Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Akuntansi Sektor Publik


“AUDITING SEKTOR PUBLIK”
Dosen Pengampu: Dr Rimi Gusliana Mais , Dr., SE., M.Si., CSRS., CSRA.

Hari Selasa, 15:30

Disusun oleh :

1. Halika Wibowo 11190000010

2. Elia Siti Khofifah 11190000032

3. Diana Kamila 11190000076

Program Studi S1 Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


2021

2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH Yang Maha Esa , karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini
dengan tepat waktu, berikut ini kami mempersembahkan Makalah kami yang
Berjudul “Auditing Sektor Publik” yang menurut kami dapat memberikan manfaat
bagi kita yang sedang mempelajari Akuntansi Sektor Publik.
Makalah ini disusun dengan tujuan tidak hanya syarat pengumpulan tugas mata
kuliah Akuntansi Sektor Publik namun juga dapat digunakan sebagai pemahaman
materi tentang “Auditing Sektor Publik” agar memiliki pandangan yang lebih luas
dalam bidang mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah “Auditing Sektor Publik” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 13 Oktober 2021

ANGGOTA PENYUSUN

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...........................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
2.1 Pengertian Auditing Sektor Publik........................................3
2.2 Peran Auditing Sektor Publik...............................................3
2.3 Lingkungan Hukum dan Kelembagaan.................................4
2.4 Jenis – Jenis Audit Sektor Publik..........................................6
2.5 Standar Audit Peran Audit Sektor Publik.............................9
2.6 Tanggung Jawab Manajeman, Auditor
Dan Lembaga Audit..............................................................15
2.6.1 Contoh implementasinya..............................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................19
3.1 Kesimpulan............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi sektor publik dalam hal ini pemerintah, merupakan lembaga yang
menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal darimasyarakat.
Sehingga dalam pelaksanaannya, pemerintahan haruslah “bersih”.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilarutama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen tersebut adalah partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu seluas-
luasnya agar semua pihak yang terkait berperan serta atau berpartisipasi secara aktif.
Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintah
tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
melaksanakan audit pada organisasi sektor publik. Audit yang dilakukan tidak hanya
terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, melainkan sampai pada audit kinerja apalagi
pada sektor pemerintahan.Sebelum pelaksanaan audit pada organisasi sektor publik terlebih
dahulu kita harus memahami teori dan bagaimana implementasi serta sistem dan teknik
dalam pelaksanaan audit sektor publik. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan
lebih rinci mengenai “Pelaksanaan Audit Sektor Publik”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian audit sektor publik ?
2. Apa saja peran auditing sektor publik ?
3. Lingkungan hukum dan kelembagaan auditing sector publik
4. Jenis-jenis audit sektor publik
5. Standar audit sektor publik
6. Tanggung jawab manajemen Audit dan Lembaga audit sektor publik

1
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian audit sektor publik.
2. Mengetahui peran audit sektor publik.
3. Mengetahui Lingkungan Hukum dan Kelembagaan.
4. Mengetahui Jenis – jenis audit sektor publik.
5. Memahami Standar Audit Peran Audit Sektor Publik.
6. Mengetahui Tanggung Jawab Manajeman, Auditor Dan Lembaga Audit Beri contoh
implementasinya.

BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Definisi Audit Sektor Publik
Mekanisme audit merupakan suatu mekanisme yang dapat menggerakkan makna
akuntabilitas dalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, atau instansi pengelola aset
Negara, serta organisasi sektor publik lainnya. Auditing Sektor Publik adalah suatu proses
sistematik yang secara obyektif terkait evaluasi bukti-bukti berkenaan dengan asersi tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi
tersebut dengan kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari definisi tersebut, beberapa bagian yang perlu mendapat perhatian :
1) Proses Sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu urutan
yang logis.
2) Objektivitas – berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan serta kualitas orang
yang melakukan audit atau bebas dari prasangka (freedom from bias).
3) Penyediaan dan Evaluasi Bukti – berkaitan dengan pengujian yang mendasari dukungan
terhadap asersi ataupun representasi.
4) Asersi tentang Kegiatan dan Kejadian Ekonomi – merupakan deskripsi yang luas
tentang subjek permasalahan yang diaudit. Asersi merupakan proporsi yang secara
esensial dapat dibuktikan atau tidak dapat dibuktikan.
5) Derajat Hubungan Kriteria yang Ada – suatu audit memberikan kecocokan antara asersi
dan kriteria yang ada.
6) Mengomunikasikan Hasil – agar bermanfaat hasil audit perlu dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan baik secara lisan maupun tertulis.

2.2 Peran Auditing Sektor Publik


Audit sektor publik memiliki peran penting dalam perwujudan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Melalui auditing sektor publik, dapat dilakukan
Tindakan pendeteksian dan pencegahan atas berbagat praktik korupsi, penyelewengan,
pemborosan, dan kesalahan dalam pengelolaan sumber daya publik serta penyelamatan aset-
aset negara.
Audit sektor publik merupakan salah satu pilar penting dalam mewujudkan tata Kelola
pemerintahan yang baik. Tetapi auditing sektor publik saja tidak cukup, sebab auditor
memiliki keterbatasan kewenangan. Kewenangan auditor sebatas melakukan pemeriksanaan,
memberikan opini serta menyampaikan temuan temuan audit dalam laporan hasil
pemeriksaan. Oleh karena itu, auditing sektor publik harus didukung oleh aparat penegak
hukum yang lain seperti kejaksaan, kepolisian, dan kehakiman.

Auditor sektor publik juga tidak memiliki kewenangan dalam mengawasi perencanaan.
Terkait dengan hal ini, auditor sektor pubilik harus didukung oleh lembaga legisian yang
berwenang melakukan fungsi pengawasan terhadap eksekutif sejak tahap perencanaan,

3
pelaksanaan, maupun pertanggung jawaban. Dengan demikian untuk mewujudkan good
governance, maka semua lembaga negara baik eksekutif, legislatif, yudikatif, penegak
hukum, dan auditor harus bersih, kumpeten, dan profesional. Dalam hubungannya dengan
masyarakat, auditing sektor publik berperan sebagai pemegang fungsi atestasi berupa
pemberian opini auditor. Fungsi atestasi adalah untuk memberikan jaminan yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang disajikan manajemen.
Dengan demikian, auditing sektor publik pada dasarnya berperan dalam mewakili dan
melindungi kepentingan rakyat dan pemangku kepentingan lainnya dari memperoleh
Informasi keuangan yang salah dan menyesatkan.

2.3 Lingkungan Hukum dan Kelembagaan


Peraturan Perundangan Terkait Audit Keuangan Negara/ Daerah Pelaksanaan audit
pada organisasi sektor publik harus ada dasar hukumnya. Berikut adalah beberapa peraturan
perundangan yang terkait dengan pelaksanaan audit sektor publik :
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No. 17 Tahan 2003 tentang Keuangan Negara
Undang -Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara
Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23 Ayat (1) I menyatakan untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan satu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri.
Kemudian dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, pemeriksaan keuangan
negara diatur dalam Pasal 30 dan Pasal 31. Pemeriksaan keuangan negara secara lebih
khusus diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Dasar pemikiran UU No. 15 Tahun 2004 adalah
bahwa untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004 pertu dilakukan
pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri, sebagaimana
telah ditetapkan dalam Pasal 23E UUD 1945.
Sebelum UU No. 15 Tahun 2004 dikeluarkan, BPK diatur dalam UU No. 5 Tahun
1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan masih belum memiliki landasan operasional yang
memadai dalm pelaksaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara. Agar BPK dapat melaksanakan fungsinya secara efektif maka
dikeluarkanlah UU No. 15 Tahun 2004 yang mengatur hal-hal pokok yang berkaitan dengan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

4
Dengan landasan hukum UU No. 15 Tahun 2004. BPK diberi kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang
meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. BPK juga memiliki kebebasan dan kemandirian dalam penentuan obyek
pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaanpemeriksaan, penentuan waktu dan metode
pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan hasil pemeriksaan.

Kelembagaan Auditing Sektor Publik


Lembaga yang bertugas melaksanakan audit pada organisasi sektor publik
diIndonesia dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Audit Internal, terdiri atas:
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Inspektorat Jendrerit rjen) pada departemen atau kementrian lembaga negara.
Inspektorat Propinsi/Kabupaten/Rots (Badan Pengawas Daerah).
Satuan Pengawasan Internal pada BUMN/BHMN/BUMD.
b. Audit Eksternal, terdiri atas:
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI
Auditor Eksternal Independen yang bekerja untuk dan atas nama BFK
Auditor internal atau disebat Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) merupakan
lembaga audit yang berada dibawah pemerintahan atau merupakan bagian dari
pemerintahan. Sedangkan auditor eksternal merupakan lembaga audit di luar pemerintahan
yang bersifat mandiri dan independen.
Auditor internal bertugas melakukan pengawasan internal penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintahan termasuk akuntabilitas keuangan negara. Pengawasan intern
adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadat bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan
tata kepemerintahan yang baik.
Auditor eksternal merupakan ouditor yang independent audit keuangan, audit kinerja,
dan audit dengan tujuan tertentu, BPK menyampatkan laporan hasil pemeriksaan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuat dengan kewenangannya.
Audit eksternal dan audit internal berbeda dalam beberapa hal antara lain perspektif
audit, tanggungjawab, tinglan independensi, penekanan audit, kewenangan, dan laporan
audit.

2.4 Jenis – Jenis Audit Sektor Publik

5
Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin dalam
APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai politik.
Penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta standar audit
yang harus diikuti oleh auditor merupakan awal.
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 daan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara,
yaitu:
1. Audit keuangan
Merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan adalah audit yang menjamin
bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat
serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.

Hasil pemeriksaan keuangan disampaikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan


(LHP) yang memuat opini auditor. Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa
mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada kriteria:
1. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintah
2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosure)
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
4. Efektivitas sistem pengendalian internal.
Terdapat lima jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yaitu:

a. Opini “Wajar Tanpa Pengecualian” (Unqualified Opnion). Pendapat ini


merupakan pendapat yang paling tinggi dilihat dari kualitas laporan yang disajikan.
Artinya laporan keuangan yang disajikan pemerintah telah disajikan secara wajar
untuk semua pos (akun) yang dilaporkan, tidak terdapat salah saji yang material, dan
tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi atau prinsip akuntansi.
b. Pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas” (Unqualified
Opinion with additional paragraph). Pendapat ini masih dalam kategori wajar tanpa
pengecualian, hanya untuk pos (akun) tertentu perlu penyesuaian agar menjadi wajar.
c. Pendapat “Wajar Dengan Pengecualian” (Qualified Opinion). Pendapat ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pos dalam laporan keuangan telah disajikan
secara wajar terbebas dari salah saji material dan sesuai dengan standar akuntansi,
namun untuk pos tertentu disajikan tidak wajar.

6
d. Pendapat “Tidak Wajar” (Adverse Opinion). Pendapat tidak wajar diberikan apabila
pos-pos dalam laporan keuangan nyata-nyata terdapat salah saji yang material dan
tidak sesuai dengan standar akuntansi. Keadaan seperti ini bisa terjadi karena
buruknya sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi yang ada.
e. “Tidak Memberikan Pendapat” (Disclaimer Opinion). Keadaan menolak
memberikan pendapat diberikan auditor karena beberapa faktor, yaitu: 1)auditor
terganggu independesinya. 2)auditor dibatasi untuk mengakses data tertentu.

2. Audit kinerja
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang
diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku,
menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut (Madiasmo: 2004).
konsep audit kinerja sebagai audit for management, bukan audit to management.
Dalam audit for management auditor harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi
manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.
Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu organisasi
memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit jenis lainnya.

Jenis-jenis Audit Kinerja


a. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio
terbaik antara output dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam
unit yang berbeda maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang
ada dapat dicapai output yang maksimal atau ouput tertentu dapat dicapai dengan
sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk
menentukan:
Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber
dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara
ekonomis dan efisien.
Penyebab timbulnya inefisiensi atau pemborosan yang terjadi, termasuk
ketidakcukupan sistem informasi manajemen, prosedur administratif, atau
struktur organisasi.
Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan pelaksanaan
praktek ekonomi dan efisien.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang
optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan

7
output yang telah dicapai pada periode bersangkutan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahun sebelumnya, dan unit lain pada
organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.
b. Audit Efektivitas
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Audit efektivitas (audit program)
bertujuan untuk:
Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan program.

Manfaat Audit Kinerja


Menurut I Gusti Agung Rai manfaat utama audit kinerja adalah sebagai berikut:
“1. Peningkatan Kinerja
2. Peningkatan Akuntabilitas Publik.”

Audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas, berupa perbaikan


pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan; pengembangan
bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja; perbaikan
perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa; serta penyajian
informasi yang lebih jelas dan informatif.

3. Audit dengan tujuan tertentu


Merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan
untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Sesuai dengan definisinya, jenis audit
dapat berupa semua jenis audit selain audit keuangan dan audit operasional. Dengan
demikian, termasuk dalam jenis audit tersebut termasuk diantaranya adalah audit
ketaatan, audit fraud dan audit investigatif.
Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination) , reviu
(review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures) Audit dengan tujuan
tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit
atas sistem pengendalian internal.

4. Audit Forensik
Audit forensic atau yang lebih dikenal dengan akuntansi forensik merupakan
disiplin ilmu yang relatif baru dalam akuntansi. Perkembangan akuntansi forensik
dilatarbelakangi dengan munculnya krisis keuangan dan kebangkrutan perusahaan-
perusahaan yang disebabkan oleh tindakan kecurangan (fraud) dan manipulasi laporan
keuangan khususnya di sektor swasta.
Audit forensik di Indonesia khususnya di sektor publik dapat dilakukan oleh
KPK, BPK, BPKP, dan PPATK. Sementara itu, untuk sektor swasta audit forensik dapat
dilakukan oleh KAP.

8
Pelaksanaan audit forensik dilakukan dengan teknik pengujian kecurangan (fraud
examination) dengan berbagaai metoda, misalnya pegujian dokumen, penelusuran rekam
jejak,wawancara terhadap saksi dan calon tersangka, interogasi, penyadapan, pengintaian,
penggeledahan, dan sebagainya.

2.5 Standar Audit Peran Audit Sektor Publik


Standar auditing sektor publik di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diperuntukkan bagi auditor non-
pemerintah maupun auditor pemerintah dalam pemeriksaan keuangan. Namun khusus untuk
standar auditing sektor publik BPK RI telah mengeluarkan peraturan No.01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). SPKN berlaku bagi auditor BPK
dan auditor publik independen yang bekerja keras atas nama BPK serta Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP) dalam mengaudit keuangan. negara/daerah. Standar audit
sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) yaitu ketentuan dan
pedoman utama yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melaksanakan audit
nantinya, juga seorang auditor harus memiliki keahlian dalam bidang akuntansi. Kepatuhan
terhadap PSA yang disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang bersifat
wajib bagi seluruh anggota IAPI. Seorang Auditor Profesional haruslah memiliki keahlian
dalam hal teknis audit juga akuntansi. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun
untuk memenuhi Pasal 5 Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-
Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan pembuatan standar
pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

(1) Standar Umum

Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk menjamin kredibilitas hasil
perneriksaan. Kredibilitas sangat diperlukan oleh sernua organisasi pemeriksa yang
rnelaksanakan perneriksaan yang diandalkan oleh para pejabat entitas dan pengguna hasil
pemeriksaan lainnya dalam mengambil keputusan, dan merupakan hal yang diharapkan oleh
publik dari informasi yang disajikan oleh pemeriksa. Standar umum ini berkaitan dengan

9
persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa, independensi organisasi pemeriksa dan
perneriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama
dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil perneriksaan, serta pengendalian mutu hasil
pemeniksaan.

Standar urnurn ini memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan


standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan
standar berikutnya. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti
oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang melakukan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan.

Pernyataan standar umum yang pertama adalah tentang persyaratan kemampuan atau
keahlian, yaitu “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
rnemadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”

Pernyataan standar umum kedua adalah “Dalarn semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalarn sikap
mental dan penampilan dari gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat
memengaruhi independensinya”.

Pernyataan standar umum ketiga adalah “Dalarn pelaksanaan pemeriksaan serta


penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama”.

Pernyataan standar umum keempat adalah “Setiap organisasi pemeriksa yang


melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem
pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus di-
review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal)”.

(2) Standar Pemeriksaan Keuangan

Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan


Pernyataan standar ini mengatur standar pelaksanaan untuk pemeriksaan keuangan dan
setiap standar pekerjaan lapangan audit keuangan dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang

10
ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain. Untuk pemeriksaan keuangan Standar
Pemeriksaan memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang
ditetapkan IAI yaitu:
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.

Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan


Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat standar
pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI, yaitu:
(1) “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain
yang berlaku secara komprehensif”
(2) “Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalarn periode sebelumnya.”
(3) “Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit.”

(3) Standar Pemeriksaan Kinerja


Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
a. Perencanaan
Pernyataan standar pelaksanaan pertama adalah “Pekerjaan harus direncanakan
secara memadai”. Dalam merncanakan pemeriksaan, pemeriksa (auditor) terlebih
dahulu harus mendefinisikan tujuan pemeriksaan dan lingkup serta metodologi
pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemerikaan tersebut. Perencanaan merupakan
proses yang berkesinambungan selama pemeriksaan. Oleh karena itu pemeriksaan
11
harus mempertimbangkan untuk membuat penyesuain pada tujuan, lingkup dan
metodologi pemeriksaan selama pemeriksaan dilakukan.
Prosedur pemeriksaan adalah langkah-langkah pemeriksaan dan cara-cara pengujian
yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Dalam
merencanakan suatu pemeriksaan kinerja, pemeriksa (auditor) harus :
Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna
laporan hasil pemeriksaan.
Memperoleh suatu pemahaman mengenai program yang diperiksa.
Mempertimbangkan pengendalian internal.
Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud) dan ketidakpatutan
(abuse).
Mengidentifikasikan kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang
harus diperiksa.
Mengidentifikasikan temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan dari
pemeriksaan terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan. Pemeriksa
harus menentukan apakah manajemen sudah memperbaiki kondisi yang
menyebabkan temuan tersebut dan sudah melaksanakan rekomendasinya.
Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksa lain dan ahli lainnya dapat
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksan yang telah ditetapkan.
Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk
melaksanakan pemeriksaan
Mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi
umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang terkait
Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulis

b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah “Staf harus disupervisi dengan baik”.
Supervisi mencakup engarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli
yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur
supervisi meliputi pemberian intruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir

12
tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang
dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah “Bukti yang cukup, kompeten dan
relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan
rekomendasi pemeriksa”. Dalam mengidentifikasi sumber-sumber data potensial
yang dapat digunakan sebagai bukti pemeriksaan, pemeriksa harus
mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data yang
dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang disusun oleh pemeriksa atau data
yang diberikan oleh pihak ketiga. Demikian juga halnya dengan kecukupan dan
relevansi bukti-bukti tersebut.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah “Pemeriksa harus mempersiapkan
dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.
Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungandengan
pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan dan rekomendasi
pemeriksa”.
Dokumen pemeriksaan memberikan tiga manfaat, yaitu :
- Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.
- Membantu peperiksa dlam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pemeriksaan.
- Memungkinkan orang lain untuk me-review kualitas pemeriksaan.
Tujuan yang ketiga ini pemting karena pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pemeriksaan ini akan di-review oleh pemeriksa lain. Dokumen pemeriksaan
memungkinkan dilakukannya review atas kualitas pemeriksaan karena merupakan
dokumentasi tertulis mengenai bukti yang mendukung temuan dan rekomendasi
pemeriksa.
Didalam dokumen pemeriksaan harus berisi :

13
- Tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan termasuk kriteria pengambilan uji
petik (sampling) yang digunakan.
- Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung
pertimbangan profesional dan temuan pemeriksa.
- Bukti tentang review supervisi terhadap pekerjaanyang dilakukan. Penjelasn
pemeriksa mengenai standar yang diterapkan, apabila ada, alasan dan akibatnya.

(4) Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu


Standar Pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan tertentu
Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Untuk
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu berikut :
a. Komunikasi Pemeriksa
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah : “Pemeriksa harus
mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup
pengujian serta pelaporan ynag direncanakanatas hal yang akan dilakukan
pemeriksaan, kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan”.
b. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah : “Pemeriksa harus
mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas
rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal yang diperiksa”.
c. Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah : “Dalam merencanakan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk eksaminasi dan menrancang
prosedur untuk mencapai tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh
pemahaman yang memadai tentang pengendalian internal yang sifatnya material
terhadap hal yang diperiksa”.
d. Merancang Pemeriksaan untuk mendekteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud) serta ketidakpatutan (abuse).

e. Dokumentasi Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah : “Pemeriksa harus
mempersiapkan dan memelihar dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan,

14
pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan dan dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan
tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan
pemeriksa”.

Standar Pelaporan Pemeriksaan untuk tujuan tertentu


Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik ditetapkan oleh IAI . Untuk
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, standar pemeriksaan memberlakukan empat
pernyataan standar pelaporan perikatan/ penugasan atestasi dalam SPAP yang ditetapkan
IAI sebagai berikut :
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan
atestasi yang bersangkutan.
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai
denganstandar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai
alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatanpraktisi yang signifikan tentang perikatan
dan penyajian asersi.

Standar audit berfungsi mengatur semua aktifitas pekerjaan auditnya akuntan publik.
Standar mengatur mulai dari syarat auditor misalnya independensi dan kompetensi
auditor sampai bagaimana membuat laporan audit. Standar audit berfungsi sebagai
pengendali secara preventif terhadap kecurangan, ketidakjujuran dan kelalaian.

2.6 Tanggung Jawab Manajeman, Auditor Dan Lembaga Audit Serta Contoh
implementasinya
Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjadi tanggung jawab semua pihak
tidak hanya manajemen selaku pihak yang diaudit, tetapi juga menjadi tanggung jawab
auditor sektor publik. Bahkan jika diperluas lagi dalam batas-batas tertentu juga menjadi
tanggung jawab lembaga pengawas seperti DPR/DPRD sebab lembaga legislatif memiliki
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan terhadap pengelolaan APBN/APBD. Berikut
penjelasan SPKN terkait tanggungjawab masing-masing pihak yaitu:

1. Tanggung jawab manajemen entitas yang diperiksa Manajemen entitas yang diperiksa
bertanggung jawab untuk:
a. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung. jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan keputusan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
b. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intem yang efektif guna menjamin:
Pencapaian tujuan sebagaimana mestinya.
Keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola.
15
Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan
data/informasi secara wajar.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara secara tepat waktu.
d. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu
proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.

2. Tanggung jawab Pemeriksa (Auditor) adalah:


a. Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa
harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta munjunjung
tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi. Pemeriksa harus memiliki sikap
melayani kepentingan publik, menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan
mempertahankan profesionalisme. Untuk itu standar pemeriksaan membuat konsep
akuntabilitas yang merupakan landasan dalam pelayanan kepentingan publik.
b. Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik
dalam melakukan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya, pemeriksa mungkin menghadapi tekanan atau konflik dari
manajemen entitas yang diperiksa, dari tingkat jabatan pemerintah, dan pihak
lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan indepedensi pemeriksa. Dalam
menghadapi tekananı pemeriksa harus menjaga integritas dan menjunjung tinggi
tanggung jawab terhadap publik.
c. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas
yang tertinggi. Pemeriksa harus profesional, obyektif. berdasarkan fakta, dan tidak
berpihak. Bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para
pengguna laporan hasil pemeriksaannya harus tetap memperhatikan batasan
kerahasiaan yang dibuat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan pemeriksa
tidak boleh menggunakan informasi tersebut diluar pelaksanaan pemeriksa.
d. Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan
pribadi. Integritas dapat mencegah kebohongan dan pelanggaran prinsip tetapi tidak
dapat menghilangkan kecerobohan dan perbedaan pendapat.
e. Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Pemeriksa juga bertanggung
jawab untuk mempertahankan indepedensi dalam sikap mental (independent in fact)
dan independensi dalam penampilan perilaku (independent in appearance). pada
saat melaksanakan pemeriksaan.
f. Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam
menetapkan lingkup dan mrtodologi. menentukan pengujian dan prosedur yang
akan dilaksanakan. melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan hasilnya. Dalam
melaporkan hasil pemeriksaannya. pemeriksa bertanggung jawab untuk
mengungkapkan semua hal yang material dan signifikan yang diketahuinya, apabila

16
tidak diungkapkan maka akan mengakibatkan kesalah pahaman para pengguna
laporan hasil pemeriksaan.
g. Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna
laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa
berdasarkan Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam membantu pihak manajemen dan
pengguna laporan harus memahami tujuan, jangka waktu dan data yang diperlukan
dalam pemeriksaan berkaitan merik dengan perencanaan. nikasikan informasi yang
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan tersebut kepada pihak-pihak yang yang
terkait selama tahap perencanaan pemeriksaan.

3. Tanggung jawab organisasi pemeriksa


Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk menyakinkan bahwa:
a. Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan.
Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan
dan pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
b. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional
dan secara korektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai.
c. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan
suatu pemyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut
dirancang dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar
Pemeriksaan.

2.6.1 Contoh Implementasi Auditing Sektor Keuangan

Contoh pelaksanaan audit pendapatan dan verifikasi kinerja programpendapatan pemeriksaan


atas Pos Pendapatan Asli Daerah

1) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah nilai realisasi pos pendapatan pajak
daerah dan pos retribusi daerah yang dibukukan telah mencakup seluru hak daerah yang
telah diterima oleh kas daerah pada tahun anggaran perhitungan. Untuk itu, salinan
rekening koran kas daerah diperoleh, kemudian diteliti apakah terdapat setoran melalui
transfer atas pajak dan retribusi daerah yang dilakukan pada tahun anggaran perhitungan
dan telah diterima oleh kas daerah tercantum pada sisi kredit rekening koran kas daerah
dan telah dibukukan pada sisi debet, tetapi belum dibukukan dalam ayat bersangkutan
dan belum disajikan dalam lampiran perhitungan anggaran pendapatan. Apabila terjadi
hal demikian, lakukan koreksi tambah sejumlah setoran yang belum dibukkan dan belum
disajikan dalam lampiran tersebut. Lakukan koreksi kurang apabila terjadi hal yang
sebaliknya, yaitu setoran pajak dan retribusi daerah yang diterima oleh kas daerah pada
tahun anggaran yang lalu tetapi baru di bukukan dan disajiakn dalam lampiran tahun
anggaran perhitungan.

2) Lakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan uang berupa Surat TandaSetoran (STS)
untuk menentukan apakah posting atas penerimaan pajak dan retribusi daerah tersebut

17
telah sesuai dengan ayat pendapatan yang bersangkutan dan apakah telah disajikan sesuai
dengan ayat tersebut. Apabila terjadi kesalahan pembebanan, lakukan koreksi tambah dan
koreksi kurang pada masing-masing ayat dimaksud.

3) Lakukan konfirmasi pada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak daerah seperti
PT PLN atas pemungutan PPJU, yaitu untuk menentukan apakah jumlah PPJU yang
disetorkan ke kas daerah telah dibukukan dan ayat pendapatan PPJU, adalah pendapatan
bruto yang belum dipotong upah pungut dan belum dikompensasikan dengan pembayaran
rekening listrik pemda. Apabila pendapatan PPJU yang dibukukan dan disajikan dalam
lampiran tersebut, adalah pendapatan netto, maka koreksi tambah pada ayat pendapatan
PPJU dilakukan sebesar upah pungut ditambah biaya rekening listrik pemda, sekaligus
lakukan pula koreksi tambah pada pasal biaya upah pungut dan pasar belanja ongkos
kantor untuk langganan listrik.

4) Dari hasil konfirmasi tersebut diatas, kesalahan penyetoran atas pendapatan PPJU oleh
PT PLN diketahui, misalnya PPJU yang semestinya merupakan hak pemerintah daerah
“X”/ tetapi , oleh PT PLN disetorkan ke kas pemerintah daerah “y”. Hal ini berati bahwa,
bagi pemerintah daerah ”Y”, ada bagian, pendapatan PPJU yang bukan haknya; atas
kejadian, apabila sampai akhir tahunan ggaran belum disetorkan kembali dan tidak
disajikan sebagai pendapat dalam perhitungan UKP tahun anggaran perhitungan
pemerintah daerah “Y”, lakukan koreksi kurang pada lampiran ayat pendapatan PPJU
sebesar pendapatan PPJU yang bukan haknya, dan lakukan pula koreksi tambah sebesar
PPJU yang bukan haknya tersebut.

5) Apabila kejadian seperti tersebut diatas (butir 4), oleh pemerintah daerah “Y” pada tahun
anggaran perhitungan telah dikembalikan kepada pemerintah daerah “X”, tetapi nilainya
melebihi dan yang bukan menjadi haknya, dan ternyata atas kelebihan pengeluaran
tersebut tidak dimuat dalam bagian, pos, pasal belanja, maka koreksi tambah sebesar
kelebihan tersebut dilakukan atas belanja dan lakukan koreksi dengan memuat pada sisi
pendapatan sejumlah PPJU yang menjadi hak pemerintah daerah “X” dan memuat pada
sisi belanja sejumlah yang dikembalikan (termasuk kelebihannya).

6) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah pengembalian pajak daerah kepada wajib
pajak yang dilakukan dengan penerbitan SPMU pada tahun anggaran perhitungan yang
telah diperhitungkan dengan mengurangi nilai realisasi penerimaan pajak daerah yang
disajikan dalam lampiran pada ayat bersangkutan. Bila belum dikurangkan, lakukan
koreksi kurang sebesar pengembalian pajak tersebut

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Auditing Sektor Publik adalah suatu proses sistematik yang secara obyektif terkait
evaluasi bukti-bukti berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria
yang ada, serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Audit sektor publik memiliki peran penting dalam perwujudan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Memiliki kewenangan dalam melakukan
pemeriksaaa, memberikan opini serta menyampaikan temuan-temuan audi. Auditing sektor
publik pada dasarnya berperan dalam mewakili dan melindungi kepentingan rakyat dan
pemangku kepentingan lainnya dari memperoleh Informasi keuangan yang salah dan
menyesatkan.
Lingkungan hukum dan Kelembagaan Audit
Peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan audit sektor publik :
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No. 17 Tahan 2003 tentang Keuangan Negara
Undang -Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara
Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Lembaga yang bertugas melaksanakan audit pada organisasi sektor publik diIndonesia dapat
dikategorikan menjadi Audit Internal dan Audit Eksternal.
Jenis-jenis Audit Sektor Publik
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 daan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara,
yaitu:
1) Audit Keuangan’
2) Audit Kinerja
3) Audit dengan Tujuan Tertentu
4) Audit Forensik

Stadar Auditing Sektor Publik


Khusus untuk standar auditing sektor publik BPK RI telah mengeluarkan peraturan No.01 Tahun
2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar audit berfungsi mengatur

19
semua aktifitas pekerjaan auditnya akuntan publik. Standar mengatur mulai dari syarat
auditor misalnya independensi dan kompetensi auditor sampai bagaimana membuat laporan
audit. Standar audit berfungsi sebagai pengendali secara preventif terhadap kecurangan,
ketidakjujuran dan kelalaian.

Tanggung Jawab Manajeman Audit dan Lembaga Audit

Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjadi tanggung jawab semua pihak
tidak hanya manajemen selaku pihak yang diaudit, tetapi juga menjadi tanggung jawab
auditor sektor publik.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.polsri.ac.id/4807/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwibzKKn7eLzAhXWbn0KHQQRCt8QFnoECCsQAQ&usg=AOvV
aw2WF9nd4fJQfW8cjGJWQeKF
https://www.academia.edu/19513638/AuditingSektorPublik
https://www.kompasiana.com/yulifitmahal-gadri/5535670a6ea83-4bc28d-42cffiu
https://www.academia.edu/37802662/MAKALAH_PELAKSANAAN_AUDIT_SEKTOR_PUB
LIK_docx

21

Anda mungkin juga menyukai