan ketidakwajaran laporan keuangan. Adanya salah saji
baik disengaja atau tidak merupakan dampak dari kelemahan pengendalian
intern. Pemeriksa juga perlu menerapkan sikap skeptis yang profesional dalam
menentukan apakah suatu salah saji yang tidak material sebenarnya merupakan
praktikpraktik kecurangan dalam pelaporan keuangan. Pemeriksa harus
menetapkan sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah
manajemen dengan sengaja menyajikan secara salah beberapa akun tertentu
(yang mungkin dilakukan pada angka di bawah batas materialitas) untuk
memanipulasi angka laba. Pemeriksa juga harus menaruh curiga apabila praktik
akuntansi yang dilakukan oleh entitas yang diperiksa tampaknya bertentangan
dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan oleh pemeriksa dalam
menentukan tingkat materialitas pada tingkat akun adalah signifikansi kesalahan
tersebut terhadap sebuah entitas yang diperiksa, hubungannya terhadap laporan
keuangan (misalnya, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi penyajian banyak
hal dalam laporan keuangan), serta dampak dari kesalahan tersebut terhadap
laporan keuangan.
Dengan kata lain, pemeriksa perlu waspada terhadap suatu salah saji yang
secara kuantitatif mungkin tidak material, tetapi secara kualitatif menjadi
material. Sebagai contoh, tingkat PM untuk pemeriksaan laporan keuangan
BUMD adalah Rp15 milyar. Pada saat pemeriksa melakukan pekerjaan lapangan
ditemukan adanya pendapatan yang kurang dicatat sebesar Rp14 milyar; secara
kuantitatif hal ini tidak material. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
kekurangcatatan tersebut disebabkan keinginan manajemen menangguhkan
pengakuan pendapatan sebesar Rp14 milyar ke periode mendatang karena telah
tercapainya target pendapatan yang telah ditetapkan pada periode berjalan. Hal
tersebut secara kualitatif menjadi material karena manajemen dengan sengaja
melakukan suatu manipulasi terhadap laporan keuangan untuk suatu tujuan
tertentu.

Whibei Paradise Suwardi


3 L / 35
08360015545

Anda mungkin juga menyukai