TUGAS 2
Level risiko deteksi yang dapat diterima untuk tiap asersi laporan keuangan dicapai
dengan mengumpulkan bukti dari uji substantif yang dirancang dengan baik. Daftar uji
substantif untuk utang usaha yang dapat dilakukan disajikan pada tabel berikut.
a. Prosedur awal
Titik awal setiap pengujian audit adalah memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri klien. Memahami signifikansi siklus pembelian bagi entitas
memberikan konteks bagi penaksiran risiko. Memahami faktor pendorong ekonomi
perusahaan, syarat perdagangan standar, pengalaman penagihan klien dan industri,
aspek musiman dari industri tersebut, serta luas konsentrasi bisnis dengan pemasok
tertentu memberikan konteks bagi evaluasi hasil-hasil prosedur analitis, uji
pengendalian, dan uji substantif.
Prosedur awal lain untuk uji substantif utang usaha adalah penelusuran saldo
awal kertas kerja tahun sebelumnya serta menggunakan perangkat lunak audit untuk
memindai buku besar atas data yang tidak lazim dan untuk mengembangkan daftar
jumlah terutang pada tanggal neraca. Biasanya, klien menyediakan daftar dari file
voucher yang belum lunas, buku pembantu utang usaha, atau file induk elektronik.
Auditor dapat menggunakan perangkat lunak audit untuk menentukan akurasi
matematis daftar tersebut dengan menjumlah ke bawah dan memverifikasi
kecocokannya dengan saldo rekening buku besar.
b. Prosedur analitis
Tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan
ekspektasi atas saldo utang usaha, hubungan utang usaha dengan rekening kunci lain
seperti pembelian, dan sediaan. Beberapa prosedur analitis yang dapat dilaksanakan
untuk memberikan bukti tentang usaha. Penurunan abnormal rasio hari perputaran
utang usaha atau kenaikan tak terduga rasio lancar dapat menjadi indikator kurang saji
utang. Prosedur analitis dilakukan pada fase akhir penugasan untuk memastikan
bahwa bukti yang dievaluasi pada uji detail konsisten dengan gambaran menyeluruh
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Dalam langkah memulai produksi terdapat manajemen produksi, yaitu informasi tentang
kebutuhan produksi dan bahan baku. Manajemen produksi berisi file komputer yang
terdiri dari file data produksi dan file induk bahan baku. Kemudian juga berisi laporan
kunci, program komputer dan dokumen jejak audit yang terdiri dari data pemesanan
produksi. Manajemen produksi mengolah data tersebut dan menghasilkan keluaran
berupa laporan kebutuhan bahan baku dan slip pengeluaran bahan baku. Dalam
menghasilkan sediaan dilakukan dengan memasukkan data move ticket bahan baku dan
time ticket ke costing sediaan. Langkah mencatat sediaan yaitu dengan memasukkan file
kos standar, laporan kebutuhan material, file induk barang jadi dan file induk barang
dalam proses ke dalam costing sediaan guna melacak dan mencatat unit kos sediaan.
Costing sediaan akan menghasilkan keluaran berupa laporan pengecualian, laporan
produksi harian, laporan produksi selesai, laporan varian, buku besar, file induk G/L dan
file induk dalam proses.