Anda di halaman 1dari 13

Diskusi Minggu Ke 6

Matkul : Akuntansi Keuangan Menengah II


Dosen Pengampu : Lisa Amelia Herman, S.E., M.Si.

1. Jelaskan perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh saham biasa (common stock)
dan saham prioritas (preferen stock)

Saham Biasa (common stock)

Saham Biasa memiliki hak atas kekayaan perusahaan dan hak atas pembagian laba pada
urutan yang terakhir. Dengan demikian, apabila pada suatu saat perusahaan harus
dilikuidasi, pemegang saham biasa baru dapat menerima hak atas kekayaan perusahaan
setelah kewajiban kepada kreditor dan hak pemegang saham prioritas dipenuhi atau
terselesaikan. Begitu pula dalam menerima pembagian dividen, pemegang saham biasa
baru mendapatkannya setelah dividen untuk saham prioritas dibayarkan. Oleh karena itu,
pemegang saham biasa merupakan penanggung risiko terbesar atas kerugian yang
mungkin dialami oleh perusahaan. Sebagai imbalan dari penanggungan risiko yang besar
ini, dalam keadaan normal, saham biasa akan memperoleh hak pembagian laba lebih
besar dari yang diperoleh saham prioritas. Selain itu, hak-hak pemegang saham, seperti
yang telah disebut di muka sering kali hanya dimiliki oleh pemegang saham biasa saja,
walau ada juga perusahaan yang memberikan hak-hak tersebut kepada pemegang saham
prioritas. Sifatnya yang sebagai penerima hak yang terakhir ini maka pemegang saham
biasa memperoleh sebutan residual ownership equity.

Selain itu, Saham biasa ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba (penghasilan).
2. Saham biasa memiliki hak suara one vote one share dalam rapat pemegang umum
saham atau satu saham satu suara
3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika
perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan
dilunasi.
4. memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim yang sama sebesar porsi saham
yang dimilikinya dan;
5. Dividen hanya bisa dibagi berdasarkan keputusan pemilik saham didalam rapat umum
pemegang saham.

Saham Prioritas (Preferen Stock)

Saham jenis ini mempunyai keistimewaan-keistimewaan tertentu dibanding dengan


saham biasa. Keistimewaan tersebut, antara lain berikut ini.
a. Prioritas dalam hal pembagian dividen
Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham prioritas berhak untuk menerima
terlebih dahulu. Untuk itu saham prioritas diterbitkan dengan nilai nominal untuk
menentukan besarnya dividen yang diterimanya.
b. Prioritas atas pembagian aktiva perusahaan saat likuidasi
Pada saat perusahaan dilikuidasi, pemegang saham prioritas akan menerima
pembagian aktiva perusahaan setelah kewajiban terhadap kreditor dipenuhi
perusahaan. Dengan begitu pemegang saham prioritas mempunyai hak untuk
menerima pembagian aktiva perusahaan lebih dahulu dari pemegang saham biasa.
c. Dapat ditukarkan menjadi saham biasa
Ada perusahaan yang memberikan hak kepada pemegang saham prioritasnya untuk
bisa menukarkannya menjadi saham biasa setelah jangka waktu tertentu masa
pemilikannya dengan rasio pertukaran tertentu. Saham prioritas dengan hak konversi
(convertible preferred stock) ini tidak hanya mendapatkan hak prioritas atas
pembagian dividen, tetapi ia juga mempunyai hak tukar menjadi saham biasa.
d. Dapat dipanggil/dilunasi setiap saat
Jenis saham prioritas yang dapat dipanggil setiap saat (callable prefered stock) setelah
lewat jangka waktu pemilikan tertentu dapat ditarik/dilunasi oleh perusahaan penerbit
jika dirasa perlu. Nilai pelunasan saham prioritas biasanya sudah ditentukan lebih
dahulu dan besarnya biasanya di atas nilainya pada saat diterbitkan.

Selanjutnya, saham preferen ini memiliki beberapa karakteristik berikut ini:


1. Pada saham preferen, Memiliki hak istimewa untuk memperoleh dividen
2. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu
setelah kreditor, setelah perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan
3. Bisa jadi, kemungkinan akan mendapatkan tambahan dari pembagian laba
perusahaan, disamping sudah menerima dividen dari awal yang ditetapkan
4. Kalau perusahaan bangkrut, maka diberikan hak untuk memperoleh pembagian
kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban pemula
dilunasi.

2. Bagaimana pemberlakuan  baik saham biasa maupun saham prioritas dari sudut
pandang perusahaan penerbit saham (emiten) dan pemegang saham (investor)?

Saham Biasa

Saham Biasa dari sudut pandang penerbit (emiten)


Dari sudut pandang penerbit (emiten) terhadap saham biasa lebih baik daripada saham
preferen, karena bila perusahaan rugi investor juga ikut menanggung, dan dividen
dibayar apabila perusahaan memiliki keuntungan. Namun hanya saja kegiatan emiten
menjadi lebih terbatas karena investor mempunyai hak suara dalam kegiatan
operasionalnya.

Saham Biasa dari sudut pandang pemegang saham (investor)


 Memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan tertentu suatu
perusahaan.
 pemegang saham biasa tidak menjadi prioritas perusahaan dan selalu berada dalam
urutan terakhir setelah pemegang saham prioritas.
 Memelihara proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui pembelian saham
tambahan jika dan ketika saham tambahan tersebut diterbitkan. Hak tersebut adalah hak
memesan terlebih dahulu (preemptive right).

Saham Prioritas

Saham Prioritas dari sudut pandang penerbit (emiten)


Perusahaan menerbitkan saham preferen karena percaya bahwa bisa memperoleh
pendanaan yang lebih menguntungkan karena saham preferen diterbitkan
berdasarkan besarnya permintaan investor jenis tertentu, sehingga perusahaan
berpandangan bahwa langkah ini lebih baik daripada hanya menerbitkan common
stock. Karena Dari sudut pandang emiten terhadap saham ini adalah Pemilik saham
preferen tidak memiliki hak suara seperti pemegang saham biasa. Hal ini dilakukan
untuk  menghindari pengambilalihan perusahaan dengan cara yang tidak bersahabat. 

Saham Prioritas dari sudut pandang pemegang saham (investor)


 Hak suara. dalam banyak kasus, pemegang saham tidak memiliki hak untuk memilih direksi,
tetapi hak suara dapat diberikan untuk situasi tertentu. Misalnya, beberapa pemegang saham
preferen diberikan hak suara dalam perusahaan jika perusahaan tidak dapat membayar
deviden.
 Pembagian keuntungan (deviden). Deviden yang diterima oleh pemegang saham preferen
biasanya tetap jumlahnya. Oleh karena itu jika kinerja perusahaan baik, sayang sekali mereka
tidak bisa ikut menikmati hasil yang baik itu.
 Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen didahulukan dalam hal pengembalian
investasinya.

SUMBER :
 BMP EKMA4313 (Akuntansi Keuangan Menengah Edisi 2) Modul 6 Halaman 6.7 –
6.8
 https://www.bursaku.id/news/perbedaan-saham-biasa-dan-saham-preferen
 https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-saham/
 https://business-law.binus.ac.id/2018/02/17/hak-hak-pemegang-saham-di-indonesia/

SUMBER : https://terkaitperbedaan.blogspot.com/2019/04/perbedaan-saham-biasa-dengan-
saham.html?m=1
Diskusi Minggu Ke 6
Matkul : Akuntansi Sektor Publik
Dosen Pengampu : Roby Aditiya, M.Acc

Jelaskan yang anda ketahui mengenai prinsip-prinsip dasar pengadaan publik?


Diskusikan apa manfaat dari Aplikasi Monitoring-Evaluasi Lokal
(AMEL)  dalam Pengadaan Barang/Jasa pemerintah.

Prinsip-prinsip dasar pengadaan publik antara lain :


1. Prinsip transparansi. Transparansi dalam pengadaan publik sangat penting. Informasi
terkait proses pengadaan publik harus tersedia untuk semua pemangku kepentingan
pengadaan publik seperti para kontraktor, pemasok, penyedia layanan, dan publik pada
umumnya, kecuali terdapat alasan valid dan legal untuk menjaga informasi tertentu
menjadi rahasia. Contoh informasi rahasia adalah beberapa informasi eksklusif milik
perusahaan atau individu yang berpartisipasi dalam proses permohonan, informasi militer
tertentu dan informasi pengadaan terkait pertahanan.
Ketika persyaratan pengadaan publik diumumkan secara elektronik, melalui siaran pers,
internet, dan tempat-tempat lain, pengumuman harus menyertakan rincian yang cukup
untuk kontraktor yang tertarik, pemasok dan penyedia layanan untuk menentukan apakah
dipenuhi syarat untuk bersaing. Dokumen permohonan, khususnya, jika tidak gratis maka
harus tersedia pada harga yang wajar.

Setelah membaca dokumen permohonan, kontraktor yang tertarik, pemasok dan penyedia
layanan juga harus dapat menentukan :
 Sifat kebutuhan dan ruang lingkup
 Tanggal penutupan penyampaian penawaran atau informasi
 Kriteria evaluasi dan seleksi
 Bagaimana dan dimana penawaran harus disampaikan
 Jumlah salinan yang akan disampaikan, dan titik kontak untuk informasi tambahan
dan tanggapan terhadap pertanyaan (klarifikasi)
 Batas waktu untuk pengajuan pertanyaan
 Jadwal pertemuan pra-tawaran dan kunjungan lapangan (jika ada), dan setiap detail
lainnya

Selain itu, jika ada perubahan pada dokumen permohonan, semua stakeholder harus
diberitahu menggunakan publikasi yang sama agar dapat mengambil tindakan untuk
memenuhi perubahan yang diperlukan dan tepat waktu.

2. Prinsip integritas. Terdapat dua integritas dalam pengadaan publik, yaitu integritas proses
pengadaan dan integritas praktisi pengadaan publik.

Integritas Proses Pengadaan Publik


Integritas dasarnya adalah keandalan. Para penawar, dan semua pemangku kepentingan
lainnya, harus dapat mengandalkan informasi yang disebarkan oleh komite pengadaan,
secara formal maupun informal. Integritas proses pengadaan menjamin kepercayaan
dalam sistem pengadaan publik. Ketika dokumen permohonan yang dibuat tersedia untuk
umum, informasi yang dikandungnya harus andal dan bebas dari ambiguitas atau
prasangka.

Ketika meninjau dokumen permohonan, calon peserta lelang harus dapat ditentukan
pemenuhan syarat untuk melakukan tugas. Selain itu, kebutuhan berasosiasi dengan
penawar lain harus dibuka, dimana jenis asosiasi memenuhi kualifikasi dan persyaratan
tugas.

Penawar harus memiliki pemahaman yang jelas tentang kebutuhan, dan tahu bagaimana
akan dievaluasi. Kriteria evaluasi dan seleksi harus jelas ditanyakan dalam dokumen
permohonan. Kriteria ini harus tetap tidak berubah, kecuali ada kebutuhan untuk
mengubahnya. Jika modifikasi diperlukan, dokumen-dokumen permohonan harus diubah,
diterbitkan dan tersedia untuk semua calon peserta lelang. Setiap perubahan dalam
penawaran, tanggal penyerahan, harus memberikan waktu yang cukup untuk
menyesuaikan penawaran.
Integritas Praktisi Pengadaan Publik
Praktisi yang bekerja dalam komite pengadaan dan pejabat pemerintah lainnya yang
terlibat dalam proses pengadaan publik, harus menampilkan integritas pribadi dan
profesional. Idealnya tidak boleh ada ketidaksesuaian antara keduanya.

Pegawai negeri yang terlibat dalam proses pengadaan publik harus jujur, dapat dipercaya,
bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Anggota komite harus selalu menjaga tujuan
persyaratan pengadaan dalam pikiran, dan berusaha untuk memastikan akuntabilitas
pengadaan publik, sebagaimana diamanatkan oleh peraturan pengadaan publik.

3. Prinsip ekonomi. Identik dengan efisiensi, nilai uang, dan harga yang wajar secara
komersial, prinsip ekonomi menekankan kebutuhan untuk mengelola dana masyarakat
dengan hati-hati dan due diligence, sehingga harga yang dibayar untuk barang, jasa dan
karya yang diterima mencerminkan dana publik yang dikeluarkan untuk setiap nilai
barang.
Semua orang yang terkait dengan proses pengadaan publik atau langsung
bertanggungjawab untuk memfasilitasi akuisisi barang dan jasa dengan dana publik, harus
berusaha untuk menghindari penipuan, pembuangan dan penyalahgunaan sumber daya
publik, apakah itu adalah hasil lebih dati spesifikasi barang yang dibutuhkan, membayar
harga terlalu tinggi untuk barang-barang di bawah standar, kolusi dengan penawar
lainnya, atau bentuk praktek-praktek lain yang tidak dapat diterima.

4. Prinsip keterbukaan. Persyaratan pengadaan publik harus terbuka untuk semua organisasi
yang berkualitas dan individu masyarakat juga harus memiliki akses terhadap informasi
pengadaan publik tidak mutlak. Informasi rahasia dan kepemilikan milik organisasi dan
individu yang berpartisipasi dalam proses seharusnya tidak tersedia untuk umum, dan
sejauh mana pengungkapan harus dirinci dalam peraturan pengadaan atau peraturan lain
yang relevan.

Metode pengadaan, seperti terbatas atau selektif penawaran, membatasi ketersediaan


dokumen untuk perusahaan-perusahaan yang memenuhi kualifikasi tertentu. Permintaan
kutipan (atau belanja), dan kontrak langsung (satu-satunya sumber) juga keterbatasan
tertentu hadir pada kompetisi mengingat bahwa permintaan untuk penawaran terbatas
sejumlah tertentu dan jenis organisasi atau individu.

Evaluasi penawaran yang diterima selalu dirahasiakan, hingga panel evaluasi mencapai
kesimpulan akhir, dan setelah laporan evaluasi dikeluarkan, pemenang penawaran
ditunjuk. Hal ini akan diidentifikasikan dalam aturan pengadaan.
Kebanyakan pengadaan sektor pertahanan bersifat rahasia, komite pengadaan membatasi
informasi yang relevan dengan “kebutuhan-to-mengetahui” saja. Kecuali pengadaan
pertahanan rahasia, hasil dari proses pengadaan publik harus diterbitkan dan tersedia pada
situs yang relevan. Selain itu, informasi pengadaan publik (kecuali untuk
rahasia/informasi proprietary) harus terbuka untuk semua secara akses.
5. Prinsip Keadilan. Intrepretasi yang berbeda atas ‘keadilan’ dalam pengadaan publik,
mendefinisikan keadilan sebagai memperlakukan semua peserta tender sama.
Untuk mencapai keadilan dalam proses pengadaan publik :
 Pengambilan keputusan dan tindakan harus pasti, dengan tidak ada perlakuan
istimewa pada individu atau organisasi, mengingat bahwa kegiatan pengadaan publik
yang dilakukan dengan dana publik.
 Semua penawaran harus dipertimbangkan atas dasar kepatuhan pada ketentuan
dokumen, dan penawaran boleh ditolak dengan alasan terkait kelengkapan dokumen
permohonan dan aturan pengadaan.
 Sebuah kontrak hanya boleh ditandatangani dengan pemasok, kontraktor atau
penyedia layanan yang ditawarkan sesuai dan terbaik merespon tujuan persyaratan
dalam hal kemampuan teknis dan harga.
 Pemasok, kontraktor atau penyedia layanan harus memiliki hak untuk menantang
proses pengadaan, dimana perlakuan tidak adil atau proses pengadaan tidak sesuai
dengan aturan pengadaan publik. Tantangan tersebut harus didasarkan pada dokumen
permohonan dan/atau aturan pengadaan publik.

6. Prinsip kompetensi. Proses pengadaan publik tidak boleh dimanipulasi untuk kepentingan
organisasi atau individu. Mengingat bahwa pengadaan publik didanai terutama dengan
uang pajak, semua organisasi dan individu yang memenuhi syarat harus diizinkan untuk
berpartisipasi dengan mengirimkan penawaran. Persyaratan pengadaan publik harus
disebarluaskan untuk meningkatkan tanggapan pasar yang baik, yang mengarah ke
penghargaan dari kontrak harga bersaing.

Meskipun ada prinsip kompetisi ini, tidak semua kontrak diputuskan melalui proses
kompetitif. penggunaan metode pengadaan non-kompetitif adalah: belanja (juga disebut
permintaan untuk kutipan atau undangan untuk kutipan) dan kontrak langsung (single
sourcing/tunggal). Setiap metode non-kompetitif pengadaan ini memiliki tujuan dan tidak
boleh disalahgunakan.

7. Prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas dalam pengadaan publik berarti bahwa siapapun yang
terlibat dalam proses pengadaan bertanggungjawab atas tindakan dan keputusan
sehubungan dengan proses pengadaan publik. Sebagai pegawai negeri, praktisi
pengadaan, dan lain-lain yang terlibat dalam proses pengadaan publik, bertanggungjawab
dan terkena sanksi atas perilaku yang bertentangan dengan aturan pengadaan publik.

Manfaat dari Aplikasi Monitoring-Evaluasi Lokal (AMEL) dalam Pengadaan


Barang/Jasa pemerintah.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mengembangkan Aplikasi


Monitoring-Evaluasi Lokal (AMEL) sebagai alat monitoring dan evaluasi untuk
menyajikan data pengadaan mulai dari perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia,
kontrak, hingga serah terima pekerjaan dan pembayaran.

Melalui AMEL, data proses pengadaan barang/jasa hingga pembayaran pekerjaan dapat
terintegrasi. Selain itu, pengolahan data pelaporan pengadaan, dan monitoring realisasi
anggaran dapat dilakukan secara Online dan realtime. Hasilnya, seluruh kinerja
pelaksanaan  pengadaan dapat dipantau secara lebih mudah.

Aplikasi Monitoring-Evaluasi Lokal (AMEL)  juga dapat digunakan sebagai alat kontrol
pimpinan dalam mempercepat dan mengendalikan pelaksanaan anggaran melalui perspektif
pengadaan yang akan disajikan di dalam Dashboard Monev Pengadaan.Kita bisa
mengetahui informasi kinerja pelaksanaan pengadaan dan pembayaran serta dapat
meningkatkan kualitas laporan K/L/Pemda.

Data pengadaan di dalam AMEL dapat menjadi bahan rujukan Pimpinan K/L/PD untuk
menentukan strategi pengadaan pada tahun berikutnya. Misalnya seperti identifikasi
kebutuhan, menentukan prioritas pengadaan, mengenali kondisi kompetisi pasar,
menentukan metode dan cara pengadaan, dan menentukan jenis kontrak pengadaan,

Aplikasi AMEL di-install dan dikelola oleh masing-masing Layanan Pengadaan Secara


Elektronik (LPSE) K/L/Pemda. Komitmen pimpinan K/L/Pemda dalam pengelolaan AMEL
akan dituangkan ke dalam naskah Nota Kesepahaman antara Kepala LKPP dengan
Menteri/Kepala Daerah.

SUMBER :
 BMP EKSI4207 (Akuntansi Sektor Publik Edisi 3) Modul 7 Halaman 7.45 – 7.49
 http://www.lkpp.go.id/v3/#/read/5805
Diskusi Minggu Ke 6
Matkul : Akuntansi Manajemen
Dosen Pengampu : Ahmad Sonjaya, S.E., M.Si

Jelaskan perbedaan anggaran fleksibel konvensional dengan anggaran fleksibel berbasis


aktivitas ?

Anggaran fleksibel yang disusun dengan pendekatan


tradisional/konvensional/fungsional menekankan pada penggunaan pemicu tunggal yang
bersifat unit-related seperti jam tenaga kerja langsung yang digunakan.
Sedangkan Anggaran fleksibel berbasis aktivitas, artinya pemicu yang digunakan tidak
hanya menggunakan pemicu tanggal yang bersifat unit-related namun juga bersifat non unit-
related. Hal tersebut sama persis dengan konsep mengenai activity-based costing.

Anggaran fleksibel konvensional memiliki karakteristik


1. Pengestimasian pendapatan dan biaya per unit-unit organisasional seperti departemen dan
pabrik.
2. Penggunaan pemicu kos tunggal yang bersifat unit-related seperti jam mesin dan jam
tenaga kerja langsung.

Anggaran fleksibel berbasis aktivitas memiliki karakteristik


1. Pengestimasian pendapatan dan biaya per aktivitas dibandingkan per departemen dan
pabrik.
2. Penggunaan pemicu kos baik yang bersifat unit-related maupun nonunit-related.

Perbedaan utama antara anggaran fungsional dengan anggaran berbasis aktivitas adalah pada
proses penyusunan anggaran overhead dan anggaran kos penjualan dan administratif.
Alasannya berkebalikan dengan alasan untuk kos bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung. Kos Overhead dan kos penjualan serta adminiatratif merupakan jenis kos yang
jumlahnya tidak dapat ditelusuri langsung dengan mudah ke produk. Dengan pendekatan
basis fungsional, kos-kos tersebut diklasifikasikan berdasarkan perilakunya (kos variabel atau
kos tetap) yang ditentukan dengan menggunakan dasar pemicu kos berupa ukuran unit output
produksi atau output penjualan. Selain itu juga bisa diklasifikasikan berdasarkan kelompok
departemennya yang kemudian seluruh nilainya diakumulasi menjadi suatu anggaran
overhead master. Misal, master anggaran kos overhead depresiasi merupakan penjumlahan
kos overhead depresiasi dari seluruh departemen.

Dengan pendekatan berbasis aktivitas, kos overhead, penjualan, dan adminiatratif juga akan
diidentifikasi berdasarkan perilakunya (tetap atau variabel), namun bedanya, dalam
menentukan suatu kos berdasarkan perilakunya tersebut yang digunakan bukan sekedar
pemicu kos berupa unit output produksi atau penjualan, melainkan berupa pemicu kos yang
berkaitan langsung dengan aktivitas yang telah diklasifikasikan. Misalkan, kos yang
dianggarkan untuk aktivitas pembelian bahan baku maka pemicu kos (cost driver) yang
digunakan adalah jumlah berapa kali order pembelian dilakukan.

Pendekatan apapun yang berbasis aktivitas, akan mendukung terjadinya perbaikan


berkelanjutan. Mengenai ABC bahwa kos tidak akan timbul tanpa adanya aktivitas, karena
aktivitas inilah yang mengkonsumsi sumber daya. Activity-Based-Costing merupakan
dimensi kos dari Activity-Based-Management. Activity-Based Budgeting dapat digunakan
sebagai alat pengurang kos melalui pengeliminasian aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah serta meningkatkan efisiensi aktivitas yang bernilai tambah.

SUMBER : BMP EKMA4314 (Akuntansi Manajemen Edisi 3) Modul 6 Halaman 6.20 – 6.21
Diskusi Minggu Ke 6
Matkul : Akuntansi Keuangan Lanjutan
Dosen Pengampu : Yusvita Nena Arinta, M. Si.

Sebutkan pilihan-pilihan perusahaan induk dalam mengendalikan semua penghentian utang


dan keputusan lainnya untuk entitas konsolidasian beserta hasil dari penghentiannya

Suatu perusahaan dapat mengakui realisasi, tetapi untung dan rugi belum terealisasi pada
obligasi yang masih beredar dengan menghentikan (retiring) obligasi yang beredar tersebut.
Induk perusahaan yang mengendalikan semua penghentian utang dan keputusan lainnya
untuk entitas konsolidasian memiliki pilihan-pilihan sebagai berikut.
1. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat menggunakan sumber dayanya yang tersedia
untuk membeli dan memberhentikan obligasinya.
2. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat meminjam sejumlah uang dari entitas non
afiliasi pada tingkat bunga pasar dan menggunakannya untuk membeli serta
memberhentikan obligasinya sendiri. (Pilihan ini merupakan pendanaan ulang).
3. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan
menggunakannya untuk membeli dan memberhentikan obligasinya.
4. Sebuah perusahaan afiliasi (induk atau anak) dapat membeli obligasi perusahaan penerbit
dalam kasus obligasi diberhentikan secara konstruktif.

Tiga pilihan pertama menghasilkan sebuah penghentian aktual dari obligasi. Perusahaan
penerbit mengakui untuk atau rugi yang sebelumnya pada tiga situasi ini dan termasuk
ketepatannya dalam mengukur laba bersih konsolidasian. Pilihan keempat menghasilkan
sebuah penghentian konstruktif. Ini berarti bahwa obligasi diberhentikan untuk tujuan
pelaporan keuangan karena investasi obligasi serta utang obligasi perusahaan induk dan anak
merupakan timbal balik yang harus dieliminasi dalam proses konsolidasi. Perbedaan antara
nilai buku kewajiban obligasi dan harga pembelian investasi obligasi merupakan untung atau
rugi untuk laporan konsolidasian. Ini juga merupakan untung atau rugi dari akuntansi
perusahaan induk dengan menggunakan metode ekuitas (konsolidasi satu garis). Untung dan
rugi tidak diakui dalam pembukuan perusahaan penerbit karena obligasinya merupakan
investasi oleh perusahaan afiliasi pembeli.

Walaupun pengertian konstruktif berbeda dalam bentuk, substansi dari pelunasan utang sama
dengan tiga pilihan lainnya dari sudut pandang entitas konsolidasian. Efek sebuah
penghentian konstruktif terhadap laporan konsolidasian sama dengan penghentian secara
aktual. Untung dan rugi merupakan untung dan rugi dari perusahaan penerbit yang telah
direalisasikan oleh perubahan pada tingkat suku bunga pasar setelah obligasi diterbitkan. Ini
diakui untuk tujuan pelaporan keuangan saat obligasi dibeli kembali dan ada dalam entitas
konsolidasian.

SUMBER : BMP EKSI4309 (Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi 3) Modul 6 Halaman 6.3 –
6.4

Anda mungkin juga menyukai