Disusun oleh :
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH Yang Maha Esa , karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini
dengan tepat waktu, berikut ini kami mempersembahkan Makalah kami yang
Berjudul “Auditing Sektor Publik” yang menurut kami dapat memberikan manfaat
bagi kita yang sedang mempelajari Akuntansi Sektor Publik.
Makalah ini disusun dengan tujuan tidak hanya syarat pengumpulan tugas mata
kuliah Akuntansi Sektor Publik namun juga dapat digunakan sebagai pemahaman
materi tentang “Auditing Sektor Publik” agar memiliki pandangan yang lebih luas
dalam bidang mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah “Auditing Sektor Publik” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
ANGGOTA PENYUSUN
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...........................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
2.1 Pengertian Auditing Sektor Publik........................................3
2.2 Peran Auditing Sektor Publik...............................................3
2.3 Lingkungan Hukum dan Kelembagaan.................................4
2.4 Jenis – Jenis Audit Sektor Publik..........................................6
2.5 Standar Audit Peran Audit Sektor Publik.............................9
2.6 Tanggung Jawab Manajeman, Auditor
Dan Lembaga Audit..............................................................15
2.6.1 Contoh implementasinya..............................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................19
3.1 Kesimpulan............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi sektor publik dalam hal ini pemerintah, merupakan lembaga yang
menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal darimasyarakat.
Sehingga dalam pelaksanaannya, pemerintahan haruslah “bersih”.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilarutama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen tersebut adalah partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu seluas-
luasnya agar semua pihak yang terkait berperan serta atau berpartisipasi secara aktif.
Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintah
tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
melaksanakan audit pada organisasi sektor publik. Audit yang dilakukan tidak hanya
terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, melainkan sampai pada audit kinerja apalagi
pada sektor pemerintahan.Sebelum pelaksanaan audit pada organisasi sektor publik terlebih
dahulu kita harus memahami teori dan bagaimana implementasi serta sistem dan teknik
dalam pelaksanaan audit sektor publik. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan
lebih rinci mengenai “Pelaksanaan Audit Sektor Publik”.
1
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian audit sektor publik.
2. Mengetahui peran audit sektor publik.
3. Mengetahui Lingkungan Hukum dan Kelembagaan.
4. Mengetahui Jenis – jenis audit sektor publik.
5. Memahami Standar Audit Peran Audit Sektor Publik.
6. Mengetahui Tanggung Jawab Manajeman, Auditor Dan Lembaga Audit Beri contoh
implementasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Definisi Audit Sektor Publik
Mekanisme audit merupakan suatu mekanisme yang dapat menggerakkan makna
akuntabilitas dalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, atau instansi pengelola aset
Negara, serta organisasi sektor publik lainnya. Auditing Sektor Publik adalah suatu proses
sistematik yang secara obyektif terkait evaluasi bukti-bukti berkenaan dengan asersi tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi
tersebut dengan kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari definisi tersebut, beberapa bagian yang perlu mendapat perhatian :
1) Proses Sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu urutan
yang logis.
2) Objektivitas – berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan serta kualitas orang
yang melakukan audit atau bebas dari prasangka (freedom from bias).
3) Penyediaan dan Evaluasi Bukti – berkaitan dengan pengujian yang mendasari dukungan
terhadap asersi ataupun representasi.
4) Asersi tentang Kegiatan dan Kejadian Ekonomi – merupakan deskripsi yang luas
tentang subjek permasalahan yang diaudit. Asersi merupakan proporsi yang secara
esensial dapat dibuktikan atau tidak dapat dibuktikan.
5) Derajat Hubungan Kriteria yang Ada – suatu audit memberikan kecocokan antara asersi
dan kriteria yang ada.
6) Mengomunikasikan Hasil – agar bermanfaat hasil audit perlu dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan baik secara lisan maupun tertulis.
Auditor sektor publik juga tidak memiliki kewenangan dalam mengawasi perencanaan.
Terkait dengan hal ini, auditor sektor pubilik harus didukung oleh lembaga legisian yang
berwenang melakukan fungsi pengawasan terhadap eksekutif sejak tahap perencanaan,
3
pelaksanaan, maupun pertanggung jawaban. Dengan demikian untuk mewujudkan good
governance, maka semua lembaga negara baik eksekutif, legislatif, yudikatif, penegak
hukum, dan auditor harus bersih, kumpeten, dan profesional. Dalam hubungannya dengan
masyarakat, auditing sektor publik berperan sebagai pemegang fungsi atestasi berupa
pemberian opini auditor. Fungsi atestasi adalah untuk memberikan jaminan yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang disajikan manajemen.
Dengan demikian, auditing sektor publik pada dasarnya berperan dalam mewakili dan
melindungi kepentingan rakyat dan pemangku kepentingan lainnya dari memperoleh
Informasi keuangan yang salah dan menyesatkan.
4
Dengan landasan hukum UU No. 15 Tahun 2004. BPK diberi kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang
meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. BPK juga memiliki kebebasan dan kemandirian dalam penentuan obyek
pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaanpemeriksaan, penentuan waktu dan metode
pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan hasil pemeriksaan.
5
Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin dalam
APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai politik.
Penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta standar audit
yang harus diikuti oleh auditor merupakan awal.
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 daan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara,
yaitu:
1. Audit keuangan
Merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan adalah audit yang menjamin
bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat
serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.
6
d. Pendapat “Tidak Wajar” (Adverse Opinion). Pendapat tidak wajar diberikan apabila
pos-pos dalam laporan keuangan nyata-nyata terdapat salah saji yang material dan
tidak sesuai dengan standar akuntansi. Keadaan seperti ini bisa terjadi karena
buruknya sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi yang ada.
e. “Tidak Memberikan Pendapat” (Disclaimer Opinion). Keadaan menolak
memberikan pendapat diberikan auditor karena beberapa faktor, yaitu: 1)auditor
terganggu independesinya. 2)auditor dibatasi untuk mengakses data tertentu.
2. Audit kinerja
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang
diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku,
menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut (Madiasmo: 2004).
konsep audit kinerja sebagai audit for management, bukan audit to management.
Dalam audit for management auditor harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi
manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.
Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu organisasi
memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit jenis lainnya.
7
output yang telah dicapai pada periode bersangkutan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahun sebelumnya, dan unit lain pada
organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.
b. Audit Efektivitas
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Audit efektivitas (audit program)
bertujuan untuk:
Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan program.
4. Audit Forensik
Audit forensic atau yang lebih dikenal dengan akuntansi forensik merupakan
disiplin ilmu yang relatif baru dalam akuntansi. Perkembangan akuntansi forensik
dilatarbelakangi dengan munculnya krisis keuangan dan kebangkrutan perusahaan-
perusahaan yang disebabkan oleh tindakan kecurangan (fraud) dan manipulasi laporan
keuangan khususnya di sektor swasta.
Audit forensik di Indonesia khususnya di sektor publik dapat dilakukan oleh
KPK, BPK, BPKP, dan PPATK. Sementara itu, untuk sektor swasta audit forensik dapat
dilakukan oleh KAP.
8
Pelaksanaan audit forensik dilakukan dengan teknik pengujian kecurangan (fraud
examination) dengan berbagaai metoda, misalnya pegujian dokumen, penelusuran rekam
jejak,wawancara terhadap saksi dan calon tersangka, interogasi, penyadapan, pengintaian,
penggeledahan, dan sebagainya.
Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk menjamin kredibilitas hasil
perneriksaan. Kredibilitas sangat diperlukan oleh sernua organisasi pemeriksa yang
rnelaksanakan perneriksaan yang diandalkan oleh para pejabat entitas dan pengguna hasil
pemeriksaan lainnya dalam mengambil keputusan, dan merupakan hal yang diharapkan oleh
publik dari informasi yang disajikan oleh pemeriksa. Standar umum ini berkaitan dengan
9
persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa, independensi organisasi pemeriksa dan
perneriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama
dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil perneriksaan, serta pengendalian mutu hasil
pemeniksaan.
Pernyataan standar umum yang pertama adalah tentang persyaratan kemampuan atau
keahlian, yaitu “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
rnemadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”
Pernyataan standar umum kedua adalah “Dalarn semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalarn sikap
mental dan penampilan dari gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat
memengaruhi independensinya”.
10
ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain. Untuk pemeriksaan keuangan Standar
Pemeriksaan memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang
ditetapkan IAI yaitu:
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah “Staf harus disupervisi dengan baik”.
Supervisi mencakup engarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli
yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur
supervisi meliputi pemberian intruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir
12
tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang
dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah “Bukti yang cukup, kompeten dan
relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan
rekomendasi pemeriksa”. Dalam mengidentifikasi sumber-sumber data potensial
yang dapat digunakan sebagai bukti pemeriksaan, pemeriksa harus
mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data yang
dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang disusun oleh pemeriksa atau data
yang diberikan oleh pihak ketiga. Demikian juga halnya dengan kecukupan dan
relevansi bukti-bukti tersebut.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah “Pemeriksa harus mempersiapkan
dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.
Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungandengan
pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan dan rekomendasi
pemeriksa”.
Dokumen pemeriksaan memberikan tiga manfaat, yaitu :
- Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.
- Membantu peperiksa dlam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pemeriksaan.
- Memungkinkan orang lain untuk me-review kualitas pemeriksaan.
Tujuan yang ketiga ini pemting karena pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pemeriksaan ini akan di-review oleh pemeriksa lain. Dokumen pemeriksaan
memungkinkan dilakukannya review atas kualitas pemeriksaan karena merupakan
dokumentasi tertulis mengenai bukti yang mendukung temuan dan rekomendasi
pemeriksa.
Didalam dokumen pemeriksaan harus berisi :
13
- Tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan termasuk kriteria pengambilan uji
petik (sampling) yang digunakan.
- Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung
pertimbangan profesional dan temuan pemeriksa.
- Bukti tentang review supervisi terhadap pekerjaanyang dilakukan. Penjelasn
pemeriksa mengenai standar yang diterapkan, apabila ada, alasan dan akibatnya.
e. Dokumentasi Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah : “Pemeriksa harus
mempersiapkan dan memelihar dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan,
14
pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan dan dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan
tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan
pemeriksa”.
Standar audit berfungsi mengatur semua aktifitas pekerjaan auditnya akuntan publik.
Standar mengatur mulai dari syarat auditor misalnya independensi dan kompetensi
auditor sampai bagaimana membuat laporan audit. Standar audit berfungsi sebagai
pengendali secara preventif terhadap kecurangan, ketidakjujuran dan kelalaian.
2.6 Tanggung Jawab Manajeman, Auditor Dan Lembaga Audit Serta Contoh
implementasinya
Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjadi tanggung jawab semua pihak
tidak hanya manajemen selaku pihak yang diaudit, tetapi juga menjadi tanggung jawab
auditor sektor publik. Bahkan jika diperluas lagi dalam batas-batas tertentu juga menjadi
tanggung jawab lembaga pengawas seperti DPR/DPRD sebab lembaga legislatif memiliki
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan terhadap pengelolaan APBN/APBD. Berikut
penjelasan SPKN terkait tanggungjawab masing-masing pihak yaitu:
1. Tanggung jawab manajemen entitas yang diperiksa Manajemen entitas yang diperiksa
bertanggung jawab untuk:
a. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung. jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan keputusan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
b. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intem yang efektif guna menjamin:
Pencapaian tujuan sebagaimana mestinya.
Keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola.
15
Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan
data/informasi secara wajar.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara secara tepat waktu.
d. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu
proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.
16
tidak diungkapkan maka akan mengakibatkan kesalah pahaman para pengguna
laporan hasil pemeriksaan.
g. Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna
laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa
berdasarkan Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam membantu pihak manajemen dan
pengguna laporan harus memahami tujuan, jangka waktu dan data yang diperlukan
dalam pemeriksaan berkaitan merik dengan perencanaan. nikasikan informasi yang
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan tersebut kepada pihak-pihak yang yang
terkait selama tahap perencanaan pemeriksaan.
1) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah nilai realisasi pos pendapatan pajak
daerah dan pos retribusi daerah yang dibukukan telah mencakup seluru hak daerah yang
telah diterima oleh kas daerah pada tahun anggaran perhitungan. Untuk itu, salinan
rekening koran kas daerah diperoleh, kemudian diteliti apakah terdapat setoran melalui
transfer atas pajak dan retribusi daerah yang dilakukan pada tahun anggaran perhitungan
dan telah diterima oleh kas daerah tercantum pada sisi kredit rekening koran kas daerah
dan telah dibukukan pada sisi debet, tetapi belum dibukukan dalam ayat bersangkutan
dan belum disajikan dalam lampiran perhitungan anggaran pendapatan. Apabila terjadi
hal demikian, lakukan koreksi tambah sejumlah setoran yang belum dibukkan dan belum
disajikan dalam lampiran tersebut. Lakukan koreksi kurang apabila terjadi hal yang
sebaliknya, yaitu setoran pajak dan retribusi daerah yang diterima oleh kas daerah pada
tahun anggaran yang lalu tetapi baru di bukukan dan disajiakn dalam lampiran tahun
anggaran perhitungan.
2) Lakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan uang berupa Surat TandaSetoran (STS)
untuk menentukan apakah posting atas penerimaan pajak dan retribusi daerah tersebut
17
telah sesuai dengan ayat pendapatan yang bersangkutan dan apakah telah disajikan sesuai
dengan ayat tersebut. Apabila terjadi kesalahan pembebanan, lakukan koreksi tambah dan
koreksi kurang pada masing-masing ayat dimaksud.
3) Lakukan konfirmasi pada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak daerah seperti
PT PLN atas pemungutan PPJU, yaitu untuk menentukan apakah jumlah PPJU yang
disetorkan ke kas daerah telah dibukukan dan ayat pendapatan PPJU, adalah pendapatan
bruto yang belum dipotong upah pungut dan belum dikompensasikan dengan pembayaran
rekening listrik pemda. Apabila pendapatan PPJU yang dibukukan dan disajikan dalam
lampiran tersebut, adalah pendapatan netto, maka koreksi tambah pada ayat pendapatan
PPJU dilakukan sebesar upah pungut ditambah biaya rekening listrik pemda, sekaligus
lakukan pula koreksi tambah pada pasal biaya upah pungut dan pasar belanja ongkos
kantor untuk langganan listrik.
4) Dari hasil konfirmasi tersebut diatas, kesalahan penyetoran atas pendapatan PPJU oleh
PT PLN diketahui, misalnya PPJU yang semestinya merupakan hak pemerintah daerah
“X”/ tetapi , oleh PT PLN disetorkan ke kas pemerintah daerah “y”. Hal ini berati bahwa,
bagi pemerintah daerah ”Y”, ada bagian, pendapatan PPJU yang bukan haknya; atas
kejadian, apabila sampai akhir tahunan ggaran belum disetorkan kembali dan tidak
disajikan sebagai pendapat dalam perhitungan UKP tahun anggaran perhitungan
pemerintah daerah “Y”, lakukan koreksi kurang pada lampiran ayat pendapatan PPJU
sebesar pendapatan PPJU yang bukan haknya, dan lakukan pula koreksi tambah sebesar
PPJU yang bukan haknya tersebut.
5) Apabila kejadian seperti tersebut diatas (butir 4), oleh pemerintah daerah “Y” pada tahun
anggaran perhitungan telah dikembalikan kepada pemerintah daerah “X”, tetapi nilainya
melebihi dan yang bukan menjadi haknya, dan ternyata atas kelebihan pengeluaran
tersebut tidak dimuat dalam bagian, pos, pasal belanja, maka koreksi tambah sebesar
kelebihan tersebut dilakukan atas belanja dan lakukan koreksi dengan memuat pada sisi
pendapatan sejumlah PPJU yang menjadi hak pemerintah daerah “X” dan memuat pada
sisi belanja sejumlah yang dikembalikan (termasuk kelebihannya).
6) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah pengembalian pajak daerah kepada wajib
pajak yang dilakukan dengan penerbitan SPMU pada tahun anggaran perhitungan yang
telah diperhitungkan dengan mengurangi nilai realisasi penerimaan pajak daerah yang
disajikan dalam lampiran pada ayat bersangkutan. Bila belum dikurangkan, lakukan
koreksi kurang sebesar pengembalian pajak tersebut
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Auditing Sektor Publik adalah suatu proses sistematik yang secara obyektif terkait
evaluasi bukti-bukti berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria
yang ada, serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Audit sektor publik memiliki peran penting dalam perwujudan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Memiliki kewenangan dalam melakukan
pemeriksaaa, memberikan opini serta menyampaikan temuan-temuan audi. Auditing sektor
publik pada dasarnya berperan dalam mewakili dan melindungi kepentingan rakyat dan
pemangku kepentingan lainnya dari memperoleh Informasi keuangan yang salah dan
menyesatkan.
Lingkungan hukum dan Kelembagaan Audit
Peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan audit sektor publik :
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No. 17 Tahan 2003 tentang Keuangan Negara
Undang -Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara
Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Lembaga yang bertugas melaksanakan audit pada organisasi sektor publik diIndonesia dapat
dikategorikan menjadi Audit Internal dan Audit Eksternal.
Jenis-jenis Audit Sektor Publik
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 daan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara,
yaitu:
1) Audit Keuangan’
2) Audit Kinerja
3) Audit dengan Tujuan Tertentu
4) Audit Forensik
19
semua aktifitas pekerjaan auditnya akuntan publik. Standar mengatur mulai dari syarat
auditor misalnya independensi dan kompetensi auditor sampai bagaimana membuat laporan
audit. Standar audit berfungsi sebagai pengendali secara preventif terhadap kecurangan,
ketidakjujuran dan kelalaian.
Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjadi tanggung jawab semua pihak
tidak hanya manajemen selaku pihak yang diaudit, tetapi juga menjadi tanggung jawab
auditor sektor publik.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.polsri.ac.id/4807/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwibzKKn7eLzAhXWbn0KHQQRCt8QFnoECCsQAQ&usg=AOvV
aw2WF9nd4fJQfW8cjGJWQeKF
https://www.academia.edu/19513638/AuditingSektorPublik
https://www.kompasiana.com/yulifitmahal-gadri/5535670a6ea83-4bc28d-42cffiu
https://www.academia.edu/37802662/MAKALAH_PELAKSANAAN_AUDIT_SEKTOR_PUB
LIK_docx
21