Anda di halaman 1dari 39

MY SKRIPSI

Thursday, 1 December 2016

MAKALAH AUDIT SEKTOR PUBLIK

NAMA DOSEN : Dr. SRI RAHAYU, SE, M.SA, Ak, Ca

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan dan kasih sayangnya,
nikmat, petunjuk, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“AUDIT SEKTOR PUBLIK”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik . Diharapkan
dalam makalah ini, kami dapat mengerti serta memahami tentang Audit Sektor Publik “.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dalam hal isi atau penulisan, guna
penulisan yang lebih baik dimasa yang akan datang.. Serta ucapan terimakasih kepada dosen yang telah
membimbing kami .Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya,dan bagi penulis
khususnya.

Jambi, 02 Desember 2016

Kelompok 10

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ 1

Daftar Isi ............................................................................................................................ 2

BAB. I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 5

BAB. II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………..6


2.1 AUDIT INTERNAL……..………………………………………………………………6

2.1.1 Definisi Audit Internal........................................................................ 6

2.1.2 Fungsi Audit Internal.......................................................................... 6

2.1.3 Wewenang dan tanggung jawab audit internal......................... 8

2.1.4 Kedudukan dan peran audit internal............................................. 9

2.1.5 laporan audit internal/hasil pekerjaan audit internal ............ 9

2.2 AUDIT EKSTERNAL........................................................................................ 10

2.2.1 Pengertian audit ekternal……………………………………………………10

2.2.2 Tujuan dari audit ekternal……………………………………………………11

2.2.3 Tugas auditor dalam audit ekternal………………………………………12

2.2.4 Peran audit ekternal……………………………………………………………12

2.2.5 Syarat audit ekternal……………………………………………………………13

2.2.6 Proses melakukan audit ekternal………………………………………….14

2.2.7 Kekuatan-kekuatan ekternal utama………………………………………14

2.2.8 Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter………………………..15

2.2.9 Sumber-sumber utama informasi ekternal………………………………….16

2.2.10 Alat Peramalan Dalam Manajemen Strategis…………………………….16

2.2.11 Tantangan global……………………………………………………………………….16

2.2.12 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal………………………………………………16

2.2.13 Matriks profil kompetif……………………………………………………….17

2.2.14 Persamaan dan Perbedaan Auditor Eksternal dan Internal…….. ..17

2.3 AUDIT SEKTOR PUBLIK………………………………………………………………………..18

2.3.1 Teori audit sector public………………………………………………………………18

2.3.2 Jenis-jenis audir sector publik………………………………………………………19

2.3.3 Sistem Audit Keuangan Sektor Publik…………………………………………..21


2.3.4 Siklus Audit Keuangan Sektor Publik……………………………………….....23

2.3.5 Teknik Audit Keuangan Sektor Publik…………………………………………..29

2.3.6 Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor


Publik…………………………………………………………………………………………..33

BAB. III PENUTUP………………………………………………………………………………35

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………35

3. 2. Saran………………………………………………………………………………………………35

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………35

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme,
inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan “birokrat tidak mampu berbisnis” ditujukan untuk
mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor publik. Pemerintah sebagai salah satu
organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan ini. Organisasi sektor publik pemerintah
merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari
masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara
pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.

Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar utama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-
luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau
berpartisipasi secara aktif, Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan
pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi,
akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggungjawaban) merupakan dasar dari pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan pemerintah tersebut memegang peran yang penting agar dapat
memenuhi tugas pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu
masyarakat yang demokratis.

Dalam negara demokrasi, “pelaporan keuangan yang transparan” merupakan sesuatu yang dituntut oleh
rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya, dalam negara demokrasi, pemerintah berkewajiban
memberikan laporan keuangan yang transparan kepada rakyat. Pemerintah demokratis harus
bertanggung jawab atas integritas, kinerja dan kepengurusan, sehingga pemerintah harus menyediakan
informasi yang berguna untuk menaksir akuntabilitas serta membantu dalam pengambilan keputusan
ekonomi, sosial dan politik. Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor
publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money dalam
menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh
organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang
dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Itu Audit Internal ?

2. Audit Ekternal

3. Persamaan Dan Perbedaan Auditor Internal Dan Ekternal

4. Audit Sector Public


5. Teori Audit Sector Public

6. Jenis-Jenis Audit Sector Public

7. Sistem Audit Keuangan Sektor Publik

8. Siklus Audit Keuangan Sector Public

9. Tekhnik Audit Keuangan Sector Public

10. Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Apa Itu Audit Internal ?

2. Mempelajari Apa Tiu Audit Ekternal

3. Mempelajari Persamaan Dan Perbedaan Auditor Internal Dan Ekternal

4. Mempelajari Audit Sector Public

5. Mempelajari Teori Audit Sector Public

6. Mengetahui Jenis-Jenis Audit Sector Public

7. Mempelajari Sistem Audit Keuangan Sektor Publik

8. Mengetahui Siklus Audit Keuangan Sector Public

9. Mengetahui bagaimana Tekhnik Audit Keuangan Sector Public

10. Mengetahui Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik
BAB II

PEMBAHASAN

“AUDIT INTERNL DAN AUDIT EKSTERNAL”

2.1 Audit Internal

2.1.1 DEFINISI AUDIT INTERNAL

Menurut Mulyadi (2002:29),audit intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan
negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.1.2 FUNGSI AUDIT INTERNAL

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan
pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau
rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil
keputusan atau tindak selanjutnya.

Auditor internal juga berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi (perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar
Profesional Audit Internal (SPAI) – standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai
kecurangan, dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat
mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan. Selain itu, Statement on Internal Auditing
Standards (SIAS) No. 3, tentang Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985),
memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana auditor internal melakukan
pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan
tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan audit tentang fraud.

· Pencegahan Fraud

Beberapa cara untuk pencegahan kecurangan antara lain :

-Membangun struktur pengendalian intern yang baik.

- Mengefektifkan aktivitas pengendalian.


- Meningkatkan kultur organisasi.

- Mengefektifkan fungsi internal audit.

Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud adalah melalui peningkatan
sistem pengendalian intern (internal control system) selain melalui struktur / mekanisme pengendalian
intern.Dalam hal ini, yang paling bertanggung jawab atas pengendalian intern adalah pihak manajemen
suatu organisasi.

Auditor internal bertanggungjawab untuk membantu pencegahan fraud dengan jalan melakukan
pengujian (test) atas kecukupan dan kefektivan sistem pengendalian intern, dengan mengevaluasi
seberapa jauh risiko yang potensial (potential risk) telah diidentifikasi.

Dalam pelaksanaan audit kinerja (performance audit), audit keuangan (financial audit) maupun audit
operasional (operational audit), auditor internal harus mengidentifikasi adanya gejala kecurangan (fraud
symptom) berupa red flag atau fraud indicator. Hal ini menjadi penting, agar apabila terjadi fraud, maka
auditor internal lebih mudah melakukan investigasi atas fraud tersebut.

· Pendeteksian fraud

Deteksi fraud mencakup identifikasi indikator-indikator kecurangan (fraud indicators) yang


memerlukan tindaklanjut auditor internal untuk melakukan investigasi. Beberapa hal yang harus dimiliki
oleh auditor internal agar pendeteksian fraud lebih lancar antara lain :

~Memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam mengidentifikasi
indikator terjadinya fraud. Dalam hal ini auditor internal harus mengetahui secara mendalam mengapa
seseorang melakukan fraud termasuk penyebab fraud, jenis-jenis fraud, karakterisitik fraud, modus
operandi (teknik-teknik) fraud yang biasa terjadi.

~Memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian intern
dengan melakukan serangkaian pengujian (test) untuk menemukan indikator terjadinya fraud. Apabila
diperlukan dapat menggunakan alat bantu (tool) berupa ilmu akuntansi forensik (forensic accounting)
untuk memperoleh bukti audit (audit evidence) yang kuat dan valid. Forensic accounting merupakan
suatu integrasi dari akuntansi (accounting), teknologi informasi (information technology) dan keahlian
investigasi ( investigation skill).

~ Memiliki keakuratan & kecermatan (accuracy) dalam mengevaluasi indikator-indikator fraud tersebut.

· Penginvestigasian Fraud
Investigasi merupakan pelaksanaan prosedur lebih lanjut bagi auditor internal untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah fraud yang telah dapat
diidentifikasi tersebut memang benar-benar terjadi.

a. Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 : 66-67) , dalam melakukan investigasi, auditor
internal diwajibkan : Melakukan asesmen / penelitian yang seksama atas kemungkinan terjadinya fraud.

b. Meyakini bahwa pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk menangani
investigasi ini secara kelompok memang dimiliki oleh auditor internal.

c. Membuat suatu alur prosedur untuk mengidentifikasi : siapa yang terlibat (pelaku fraud),
sejauhmana luasnya fraud, kapan dan dimana dilakukan serta bagaimana teknik fraud yang dipakai dan
tentunya juga berapa potensi kerugian yang diderita akibat perbuatan fraud tadi.

d. Dalam melakukan investigasi diharapkan auditor internal selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak
terkait, misalnya bagian Personalia, Hukum, Security dan lain sebagainya.

2.1.3. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT INTERNAL

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan secara lebih terperinci mengenai tanggungjawab auditor
internal dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2001:322.1) auditor internal
bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan, rekomendasi
dan informasi kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara wewenamg
dan tanggungjawabnya tersebut. Auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan
dengan aktivitas yang diauditnya.

Secara garis besar dan tanggungjawab seorang auditor internal di dalam melaksanakan tugasnya adalah
sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dan saran-saran kepada manajemen atas kelemahan-kelemahan yang


ditemukannya.

2. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan untuk mencapai tujuan audit
dan tujuan organisasi atau perusahaan.

2.1.4. KEDUDUKAN DAN PERAN AUDIT INTERNAL

Kedudukan audit internal dalam struktur organisasi sangat mempengaruhi keberhasilannya menjalankan
tugas, sehingga dengan kedudukan tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif. Struktur
organisasi penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan job description yang jelas akan
membawa dampak yang positif dalam proses komunikasi antara auditor internal dengan pihak pemilik
perusahaan atau manajer. Namun sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya
arus pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan auditor internal
ini.

Peran audit internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi
terhadap kecurangan, sangat besar. Jika auditor internal menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya
kecurangan di perusahaan, maka ia harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika
indikasi tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi. Tim
tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar atau
dalam perusahaan (misalkan ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus
dilaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran
dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan.

2.1.5 LAPORAN AUDIT INTERNAL/ HASIL PEKERJAAN AUDIT INTERNAL

Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui
proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini merupakan suatu alat penting untuk
menyampaikan pertanggungjawaban kepada manajemen.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:236), sebagai hasil dari pekerjaannya, internal auditor harus membuat
laporan kepada manajemen. Laporan tersebut merupakan suatu alat dan kesempatan bagi internal
auditor untuk menarik perhatian manajemen dan membuka mata manajemen mengenai manfaat dari
Internal Audit Department (IAD), apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD, hal penting apa saja
yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan tindakan perbaikan dari manajemen.

Untuk itu IAD harus menyampaikan laporan yang:

_Objective

_Clear (jelas)

_ Concise (singkat tetapi padat)

_Constructive (membangun)

_Timely (cepat waktu)

Keunggulan program audit internal antara lain sebagai berikut:

a. Meratanya pembagian kerja diantara auditor .


b. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu.

c. Program audit memilih tujuan yang penting saja.

d. Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk tahun berikutnya.

e. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja.

f. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi telah dijalankan.

g. Penanggungjawab pelaksanaan audit jelas.

Kelemahan program audit internal antara lain:

1. Tanggungjawab audit pelaksanaan terbatas pada program audit saja.

2. Sering menimbulkan hambatan untuk berpikiran kreatif dan membangun.

3. Kegiatan audit menjadi monoton

2.2 AUDIT EKSTERNAL

2.2.1 PENGERTIAN AUDIT EKSTERNAL

Audit eksternal / environmental scanning / industy analysis menekankan pada


identifikasi dan evaluasi tren dan kejadian yang berada diluar kendali perusahaan seperti meningkatnya
persaingan, pergeseran populasi, naiknya jumlah masyarakat berusia tua dan fluktuasi pasar saham.

Audit eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga
manajer dapat memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari
dampak ancaman.

Tujuan audit eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang
dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari dengan mengidentifikasi variabel kunci yang
menawarkan respons yang dapat dijalankan.

Audit eksternal perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan demi mendapatkan kredibilitas
yang lebih besar dari masyarakat

Pada suatu perusahaan kita mungkin sering mendengar tentang audit, baik audit eksternal maupun
audit internal. Audit terutama yang eksternal pada umumnya dilakukan untuk memenuhi persyaratan
hukum. Sementara orang yang berhak untuk melakukan audit ini adalah auditor eksternal yang kadang
kala juga memberikan jasanya untuk melakukan tugas tambahan seperti misalnya menyelidiki kasus
penipuan laporan keuangan pada perusahaan atau organisasi tertentu.
Auditing dapat kita definisikan sebagai sebuah proses sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti dengan obyektif tentang suatu laporan peristiwa ekonomi. Tujuan dari
dilaksanakannya auditing ini adalah menentukan tingkat keakuratan antara laporan tersebut dengan
point-point kriteria yang telah ditentukan termasuk dalam penyajian hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.

Sementara dari sisi auditor independen sebagai pelaku auditing, pemeriksaan ini merupakan analisa
obyektif atas laporan keuangan organisasi atau perusahaan tertentu. Hasil pemeriksaan akan
membuktikan apakah laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban merupakan data yang realistis
dan menggambarkan kondisi keuangan serta hasil usaha perusahaan atau organisasi yang bersangkutan
secara wajar.

2.2.2 TUJUAN DARI AUDIT EKSTERNAL.

Bila dijelaskan secara detail tujuan dari audit eksternal adalah untuk mengetahui apakah laporan
keuangan tahunan perusahaan atau organisasi menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial
perusahaan atau organisasi terkait. Selain itu apakah dana milik instansi tersebut telah benar-benar
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati atau dimuat dalam konstitusi. Sementara itu
kita juga tidak dapat mencampuradukkan tujuan dari auditing sebagaimana point-point berikut ini:

Hal-hal di bawah ini bukanlah tujuan dari audit eksternal

Menyiapkan laporan keuangan

Menyatakan bahwa sistem kontrol keuangan intern yang selama ini dijalankan merupakan sistem yang
efektif

Memberikan catatan yang menyatakan “tidak terdapat masalah”

Menyelidiki bawah laporan keuangan 100% dibuat tanpa ada kesalahan

Alasan mengapa audit eksternal perlu untuk dilakukan adalah, agar masyarakat dapat mengakses
informasi tentang penanganan sumber daya ekonomi umum karena masyarakat memang memiliki hal
untuk itu. Karena tak semua orang, terutama bagi para awam kesulitan memahami transaksi keuangan
dalam bentuk laporan yang rumit, sehingga dibutuhkan jasa seorang profesional untuk memeriksa
informasi sekaligus melakukan analisis dalam laporan keuangan tersebut. Untuk memperkecil peluang
terjadinya kesalahan di masa mendatang sehingga manajemen perlu melakukan verifikasi akurasi
laporan keuangan.

Laporan keuangan yang benar akan membantu menambah kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan atau organisasi terkait, termasuk untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penyajian
laporan keuangan dengan benar sesuai standar adalah kewajiban di mata hukum, dan sebagai warga
negara yang baik selayaknya kita patuh terhadap hukum dan peraturan yang telah diatur. Dan terakhir,
audit eksternal akan membantu mengidentifikasi bila sistem yang dijalankan selama ini masih kurang
efektif dan efisien.
2.2.3 TUGAS AUDITOR DALAM AUDIT EKSTERNAL

Auditor tidak memeriksa seluruh laporan keuangan satu demi satu secara mendetail karena akan
membutuhkan waktu yang sangat lama, sementara mereka hanya memiliki waktu yang terbatas dalam
menyelesaikan tugasnya. Jadi auditor hanya menguji beberapa sample transaksi untuk mengetahui
validitasnya. Setelah proses auditing selesai akan dihasilkan suatu laporan kepada anggota atau publik
yang menggambarkan suatu opini audit tentang akurasi dan kewajaran laporan keuangan tersebut,
termasuk keadaan perusahaan atau organisasi dan aktifitas-aktifitas selama jangka waktu yang
dimaksud.

Jadi jika auditor mendapatkan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi tidak baik,
maka auditor berhak menyatakan hal tersebut dalam laporan hasil auditing sesuai dengan opini mereka.
Setelah itu auditor akan memberikan konsultasi untuk melakukan perubahan atau penyesuaian pada
rancangan laporan keuangan yang akan disetujui oleh Dewan. Auditor juga pada umumnya akan
membuat Surat Manajemen yang diperuntukkan bagi divisi manajemen yang memuat kelemahan atau
kurang efektifnya sistem kontrol intern.

Dalam surat tersebut juga tercantum solusi yang merupakan rekomendasi dari auditor cara
memperbaiki kondisi tersebut. Manajer kemudian akan melakukan feed back dan menjabarkan langkah
perbaikan yang kemudian akan dilakukan. Sangat penting untuk menyatakan secara jelas ruang lingkup
pertanggungjawaban auditor setiap saat akan dilakukan proses auditing. Hal ini meliputi periode waktu
dan kesatuan ekonomi yang dimaksud.

2.2.4 PERAN AUDIT EKTERNAL

External audit ini sangat berperan dalam pengawasan terhadap kondisi keuangan perusahaan dan
pemerintah karena dikerjakan oleh tenaga profesional di luar perusahaan tersebut sehingga diharapkan
bahwa penilaiannya obyektif. Pada umumnya perusahaan melakukan audit eksternal ini secara teratur
sementara bagi pemerintah pada umumnya dilakukan dalam jangka waktu tahunan. Pada perusahaan
audit eksternal ini difokuskan terhadap evaluasi trend dan identifikasi, juga peristiwa yang tak dapat
dikontrol oleh perusahaan.

Peristiwa-peristiwa tersebut seperti misalnya kenaikan jumlah penduduk yang berusia lanjut, pergeseran
populasi, fluktuasi pasar saham, bencana alam, dan lain sebagainya. Audit eksternal juga
mengungkapkan potensi dan ancaman utama yang harus dihadapi oleh perusahaan sehingga manajer
bisa merancang metode agar perusahaan tetap dapat menghasilkan keuntungan dan sebisa mungkin
menghindari efek buruk dari tantangan tersebut. Berikut ini adalah karakter dari eksternal audit.

Dikerjakan oleh tenaga profesional atau eksternal auditor dari Kantor Akuntan Publik yang tidak ada
hubungannya dengan perusahaan.

Auditor adalah pihak yang independen dan mengambil keputusan secara obyektif.

Tujuan dari pemeriksaan oleh auditor ini adalah memberikan penilaian tentang wajar atau tidaknya
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.
Hal-hal yang kemudian dilaporkan oleh auditor adalah pendapatnya mengenai laporan keuangan dan
management letter. Management letter tersebut merupakan pemberitahuan kepada pihak manajemen
perusahaan tentang berbagai kelemahan dalam pengendalian intern perusahaan sekaligus solusi untuk
mengatasi permasalahan ini.

Dalam menjalankan external audit ini seluruhnya harus disesuaikan dengan pedoman Standar
Profesional Akuntan Publik yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

Dalam memeriksa laporan keuangan tidak dilakukan pada keseluruhan laporan keuangan melainkan
dengan sistem sampling. Selain untuk menghemat waktu bila dilakukan secara keseluruhan maka audit
fee yang dibebankan kepada perusahaan akan terlalu tinggi,

Penanggung jawab dari audit eksternal adalah seorang Akuntan Publik yang memiliki Registered Public
Accountant atau Akuntan Publik yang terdaftar.

Atas jasanya tersebut eksternal auditor akan mendapatkan audit fee.

Sebelum laporan diserahkan, auditor sebelumnya harus meminta Client Representation Letter atau
Surat Pernyataan Klien.

10. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh auditor eksternal adalah kesalahan-kesalahan material yang
akan berdampak terhadap kewajaran pada laporan keuangan.

2.2.5 SYARAT AUDITOR EKSTERNAL

Setiap auditor harus mempunyai background pendidikan dan pengalaman kerja dalam bidang keuangan
dan akuntansi, juga perpajakan, komputer, dan manajemen.

Auditor external audit sebelumnya harus membuat audit plan atau rencana pemeriksaan dan audit
program atau program pemeriksaan dalam bentuk tertulis.

Seluruh prosedur dan hasil pemeriksaan harus didokumentasikan secara komplit dan jelas dalam audit
working papers atau kertas kerja pemeriksaan.

Setiap auditor juga harus memiliki audit manual sebagai patokan dalam menjalankan pemeriksaannya.
Selain itu yang bersangkutan juga harus memiliki sistem pengendali mutu dan kode etik.

Saat melakukan external audit idealnya sebanyak mungkin manajer dan karyawan dilibatkan. Setelah itu
auditor akan mengumpulkan intelijen kompetitif dan informasi tentang segala hal yang berkaitan
dengan trend ekonomi, teknologi, budaya, dan sosial dari berbagai sumber. Tahapan terakhir adalah
melakukan analisa dan identifikasi informasi untuk mendapatkan data mengenai potensi dan tantangan
perusahaan.

Sebagaimana yang tadi telah disinggung, external audit bertujuan untuk merancang sebuah daftar
terbatas dari potensi yang bisa menguntungkan dan ancaman yang selayaknya dihindari. Yang dimaksud
dengan terbatas di sini secara ringkas adalah mengidentifikasi variabel-variabel penting mencakup reaksi
berupa pemecahan masalah. Jadi audit ini tak dimaksudkan untuk mengembangkan daftar yang
menyeluruh secara detail tentang setiap aspek yang dapat berdampak pada bisnis perusahaan.

Dengan demikian dapat diketahui potensi-potensi sekaligus ancaraman-ancaman terhadap perusahaan


sehingga pihak manajemen dapat bersiap-siap dengan merumuskan formula untuk memperkecil akibat
dari ancaman dan memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Untuk melakukan audit eksternal, sebuah perusahaan harus terlebih dulu mengumpulkan intelijen
kompetitif dan informasi mengenai 5 kekuatan eksternal utama yang mencakup :

Kekuatan ekonomi

Kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan

Kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum

Kekuatan teknologi

Kekuatan kompetitif

Sering kali dalam mendapatkan informasi-informasi eksternal, sebuah perusahaan harus “memata-
matai” lingkungan ataupun saingan. Intelijen kompetitif (competitive intelligence-CI) menurut Society of
Competitive Intelligence Professionals (SCIP), adalah sebuah proses yang sistematis dan etis untuk
mengumpulkan serta menganalisis informasi mengenai aktivitas pesaing dan tren bisnis umum untuk
mencapai tujuan bisnis sendiri.

Menurut Freund, beberapa hal yang harus dimiliki dalam sebuah penilaian faktor-faktor eksternal
adalah:

a. Penting untuk pencapaian jangka panjang dan tahunan

b. Terukur

c. Bisa diterapkan untuk semua perusahaan saingan

d. Hierarkis dalam kaitan perusahaan secara menyeluruh.

2.2.6. PROSES MELAKUKAN AUDIT EKSTERNAL

Proses melakukan audit eksternal harus melibatkan sebanyak mungkin manajer dan karyawan.

Mengumpulkan intelijen kompetitif dan informasi mengenai berbagai tren ekonomi, sosial, budaya,
dan teknologi dari berbagai sumber.

Menganalisis dan mengidentifikasi informasi untuk mengetahui peluang dan ancaman perusahaan.
2.2.7. KEKUATAN-KEKUATAN EKSTERNAL UTAMA

1. Kekuatan ekonomi

EX : Ketersediaan kredit, tingkat pendapatan, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pola konsumsi, tren
pengangguran, tren pasar saham, kondisi perekonomian, tarif pajak, kebijakan organisasi ekonomi.

2. Kekuatan sosial, budaya, demografis dan lingkungan

EX : tingkat harapan hidup, PKPT, kebiasaan belanja, kebiasaan investasi, tingkat pendidikan, peraturan
pemerintah, tanggung jawab sosial, polusi lingkungan.

3. Kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum

EX : regulasi pemrintah, perubahan UU, tarif khusus, subsidi pemerintah, situasi politik, situasi dan
kondisi pemilih dalam pemilu.

4. Kekuatan teknologi

EX : internet, inovasi alat produksi, pembaharuan sistem informasi, e-commerce.

5. Kekuatan kompetitif

EX : keunggulan dalam persaingan, kekuatan adaptasi pasar.

2.2.8. ANALISIS KOMPETITIF MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

 Analisis Kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan
strategi dalam banyak industri.

 Hakikat persaingan dapat dilihat sebagai kombinasi atas 5 kekuatan :

1. Persaingan antar perusahaan sejenis

Perusahaan bersaing secara aktif untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi.

2. Kemungkinan masuknya pesaing baru

Pesaing baru dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada, karena menghasilkan
kapasitas produksi tambahan yang mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi perusahaan yang
ada dalam industri tersebut.

3. Potensi pengembangan produk substitusi


Harga yang ditawarkan produk pengganti tersebut akan lebih rendah dan mutu serta kemampuan
kinerja produk pengganti tersebut sama atau melebihi dari produk sebelumnya.

4. Kekuatan tawar menawar penjual/pemasok

Penjual merupakan ancaman serius bagi perusahaan-perusahaan, jika berintegrasi ke depan ke arah
industri pembeli.

5. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen

Pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan industri
dapat memperoleh laba serendah mungkin.

 Model lima kekuatan yang dikembangkan oleh Michael Porter, memperluas bidang untuk analisis
bersaing. Secara historis, pada saat mengamati lingkungan persaingan, perusahaan berkonsentrasi pada
perusahaan yang menjadi pesaing langsung mereka. Tetapi pada saat ini, persaingan dipandang sebagai
kelompok cara alternatif bagi konsumen untuk mendapatkan hasil yang diinginkan daripada hanya
sebagai pesaing langsung.

2.2.9 SUMBER-SUMBER UTAMA INFORMASI EKSTERNAL

 Internet

 Intelejen

 Dokomen-dokomen historis

2.2.10. ALAT PERAMALAN DALAM MANAJEMEN STRATEGIS

 Peramalan (forecasting) adalah aktivitas yang kompleks karena faktor-faktor seperti


inovasi teknologi, perubahan budaya, produk baru, jasa yang telah diperbaharui, pesaing
yang semakin kuat, pergeseran prioritas, pemerintah, perubahan nilai-nilai sosial,
kondisi ekonomi yang tidak stabil, dan kejadian yang tidak diperkirakan.

 Alat peramal secara umum dapat dikatergorikan menjadi dua kelompok yaitu Teknik
Kuantitatif dan Teknik Kualitatif.

 Ramalan kuantitatif sangat cocok bala data historis tersedia dan bila ada hubungan
antar variabel kunci yang diharapkan tetap sama dimasa depan.

2.2.11. TANTANGAN GLOBAL


 Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional menghadapi risiko yang unik dan beragam, seperti pengambilalihan aset,
kerugian keuangan karena fluktuasi nilai tukar, interpretasi kontrak dan kesepakatan yang kurang
menguntungkan, gangguan sosial/politik, larangan impor/ekspor, tarif, dan hambatan perdagangan.

 Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah proses integrasi global dari perumusan, penerapan, dan pengevaluasian
strategi. Strategi global meliputi perencanaan, produksi, dan pemasaran produk dengan pertimbangan
kebutuhan global yang ada.

2.2.12. MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE Matrix) memungkinkan para
penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis,
lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif.

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dapat dikembangkan dalam lima langkah :

1. Buat daftar faktor-faktor eksternal utama. Masukkan 10-20 faktor, termasuk peluang dan ancaman
yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.

2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat
penting). Peluang seringkali diberi bobot lebih tinggi daripada ancaman, tetapi ancaman bisa diberi
bobot tinggi terutama jika mereka sangat parah/mengancam. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan
pada faktor itu harus sama dengan 1,0.

3. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan
seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor tersebut, di mana (4)Responsnya
sangat bagus, (3)Responsnya di atas rata-rata, (2)Responsnya rata-rata, (1)Responsnya di bawah rata-
rata.

4. Kalikan bobot setiap factor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot.

5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk organisasi.

Skor bobot total 4,0 mengindikasikan bahwa sebuah organisasi merespons secara sangat baik
peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Skor total sebesar 1,0 menandakan bahwa strategi
perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul.

2.2.13. MATRIKS PROFIL KOMPETITIF


Matriks Profil Kompetitif mengidentifikasi pesaing-pesaing utama suatu perusahaan serta kekuatan
dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan sampel. Bobot
dan skor bobot total, baik CPM maupun EFE Matrix, memiliki arti yang sama. Namun demikian, faktor
keberhasilan penting dalam CPM mencakup baik isu-isu internal maupun eksternal. Karenanya,
peringkatnya mengacu pada kekuatan dan kelemahan, di mana (4)Sangat kuat, (3)Kuat, (2)Lemah,
(1)Sangat lemah.

Terdapat beberapa perbedaan utama antara EFE Matrix dengan CPM

EFE Matrix

CPM

1. Faktor-faktor keberhasilan hanya mencakup data spesifik atau faktual dan hanya berfokus pada
isu-isu internal.

2. Faktor-faktor keberhasilan penting yang dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman.

3. Peringkat dan skor bobot total perusahaan-perusahaan pesaing tidak dibandingkan dengan
perusahaan sampel.

1. Faktor-faktor keberhasilan lebih luas, karena tidak mencakup data spesifik atau faktual dan
mungkin berfokus pada isu-isu internal.

2. Faktor-faktor keberhasilan penting yang tidak dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman.

3. Peringkat dan skor bobot total perusahaan-perusahaan pesaing dapat dibandingkan dengan
perusahaan sampel.

2.2.14. Persamaan dan Perbedaan Auditor Eksternal dan Internal

Auditor eksternal dan internal memiliki persamaan dalam banyak hal,

terutama di bidang teknis, yaitu sama-sama melaksanakan pekerjaan berdasarkan

penugasan yang diberikan, dan dalam pelaksanaan tugas tersebut, juga menggunakan prosedur dan
teknik audit yang sama. Namun, di antara keduanya juga memiliki perbedaan yang mendasar :

Auditor eksternal ditugaskan oleh lembaga tertinggi dalam organisasi (DPR

pada pemerintahan, dan Pemegang Saham pada perusahaan), sedangkan

auditor internal dipekerjakan oleh manajemen (Presiden, Menteri/Ketua LPND, Kepala Daerah, Direksi).

Dalam audit internalatas laporan keuangan, sesuai standar pemeriksaan yang


berlaku, auditor eksternal memberikan pendapat (opini) atas laporan

keuangan yang diauditnya. Sedangkan auditor internal, karena dianggap

tidak independen, tidak berhak memberikan pendapat atas laporan keuangan

lembaga tempat dia bekerja.

NO

KETERANGAN

AUDITOR INTERNAL

AUDITOR EKSTERNAL

1.

Tujuan Audit

Melakukan penilaian secara independent atas aktivitas operasional perusahaan dengan mengukur dan
mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan

Memberi pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan suatu organisasi.

2.

Pengguna Laporan

Internal perusahaan yaitu direksi & manajemen

Pihak ketiga, seperti para pemegang saham, calon investor.

3.

Orientasi

Masalah operasional masa lalu, sekarang dan yang akan datang dengan melakukan perbaikan agar lebih
baik dimasa mendatang

Melihat catatan keuangan yang terjadi pada periode lalu(historical)

4.

Kualifikasi

Berbagai disiplin ilmu dapat menjadi anggota internal audit.

Sarjana Akuntansi
5.

Timing

Kegiatan audit dilakukan berkesinambungan.

Bersifat periodik biasanya tahunan.

2.3 AUDIT SEKTOR PUBLIK

2.3.1 TEORI AUDIT SEKTOR PUBLIK

Auditing merupakan suatu invetigasi independen terhadap aktivitas khusus. Mekanisme audit
merupakan suatu mekanisme yang menggerakkan akuntanbilitas dalam pengelolaan sektor pemerintah,
BUMN atau instan pengelola aset negara, serta organisasi sektor publik lainnya sperti yayasan, LSM, dan
partai politik.

Pengertian audit sektor publik menurutIndra Bastian adalah “jasa penyelidikan bagi masyarakat
atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai.”

Dari pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa audit sektor publik adalah
pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui pertanggungjawaban
(akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat (public money) yang bertujuan untuk membandingkan
hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit keuangan negara
ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR),
yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.

Dari definsi tersebut, beberapa bagian perlu mendapatkan perhatian yaitu :

· Proses sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu urutan yang logis.

· Objektivitas – Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan serta kualitas orang yang
melakukan audit.

· Penyediaan dan evaluasi bukti – Hal ini berkaitan dengan pengujian yang mendasari dukungan
terhadap asersi ataupun representasi.

· Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi – Hal ini merupakan deskripsi yang luas tentang
subyek permasalahn yang diaudit.
· Derajat hubungan kriteria yang ada – Hal ini berarti suatu audit memberikan kecocokan antara
asersi dan kriteria yang ada.

· Mengkomunikasikan hasil – Agar bermanfaat hasil audit perlu dikomunikasikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

2.3.2. JENIS-JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK

Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin dalam APBN, APBD,
kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai politik. Penetapan tujuan untuk
menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta standar audit yang harus diikuti oleh auditor
merupakan awal.

Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara, yaitu:

1. Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan
adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien
dan tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.

2. Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan
pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja
entitas atau fungsi yang diaudit. audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal
tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif,
agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam
pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja

Audit Keuangan

Audit Kinerja

Objek audit: laporan keuangan

Objek audit: organisasi, program, aktivitas/ kegiatan, atau fungsi


Menguji kewajaran laporan keuangan dari salah saji yang material dan kesesuaiannya dengan prinsip
akuntansi yang diterima umum

Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan

Lebih bersifat kuantitatif – keuangan

Lebih bersifat kualitatif

Tidak terlalu analitis

Sangat analitis

Tidak menggunakan indikator kinerja, standar, dan target kinerja

Membutuhkan indikator, standar, dan target kinerja untuk mengukur kinerja

Biasanya tidak mempertimbangkan analisis biaya manfaat

Biasanya mempertimbangkan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis)

Waktu pelaksanaan audit tertentu (biasanya pada akhir periode akuntansi)

Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu

Audit dilakukan untuk peristiwa keuangan masa lalu (post event)

Mempertimbangkan kinerja masa lalu, sekarang, dan yang akan datang

Tidak dimaksudkan untuk membantu melakukan alokasi sumber daya secara optimal

Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi sumber daya secara optimal dan memperbaiki kinerja

Tidak terdapat rekomendasi audit dan follow-up audit

Terdapat rekomendasi audit dan follow-up audit

3. Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja
yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat
bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon
procedures). Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit
investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal.

2.3.3 SISTEM AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


A. Pemeriksaan Siklus Pendapatan

Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya salah saji yang material
dalam proses Pendapatan Daerah/Organisasi, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain-lain yang sah.

Jenis koreksi pembukuan yang harus dilakukan atas pendapatan adalah sebagai berikut:

1 Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa perhitungan anggaran
tahun lalu.

2 Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian pendapatan daerah.

3 Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo akhir tahun anggaran sisa perhitungan anggaran
tahun perhitungan.

4 Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran tahun anggaran perhitungan.

5 Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas:

· Kesalahan pembukuan (kekeliruan pencatatan).

· Kesalahan pembebanan.

· Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka (aritmatika).

B. Pemeriksaan Siklus Belanja

Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
signifikan, yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja.

Berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan organisasi sektor publik. Dua kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi
pembelian dan pengeluaran kas. Kedua transaksi tersebut mempengaruhi berbagai akun berikut:

Kas,

Persediaan barang habis pakai,

Aktiva tetap,

Aktiva lain-lain,

Utang.

Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi sangatlah tinggi. Ada
berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus belanja ini, yaitu:
· Volume transaksi yang selalu tinggi,

· Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otoritasi yang dapat terjadi,

· Pembelian aset yang tidak perlu,

· Masalah akuntansi yang berkembang.

Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Semakin tinggi
volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Disamping itu,
juga ada kemungkinan bahwa organisasi sektor publik melakukan pembelian aset yang tidak perlu.

Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor publik
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus belanja untuk mencegah dan
mendeteksi salah saji. Seperti siklus pendapatan, pengujian pengendalian umumnya tidak mengurangi
risiko pengendalian asersi hak dan kewajiban. Jadi, auditor dapat menggunakan kombinasi strategi risiko
pengendalian yang ditetapkan lebih rendah dan pengujian subtantif.

Pengujian pengendalian tergantung pada pertimbangan biaya manfaat. Auditor harus


membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian internal degnan penghematan yang
diperoleh akibat berkurangnya pengujian substantif.

C. Pemeriksaan Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor publik yang digunakan dalam
kegiatan operasi organisasi. Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk memperoleh bukti tentang setiap
asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo aktiva tetap. Audit atas aktiva tetap sangat
penting karena biasanya aktiva tetap merupakan aset/kekayaan terbesar yang dimiliki oleh suatu
organisasi sektor publik.

D. Pemeriksaan Jasa Personalia

Siklus jasa personalia sangat penting karena masalah gaji, pajak penghasilan pegawai, dan biaya
ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya utama di hampir semua entitas.

E. Pemeriksaan Siklus Investasi (Pembiayaan)

Investasi ini pada umumnya merupakan bagian dari strategi jangka panjang suatu organisasi
sektor publik. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode akuntansi. Risiko salah saji
pada transaksi investasi organisasi sektor publik umumnya rendah karena jarangnya transaksi yang
terjadi.

F. Pemeriksaan Siklus Saldo Kas

Saldo kas berasal dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan siklus jasa personalia.
Tujian audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asersi yang signifikan,
ynag berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audi ditentukan berdasarkan kelima kategori
asersi laporan keuangan:

· Asersi keberadaan dan keterjadian

· Asersi kelengkapan

· Asersi hak dan kewajiban

· Asersi penilaian dan pengalokasian

· Asersi pelaporan dan pengungkapan

2.3.4 SIKLUS AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Terdapat 17 siklus dalam audit keuangan sektor publik:

1. PERENCANAAN AUDIT KEUANGAN

Standar pertama dari GAAS (General Accepted Auditing Standard) di Indonesia SPAP untuk audit
lapangan adalah perencanaan yang memadai.

Berikut adalah tiga alasan utama mengapa seorang auditor harus mempersiapkan rencana
kontrak kerja yang tepat sehingga :

(1) auditor dapat memperoleh cukup bukti kompeten untuk kondisi yang ada

(2) membantu menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar,

(3) serta menghindari kesalah pahaman dengan klien.

Perencanaan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya harus dilakukan terlebih dahulu
dalam audit. Keempatnya adalah sebagai berikut:

(1) Auditor harus memutuskan apakah akan menerima seorang klien baru atau melanjutkan pelayanan
untuk klien yang telah ada sekarang,

(2) Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit, informasi
ini akan mempengaruhi bagian lain dari proses perencanaan

(3) Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara penugasan untuk menghindari
kesalahpahaman.

(4) Dipilihnya staf untuk penugasan, termasuk bila dibutuhkannya spesialis audit.

Merancang pendekatan audit

· Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal


· Memahami bisnis dan industri klien

· Menilai resiko bisnis klien

· Menetapkan meterialitas, dan menilai resiko akseptabilitas audit serta resiko inhern,

· Memahami pengendalian intern, dan menilai resiko pengendalian,

· Menyusun seluruh rencana serta program audit.

Tahap selanjutnya dalam suatu laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit. Tahap
ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tahap terakhir dari suatu audit adalah
laporan temuan. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari standar
auditing.

Tahap perencanaan audit menurut Indra bastian (2010):

a. Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik.

Hal ini sangat penting karena saat ini audit sektor publik tidak lagi berfokus pada laporan realisasi
anggaran saja tetapi juga laporan keuangan lainnya.

b. Penentuan tujuan dan lingkup audit

Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup, auditor harus memastikan bahwa tujuan dan ruang
lingkup audit yang ditetapkan telah sesuai dengan mandat serta wewenang lembaga audit dan
pengawas yang bersangkutan.

c. Penilaian resiko

Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai pengujian yang mengandung resiko kesalahan,
sehingga penilaian risiko pengendalian (control risk), risiko bawaan (inherent risk), dan risiko deteksi
(detection risk) harus dilakukan.

d. Penyusunan rencana audit

Suatu rencana audit harus disusun berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit.

2. Penetapan regulasi audit keuangan


Bagian ini penting dalam proses audit karena dibutuhkan aturan untuk memberikan arahan yang
jelas, dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit laporan keuangan bisa memberikan opini yang tepat.

3. Penyusunan perencanaan audit tahuann oleh lembaga auditor

Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan.
Perencanaan audit yang matang akan sangat menentukan kesuksesan audit.

4. Temu rencanaan audit tahunan

Setelah lembaga auditor selesai menyusun perencanaan audit tahunan, kemudian mereka
bertemu dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik untuk membicarakan perencanaan audit
yang sudah disusun.

5. Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan

Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini menyangkut tim atau personel yang akan melakukan
audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi dalam menjalankan proses audit.

6. Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit

Kemudian regulasi yang telah diterbitkan tersebut akan diterima oleh lembaga pemeriksa
sehingga bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi sektor publik.

7. Survei awal karakter industri/organisasi yang akan diaudit

Tahapan selanjutnya dalam siklus audit audit sektor publik ini adalah survei awal terhadap
karakter industri/organisai yang akan diaudit.

8. Pembuatan program audit

Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah audit yang akan
dilakukannya. Langkah-langkah ini tertuang dalam program audit.

Suatu program audit akan berisi:

Tujuan audit untuk setiap area

Prosedur audit yang akan dilakukan

Sumber bukti audit

Deskripsi mengenai kesalahan (error).

9. Penerbitan surat tugas audit

Pihak organisasi sektor publik segera mengeluarkan surat tugas kepada lembaga pemeriksa untuk
melaksanakan audit.
10. Pelaksanaan audit keuangan

Dalam melaksanakan audit keuangan, auditor melakukan hal-hal berikut:

1) Menilai Pengendalian Internal

Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:

· Keandalan atau reliabilitas laporan keuangan.

· Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

· Efektivitas dan efisiensi operasi.

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dirancang oleh organisasi sektor publik untuk menjaga
aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan penyalahgunaan. Hal inilah yang disebut sebagai
pengendalian internal.

Jenis-jenis pengendalian internal:

· Organisasi

Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan untuk semua aspek
operasi dan pengendaliannya, harus disebutkan secara rinci dan jelas.

· Pemisahan tugas

Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan tugas dan tanggung jawab. Apabila
kedua hal tersebut digabungkan, maka seseorang dapat saja mencatat dan memproses sebuah transaksi
secara lengkap.

· Fisik

Pengendalian ini berhubungan dengan supervisi aset. Prosedur dan keamanan yang memadai
harus dirancang untuk memberi keyakinan bahwa akses langsung maupun tidak langsung melalui
dokumentasi aset terbatas pada personel yang berwenang.

· Persetujuan dan Otorisasi

Seluruh transaksi harus diotorisasi atau disetujui oleh orang yang tepat. Batas wewenang juga
harus dijelaskan.
· Akuntansi

Pengecekan atas keakuratan catatan, penghitungan jumlah total, rekonsiliasi, pemakaian nomor
rekening, , jurnal, dan akuntansi untuk dokumen.

· Personalia

Keberadaan prosedur akan menjamin penempatan personel yang sesuai dengan kemampuan dan
tanggung jawabnya.

· Supervisi

Setiap sistem pengendalian internal harus mencakup supervisi oleh atasan yang bertanggung jawab
terhadap transaksi dan pencatatannya sehari-hari.

· Manajemen

Ini adalah pengendalian yang dilakukan oleh manajemen diluar tugas rutinnya, yang meliputi
pengendalian secara keseluruhan oleh fungsi pengendalian internal dan prosedur review khusus lainnya.

2) Melakukan Prosedur Analitis

Prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data nonkeuangan.

Prosedur analitis akan membantu auditor dengan mendukung dan meningkatkan pemahamannya
tentang operasi organisasi yang diaudit. Prosedur analitis juga membantu auditor dalam
mengidentifikasi hubungan yang tidak sewajarnya dan fluktuasi data yang tidak diharapkan.

Ada enam langkah yang harus dilakukan auditor dalam melakukan prosedur analitis, yaitu:

Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat

Mengembangkan ekspektasi

Melakukan perhitungan dan perbandingan

Menganalisi data
Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan

6. Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap perencanaan audit.

11. Pembuatan daftar temuan

Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan-temuan


terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut kemudian didaftar sebagai bukti dalam
penyampaian pendapat nantinya.

12. Pembicaraan awal tentang daftar temuan

Berdasarkan temuan-temuan di lapangan , kemudian auditor melakukan pembicaraan dengan


pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-temuan tersebut. Dalam tahapan ini, auditor akan
melakukan cross-check atas hasil temuannya dengan fakta yang terjadi di lapangan.

13. Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan

Setelah hasil temuan hasil auditor di bicarakan atau melakukan cross-check dengan pejabat
organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draft laporan hasil pemeriksaan.

14. Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang diaudit

Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah di susun di dalam draft laporan hasil
pemeriksaan sudah selesai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

15. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan

Setelah melakukan pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dan di pastikan kellengkapan serta
kesepakatan mengenai draft tersebut sudah tercapai, kemudian akan di lakukan penyelesaian atau
finalisasi draft tersebut menjadi laporan hasil pemeriksaan akhir.

16. Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan

Berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak lanjut atau dengan
kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada organisasi sektor publik.

17. Penerbitan laporan hasil pemeriksaan

Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil pemeriksaan kepada
pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi yang telah di audit tersebut.
2.3.5.TEKNIK AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

a. Prosedur analitis (Analitycal Procedures)

Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantra data. Prosedur ini
meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal, atau laporan persentase,
perbandingan jumlah yang sederhana dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan model
matematis dan statistik, seperti analisis regresi.

Contoh prosedur analitis adalah membandingkan item belanja menurut anggaran dan item
realisasi belanja. Hasil perbandingan itu akan menunjukan ada tidaknya penyimpangan jumlah realisasi
belanja dari jumlah yang dianggarkan sebelumnya.

b. Inspeksi (Inspecting)

Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan
dalam mengumpulkan dan mengevalusai bukti, baik bottom-up mapun top-down. Dengan melakukan
inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak
yang memerlukan pengujian bottom –up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan
persaingan entitas.

Contoh kegiatan inspeksi adalah pemeriksaan terhdap bukti-bukti transaksi seperti rekening bank,
kwitansi atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi apakah transaksi yang dilakukan telah sesuai
atau menyimpang dari rencana dan anggaran yang telah ditetapkan.

c. Konfirmasi (Confirming)

Kegiatan konfirmasi adalah bentuk kegiatan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsug dari sumber independen di luar organisasi sektor publik yang di audit. Dalam
kasus yang lazim, klien (organisasi yang di audit) mengajukan permintaan kepada pihak luar secara
tertulis, namun auditor yang mengirimkan permintaan keterangan tersebut.

Contoh kegiatan konfirmasi adalah meminta keterangan kepada bendahara pengeluaran terkait
bukti-bukti transaksi pembelian atau pengalokasian anggaran yang telah dilakukannya. Kegiatan ini akan
mengajukan apakah bukti transaksi tersebut fiktif atau benar adanya. Selain keteranagn-keterangan
lainya terkait bukti tersebut.

d. Permintaan keterangan (Inquiring)


Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis oleh auditor. Permintaan
keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada manajemen atau karyawan organisasi sektor publik,
yang umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis.
Auditor juga dapat secara langsung meminta keterangan kepada pihak external.

Contoh kegiatan permintaan keterangan adalah auditor meminta keteragan bendahara


pengeluaran atas ketidaksesuaian jumlah pengeluaran (berdasarkan bukti transaksi yang ada) dengan
jumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Perhitungan (Counting)

Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1) perhitungan fisik sumber daya
berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan (2) akuntansi seluruh dokumen, dengan
nomor urut yang telah dicetak (prenumbered). Hal pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi
bukti fisik tentang jumlah yang ada. sementara yang ke dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara
untuk mengevaluasi pengendalian internal organisasi melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan
catatan akuntansi.

Contoh kegiatan perhitungan adalah auditor menghitung asset yang telah dibeli bagian
pengadaan berdasarkan bukti transaksi yang ada.

f. Penelusuran (Tracing)

Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat
pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen
tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian
prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul
aliran data melalui sistem akuntansi.

Contohkegiatan penelusuran adalah auditor membandingkan antara angka yang tertera dalam kwitansi
transaksi yang telah dilakukan dan jumlah angka yang tertera dalam jurnal. Hal ini menunjukan apakah
ada kesesuaian penyajian, yaitu penyajian yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.

g. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)

Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2)
mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk
menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan vouching, arah pengujian
berlawanan dengan yang digunakan dalam penelusuran. Prosedur pemeriksaan bukti pendukung
digunakan secara luas untuk mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang
sebenarnya dalam pencatatan akuntansi.

Contoh kegiatan pemeriksaan bukti pendukung adalah auditor memilih ayat jurnal “Pembelian
ATK” dijurnal, kemudian membandingkanya dengan kwitansi pembelian ATK tersebut atau tanda
pembelianya.
h. Pengamatan (observing)

Pengamatan berkaitan dengan memerhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan


atau proses. Kegiatannya berupa pemrosesan rutin atau jenis transaksi tertentu, seperti penerimaan
kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang telah diberikan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur organisasi sektor publik. Pengamatan sangat terutama untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian internal.

Contoh kegiatan pengamatan adalah auditor mengamati kegiatan bendahara gaji dalam
menjurnal ketika mengeluarkan gaji kepada para pegawai.

i. Pelaksanaan ulang (Reforming)

Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan rekonsiliasi
ynag dilakukan oleh organissasi sektor publik yang di audit. Contohnya adalah menghitung ulang total
jurnal, beban penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat melakukan ulang beberapa aspek
pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal sudah sesuai dengan
pengendaliaan internal yang sudah dirumuskan.

Contoh kegiatan pelaksaaan ulang adalah auditor menghitung ulang penyusutan kendaraan milik
organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya, kemudian dibandingkan dengan pencatatan
beban peyusutan kendaraan yang telah dilakukan.

j. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui media elektronik, maka
auditor dapat menggunakan teknik ini untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah
diuraikan sebelumnya.

Contoh kegiatan audit berbantukan komputer adalah auditor dengan bantuan komputer
memeriksa angka-angka dalam file jurnal bendahara dan membandingkanya dengan kwitansi
pendapatan, dan bukti –bukti transaksi lainya.

k. Pengujian pengendalian

Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:

1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan desain kebijakan atau
posedur dan apakah benar–benar digunakan dalam kegiatan organisasi

2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan prosedur serta bagaiman
pengaplikasiannya, konsistensinya dengan aplikasi terdahulu dan oleh siapa aplikasi itu dilaksanakan
selama satu periode.

Contoh kegiatan pengujian pengendalian adalah auditor membandingkan dokumen SOP atau
petunjuk teknis pegawai, dan mengamati pelaksaannya dilapangan. Pengendalian akan dianggap baik
jika SOP atau petunjuk teknis mampu memberikan pedoman bagi pelaksanaan tugas-tugas pegawai,
pegawai mudah memahaminya dan mengaplikasikannya pada setiap pekerjaanya secara konsisten.

l. Pengujian substansif

Dua kateegori umum pengujian substansif adalah:

1. Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam penyediaan bukti–bukti tentang validitas
perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya tentang kesalahan atau ketidak beresan
yang terjadi;

2. Pengujian terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian untuk menyediakan bukti-bukti
tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca atau sebaliknya atas kesalah dan ketidak
beresan yang terjadi.

Contoh kegiatan pengujian substantive adalah auditor memeriksa secara rinci angka dan jumlah
transaksi yang telah terjadi,dimulaidari memeriksa seluruh bukti tranaksi,catatan dalam jurnal, posting
dalam buku besar, hingga laporan yang telah jadi dengan demikian dapat ditemukan apakah ada kesalah
atau ketidak beresan.

2.3.6. CONTOH PRAKTEK AUDIT SEKTOR PUBLIK DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

a. Pemerintah Pusat

Audit atas pemerintah pusat ditujukan pada perolehan bukti audit yang cukup dan tepat.

Sebagai contoh, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun
daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari reformasi akuntansi dan
administrasi sektor publik. Untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang
telah dilakukan aparatur pemerintah , maka fungsi akuntabilitas dan audit atas pelaporann keuangan
sektor publik harus berjalan dengan baik. Seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor
publik meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya,
diperlukan audit yang tidak hanya terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja, tetapi perlu diperluas
dengan melakukan audit terhadap kinerja sektor publik.

b. Pemerintah Daerah

Audit yang diselenggarakan atas kegiatan pemerintah daerah dapat dibagi menjadi audit
keuangan dan audit kinerja. Audit dapat mempunyai gabungan tujuan audit keuangan dan audit kinerja,
atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas pada beberapa aspek dari masing-masing jenis audit
tersebut.

Sebagai contoh, pelaksanaan audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan Pemerintah
kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam itu sering kali mencakup baik tujuan
audit keuangan maupun tujuan audit kerja.
Pemeriksaan atas pos pendapatan asli daerah mencakup:

Melakukan pengujian terhadap nilai realisasi pos

Melakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan

Melakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak

Mengetahui adanya kesalahan atau tidak atas penyetoran pendapatan

Melakukan koreksi

Melakukan pengujian.

c. LSM

Di Indonesia ada dua jenis LSM. Pertama, LSM yang melakukan fungsi kontrol masyarakat. Kedua,
LSM yang melaksanakan program entitas. Menjamurnya LSM terutama dipicu oleh persyaratan-
persyaratan yang diajukan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.

Sebagai contoh, bank dunia yang mensyaratkan perlunya entitas bekerja sama dengan LSM dalam
proyek yang akan dikucurkan dananya.

Dalam organisasi LSM dilakukan dua jenis audit:

· Audit kinerja keuangan

· Audit kinerja nonkeuangan

d. Yayasan

Contohnya pelaksanaa audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan pemerintah
kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam ini sering kali mencakup baik tujuan
keuangan maupun tujuan audit kinerja. Audit semacam ini umunya disebut audit kontrak.

e. Partai Politik

Sama seperti organisasi-organisasi sektor publik lainnya, audit dalam organisasi partai politik juga
dibedakan menjadi dua, yaitu audit kinerja keuangan dan audit kinerja nonkeuangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Audit terhadap sektor publik sangat dibutuhkan karena instansi pemerintah rentan akan
permasalahan korupsi, kolusi, serta rendahnya tingkat efisiensi dan efektivitas yang mampu ditunjukkan
oleh pemerintah. Audit terhadap sektor publik harus memiliki standar yang jelas dan tegas agar
dipatuhi oleh instansi pemerintah.

Pengawasan pelaksanaan terhadap audit sektor publik harus lebih ditingkatkan untuk memperoleh
perbaikan dalam kualitas audit terhadap sektor publik dan hal ini tentu meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan pemerintah yang lebih bertanggungjawab.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi acuan untuk membedakan atara tujuan Audit Umum dengan Audit
Spesifiq, dimana kalangan mahasiswa sekarang susah untuk membedakan audit ini.

Didalam saran ini kami juga berharap agar para pembaca bisa menggaliilmu

pengetahuan sedalam-dalamnya. Karena dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki akan menjadikan
kita sebagai orang yang mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Erlangga

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Unknown at 17:26

Share

No comments:

Post a Comment

Home

View web version


About Me

Unknown

View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai