Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Auditing Sektor Publik.

Audit terhadap sektor publik menjadi fokus perhatian karena dinilai


instansi pemerintah tidak terbuka terhadap masyarakat mengenai kondisi
keuangan sebenarnya dan instansi sektor publik rawan akan penyalahgunaan dana
sehingga dibutuhkan aturan yang ketat dan audit yang independen terhadap
pemeriksaan laporan keuangan instansi pemerintahan. Audit terhadap sektor
publik sangat penting dilakukan hal ini merupakan bentuk tanggung jawab sektor
publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk mempertanggungjawabkan dana yang
telah digunakan oleh instansi sehingga dapat diketahui pemanfaatan dana tersebut
dilaksanakan sesuai prosedur dan standar atau tidak. Berhubungan dengan hal
tersebut untuk itu perlunya dibahas materi ini dalam mata kuliah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih semogah makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembacanya.

Palu, Oktober 2016

KELOMPOK 6

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik i


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................5

2.1 Pengertian Audit Sektor Publik ........................................................................5

2.2 Karakteristik Audit sektor Publik .....................................................................6

2.3 Jenis-jenis Audit Sektor Publik ........................................................................6

2.4 Audit Keuangan Sektor Publik .........................................................................8

2.4.1 Siklus Audit Keuangan Sektor Publik .............................................. 8

2.4.2 Tekhnik Audit Keuangan Sektor Publik ......................................... 11

2.5 Audit Kinerja Sektor Publik ...........................................................................14

2.5.1 Jenis-jenis Audit Kinerja ................................................................. 14

2.5.2 Standar Audit Kinerja Sektor Publik............................................... 16

2.5.3 Tahap-tahap Audit Kinerja .............................................................. 17

2.5.4 Manfaat Audit Kinerja .................................................................... 19

2.6 Audit dengan Tujuan Tertentu ........................................................................19

2.6.1 Audit Keaatan.................................................................................. 20

2.6.2 Audit Investigatif ............................................................................ 20

2.7 Studi Kasus Auditing Sektor Publik ...............................................................21

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik ii


BAB III KESIMPULAN ........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................23

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat
tidak mampu berbisnis ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-
perusahaan sektor publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik
pun tidak luput dari tudingan ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya
pemerintahan yang bersih.

Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga


pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen
dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu
pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua
pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau
berpartisipasi secara aktif, Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara
transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan
memberikan pertanggungjawaban) merupakan dasar dari pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan pemerintah tersebut memegang peran yang penting agar
dapat memenuhi tugas pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Dalam negara demokrasi, pelaporan keuangan yang transparan


merupakan sesuatu yang dituntut oleh rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya,
dalam negara demokrasi, pemerintah berkewajiban memberikan laporan keuangan
yang transparan kepada rakyat. Pemerintah demokratis harus bertanggung jawab
atas integritas, kinerja dan kepengurusan, sehingga pemerintah harus

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 1


menyediakan informasi yang berguna untuk menaksir akuntabilitas serta
membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Pemerintah
adalah entitas pelapor (reporting entity) yang harus membuat laporan keuangan
dengan beberapa pertimbangan berikut:
Pemerintah menguasai dan mengendalikan sumber-sumber yang signifikan.
Penggunaan sumber-sumber tersebut oleh pemerintah dapat berdampak luas
terhadap kesejahteraan ekonomi rakyat.
Terdapat pemisahan antara manajemen dan pemilikan sumber-sumber
tersebut.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik


pemerintah merupakan instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas sektor
publik. Akuntabilitas mengacu pada kewajiban perseorangan, suatu kelompok
atau suatu organisasi yang diasumsikan harus melaksanakan kewenangan dan/atau
pemenuhan tanggung jawab. Kewajiban tersebut meliputi :
Answering, usaha untuk memberikan penjelasan atau justifikasi untuk
pelaksanaan dan/atau pemenuhan tanggung jawab.
Reporting, pelaporan hasil atas pelaksanaan dan/atau pemenuhan.
Producing, asumsi kewajiban atas hasil yang dicapai.

Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas


publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan
informasi kepada publik, salah satunya melalui informasi akuntansi yang berupa
laporan keuangan. Dilihat dari sisi internal organisasi, laporan keuangan sektor
publik merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan
organisasi. Sedangkan dari sisi eksternal, laporan keuangan merupakan alat
pertanggungjawaban kepada publik dan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Menurut GASB, tujuan laporan keuangan sektor publik adalah:
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya (demonstrating
accountability).
Melaporkan hasil operasi (reporting operating result).
Melaporkan kondisi keuangan (reporting financial condition).

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 2


Melaporkan sumber daya jangka panjang (reporting long live resources).

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor


publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta
value for money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin
dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka
diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang dilakukan
tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas
dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang pemikiran diatas maka timbul pokok bahasan yang
menjadi permasalahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Audit Sektor Publik?
2. Bagaimana karakteristikAudit Sektor Publik?
3. Apa saja jenis-jenis Audit Sektor Publik?
4. Bagaimana siklus Audit Keuangan Sektor Publik?
5. Bagaimana tekhnik Audit Keuangan Sektor Publik?
6. Apa saja jenis-jenis Audit Kinerja Sektor Publik?
7. Apa saja standar Audit Kinerja Sektor Publik?
8. Bagaimana tahap-tahap Audit Kinerja Sektor Publik?
9. Apa manfaat Audit Kinerja Sektor Publik?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun dari uraian makalah ini diharapkan :
1. Mengetahui dan memahami pengertianAudit Sektor Publik.
2. Mengetahui dan memahami karakteristikAudit Sektor Publik.
3. Mengetahui jenis-jenis Audit Sektor Publik.
4. Mengetahui dan memahami siklus Audit Keuangan Sektor Publik.
5. Mengetahui dan memahami tekhnik Audit Keuangan Sektor Publik.
6. Mengetahui jenis-jenis Audit Kinerja Sektor Publik.
7. Mengetahui dan memahami standar Audit Kinerja Sektor Publik.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 3


8. Mengetahui dan memahami tahap-tahap Audit Kinerja Sektor Publik.
9. Mengetahui manfaat Audit Kinerja Sektor Publik.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Sektor Publik


Auditing sektor publik merupakan suatu invetigasi independen terhadap
aktivitas khusus. Mekanisme audit merupakan suatu mekanisme yang
menggerakkan akuntanbilitas dalam pengelolaan sektor pemerintah, BUMN atau
instan pengelola aset negara, serta organisasi sektor publik lainnya sperti yayasan,
LSM, dan partai politik.

Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian (2007:255) adalah sebagai
berikut:
Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi
publik dan politikus yang sudah mereka danai.

Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai (2008:29)
adalah sebagai berikut:
Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk
membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara.


Audit keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-
undang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan oleh pemerintah.
Audit sektor publik dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah mematuhi prinsip
akuntansi berterima umum, peraturan perundang-undangan dan pengendalian

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 5


intern serta kegiatan operasi entitas sektor publik dilaksanakan secara efisien,
ekonomis, dan efektif. Dalam kekerbatasan yang ada, audit tetap perlu dilakukan
agar tercipta akuntabilitas publik yang lebih transparan dan akuntabel.

2.2 Karakteristik Audit sektor Publik


Karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan
kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-
undangan, auditor sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada
hal-hal tersebut. Perbedaan antara audit sektor privat dan audit sektor publik
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia
Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik
Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik
Lembaga audit pemerintah dan
(KAP) juga KAP yang ditunjuk oleh
lembaga audit pemerintah
Objek Audit Perusahaan/entitas Entitas, program, kegiatan, dan
swasta fungsi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan
negara, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Standar audit yang Standar Profesional Standar Pemeriksaan
digunakan Akuntan Publik (SPAP) Keuangan Negara (SPKN)
yang dikeluarkan oleh yang dikeluarkan oleh BPK
IAI
Kepatuhan Tidak terlalu dominan Merupakan faktor dominan
terhadap peraturan dalam audit karena kegiatan di sektor
perundang- publik sangat dipengaruhi oleh
undangan peraturan dan perundang-
undangan
(Sumber: I Gusti Agung Rai, 2008:30)

2.3 Jenis-jenis Audit Sektor Publik


Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu:
1. Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 6


laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit. Perbandingan antara audit kinerja dengan audit keuangan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja
Audit Keuangan Audit Kinerja
Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program,
aktivitas/ kegiatan, atau fungsi
Menguji kewajaran laporan keuangan Menguji tingkat ekonomi, efisiensi,
dari salah saji yang material dan dan efektivitas dalam penggunaan
kesesuaiannya dengan prinsip sumber daya untuk mencapai tujuan
akuntansi yang diterima umum
Lebih bersifat kuantitatif keuangan Lebih bersifat kualitatif
Tidak terlalu analitis Sangat analitis
Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan
standar, dan target kinerja target kinerja untuk mengukur kinerja
Biasanya tidak mempertimbangkan Biasanya mempertimbangkan analisis
analisis biaya manfaat biaya-manfaat (cost-benefit analysis)
Waktu pelaksanaan audit tertentu Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu
(biasanya pada akhir periode
akuntansi)
Audit dilakukan untuk peristiwa Mempertimbangkan kinerja masa
keuangan masa lalu (post event) lalu, sekarang, dan yang akan datang
Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki
melakukan alokasi sumber daya secara alokasi sumber daya secara optimal
optimal dan memperbaiki kinerja
Tidak terdapat rekomendasi audit Terdapat rekomendasi audit
dan follow-up audit danfollow-up audit
(Sumber: Mahmudi, 2007:188)

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 7


3. Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan
dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang
diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination),
reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit
dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan,
audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal.

2.4 Audit Keuangan Sektor Publik


2.4.1 Siklus Audit Keuangan Sektor Publik
Terdapat 17 siklus dalam audit keuangan sektor publik:
1. Perencanaan audit keuangan
Tahap perencanaan audit menurut Indra bastian (2010):
1. Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik.
Hal ini sangat penting karena saat ini audit sektor publik tidak lagi
berfokus pada laporan realisasi anggaran saja tetapi juga laporan
keuangan lainnya.
2. Penentuan tujuan dan lingkup audit
Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup, auditor harus memastikan
bahwa tujuan dan ruang lingkup audit yang ditetapkan telah sesuai
dengan mandat serta wewenang lembaga audit dan pengawas yang
bersangkutan.
3. Penilaian resiko
Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai pengujian yang
mengandung resiko kesalahan, sehingga penilaian risiko pengendalian
(control risk), risiko bawaan (inherent risk), dan risiko deteksi (detection
risk) harus dilakukan.
4. Penyusunan rencana audit
Suatu rencana audit harus disusun berdasarkan tahapan kegiatan
perencanaan audit.
2. Penetapan regulasi audit keuangan

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 8


Bagian ini penting dalam proses audit karena dibutuhkan aturan untuk
memberikan arahan yang jelas, dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit
laporan keuangan bisa memberikan opini yang tepat.
3. Penyusunan perencanaan audit tahuann oleh lembaga auditor
Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah selanjutnya adalah menyusun
perencanaan. Perencanaan audit yang matang akan sangat menentukan
kesuksesan audit.
4. Temu rencanaan audit tahunan
Setelah lembaga auditor selesai menyusun perencanaan audit tahunan,
kemudian mereka bertemu dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor
publik untuk membicarakan perencanaan audit yang sudah disusun.
5. Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan
Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini menyangkut tim atau personel yang
akan melakukan audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi
dalam menjalankan proses audit.
6. Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit
Kemudian regulasi yang telah diterbitkan tersebut akan diterima oleh
lembaga pemeriksa sehingga bisa melakukan proses audit di lembaga atau
organisasi sektor publik.
7. Survei awal karakter industri/organisasi yang akan diaudit
Tahapan selanjutnya dalam siklus audit audit sektor publik ini adalah survei
awal terhadap karakter industri/organisai yang akan diaudit.
8. Pembuatan program audit
Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah
audit yang akan dilakukannya. Langkah-langkah ini tertuang dalam program
audit.Suatu program audit akan berisi:
Tujuan audit untuk setiap area
Prosedur audit yang akan dilakukan
Sumber bukti audit
Deskripsi mengenai kesalahan (error).

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 9


9. Penerbitan surat tugas audit
Pihak organisasi sektor publik segera mengeluarkan surat tugas kepada
lembaga pemeriksa untuk melaksanakan audit.
10. Pelaksanaan audit keuangan
Dalam melaksanakan audit keuangan, auditor melakukan hal-hal berikut:
Menilai Pengendalian Internal
Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif didesain untuk memberikan
keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut:
1. Keandalan atau reliabilitas laporan kkeuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Melakukan Prosedur Analitis
Prosedur analisis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang
dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data
keuangan dan data nonkeuangan.Prosedur analitis akan membantu auditor
dengan mendukung dan meningkatkan pemahamannya tentang operasi
organisasi yang diaudit. Prosedur analitis juga membantu auditor dalam
mengidentifikasi hubungan yang tidak sewajarnya dan fluktuasi data yang
tidak diharapkan.
11. Pembuatan daftar temuan
Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan
temuan-temuan terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut
kemudian didaftar sebagai bukti dalam penyampaian pendapat nantinya.
12. Pembicaraan awal tentang daftar temuan
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan , kemudian auditor melakukan
pembicaraan dengan pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-
temuan tersebut. Dalam tahapan ini, auditor akan melakukan cross-check atas
hasil temuannya dengan fakta yang terjadi di lapangan.
13. Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 10


Setelah hasil temuan hasil auditor di bicarakan atau melakukan cross-check
dengan pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draft
laporan hasil pemeriksaan.
14. Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang diaudit
Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah di susun di dalam draft
laporan hasil pemeriksaan sudah selesai dengan fakta yang terjadi di
lapangan.
15. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan
Setelah melakukan pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dan di
pastikan kellengkapan serta kesepakatan mengenai draft tersebut sudah
tercapai, kemudian akan di lakukan penyelesaian atau finalisasi draft tersebut
menjadi laporan hasil pemeriksaan akhir.
16. Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan
Berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak
lanjut atau dengan kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada
organisasi sektor publik.
17. Penerbitan laporan hasil pemeriksaan
Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil
pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap
organisasi yang telah di audit tersebut.

2.4.2 Tekhnik Audit Keuangan Sektor Publik


1. Prosedur analitis (Analitycal Procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantra
data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio
sederhana, analisis vertikal, atau laporan persentase, perbandingan jumlah
yang sederhana dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan
model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.
2. Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan
serta pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 11


luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan
dan mengevalusai bukti, baik bottom-up mapun top-down. Dengan
melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan
persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom
up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman
faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas.
3. Konfirmasi (Confirming)
Kegiatan konfirmasi adalah bentuk kegiatan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsug dari sumber
independen di luar organisasi sektor publik yang di audit. Dalam kasus
yang lazim, klien (organisasi yang di audit) mengajukan permintaan
kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang mengirimkan
permintaan keterangan tersebut.
4. Permintaan keterangan (Inquiring)
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis
oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada
manajemen atau karyawan organisasi sektor publik, yang umumnya
berupa pernyataan-pernyataan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis. Auditor juga dapat secara langsung meminta keterangan
kepada pihak external.
5. Perhitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1)
perhitungan fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan
persediaan yang ada dan (2) akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor
urut yang telah dicetak (prenumbered). Hal pertama menyediakan cara
untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. sementara yang
ke dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi
pengendalian internal organisasi melalui bukti yang objektif tentang
kelengkapan catatan akuntansi.
6. Penelusuran (Tracing)

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 12


Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor (1)
memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2)
menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah
dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar).
Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan
akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi.
7. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam
catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumen yang
digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas
dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan vouching, arah
pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam penelusuran.
Prosedur pemeriksaan bukti pendukung digunakan secara luas untuk
mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang
sebenarnya dalam pencatatan akuntansi.
8. Pengamatan (observing)
Pengamatan berkaitan dengan memerhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatannya berupa
pemrosesan rutin atau jenis transaksi tertentu, seperti penerimaan kas,
untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang telah
diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur organisasi sektor publik.
Pengamatan sangat terutama untuk memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal.
9. Pelaksanaan ulang (Reforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan
ulang perhitungan dan rekonsiliasi ynag dilakukan oleh organissasi sektor
publik yang di audit. Contohnya adalah menghitung ulang total jurnal,
beban penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat melakukan ulang
beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 13


pemrosesan awal sudah sesuai dengan pengendaliaan internal yang sudah
dirumuskan.
10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui
media elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik ini untuk
membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan
sebelumnya.
11. Pengujian pengendalian
Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:
1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan
desain kebijakan atau posedur dan apakah benarbenar digunakan
dalam kegiatan organisasi
2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan
dan prosedur serta bagaiman pengaplikasiannya, konsistensinya
dengan aplikasi terdahulu dan oleh siapa aplikasi itu dilaksanakan
selama satu periode.
12. Pengujian substansif
Dua kategori umum pengujian substansif adalah:
1. Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam penyediaan bukti
bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca,
atau sebaliknya tentang kesalahan atau ketidak beresan yang terjadi;
2. Pengujian terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian
untuk menyediakan bukti-bukti tentang validitas perlakuan akuntansi
atas transaksi dan neraca atau sebaliknya atas kesalah dan ketidak
beresan yang terjadi.

2.5 Audit Kinerja Sektor Publik


2.5.1 Jenis-jenis Audit Kinerja
Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu
organisasi memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 14


jenis lainnya.Menurut Mardiasmo (2004:180)audit kinerja meliputi dua jenis,
yaitu:
1. Audit Ekonomi dan Efisiensi
2. Audit Efektivitas.
Lebih lanjut jenis-jenis audit kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada
rasio terbaik antara output dengan biaya(input). Karena output dan biaya
diukur dalam unit yang berbeda maka efisiensi dapat terwujud ketika
dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang
maksimal atau ouputtertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-
kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan:
Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor)
secara ekonomis dan efisien.
Penyebab timbulnya inefisiensi atau pemborosan yang terjadi, termasuk
ketidakcukupan sistem informasi manajemen, prosedur administratif, atau
struktur organisasi.
Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan praktek ekonomi dan efisien.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah
menghasilkanoutput yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya,
auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada periode
bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja
tahun-tahun sebelumnya, dan unit lain pada organisasi yang sama atau
pada organisasi yang berbeda.
2. Audit Efektivitas/Program
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.Audit efektivitas (audit
program) bertujuan untuk:
Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 15


Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan program.

2.5.2 Standar Audit Kinerja Sektor Publik


Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan digunakan
untuk menilai mutu pekerjaan audit yang dilakukan. Standar tersebut memuat
persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh seorang auditor dalam
melaksanakan tugasnya. Di Indonesia standar audit pada sektor publik adalah
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit
kinerja menurut SPKN adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya.
c. Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan saksama.
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai dan sistem pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak
lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).
2. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
b. Staf harus disupervisi dengan baik.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 16


c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk
mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:
Penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar
pemeriksaan.
Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi.
Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan.
Pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diaudit, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.5.3 Tahap-tahap Audit Kinerja


Adapun tahap-tahap audit kinerja menurut I Gusti Agung Rai(2008:77)adalah:

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 17


1. Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan
Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang
bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit
serta kegiatan dan kebijakan entitas, dalam waktu yang relatif singkat. Hasil
survei pendahuluan berguna untuk memberikan pertimbangan mengenai perlu
atau tidaknya audit dilanjutkan ke tahap pengujian terinci. Kegiatan survei
pendahuluan meliputi:
a. Memahami entitas yang diaudit
b. Mengidentifikasi area kunci
c. Menentukan tujuan dan lingkup audit
d. Menetapkan kriteria audit
e. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit
f. Menyusun laporan survei pendahuluan
g. Mempersiapkan program pengujian terinci
2. Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci
Tujuan utama pengujian terinci adalah untuk menilai apakah kinerja entitas
yang diaudit sesuai dengan kriteria, menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit
tercapai, dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk
memperbaiki kinerja entitas yang diaudit, yang akan dituangkan dalam
rekomendasi kepadaauditee. Kegiatan pengujian terinci meliputi:
a. Mengumpulkan dan menguji bukti audit yang kompeten dan relevan
b. Menyusun kertas kerja
c. Menyusun dan mengkomunikasikan temuan audit
d. Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil audit
3. Tahap Tindak Lanjut
Tujuan utama tindak lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor
bahwa auditee telah memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi.
Kegiatan tindak lanjut dapat dibagi menjadi tigatahapan,
yaitu pemutakhiran (update) informasi, tindak lanjut di kantor, dan tindak
lanjut di lapangan.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 18


2.5.4 Manfaat Audit Kinerja
Menurut I Gusti Agung Rai (2008:46)manfaat utama audit kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan Kinerja
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit
dengan cara sebagai berikut:
Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.
Mengidentifikasi sebab-sebab aktual (tidak hanya gejala atau perkiraan-
perkiraan) dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh kebijakan
manajemen atau tindakan lainnya.
Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi keborosan
atau ketidakefisienan.
Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi.
Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal.
Menyediakan jalur komunikasi antara tataran operasional dan manajemen.
Melaporkan ketidakberesan.
2. Peningkatan Akuntabilitas Publik.
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan
akuntabilitas, berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada
lembaga perwakilan; pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas;
perbaikan indikator kinerja; perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi
sejenis yang diperiksa; serta penyajian informasi yang lebih jelas dan
informatif.Tanggung jawab pengelolaan program, kegiatan, fungsi, atau
organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif terletak pada manajemen/
eksekutif. Selanjutnya manajemen, dalam hal ini pemerintah, bertanggung
jawab untuk memberikan laporan kinerja atas pelaksanaan program, kegiatan,
fungsi, atau organisasi kepada publik.

2.6 Audit dengan Tujuan Tertentu


Audit (pemeriksaan) dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak
termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja/audit

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 19


operasional. Sesuai dengan definisinya, jenisaudit ini dapat berupa
semua jenis audit selain audit keuangan dan audit operasional. Dengan demikian
dalam jenis audit tersebut termasuk diantaranya audit ketaatan dan audit
investigatif

2.6.1 Audit Keaatan


Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara
kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi auditi. Perundangundangan di sini
diartikan dalam arti luas, termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi
dan dari luar auditi asal berlaku bagi auditi dengan berbagai bentuk atau
medianya, tertulis maupun tidak tertulis.

2.6.2 Audit Investigatif


Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah
suatu indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak
terjadi. Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar
kecurangan telah terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif
harus dapat mengidentifikasi pihak yang harus bertanggung jawab atas
penyimpangan/kecurangan tersebut.
Audit ketaatan/kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang
bertujuan untuk menguji apakah pelaksaan/kegiatan telah sesuai dengan ketentuan
/peraturan yang berlaku. Peraturan/ketentuan yang dijadikan kriteria dalam
compliance audit antara lain :
Peraturan / Undang undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau
Badan / Lembaga lain yang terkait.
Kebijakan / Sistem & Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen.Selain
internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Bagi perusahaan yang telah mendapatkan ISO 19000 dan sejenisnya,

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 20


compliance audit perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka
mempertahankan sertifikat ISO yang telah diraih perusahaan tersebut.

2.7 Studi Kasus Auditing Sektor Publik


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan ada potensi kehilangan
keuangan negara Rp33,46 triliun di semester I 2015. Temuan tersebut dituangkan
BPK dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I dan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) Semester I 2015 yang disampaikan ke pemimpin DPR dalam
rapat paripurna, Senin (5/10/2015).

Ketua BPK Harry Azhar Azis menuturkan, pada semester I 2015 BPK
melakukan pemeriksaan terhadap 666 objek. 666 objek ini terdiri atas 117 pada
pemerintah pusat, 518 pada pemda dan BUMD, dan 31 objek BUMN dan lainnya.
Pada pemeriksaan semester I ini BPK lebih fokus pada laporan keuangan pusat
dan daerah. Dari hasil pemeriksaan IHPS, BPK menemukan 10.154 temuan yang
memuat 15.434 permasalahan, yang meliputi 7.890 (51,12%) permasalahan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan."Senilai Rp33,46 triliun.
Dari masalah ketidakpatuhan tersebut sebanyak 4.609 permasalahan yang
berdampak pada pemulihan kekuangan negara/daerah/perusahaan atau berdampak
finansial senilai Rp21,62 triliun," kata Harry di ruang paripurna DPR, Jakarta,
Senin (5/10/2015).

Permasalahan berdampak finansial terbagi tiga bagian. Pertama,


mengakibatkan kerugian negara Rp2,26 triliun. Kedua, potensi kerugian negara
Rp11,51 triliun. Ketiga, kekurangan penerimaan Rp7,85 triliun. Yang baru
ditindaklanjuti oleh entitas berkaitan dengan permasalahan ketidakpatuhan yang
mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan
dengan penyerahan aset atau penyetoran aset ke kas negara, daerah, dan
perusahanya hanya senilai Rp396,67 miliar."Selain itu ada 3.137 permasalahan
administrasi sertaa 144 permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan
ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan Rp11,84 triliun,"
bebernya.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 21


BAB III
KESIMPULAN

Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai


sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara,
padahal sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan
yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan
yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah
diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor


publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta
value for money dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap
organisasi sektor publik tersebut. Akan tetapi, audit yang dilakukan tidak hanya
terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan saja, namun perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.

Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik


pemerintah sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas
audit yang baik, maka akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan,
korupsi, kolusi dan berbagai ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor
publik dipengaruhi oleh kapabilitas teknikal auditor serta independensi auditor
baik secara pribadi maupun kelembagaan. Untuk meningkatkan sikap
independensi auditor sektor publik, maka kedudukan auditor sektor publik harus
terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah, baik
secara pribadi maupun kelembagaan.

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 22


DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit
Erlangga

Mardiasmo. 2004. Audit Sektor Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Rai, I Gusti, Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

UU No 15. 2004. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan


Negara

Audit Sektor Publik. http://naeynaputribungsu.blogspot.co.id/2012/12/audit-


sektor-publik.html. (diakses tanggal 2 Oktober 2016).

Sabir Laluhu Temuan BPK 2015, Negara Berpotensi Kehilangan Rp33,46


Triliun. 6 Oktober 2015. 2 Oktober 2016
http://nasional.sindonews.com/read/1050630/12/temuan-bpk-2015-negara-
berpotensi-kehilangan-rp33-46-triliun-1444053560

Akuntansi Sektor Publik : Auditing Sektor Publik 23

Anda mungkin juga menyukai