Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa = Fara Dina Rob’atul A’ida

Nomor Induk Mahasiswa / NIM = 041814985

Kode/Nama Mata Kuliah = EKSI4310 / Auditing II

Kode/Nama UPBJJ = 74 / Malang

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Kecurangan yang dilakukan perusahaan dalam pendapatan dan pelaporan
keuangan diantaranya ada istilah Underwriter Financial Group, Donnkenny,
California Micro Devices, Home Theater Product dan FNN. Jelaskan masing-masing
istilah tersebut menurut anda!

Kecurangan Perusahaan dalam Pendapatan dan pelaporan Keuangan

Perusahaan Yang dilakukan perusahaan


Underwriter Financial Melaporkan pendapatan yang tidak terjadi untuk
Group membuat perusahaan yang rugi seperti menghasilkan
laba.
Donnkenny Membuat faktur dan pendapatan palsu untuk
memenuhi target laba.
California Micro Devices Menyuruh staf untuk mencatat penjualan produk
yang tidak dikirimkan atau bahkan tidak diproduksi.
Home Theater Product Int’l Mencantumkan pelanggan dan penjualan fiktif untuk
memperlihatkan laba, kenyataannya perusahaan
mempunyai rapor merah.
FNN Merekayasa perusahaan yang dikendalikan FNN
agar membuat penjualan FNN meningkat
Sumber: “Lies, Dammed Lies, and Managed Earnigs,” Fortune (2 Agustus 1999: 75).

SUMBER : BMP EKSI4310 ( Auditing II edisi 3) Modul 4 Halaman 4.9

2. Jelaskan uji substantif untuk asersi utang?

Level risiko deteksi yang dapat diterima untuk tiap asersi laporan keuangan dicapai
dengan mengumpulkan bukti dari uji substantif yang dirancang dengan baik. Daftar uji
substantif untuk utang usaha yang dapat dilakukan disajikan pada tabel berikut.

Tabel Uji Substantif yang Mungkin untuk Asersi Utang Usaha

Kategori Pengujian Substantif Tujuan Audit


Spesifik
Prosedur awal 1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan Semua
industri serta menentukan hal berikut :
a. signifikasi pembelian dan utang usaha bagi
perusahaan;
b. faktor pendorong ekonomi utama yang
memengaruhi pembelian dan utang usaha
sebagai hasilnya ;
c. syarat perdagangan standar dalam industri,
termasuk penanggalan musiman, periode
penagihan, dan seterusnya;
d. perluasaan konsentrasi aktivitas dengan VA4
pemasok dan komitmen pembelian terkait.
2. Melaksanakan prosedur awal saldo dan catatan PD1, PD2,
utang usaha yang akan menjadi sasaran pengujian PD3, EO1,
lebih lanjut EO2, EO3

a. Menelusuri saldo awal utang usaha ke kertas


kerja tahun sebelumnya.
b. Memeriksa aktivitas dalam buku besar utang VA4
usaha dan menginvestigasi ayat jurnal yang
tampak tidak biasa dari segi jumlah atau
sumbernya.
c. Memperoleh daftar utang usaha pada tanggal VA4
neraca dan menentukan bahwa utang usaha
mencerminkan catatan akuntansi yang
mendasarinya dengan hal berikut:
i. menjumlah kebawah pada daftar dan
menentukan kesesuaiannya dengan (1)
total file voucher yang belum lunas,
buku pembantu, atau file induk utang
usaha dan (2) saldo buku besar;
ii. menguji kesesuaian pemasok dan saldo
dalam daftar dengan yang tercantum
dalam catatan akuntansi yang mendasar.
Prosedur 3. Melaksanakan prosedur analitis Semua
analisis
a. Mengembangkan harapan utang usaha dengan
menggunakan pengetahuan tentang aktivitas
bisnis perusahaan, syarat perdagangan yang
normal, dan riwayat hari perputaran utang
usaha.
b. Menghitung rasio:
i. hari perputaran utang usaha (pembelian ÷
utang usaha);
ii. utang usaha terhadap total utang lancar.
c. Menganalisis rasio-rasio terkait harapan yang
didasarkan tahun sebelumnya, data industri,
nilai yang dianggarkan, dan data lain.
d. Membandingkan saldo biaya dengan tahun
sebelumnya atau nilai yang dianggarkan untuk
indikasi kemungkinan kurang saji terkait utang
usaha yang tidak tercatat.
Uji detail 4. Menelusur sampel catatan transaksi pembiayaan ke
transaksi dokumentasi pendukung
a. Menelusur kredit utang usaha ke voucher, EO1, PD1,
faktur pemasok, laporan penerimaan, dan VA1, EO4
informasi pendukung lain.
b. Menelusur debit utang usaha ke EO2, PD2,
pengeluaran kas atau memoranda retur VA2, EO4,
pembelian. EO3, PD3, VA3
5. Melaksanakan uji pisah batas
a) Memilih sampel catatan transaksi EO1, C1
pembelian dari beberapa hari sebelum dan
sesudah akhir tahun serta memeriksa
voucher, faktur pemasok, dan laporan
penerimaan pendukung untuk menentukan
bahwa pembelian telah dicatat dalam
periode yang benar.
b) Mengamati jumlah laporan penerimaan EO1, C1
terakhir yang diterbitkan pada hari bisnis
terakhir periode audit dan menelusuri
sampel laporan penerimaan berangka lebih
rendah dan lebih tinggi ke dokumen
pembelian terkait serta menentukan bahwa
transaksi dicatat pada periode yang benar.
6. Melaksanakan uji pisah batas pengeluaran kas
a. Mengobservasi jumlah cek terakhir yang EO2, C2
diterbitkan dan diposkan pada hari terakhir
periode audit dan menelusuri ke catatan
akuntansi untuk memverifikasi akurasi
pisah batas.
b. Menelusuri tanggal cek “lunas” yang
dikembalikan dengan pisah batas akhir
tahun laporan bank ke tanggal dicatat.
7. Uji pisah batas retur pembelian
a. Menentukan retur pembelian yang EO3, C3
dikirimkan kembali ke pemasok pada
periode beberapa hari sebelum dan sesudah
akhir tahun dicatat pada periode yang tepat.
b. Menelusuri retur pembelian terakhir yang
dicatat pada jurnal ke otorisasi pemasok
dan laporan pengiriman.
8. Melakukan pencarian utang yang tidak dicatat
a. Memeriksa pembayaran kemudian antara C4, RO1
tanggal neraca dengan akhir kerja
lapangandan jika dokumentasi terkait
mengindikasikan bahwa pembayaran
adalah untuk kewajiban yang ada pada
neraca, menelusuri ke daftar utang usaha.

b. Memeriksa dokumentasi utang yang dicatat


pada akhir tahun yang belum lunas pada
akhir kerja lapangan.
c. Menyelidiki order pembelian, laporan
penerimaan, dan faktur pemasok yang tidak
cocok pada akhir tahun.
d. Menyelidiki personel akuntansi dan
pembelian tentang utang yang tidak
tercatat.
e. Memeriksa anggaran modal, order jasa, dan
kontrak pembangunan untuk bukti utang
yang tidak tercatat.
Uji Detail 9. Konfirmasi utang usaha EO4, VA4,
Saldo RO1
a. Mengidentifikasi pemasok utama dengan
memeriksa register voucher atau buku
pembantu utang usaha atau file induk dan
mengirim permintaan konfirmasi ke
pemasok.
b. Menyelidiki dan merekonsiliasi perbedaan
10. Merekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke EO4, VA4,
laporan bulanan yang diterima klien dari pemasok. RO1
Penyajian dan 11. Membandingkan penyajian laporan dengan standar
pengungkapan akuntansi
a. Menentukan bahwa utang diidentifikasi dan PD4, PD7
diklasifikasi sesuai jenis dan periode
pembayaran yang diharapkan.
b. Menentukan apakah terdapat saldo debit PD4, PD7
yang signifikan secara agregat dan yang
harus diklasifikasi ulang.
c. Menentukan ketepatan pengungkapan PD4, PD7
terkait pihak istimewa atau utang yang
dibuat kolateral.
d. Menyelidiki manajemen tentang adanya PD4, PD7
komitmen yang tidak diungkap atau utang
kontinjen.
e. Mengevaluasi kelengkapan penyajian dan PD5
pengungkapan utang dalam draf laporan
keuangan untuk menentukan kesesuaian
dengan standar akuntansi dengan referensi
ke checklist pengungkapan.
f. Membaca pengungkapan dan secara PD6
terpisah mengevaluasi klasifikasi dan
kemudahan pemahamannya.

a. Prosedur awal
Titik awal setiap pengujian audit adalah memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri klien. Memahami signifikansi siklus pembelian bagi entitas
memberikan konteks bagi penaksiran risiko. Memahami faktor pendorong ekonomi
perusahaan, syarat perdagangan standar, pengalaman penagihan klien dan industri,
aspek musiman dari industri tersebut, serta luas konsentrasi bisnis dengan pemasok
tertentu memberikan konteks bagi evaluasi hasil-hasil prosedur analitis, uji
pengendalian, dan uji substantif.
Prosedur awal lain untuk uji substantif utang usaha adalah penelusuran saldo
awal kertas kerja tahun sebelumnya serta menggunakan perangkat lunak audit untuk
memindai buku besar atas data yang tidak lazim dan untuk mengembangkan daftar
jumlah terutang pada tanggal neraca. Biasanya, klien menyediakan daftar dari file
voucher yang belum lunas, buku pembantu utang usaha, atau file induk elektronik.
Auditor dapat menggunakan perangkat lunak audit untuk menentukan akurasi
matematis daftar tersebut dengan menjumlah ke bawah dan memverifikasi
kecocokannya dengan saldo rekening buku besar.

b. Prosedur analitis
Tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan
ekspektasi atas saldo utang usaha, hubungan utang usaha dengan rekening kunci lain
seperti pembelian, dan sediaan. Beberapa prosedur analitis yang dapat dilaksanakan
untuk memberikan bukti tentang usaha. Penurunan abnormal rasio hari perputaran
utang usaha atau kenaikan tak terduga rasio lancar dapat menjadi indikator kurang saji
utang. Prosedur analitis dilakukan pada fase akhir penugasan untuk memastikan
bahwa bukti yang dievaluasi pada uji detail konsisten dengan gambaran menyeluruh
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

c. Uji detail transaksi


Terdapat lima uji detail substantif utama untuk transaksi utang usaha
sebagaimana disajikan pada Tabel tersebut. Perhatian utama auditor ketika melakukan
uji ini tertuju pada deteksi kurang saji utang dan utang yang tidak tercatat. Luasan tiap
uji yang dilakukan bervariasi sesuai dengan level risiko deteksi yang dapat diterima
yang ditetapkan untuk asersi terkait.
1) Menelusuri utang tercatat ke dokumentasi pendukung
Dalam pengujian ini, ayat kredit ke utang usaha ditelusuri ke dokumentasi
pendukung dalam arsip klien, seperti voucher, faktur pemasok, laporan
penerimaan, dan order pembelian. Debit ke utang usaha ditelusuri ke dokumentasi
transaksi pengeluaran kas, seperti cek pembayaran, atau memoranda dari pemasok
yang berhubungan dengan return pembelian dan cadangan. Beberapa penelusuran
dapat dilakukan selama kerja interim sebagai bagian dari uji bertujuan ganda
bersama dengan penelusuran dari dokumen sumber ke catatan akuntansi. Luasan
penelusuran berhubungan langsung dengan kesimpulan auditor tentang risiko
bawaan, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Uji ini terutama
memberikan bukti untuk tujuan audit khusus terkait dengan empat dari lima asersi,
kecuali kelengkapan. Uji ini kurang dapat diterapkan untuk asersi kelengkapan
karena, meskipun dapat mendeteksi pengurangan utang tercatat yang tidak wajar
melalui debit yang tidak valid, uji ini tidak akan mendeteksi utang yang tidak
pernah dicatat.
2) Melakukan uji pisah batas
Uji pisah batas meliputi menentukan bahwa transaksi pembelian yang
terjadi mendekati tanggal neraca dicatat pada periode yang benar. Uji ini dapat
dilakukan dengan menelusuri tanggal laporan penerimaan ke register voucher dan
menelusuri jurnal ke dokumentasi pendukung. Pengujian biasanya mencakup
periode lima sampai sepuluh hari usaha sebelum dan sesudah tanggal neraca.
Bukti dari uji tersebut berhubungan dengan asersi keberadaan atau keterjadian dan
kelengkapan utang usaha.
Pertimbangan khusus harus diberikan kepada barang dalam perjalanan
pada tanggal neraca. Barang yang dikirimkan FOB (free on board) titik
pengiriman harus dimasukkan dalam sediaan dan utang usaha pembeli.
Sebaliknya, barang dalam perjalanan yang dikirimkan FOB tujuan harus tetap
dalam sediaan penjual dan dikeluarkan dari sediaan dan utang usaha pembeli
sampai datangnya ke bagian penerimaan pembeli. Dalam melakukan uji ini,
auditor harus menentukan apakah pisah batas yang tepat dicapai dalam
pengambilan sediaan dan juga dalam pencatatan transaksi pembelian.
Pisah batas yang tepat transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun sangat
penting bagi penyajian kas dan utang usaha yang tepat pada tanggal neraca. Bukti
uji pisah batas pengeluaran kas diperoleh dari pengamatan langsung dan
pemeriksaan dokumentasi internal. Jika dapat hadir pada tanggal neraca, auditor
dapat menentukan secara langsung cek terakhir yang ditulis dan dikirimkan oleh
klien. Penelusuran selanjutnya bukti ini ke catatan akuntansi dapat memverifikasi
akurasi pisah batas. Alternatifnya, auditor dapat melacak tanggal cek “lunas”
dalam periode beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca ke tanggal
pencatatan cek. Bukti yang diperoleh dari uji ini juga berhubungan dengan asersi
keberadaan atau keterjadian dan kelengkapan utang usaha.
Uji pisah batas retur pembelian serupa dengan uji pisah batas yang lain.
Pertama, auditor harus mulai dengan catatan pengiriman selama periode lima
sampai sepuluh hari sebelum dan sesudah akhir tahun untuk memastikan bahwa
retur pembelian dicatat secara akurat dalam catatan akuntansi. Kemudian, auditor
melacak dari catatan akuntansi ke bukti catatan pengiriman untuk memverifikasi
akurasi pencatatan retur terakhir.

3) Melakukan pencarian utang yang tidak tercatat


Pencarian utang yang tidak tercatat terdiri atas prosedur yang dirancang
khusus untuk mendeteksi kewajiban yang tidak tercatat yang signifikan pada
tanggal neraca. Jadi, ini berhubungan dengan asersi kelengkapan utang usaha.
Prosedur yang lazim meliputi pemeriksaan pembayaran kemudian yang
terdiri atas pemeriksaan dokumentasi cek yang diterbitkan atau voucher yang
dibayarkan setelah tanggal neraca. Jika dokumentasi mengindikasikan bahwa
pembayaran adalah untuk kewajiban yang ada pada tanggal neraca, pembayaran
tersebut dilacak ke daftar utang usaha agar menentukan apakah sudah
dimasukkan. Uji ini dilakukan menjelang berakhirnya kerja lapangan untuk
memperbesar kesempatan menemukan bukti tentang utang usaha yang dengan
sengaja atau tidak dikeluarkan dari daftar utang usaha pada tanggal laporan.
Biasanya, pemasok mencari pembayaran meskipun utang tidak dicatat
pada tanggal neraca. Jadi, cara ini bisa menjadi pencarian yang efektif. Auditor
dapat juga mencari lebih saji pembayaran kemudian pada periode berikutnya dan
berfokus pada transaksi yang lebih besar.
Dokumentasi pendukung utang tercatat, tetapi tetap belum lunas setelah
akhir kerja lapangan juga harus diperiksa. Prosedur lain untuk menemukan utang
tidak tercatat meliputi:
a) penyelidikan order pembelian, laporan penerimaan, dan faktur pemasok yang
tidak cocok pada akhir tahun,
b) penyelidikan personel akuntansi dan pembelian tentang utang yang tidak
tercatat, serta
c) memeriksa anggaran modal, order jasa, dan kontrak pembangunan.

d. Uji detail saldo


Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini meliputi
1. Konfirmasi utang usaha, dan
2. rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke laporan bulanan yang diterima dari
pemasok.

1. Konfirmasi utang usaha


Prosedur ini bersifat opsional karena:
a. konfirmasi utang tidak memberi kepastian bahwa utang tidak tercatat akan
terungkap, dan
b. bukti eksternal dalam bentuk faktur dan laporan bulanan sudah tersedia.

Konfirmasi utang usaha dianjurkan jika risiko deteksi rendah, terdapat


pemasok dengan saldo besar, atau perusahaan mengalami kesulitan memenuhi
kewajibannya. Seperti juga dengan konfirmasi piutang, auditor harus
mengawasi pembuatan dan pengiriman konfirmasi utang dan harus menerima
jawaban langsung dari responden.
Jika konfirmasi utang dilaksanakan, rekening dengan saldo nol atau
kecil harus disertakan dalam konfirmasi karena kemungkinan kurang saji. Di
samping itu, konfirmasi harus dikirimkan ke pemasok besar yang
a) digunakan pada tahun sebelumnya, tetapi tidak pada tahun berjalan dan
b) tidak mengirimkan laporan bulanan.

Auditor lebih menyukai kreditor mengisikan jumlah terutang karena


jumlah tersebut yang harus direkonsiliasi dengan catatan klien. Konfirmasi
juga meliputi komitmen pembelian dan jaminan utang.
Pengujian ini menghasilkan bukti untuk semua asersi utang usaha.
Namun demikian, bukti untuk asersi kelengkapan amat terbatas karena
kemungkinan kegagalan mengidentifikasi dan mengirim permintaan
konfirmasi ke pemasok yang utangnya tidak dicatat oleh klien.

2. Merekonsiliasi utang yang tidak terkonfirmasi ke laporan pemasok


Pada kebanyakan kasus, pemasok memberikan laporan bulanan yang
tersedia pada arsip klien. Jumlah terutang kepada pemasok per daftar utang
usaha klien direkonsiliasi dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari
prosedur ini setara dengan yang diperoleh dari konfirmasi, tetapi kurang andal
karena laporan bulanan dikirim ke klien bukannya langsung ke auditor. Di
samping itu, laporan bulanan kemungkinan tidak tersedia pada beberapa
pemasok.

e. Uji detail pengungkapan


Tabel tersebut menyajikan sejumlah uji pengungkapan untuk siklus
pengeluaran. Auditor harus memahami penyajian dan pengungkapan laporan menurut
standar akuntansi. Utang usaha harus diidentifikasi dan diklasifikasikan ke dalam
utang lancar. Jika saldo utang lancar meliputi pembayaran di muka yang material ke
beberapa pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa mendatang, jumlah
tersebut harus diklasifikasi ulang sebagai uang muka ke pemasok dan dimasukkan ke
dalam aset. Di samping itu, pengungkapan dapat diharuskan untuk jaminan utang dan
utang pihak istimewa, komitmen pembelian, dan utang kontinjen. Jadi, penyajian dan
pengungkapan manajemen harus dibandingkan dengan yang diharuskan standar
akuntansi. Bukti yang relevan dengan hal tersebut dapat diperoleh dengan menyelidiki
manajemen dan memeriksa notulen rapat dewan direksi dan perjanjian utang. Bukti
juga dapat dikumpulkan melalui prosedur audit yang dilakukan untuk asersi yang lain.

SUMBER : BMP EKSI4310 (Auditing II edisi 3) Modul 5 Halaman 5.55 – 5.63

3. Gambarkan diagram alir sistem transaksi produksi dan Jelaskan!

Gambar diagram alir sistem transaksi produksi

Dalam langkah memulai produksi terdapat manajemen produksi, yaitu informasi tentang
kebutuhan produksi dan bahan baku. Manajemen produksi berisi file komputer yang
terdiri dari file data produksi dan file induk bahan baku. Kemudian juga berisi laporan
kunci, program komputer dan dokumen jejak audit yang terdiri dari data pemesanan
produksi. Manajemen produksi mengolah data tersebut dan menghasilkan keluaran
berupa laporan kebutuhan bahan baku dan slip pengeluaran bahan baku. Dalam
menghasilkan sediaan dilakukan dengan memasukkan data move ticket bahan baku dan
time ticket ke costing sediaan. Langkah mencatat sediaan yaitu dengan memasukkan file
kos standar, laporan kebutuhan material, file induk barang jadi dan file induk barang
dalam proses ke dalam costing sediaan guna melacak dan mencatat unit kos sediaan.
Costing sediaan akan menghasilkan keluaran berupa laporan pengecualian, laporan
produksi harian, laporan produksi selesai, laporan varian, buku besar, file induk G/L dan
file induk dalam proses.

Berikut penjelasan penggunaan dokumen dan pencatatan


a) Pemesanan produksi
Formulir yang menunjukkan jumlah dan jenis barang yang diproduksi, sebuah
pemesanan dapat terkait dengan sebuah pemesanan pekerjaan atau proses yang
berlanjut.
b) Laporan kebutuhan material
Daftar bahan baku dan suku cadang yang dibutuhkan pada sebuah pemesanan
produksi.
c) Slip pengeluaran bahan
Otorisasi tertulis dari departemen produksi kepada bagian gudang untuk
mengeluarkan bahan baku yang akan digunakan untuk pemesanan produksi yang
diterima.
d) Time ticket
Catatan waktu yang dibutuhkan pekerja untuk pekerjaan tertentu.
e) Move ticket
Pengumuman yang mengotorisasi pergerakan fisik pekerjaan pada proses antara
departemen produksi serta di antara barang dalam proses dan barang jadi.
f) Laporan produksi harian
Laporan yang menunjukkan bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan pada hari
itu.
g) Laporan produksi selesai
Laporan pekerjaan yang telah selesai pada suatu pemesanan produksi.
h) File induk kos standar
File komputer yang terdiri atas kos standar.
i) File induk sediaan bahan baku
File komputer yang memuat jumlah bahan baku di tangan dan kos bahan baku
sebenarnya.
j) File induk sediaan barang dalam proses
File komputer yang memuat jumlah barang dalam proses di tangan dan kos barang
dalam proses sebenarnya.
k) File induk sediaan barang jadi
File komputer yang memuat jumlah barang jadi di tangan dan kos barang jadi
sebenarnya.
SUMBER : BMP EKSI4310 (Auditing II edisi 3) Modul 6 Halaman 6.12 – 6.14

Anda mungkin juga menyukai